Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah masalah paling banyak yang dihadapi oleh
balita-sampai lansia tidak terkecuali orang yang mengalami gangguan jiwa
yang penangananya atau perhatiannya harus lebih dibandingkan balita dan
lansia. Gangguan Jiwa atau lebih dikenal dengan Skizofrenia merupakan jenis
penyakit gangguan fungsi otak yang disebabkan karena ketidakseimbangnya
neurotransmitter. (Yani et al., 2018).
Kognisi berasal dari kata cognitive yang berarti hal yang berhubungan
dengan pengenalan dan pengamatan. Kognitif dapat diartikan sebagai kegiatan
atau proses memperoleh atau menggali pengetahuan, termasuk kesadaran dan
perasaan melalui pengalamannya sendiri. Termasuk dalam gejala pengenalan
atau kognisi adalah penginderaan dan persepsi, asosiasi, memori, berpikir,
inteligensi, tanggapan, pengamatan.
Kognitif juga dapat diartikan dengan kemampuan belajar atau berpikir atau
kecerdasan, yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep
baru, keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya, serta
keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-soal sederhana
(Wiyani, 2014 dalam Warsah & Daheri, 2021, hlm. 81).
Fungsi kognitif merupakan fungsi yang paling luhur pada manusia, yang
membedakan manusia dengan mahkluk Tuhan lainnya. Fungsi kognitif antara
lain kemampuan atensi, konsentrasi, registrasi, kategorial, kalkulasi, persepsi,
proses pikir, perencanaan, tahapan serta pelaksanaan aktivitas/tugas,
pertimbangan baik buruk, bahaya tidak bahaya, pemecahan masalah dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, tujuan dari kegiatan ini yaitu penanganan orang
dalam gangguan jiwa.
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi,
60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis
dan sosial dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan
jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan
penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.
Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental
emosional yang ditumjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan
untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitas 14 juta orang atau 6 % dari jumlah
penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000
penduduk.
Pembagian tugas :
1. Peran Leader
a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dngan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk
mengekspresikan perasaannya
b. Auxilery ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
2. Peran CO leader
a. mengidentifikasi issue penting dalam proses
b. mengidentifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang
akan datang
c. memprediksi respon anggota kelompok pada session berikutnya
3. Peran fasilitator
a. mempertahankan kehadiran peserta
b. mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. mencegah ganguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun
dari dalam kelompok
4. Peran Observer
a. mengamati keamanan jalanan kegiatan play therapy
b. memperhatikan tingkah laku peseta selama kegiatan play therapy
c. memperhatikan tingkah laku peseta selamakegiatan play therapy
d. menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
F. Setting Tempat
Keterangan :
: Leader
: Co Leader
: Fasilitator
: Pasien
: Observer
G. Kegiatan
F. Terminasi
A. Evaluasi
1. Leader menanyakan perasaan klien
setelah mengikuti TAK.
"Bagaimana perasaannya hari ini
setelah mengikuti Terapi Aktivitas
Kelompok?"
2. Leader menanyakan kembali
tentang TAK yang sudah
3. didiskusikan "Semuanya hebatbisa
menyebutkan manfaat dan ciri
khasnya?"
"coba sekarang saya mau minta
satu orang untuk menjelaskan lagi
gambar yang dipegang oleh
temannya Memberikan
reinformennt positif terhadap
perilaku klien positif
"Teman-teman semua Semangat ya
semuanya hebat pada
B. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien untuk
melatih TAK yang sudah
didiskusikan
2. Menanyakan pada klien manfaat
dan tujuan TAK
"Baik ya besok lanjutkan lagi
TAK karena TAK ini banyak
sekali manfaatnyacoba siapa
yang bisa jawab manfaat dari
mengikuti TAK?."
3. Memasukan kegiatan
memperkenalkan diri pada
jadwal kegiatan klien
C. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan berikut,
yaitu menceritakan pengalaman
di masa sekarang
2. Menyepakati waktu dan tempat.
Tempat: Wisma Dewi Kunthi
Waktu: 09.00 pagi
H. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Diharapkan anggota yang mengikuti TAK minimal 3 orang, setting
tempat sesuai dengan yang telah direncanakan dan masing-masing
individu melaksanakan perannya masing-masing.
2. Evaluasi proses
Evaluasi terhadap proses pelaksanaan TAK yang diharapkan sesuai
dengan rencana kegiatan proposal TAK. Diharapkan dapat dilaksanakan
80% sesuai dengan yang telah direncanakan.
3. Evaluasi hasil
Dalam terapi aktivitas kelompok, leader dan co-leader sudah melakukan
tugasnya untuk menjelaskan jalannya terapi aktivitas kelompok dan
memimpin jalannya terapi. Fasilitator sudah melakukan tugasnya untuk
membantu pasien selama berjalannya terapi aktivitas kelompok.
Observer telah melakukan tugasnya dengan mengamati jalannya terapi
aktivitas kelompok apakah pasien mampu melakukan SP yang sudah
ditentukan terapis.
Respon pasien saat diberikan terapi aktivitas kelompok yaitu :
Klien mampu mengdistraski pikiran pada gangguan jiwa dengan
melakukan tebak gambar.
I. Lampiran
No Penilaian
1. Ketepatan dalam menebak gambar
2. Ketepatan dalam menjelaskan ciri khas gambar
3. Keaktifan dalam permainan
4. Mengikuti peraturan
5. Fokus dalam permainan
Keterangan :
Ketepatan dalam menebak gambar : 1-2 poin
Ketepatan dalam menjelaskan ciri khas gambar : 1-2 poin
Keaktifan dalam permainan : 1-2 poin
Mengikuti peraturan : 1-2 poin
Fokus dalam permainan : 1-2 poin