OLEH KELOMPOK B
1819000003
9 SARCE JIDMAU
1819000004
0 HESTA EMINIA
1819000003
8 LA ODE TRISNO SAPUTRA ODA
1819000001
9 MOXEN BORITNABAN
1819000004
2 KURNIA FADILA
1819000004
7 WELSA FRISKA PATTIPEILUHU
1819000000
1 HELCE SAHERTIAN
1819000004
1 ERIN MARLINA
1819000000
7 YUNIAWATI ANSIANA BUNGA
1819000003
3 SOLFIANI EBRIN TONI
1
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
(STIKIM)
2020
A. Topik
Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif (senam otak ).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukannya Terapi kognitif senam otak diharapakan dapat mempertahankan
daya ingat dan konsentrasi lansia.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi kognitif senam otak selama 30 menit diharapkan audiens
dapat:
a. Mengetahui pengertian senam otak
b. Mengetahui manfaat senam otak
c. Mampu melakukan senam otak
C. Landasan Teoritis
Populasi lansia di Indonesia semakin bertambah disebabkan karena adanya
peningkatan usia. Berdasarkan data Riskesdas 2017, populasi lansia di Indonesia terdapat
23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%) dan di prediksi jumlah penduduk
lansia tahun 2020 akan bertambah sekitar (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun
2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta). Jumlah lansia ini akan terus meningkat jika
tidak di atasi.
Penuaan atau menjadi tua adalah suatu proses yang natural dan terkadang tidak
tampak mencolok. Proses ini terjadi secara alami dan di sertai dengan adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang akan saling berinteraksi satu sama lain.
2
Proses menua yang terjadi pada lansia secara linear dapat digambarkan melalui tiga tahap
yaitu: kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations),
ketidakmampuan (disbility), dan keterhambatan (handicap) yang di alami secara
bersamaan dengan proses kemunduran. salah satu sistem tubuh yang mengalami
kemunduran adalah adalah sistem kognitif atau intelektual yang di sering di sebut
demensia (Muharyani, 2010).
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori di dapat dan tidak
berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran (Sudoyo dkk, 2012). WHO (2015)
memperkirakan angka estimasi orang yang hidup dengan demensia pada tahun 2015
mencapai 47,47 miliar, pada Tahun 2030 mencapai 75,63 miliar dan pada tahun 2050
mencapai 135,46 miliar [ CITATION WHO15 \l 1033 ]. Pada lansia dengan demensia
ditemukan adanya kerusakan pada bagian otak yaitu terdapat kematian sel-sel di
dalam otak dan kekurangan suplai darah di otak. Kerusakn didalam otak tersebut
yang dapt mengkibatkan gangguan pada lansia.
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia, maka ia mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia
menjadi semakin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konitif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang
berakibat lansia menjadi kurang cekatan (Azizah, 2011).
Menurunnya kedua fungsi tersebut akan menjadikan lansia tidak dapat beraktivitas
dengan baik sehingga mengakibatkan semakin bertambahnya ketidakmampuan tubuh
dalam melakukan berbagai hal. Oleh sebab itu mereka lambat-laun kehilangan berbagai
kemampuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan perlahan menjadi emosional.
Kondisi ini merupakan suatu tantangan untuk mempertahankan kesehatan dan
kemandirian para lanjut usia agar tidak menjadi beban bagi dirinya, keluarga maupun
masyarakat.
Pada lansia, penurunan kemampuan otak dan tubuh membuat tubuh mudah jatuh
sakit, pikun, dan frustasi. Meski demikian, penurunan ini bisa diperbaiki dengan
melakukan senam otak. Senam otak berfungsi sebagai semacam alat bantu mandiri yang
mudah dan efektif. Senam otak merupakan serangkaian aktivitas sederhana yang di desain
untuk mengkoordinasikan fungsi otak melalui keterampilan gerak (Dennison et al, 2004;
Siti Maryam, 2008, Anggriyana dan Atikah, 2010).
3
Senam otak merupakan serangkaian latihan gerak sederhana yang membantu
mengoptimalkan fungsi dari segala macam pusat yang ada di otak manusia. Senam ini
dapat memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, meningkatkan daya ingat dan
konsentrasi, meningkatkan energi tubuh, mengatur tekanan darah, meningkatkan
penglihatan, keseimbangan jasmani, dan juga koordinasi. Senam otak dapat dilakukan
segala umur, baik lansia, bayi, anak autis, remaja, maupun orang dewasa. (Anggriyana
dan Atikah, 2010).
Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok diguanakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan
dan menjadi laboratorium tempat lansia melatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku yang maladaptif.
Upaya untuk mencegah demensia pada lansia salah satu caranya yaitu terapi senam
otak yang dibuktikan dengan penelitian yang di lakukan oleh Rochmad Agus Setiawan
2014, didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan skor fungsi kognitif secara bermakna
setelah diberikan senam otak terbanyak adalah skor nilai kognitif ringan dipanti Werdha
Darma Bakti Kasih Surakarta adalah sebanyak 8 responden (53%) (Agus martini, dkk
2016). Senam otak menurut intensif jika diberikan selama beberapa 15-20 menit atau
beberapa minggu mampu untuk mencegah terjadinya penurun daya ingat pada lansia.
Beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan demensia adalah aktivitas fisik dan
aktivitas kognitif [ CITATION DEP12 \l 1033 ]. Aktivitas untuk mengisi waktu
senggang pada lansia dapat menurunkan risiko demensia. Jenis aktivitas tersebut
melibatkan fungsi kognitif. Pada lansia yang melakukan aktivitas melibatkan fungsi
kognitif dapat menurunkan risiko demensia Salah satu aktivitas kognitif yang dimaksud
ialah senam otak. Senam otak terbukti dapat menurunkan prevalensi demensia pada lansia
(Verghese dkk, 2012). Berdasarkan landasan teori di atas, penulis tertarik untuk membuat
proposal dengan judul Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi kognitif (senam otak).
D. Klien
1. Kriteria
Adapun indikasi atau kriteria klien dalam pelaksanaan TAK stimulasi kognitif ini
adalah sebagai berikut :
a. Peserta dapat diajak bekerjasama/ kooperatif
4
b. Klien dapat berorientasi.
c. Klien mampu melakukan aktivitas fisik
2. Proses Seleksi
a. Penkajian oleh mahasiswa.
b. Penyeleksian peserta sesuai kriteria.
c. Peserta tidak disorientasi.
d. Kooperatif dan dapat memahami pesan yang diberikan.
e. Mengadakan kontrak dengan klien.
3. Jumlah
7-10 orang
E. Pengorganisasian
1. Leader : La Ode Trisno Saputra Oda
Tugasnya :
a. Menyiapkan proposal kegiatan TAK.
b. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai.
c. Menjelaskan aturan permainan.
d. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan
dirinya.
e. Mampu memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib.
f. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
2. Co-leader : Solfiani Ebrin Toni
Tugasnya :
a. Mendampingi leader.
b. Menyampaikan informasi dan fasilitator ke leader tentang aktifitas pasien.
c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang telah
dibuat.
d. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam proses
terapi.
3. Fasilitator :
a. Moxen Boritnaban
b. Welsa Friska Pattipeiluhu
c. Hesta Eminia
5
d. Yuniawati Ansiana Bunga
Tugasnya :
a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung.
b. Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
c. Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok
untuk aktif mengikuti jalannya terapi.
4. Observer :
a. Kurnia Fadila
b. Erin Marlina
c. Helce Sahertian
d. Sarce Jidmau
Tugasnya :
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan.
b. Mengamati serta mencatat prilaku Verbal dan Non-verbal pasien selama
kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia).
c. Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persisapan, proses, hingga
penutupan.
F. Metode
Metoda yang di gunakan yaitu:
Ceramah dan Demonstrasi/ Role Play
G. Waktu
1. Hari / Tanggal : Sabtu, 2 Mei 2020
2. Waktu : Jam 10.00 sampai dengan selesai
H. Tempat
Lingkungan rumah yang aman dan tidak ada benda berserakan
I. Alat
Media/Alat yang digunanakan dalam TAK ialah:
1. Music
2. Speaker
3. leaflet
J. Proses Pelaksanaan
1. Persiapan
6
a. Membuat kontrak dengan klien.
b. Mengingatkan kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan tempat pertemuan untuk terapi.
d. Mempersiapkan alat yang akan digunakan
2. Orientasi
a. Salam perkenalan
1) Memberi salam teraupetik.
2) Memperkenalkan diri.
3) Peserta memakai papan nama yang sudah di siapkan terapis.
b. Evaluasi/Validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah pernah mengikuti kegiatan bermain seperti ini.
c. Kontrak
1) Klien harus mengikuti kegiatan awal sampai akhir.
2) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta ijin kepada
terapis.
3) Lama kegiatan 30 menit.
3. Fase kerja
Langkah-langkah TAK:
a. Mendemonstrasikan senam otak kepada lansia dan petugas panti
b. Memberikan kesempatan lansia dan petugas untuk mencoba kembali sendiri
c. Mengulang kembali senam GLO secara bersama lansia dan petugas panti
d. Melakukan senam GLO bersama-sama dengan mahasiswa/I dengan
menggunakan musik
4. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Evaluasi subjektif dilakukan pada saat kegiatan TAK simulasi kognitif
selesai dilakukan yakni dengan menanyakan bagaimana perasaan klien setelah
melakukan TAK simulasi kognitif yakni senam otak.
b. Evaluasi Objektif
Meminta peserta untuk mengulang kembali senam otak yang telah diajarkan.
c. Rencana Tindak Lanjut
Terapis meminta lansia dan petugas untuk mengulang hal yang telah dipelajari
secara mandiri dan memasukan dalam jadwal kegiatan harian panti
7
MATERI SENAM OTAK
A. DEFINISI
Senam merupakan salah satu tindakan yang jarang sekali dilakukan para lansia,
banyak lansia yang mengeluh badannya capek dan pegal itu semua dikarenakan
kurangnya pergerakan otot-otot. Kebanyakan lansia tidak mau melakukan senam karena
capek, males dan lain-lain, maka dari itu kita sebagai perawat harus bisa mengajak para
lansia untuk melakukan senam, salahsatunya yaitu senam otak.
Senam otak adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan itu
dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas); meringankan atau
merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan); merangsang
sistem yang terkait dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah (limbis) serta otak
besar (dimensi pemusatan).
B. MANFAAT
1. Memperlambat kepikunan,
2. Menghilangkan/mengurangi stres,
3. Meningkatkan konsentrasi dan memori,
4. Membuat rasa tenang dan nyaman.
5. Meningkatkan kemampuan membaca, mengeja
Dengan diadakan senam otak kita bisa mengetahui gerakan tubuh sederhana yang
digunakan untuk merangsang otak kiri dan kanan, merangsang sistem yang terkait
dengan emosional serta relaksasi otak bagian belakang ataupun depan, itu bermanfaat
bagi otak kita. Jadi senam otak sangat berfungsi bagi para lansia maupun yang belum
lansia. Senam otak tidak menyembuhkan suatu penyakit tetapi dengan rutin melakukan
senam otak, sel-sel tubuh akan bekerja optimal, sehingga dapat mencegah datangnya
penyakit.
C. GERAKAN DASAR (SOP)
8
No. Prosedur Tetap Keterangan
1. Pengertian Senam otak adalah serangkaian latihan gerakan
tubuh sederhana yang dilakukan
untukmerangsang otak kiri dan kanan (dimensi-
lateralis), meringankan atau merelaksasi
bagiandepan dan belakang otak (dimensi
pemfokusan),serta merangsang sistem yang
terkait denganperasaan atau emosi, yaitu otak
tengah (limbik)dan otak besar (dimensi
pemusatan).
9
belakang, atau jalan di tempat. Untuk
menyeberang garis tengah sebaiknya tangan
menyentuh lutut yang berlawanan.
b. Gerakan dua tangan di depan dada
10
Angkat kedua tangan di depan dada, genggam
semua jari di tangan kanan kecuali jari
kelingking, dan genggamlah semua jari
tangan kiri kecuali ibu jari. Lalu tutuplah jari
kelingking tangan kanan gantilah seketika
dengan jari ibu jari secara bersamaan dengan
itu menutup jari ibu jari di tangan kiri dengan
merubah membuka jari kelingking.
e. Gerakan tangan dikepal dan di renggangkan
11
Posisikan telapak tangan kanan diatas kepala
dan telapak tangan kiri di atas perut. Lakukan
gerakan tangan kanan menepuk rambut,
sedangkan tangan kiri melakukan gerakan
memutar di atas perut secara bersamaan
selama beberapa waktu. Lakukan bergantian
dan usahakan semakin lama gerakan semakin
cepat.
h. Gerakan tangan di depan dada
12
Posisikan kedua telapak tangan membuka
(jari – jari ke atas). Lakukan gerakan tangan
kanan dipundak kiri dan tangan kiri di atas
kepala. Kemudian lakukan secara bergantian
dan usahakan semakin lama semakin cepat
j. Gerakan angka 8 tidur
13
Tangan kiri telapak membuka (jari-jari
keatas), tangan kanan membentuk pistol (ibu
jari keatas dan jari tunjuk menunjuk kearah
telapak tangan kiri) Lakukan gerakan jari
tunjuk di sentuhkan ke telapak tangan kiri,
lalu dilanjutkan dengan pergantian tangan kiri
sebagai pistol dan tangan kanan sebagai target
tembak, sentuhkan ujung telunjuk kiri tersebut
ke telapak kanan, begitu seterusnya usahakan
semakin cepat.
M. Jalan ditempat
N. Peregangan dinamis
14
hit. 1-4 melangkah satu langkah ke kanan,
ayunkan kedua lengan dari bawah kesamping
setinggi bahu, keatas kedua kaki jinjit,
Kembali kesamping kaki Kembali turun
kebawah. Hit. 5-8 lakukan gerakan yang sama
kesisi kiri.
ulangi gerakan seperti pada hitungan 1 x 8
pertama
O
15
bahu ke atas kiri
P. Gerakan peralihan
16
Hit. 1 x 8: melangkah empat Langkah kesamping
kanan dan kiri, gerakan lengan mendayung,
ayunkan kedua lengan dari samping kiri badan ke
bawah kanan, lanjutkan gerakan ke sisi kiri
Hit. 1 x 8: ulangi Gerakan seperti diatas
Melangkah satu Langkah ke kanan dank e kiri,
ayunkan kedua lengan menyiku Bersama setinggi
bahu kekanan dan ke kiri (jari rapat)
17
hitungan 1-4 ke sisi sebaliknya turunkan kedua
lengan pelan-pelan himgga kebelakang pinggul
sambil memutar telapak tangan
18
DAFTAR PUSTAKA
BAPPENAS. (2015). Angka Harapan Hidup (AHH) menurut Provinsi, 2010-2014. Jakarta:
BAPPENAS. (2018). Angka Harapan Hidup Penduduk Beberapa Negara (tahun), 1995-
19
Batlibangkes, R. (2013). Riset Kesehatan Daerah (RISKESDAS). Jakarta: Badan Penelitian &
Purnarya, I. (2012). Analisa Pola Makan dan Faktor Lainnya yang Berhubungan dengan
Ririhena, E. (2016). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kognitif pada Lansia Di Panti
Maluku.
WHO. (2015). The Epidemiology and Impact of Dementia Current State and Future Trends.
WHO, N. (2014, Mey 12). Age and Dementia. Retrieved September 12, 2017, from Wold
20