Anda di halaman 1dari 13

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

KEPERAWATAN GERONTIK 2
TERAPI PSIKODRAMA

Oleh:
1. Jihan Febriyanti 17111024110051
2. Juwita 17111024110052
3. Karmila 17111024110053
4. Kasmawati Bakhri 17111024110054
5. Kiranti Ayu Saftri 17111024110055
6. Melati 17111024110061
7. Mochammad Arif Yudhiantoro 17111024110062
8. Monica Melenia F 17111024110063
9. Muhammad 17111024110064
10. Muhammad Arief Choesaeri 17111024110065
11. Muhammad Boby Surya Putra 17111024110066
12. Muhammad Ramadhana Syahid 17111024110071

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR


FAKULTAS ILMU FARMASI DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020/2021
TERAPI PSIKODRAMA PADA LANSIA

A. Tujuan
Setelah dilakukannya penyuluhan selama 40 menit kepada lansia,
diharapkan para lansia dapat memperoleh pengertian yang baik tentang dirinya
sehingga dapat menemukan konsep dirinya, kebutuhan-kebutuhannya dan reaksi-
reaksi terhadap tekanan yang dialaminya.

B. Sasaran
Lansia

C. Materi
Terampir

D. Media/Alat
Media yang digunakan dalam Penyuluhan ini antara lain:
a. Powerpoint (slide)
Alat yang digunakan dalam Penyuluhan ini antara lain:
a. Laptop
b. LCD
c. Layar
d. Mikrofon
e. Kursi
f. Speaker
E. Metode
Metode yang digunakan dalam Penyuluhan terapi okupasi antara lain:
a. Ceramah
b. Demonstrasi

F. Proses Kegiatan Terapi Bermain Peran atau Drama (Psikodrama)


N
Waktu Kegiatan Uraian Kegiatan Proses Sasaran
o.
1 5 menit Pembukaan Mengucapkan salam Menjawab salam
Memperkenalkan diri Menyimak
Menjelaskan tujuan Mendengarkan

2 20 Inti Menjelaskan tujuan dan Mendengarkan dan


menit manfaat Memperhatikan.
Menjelaskan alat dan Menjawab
bahan. Menjawab
Menjelaskan prosedur
atau langkah pembuatan
3 5 menit Penutup Menjawab pertanyaan Bertanya
Bertanya Menjawab
Menyimpulkan pertanyaan
Memberi salam Menjawab salam

TERAPI BERMAIN PERAN ATAU DRAMA (PSIKODRAMA)

A. Pengertian Psikodrama
Psikodrama adalah metode psikoterapi kelompok dimana asuhan
kepribadian, hubungan interpersonal, konflik, dan masalah emosional digali
denagan menggunakan metode dratik spesifik (Pramesti, 2010). Psikodrama
merupakan upaya pemecahan masalah melalui drama, dimana yang didramakan
adalah masalah psikis yang dialami individu (Utama, 2010). Terapi psikodrama
diciptakan oleh Jacob Moreno, seorang dokter psikiatri dari Vienna.

B. Indikasi Terapi Psikodrama


Terapi psikodrama bermanfaat terutama bagi individu yng sulit
menyatakan suatu peristiwa atau perasaan secara verbal (Kurniadi, 202) dan lansia
yang mengalami depresi.

C. Teknik Terapi Psikodrama


Premis Konseling Kelompok Psikodrama
Premis-premis dalam kelompok psikodrama meliputi:
1. manusia dalam masyarakat terus-menerus berkembang dan sadar
terhadap kejadian yang menyentuh kehidupan pada suatu tahap
perkembangan.
2. hati psikodrama adalah pertemuan, konsep eksistensialisme yang
melibatkan kontak psikologis, fisik yang menyeluruh antara individu
atas dasar kesempurnaan, konkret, serta intensitas dalam here and now.
3. spontanitas adalah respons seseorang yang berisi tingkat ketepatan pada
situasi baru atau tingkat kejujuran pada situasi lama.
4. situasi dititikberatkan pada situasi sekarang sehingga memunculkan
hambatan waktu yang alami, serta ruang dan keadaan eksistensi yang
hilang.
5. telekomunikasi keseluruhan perasaan sebagai pemersatu kelompok
secara bersama di antara individu, misalnya empati.
6. katarsis dan pemahaman merupakan produk akhir dari spontanitas dan
telekomunikasi.

Praktik Psikodrama dalam Kelompok


Praktik psikodrama berlangsung secara multidimensional. Faktor-faktor
personal dan fisik yang harus dipertimbangakan antara lain:
1. panggung (the stage) merupakan tempat berlangsungnya perbuatan
yang mungkin berbentuk flat resmi, bagian kamar, dan sebagainya.
2. protagonis adalah seorang pelaku yang memerankan perilaku jelas
psikodrama dan dapat memainkan banyak bagian, di satu saat
memainkan bagian berbeda dari dirinya sendiri, di saat lain keluar dari
babak dan mengobservasi. Unsur kunci pada protaginis adalah
spontanitas.
3. aktor merupakan orang yang memainkan bagian objek atau tokoth
penting lainnya dalam permainan.
4. penonton adalah istilah yng dipakai untuk menerangkan orang lain yang
mungkin hadir selama psikodrama serta bertujuan memberi umpan
balik menanggapi apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan selama
psikodrama.

Proses psikodrama umumnya berlangsung melalui tiga fase berikut:


1. Fase pemanasan
Ditandai dengan penentuan sutradara yang siap memimpin kelompok
dan konseling. Proses ini melibatkan aktivitas verbal dan nonverbal.
Fase ini harus mempersiapkan segala sesuatu untuk masuk pada fase
tindakan
2. Fase tindakan
Melibatkan tindakan yang jelas kepedulian-kepedulian protagonist. Hal
terpenting dalam fase ini adalah bahwa protagonis mengekpresikan
emosi-emosi tertekan dan menemukan cara baru yang efektif untuk
bertindak.
3. Fase integrasi
Melibatkan diskusi dan penutupan. Umpan balik sangat penting dari
setiap konseling dan protagonis agar tindakan yang jelas (enactment)
perubahan dan integrasi tercipta.
Teknik Utama Psikodrama
1. Creative imagery
Teknik pemanasan untuk mengundang peserta psikodrama
membayangkan adegan dan objek yang menyenangkan dan netral. Ide
teknik ini membantu klien menjadi lebih spontan.
2. The magic shop
Teknik pemanasan yang berguna bagi protagonis yang ragu tentang
nilai dan tujuan klien.
3. Sculpting
Konseling kelompok menggunakan metode nonverbal untuk menyusun
orang lain dalam kelompok konfigurasi seperti kelompok orang yang
signifikan yang sesuai dengan oran-orang dalam keluarganya.
Penyusunan ini melibatkan postur tubuh dan membantu konseling
melihat, mengetahui persepsi klien tentang orang lain yang signifikan
dengan cara yang lebih dinamis.
4. Teknik berbicara
Protagonis (klien) memberi suatu monolog tentang situasi dirinya.
Teknik berbicara terdiri atas sebagai berikut:
a. Monodrama (autodrama), bentuk inti terapi gestalt. Dalam teknik
ini, protagonis memainkan semua bagian peranan dan tidak
menggunakan ego (peran) pembantu.
b. The double and multiple double technique. Pengambilan peran aktor
dari ego protagonis dan membantu protagonis mengekspresikan
perasaan terdalam yang sesungguhnya secara lebih jelas. Jika
protagonist memiliki perasaan ragu, maka teknik multiple double
dapat digunakan.
c. Role reverals (pembalikan peran). Dalam teknik ini protagionist
bertukar peran (ego) dengan orang lain di pentas dan memainkan
bagian orang itu. Konseling kelompok berbuat bertentangan dengan
apa yang dirasakan oleh klien sehingga klien dapat melihat dari sisi
yang berbeda.
d. Teknik cermin. Protagonis memperhatikan dari luar pentas,
sementara seorang ego pembantu mencerminkan kata-kata, mimik,
dan postur protagonis. Teknik ini dipakai pada fase tindakan untuk
membantu protagonis melihat dirinya secara lebih akurat.

Peran Konselor Psikodrama


Konselor dalam psikodrama berperan sebagai sutradara yang memiliki
banyak peran. Sutradara membangun keterampilan dalam tiga bidang yang saling
bergantung, yaitu:
1) pengetahuan tentang metode, prinsip, dan teknik
2) pemahaman tentang teori kepribadian dan hubungannya dengan
pengembangan pembentukan filosofi hidup.
3) pematangan dan pengembangan kepribadiannya sendiri.
Seorang sutradara diharapkan memiliki pengetahuan yang luas mengenai
kehidupan dan hakikat manusia dan keterampilan khusus seperti psikologi umum,
proses kelompok, psikologi humanitis, teori komunokasi, dan komunikasi
nonverbal.
Sutradara berfungsi untuk menyelenggarakan tugas-tugas seperti
memimpin pengalaman pemanasan, mendorong pengembangan kepercayaan dan
spontanitas, menetapkan struktur, mengarahkan protagonis agar dapat
menidentifikasi dan bekerja berdasarkan poko-pokok pikiran yang signifikan
dalam hidup klien, melindungi konseling dari pengaruh orang lain, serta
menghentikan sesi kelompok. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut dengan
benar, sutradara yang potensial harus mengalami banyak psikodrama dan
mendapatkansupervisi langsung dari sutradara yang lebih berpengalaman. Secara
menyeluruh, dapat disimpulkan bahwa sutradara kelompok yang efektif memiliki
tiga kualitas, yaitu kreativitas, dorongan, dan karisma.

Hasil dari Konseling Kelompok Psikodrama


Hasil psikodrama dapat dikemukakan seperti penciptaan katarsis,
pemahaman, dan resolusi emosional. Menurut Efa (2010), tujuan psikodrama
adalah mengembangkan suatu theatrical catedral bagi perilisan spontanitas dan
kreativitas yang dimiliki setiap orang secara alami. Melalui psikidrama, individu
harus mampu melewati atau bekerja melalui kejadian yang sedang diantisipasi
saat ini dan yang menyebabkan tertekan di masa lalu. Ketika telah memperoleh
pemahaman kognitif dan emosiaonal dengan mengatasi kesulitan, individu akan
mencapai tahap kesadaran diri, penyuesuaian kembali, integrasi, penemuan,
kontrol, serta pencegahan terhadap kesulitan tersebut.
Klien psikodrama rela mengambil resiko dan terbuka terhadap umpan
balik yang konstruktif dari penonton dan sutradara. Hasil dari psikodrama adalah
pembelajaran yang terjadi ketika seseorang bukan protagonis utama. Ada
pengaruh pemindahan dari pendekatan yang membantu dan memperhatikan
karakter orang, terutama dalam mencapai resolusi pada persoalan penting.

D. Naskah Drama Malin Kundang

Di suatu desa hiduplah anak laki-laki bersama dengan ibunya. Hidupnya


sengsara dan miskin. Anak itu bernama Malin. Malin sangat disayang ibunya
karna sejak kecil, Malin sudah di tinggal mati oleh ayahnya. Ketika Malin sudah
tumbuh dewasa, ia mulai berpikir untuk merubah kehidupan ekonomi
keluarganya.

Ibu : Malin, datang ke sini nak. Bantu ibu membawa kayu bakar ini.
Malin : Ya ibu, tunggu sebentar (Malin membantu ibunya). Ibu, berapa lama
kita akan bertahan dengan kondisi seperti ini? Aku ingin merubah
kehidupan ekonomi kita ini, Bu.
Ibu : Entahlah, ibu tidak tau Malin, kita harus bersabar dan jangan berhenti
berdoa kepada Tuhan.
Malin : Ibu, aku punya ide. Biarkan aku pergi untuk mengubah nasib keluarga
kita.
Ibu : Hah?! (terkejut). Pergi kemana Nak?
Malin : Tadi, ketika aku sedang dipasar, ada seorang saudagar kaya yang
menawariku pekerjaan. Dia berkata bahwa dia sudah memperhatikanku
sejak lama dan hatinya tergerak melihat diriku yang rajin bekerja. Ia pun
mengajakku untuk menjadi salah satu pekerjanya dan ikut bersamanya ke
pulau seberang.
Ibu : Apakah kau menerima tawaran itu Nak?
Malin : Iya bu, aku langsung menyetujuinya.
Ibu : Ibu pikir itu bukan ide yang baik anakku. Jika kamu pergi, siapa yang
akan menjagaku disini?
Malin : Sebenarnya, Malin juga tidak tega meninggalkan ibu sendiri. Tapi,
Malin tidak tahan dengan kondisi seperti ini. Malin berjanji akan kembali
dan menjadi orang yang sukses. Ibu tenang saja, aku akan berbicara
dengan Putri, supaya menengok Ibu setiap hari hingga aku kembali ke
rumah.

Ibu Malin tidak bisa melarang apa yang di inginkan Malin karena Malin
sudah bertekad. Akhirnya, sang ibu setuju dengan ide Malin.

Ibu : Baiklah, jika itu memang keinginanmu. Tapi, kamu harus pegang
janjimu untuk kembali ke sini. (Malin mengangguk)

Malin pun pergi kerumah Putri untuk meminta bantuan Putri agar menjaga
ibunya selama dia merantau. Putri merupakan sahabat Malin yang selalu
bersamanya dalam suka maupun duka.

Putri : Mau kemana kamu, Malin?


Malin : Besok, aku akan pergi merantau.
Putri : Apa? (terkejut). Jika kamu pergi merantau, siapa yang akan menjaga
ibumu disini?
Malin : Karena itu, aku mendatangimu. Aku mau minta tolong kepadamu untuk
menjaga ibuku, tengoklah ia setiap hari hingga aku kembali.
Putri : Oh, baiklah kalau begitu. Ingatlah pesanku jangan lupakan kita yang
ada di sini, Malin.
Malin : Iya.
Keesokan harinya, sesuai janjinya, Ibu Malin mengantarkan anaknya ke
pelabuhan.

Ibu : Jaga dirimu baik-baik, Nak. Cepatlah pulang,


Malin : Ya bu, doakan Malin supaya Malin mendapat rejeki yang banyak.
Ibu : Iya, hati-hati di jalan.

Malinpun memulai perantauannya. Ia pergi berlayar bersama saudagar


kaya. Saudagar itu memberikan Malin pekerjaan sebagai karyawan. Saudagar
tersebut mempunyai putri semata wayang yang bernama Risa. Ketika Malin
melihatnya, ia langsung jatuh hati. Risalah yang membuat Malin untuk lebih
semangat bekerja.
Di kampung halaman Malin, Ibu Malin sangat gelisah dan khawatir
dengan anaknya. Beliau takut jika Malin tidak pulang kembali ke kampung
halamannya dan melupakan sosok ibu yang melahirkannya.
Malin masuk keruangan barunya, lalu duduk di kursi barunya dengan kaki
terlipat di atas-tangannya dilipat di depan dada, lalu tersenyum sinis

Malin : Sekarang aku kaya raya. Aku dapat membeli semuanya dengan uangku.
Karena itu, Risa pasti mau menikah denganku.

Semakin hari ibu Malin semakin merindukan anaknya, membuatnya


semakin lelah di usia tuanya. Namun, Putri selalu memberikan dukungan untuk
Ibu Malin, bahwa Malin baik-baik saja dan akan kembali ke kampung
halamannya.
Karena kerja keras, Malin berhasil menjadi orang kaya. Sesuai dengan
keinginannya, Malin menikahi Risa. Mereka hidup bahagia, dan menjadi
pasangan yang romantis.
Seperti janji Malin, Malin dan Risa berlayar ke Pulau Dua Bebek. Dalam
perjalanannya mereka singgah ke kampung halaman Malin, untuk mengisi
berbagai perbekalan. Tapi, Malin tidak menemui Ibunya, ia hanya berjalan-jalan
di sekitar dermaga saja. Ketika itu, Putri, melihat Malin dan Istrinya – Risa.
Putri berlari menuju rumah Ibu Malin. Mengatakan bahwa Malin sudah
kembali dan menjadi orang kaya. Sesampainya di pelabuhan, Ibu Malin melihat
Malin, dan memanggil nama Malin dari kejauhan, kemudian mendekati Malin

Ibu : Malin... Malin anakku!


Risa : Siapa wanitaitu, Malin? (kepalanya terangkat, menunjukkan ‘wanita
tua’ yang di maksud)
Malin : (Tak menjawab pertanyaan Risa, menatap Ibunya dengan sinis)
Risa : Jawab aku Malin! Siapa wanita itu?
Ibu : Siapa wanita ini Malin? Apakah ia istrimu? Sungguh wanita yang
cantik...
Malin : Aku tidak tau! Aku tidak mengenal wanita ini.
Ibu : Malin anakku.. ada apa denganmu, Nak? Apa salah Ibu? Aku ini
Ibumu. Ibu yang melahirkanmu. Kamu telah berjanji untuk kembai ke
kampung ini untuk menemuiku! Apa kau lupa dengan janjimu sendiri?
Malin : Ibu? Janji? Mengaku-ngaku saja kau! Aku tidak pernah mengatakan
janji apapun dan tidak pernah mengenalmu, wanita tua!
Ibu : MALIN!!! Aku ibumu! Ibu yang melahirkanmu!
Risa : Dengar yang di katakan Malin kan? Dia tidak mengenalmu, jadi pergi
saja kau!
Ibu : Malin... Malin anakku!!
Putri : MALIN! Lupakah kamu dengan Ibumu? Lupakah kamu dengan janjimu
untuk kembali? Celakalah kau, Malin!
Malin : Aku tidak pernah membuat janji kepada kalian. Kalian hanya
menghabiskan waktuku saja. Pengawal, bawa dua wanita ini pergi dari
sini!
Pengawal : Baik Tuan.(Pengawal mendorong Putri dan Ibu Malin hingga
jatuh.)
Ibu : Malinn... Anakku!
Malin : Jangan panggil aku anakmu! Aku tidak mempunyai ibu sepertimu.

Malin dan Risa pergi ke kapalnya.


Ibu : Malin... Malin...
Ibu : Jika kau tidak menganggap ibumu, aku tidak akan segan-segan
mengutukmu Malin! Anak DURHAKA!
Malin : Silahkan saja, aku tidak merasa kau ibuku!
Ibu : benar-benar anak durhaka! Kamu berani menantangku? Jangan sampai
kau menyesal sudah berbuat itu padaku!
Malin : Buktikan saja!
Ibu : MALIN. TERKUTUKLAH KAU MENJADI BATU!

Di tengah siang yang panas, tiba-tiba muncullah suara petir menggelegar,


dan langit menjadi gelap

Malin : aarrrggg!! (berbubah menjadi batu)

Malin pun berubah menjadi batu. Itulah akibat dari anak yang tidak
menghormati, tidak menuruti, dan tidak berbakti kepada orang tuanya. Nah
teman-teman, janganlah kita menjadi seperti Malin. Hormatilah orang tua kalian
selagi masih ada.

DAFTAR ABSENSI
SATUAN ACARA KEGIATAN TERAPI BERMAIN PERAN ATAU DRAMA
(PSIKODRAMA)
No Nama Alamat TTD

Anda mungkin juga menyukai