Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL TERAPI MODALITAS PADA LANSIA

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN GERONTIK

OLEH :
KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN TRENGGALEK

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MALANG


TAHUN 2019
A. Latar Belakang

Lanjut usia (selanjutnya disebut lansia) adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas (Kemenkes RI, 2017). Namun, secara konvensional, lansia
didefinisikan memiliki usia kronologis 65 tahun ke atas, dengan usia 65 tahun
sampai 74 tahun disebut lansia awal dan usia di atas 75 tahun disebut lansia
akhir (Orimo et. al., 2006).

Sebagai negara dengan jumlah populasi keempat terbesar di dunia,


pertumbuhan penduduk Indonesia sangat berpengaruh terhadap komposisi
penduduk dunia. Pada tahun 2018, dari keseluruhan populasi di Indonesia,
9,27% merupakan lansia. Badan Pusat Statistik memproyeksikan bahwa pada
tahun 2045, Indonesia akan memiliki sekitar 63,31 juta penduduk lansia atau
hampir mencapai 20% populasi. Proyeksi dari United Nations juga
menyebutkan bahwa persentase lansia Indonesia akan mencapai 25% pada tahun
2050 atau sekitar 74 juta lansia. Peningkatan jumlah lansia akan menjadi
kesempatan atau tantangan, tergantung bagaimana peran serta segala pihak
dalam mempersiapkan kehidupan lansia kelak (Badan Pusat Statistik, 2018).

Dalam menghadapi tantangan yang mungkin muncul seiring dengan


meningkatnya jumlah lansia, diperlukan adanya peningkatan fondasi dari
cakupan kesehatan yang sekaligus dimaksudkan untuk mencapai poin ke-3 dari
Sustainable Development Goals (SDGs) . World Health Organization (WHO)
memberikan rekomendasi dalam mengatasi penurunan kapasitas intrinsik pada
lansia untuk mencegah penurunan kognitif dan peningkatan kesejahteraan
psikologikal dengan cara pemberian terapi stimulasi kognitif dan intervensi
psikologis singkat. Pemberian terapi stimulasi kognitif dan intervensi psikologis
penting untuk mencegah kehilangan kapasitas mental yang signifikan dan
mencegah dependensi perawatan pada lansia (WHO, 2017). Terapi psikologi
yang bisa diberikan kepada lansia untuk meningkatkan kesejahteraanya salah
satunya adalah terapi modalitas psikodrama.

Psikodrama adalah psikoterapi pengalaman di mana guided role-play


digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam terkait klien dan
masalah personal dan interpersonal yang dialami yang memungkinkan adanya
solusi melalui aksi dan bukan hanya sekedar perkataan semata (Orkibi &
Feniger-Schaal, 2019). Psikodrama menawarkan realitas “anti-gagal” pada klien
di mana perasaan, pemikiran, dan kebiasaan dapat di-explore dan mendapatkan
pemahaman yang lebih dalam terkait masalah di masa lalu, tantangan di masa
sekarang, dan kemungkinan di masa depan (Orkibi & Feniger-Schaal, 2019).
Mengingat masifnya kenaikan penduduk usia lansia, dan pentingnya
peningkatan kesejahteraan dari lansia, maka kelompok tertarik untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan terapi modalitas psikodrama pada lansia.

B. Tujuan

a. Tujuan Umum

Membantu konseling atau sekelompok konseling lansia untuk mengatasi


masalah masalah pribadi dengan cara menggunakan permainan peran,
drama, atau terapi tindakan untuk mengungkapkan perasaan tentang
konflik, kemarahan, agresi, perasaan bersalah dan kesedihan.

b. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan interaksi sosial dengan orang lain, meningkatkan rasa


kasih sayang antar sesama
2. Merasa nyaman mengurangi stress menurunkan depresi dan kecemasan.

3. Meningakatkan perasaan dan melepaskan tekanan emosi yang dihadapi.

4. Meningkatkan control diri dan perasaan berharga

5. Mengubah prilaku.

6. Mengembangkan kreatifitas lansia .

7. Hiburan atau kegiatan yang menyenangkan bagi lansia


C. Kriteria Pemilihan Anggota Terapi Aktivitas Kelompok

a. Lansia Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai.

b. Para lansia berumur >60 tahun .

c. Lansia yang mampu berpartisipasi memerankan atau mengikuti TAK

d. Lansia yang di rawat di PSPK (Panti Sosial Peduli Kasih)

D. Waktu Dan Tempat

Judul : Terapi modalitas Psikodrama “ Bermain


Peran”

Tanggal pelaksanaan : Senin, 30 Agustus 2021


Waktu : 09.00 WIB / s.d selesai

Tempat : Panti Sosial Peduli Kasih Trenggalek

E. Metode
Metode TAK berupa diskusi kelompok, bermain, bercerita dan bermain peran

F. Setting Tempat
G. Pengorganisasian

a. Pembimbing Kegiatan : Elok Yulidnaingsih

b. Pembimbing Ruangan : Nenty

c. Leader : Indra

d. Kolider : Ega

e. Observer : Fenty

f. Fasilitator 1 : Perawat

g. Fasilitator 2 : Perawat

h. Fasilitator 3 : Perawat

i. Fasilitator 4 : Perawat

j. Fasilitator 5 : Perawat

k. Fasilitator 6 : Perawat

l. Fasilitator 7 : Perawat

H. Tugas

a. Leader : Memimpin jalanya permainan

b. Co leader : Membantu leader apabila leader lupa dalam permainan

c. Fasilitator : Mendampingi dan mengarahkan lansia

d. Observer : Mencatat dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan

e. Lansia : Mengikuti jalanya terapi bermain

I. Pelaksanaan

a. Persiapan Alat
b. Langkah Kegiatan

1. Persiapan

1) Memilih lansia yang kooperatif

2) Membuat kontrak dengan klien

3) Klien diatur membentuk persegi

4) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

1) Terapis mengucapkan salam terapeutik

2) Menanyakan perasaan para klien hari ini

3) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)

4) Menanyakan dan panggilan semua klien (beri papan nama)

5) Leader menyampaikan tujuan terapi menempel foto

6) Leader membuat validasi kontrak

7) Coleader membaca tata tertib

8) Leader dibantu Co Leader menjelaskan langkah langkah terapi


psikodrama bermain peran
3. ·Fase kerja

1) Persiapan

a. Pemimpin Kelompok memberikan Uraian singkat mengenai


hakikat dan tujuan psikodrama “bermain peran”

b. Meminta Anggota Kelompok untuk membentuk kelompok-


kelompok kecil dan mendiskusikan drama apa yang akan mereka
tampilkan atau perankan
2) Pelaksanaan

a. Pemeran protagonis dan pemeran lainnya memainkan peranannya


dalam psikodrama

b. Lama pelaksanaan tergantung pada penilaian pemimpin kelompok


terhadap tingkat keterlibatan emosional protagonis dan pemeran
lainnya
4. Evaluasi

1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti terapi psikodrama


“bermain peran”

2) Menanyakan masalah yang dirasakan

3) Leader memberikan tugas rencana tindak lanjut

4) Leader membuat kontrak untuk kegiatan yang akan datang

5) Leader menutup acara


5. Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu agar lansia tidak merasa jenuh


dan bosan.
2) Menjelaskan aturan main berikut

3) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
pada terapis.
4) Lama kegiatan 30 menit.

5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

6) Tahap Kerja

J. Antisipasi Masalah

a. Bila ada peserta yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan,
fasilitator mengarahkan dan mengingatkan
b. Bila peserta pasif, fasilitator memotifasi untuk mengikuti kegiatan

c. Jika peserta ingin pergi sebelum terapi berkebun selesai, fasilitator


membimbingnya agar menyelesaikan terapi
d. Bila leader blocking maka co-leader yang mengambil jalan acara

K. Penutup

Demikian dari proposal terapi psikodrama “ bermain peran “ ini kami susun
sebagai media penuntun dalam pelaksanaan terapi modalitas yang akan
dilaksanakan di PSPK ( panti sosial peduli kasih) pada keperawatan gerontik
semester 3 program study D-III keperawatan. Besar harapan kami agar terapi
Psikodrama Bermain Peran ini berjalan dengan lancar dan dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak terkait, terutama lansia. Atas kerjasama yang baik
dan dukungannya kami mengucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai