Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


TEBAK GAMBAR PADA LANSIA
(TERAPI KOGNITIF )

Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktik


klinik keperawatan gerontik

Disusun oleh:

Amelliana 191134

Maharani Deswita. F 191154

Mirra Sari 191156

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan RS Husada


Program Studi DIII Keperawatan
2022
A. Latar Belakang

Menurut Nugroho, menjadi tua merupakan suatu proses yang alamiah, dimana hal
tersebut berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu tahap anak-anak,
dewasa, dan tua (Muhith, A. & Siyoto, 2016). Ketiga tahap ini memiliki perbedaan baik secara
biologis maupun psikologis. Menurut Undang – Undang Nomor 13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu
proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari
luar tubuh. Proses ini merupakan proses yang terus – menerus secara alamiah, berlangsung
sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada
otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Walaupun
demikian, memang harus diakui bahwa ada beberapa penyakit yang menghinggapi kaum
lansia. Selain aspek fisiologis yang mengalami perubahan, fungsi kognitif pada lansia juga
mengalami penurunan (Artinawati, 2014).
Demensia merupakan suatu gangguan fungsi daya ingat yang terjadi perlahan – lahan,
serta dapat mengganggu kinerja dan aktivitas kehidupan sehari – hari (tun, 2017). Demensia
ditandai dengan adanya gangguan mengingat jangka pendek dan mempelajari hal – hal baru,
gangguan kelancaran berbicara (sulit menyebutkan nama benda dan mencari kata – kata untuk
diucapkan), keliru mengenai tempat, waktu, orang atau benda, sulit hitung menghitung, tidak
mampu lagi membuat rencana, mengatur kegiatan, mengambil keputusan, dan lain – lain
(Sumijatun, 2018). Beberapa tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi demensia antara
lain dengan mengenal kemampuan yang masih dimiliki, terapi individu dengan melakukan
terapi kognitif, terapi aktivitas kelompok dan senam otak (Stuart & Laura, 2017).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
diguanakan sebagai terapi dan kelompok diguanakan sebagai target asuhan. Di dalam
kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat lansia melatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku
yang maladaptif. Tujuan teraupetik untuk memfasilitasi interaksi, mendorong sosialisasi
dengan lingkungan (hubungan dengan luar diri klien), meningkatkan stimulus realitas dan
respon individu, memotivasi dan mendorong fungsi kognitif dan afektif, meningkatkan rasa
dimiliki, meningkatkan rasa percaya diri dan belajar cara baru dalam menyelesaikan masalah.
Populasi lansia di kawasan Asia Tenggara menurut World Health Organisation (WHO)
sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat
3 kali lipat dari tahun ini. Jumlah lansia pada tahun 2015 sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total
populasi, sedangkan pada tahun 2018 jumlah lansia 24.000.000 (9,77%) dari total populasi,
dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28.800.000 (11,34%) dari total populasi
(Kemenkes RI, 2018). Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2015 sekitar 18,55 juta
orang atau 7,78 % dari total penduduk Indonesia. Persentase penduduk lansia yang telah
mencapai angka di atas tujuh persen, menunjukkan bahwa negara Indonesia sudah mulai masuk
ke kelompok negara berstruktur tua (aging population). Struktur penduduk yang menua
tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian pembangunan nasional,
khususnya 1 2 sebagai cerminan dari semakin panjangnya rata-rata usia penduduk Indonesia
(BPS, 2017)

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melaksanakan Terapi Aktivitas Kelompok diharapkan mahasiswa mampu
memberikan asuhan keperawatan pada lansia secara kelompok

2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada dalam kel. Lansia melalui pengkajian
gerontik
b. Menentukan diagnose keperawatan secara kelompok
c. Menentukan prioritas pemecahan masalah
d. Membuat rencana keperawatan sesuai dengan prioritas masalah
e. Mengimplementasikan rencana keperawatan sesuai dengan prioritas masalah
f. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan bersama kelompok lansia
g. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah dilakukan dengan
baik dan benar.

C. Landasan Teori
1. Konsep Terapi Kognitif
a. Pengertian Terapi Kognitif
Pengertian Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur,
aktif, direktif dan berjangkan waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan
dalam kepribadian. Terapi kognitif dikembangkan oleh Aaron Beck. Melalui terapi ini
individu diajarkan/dilatih untuk mengontrol distorsi pikiran/gagasan/ide dengan benar
– benar mempertimbangkan factor dalam berkembangnya dan menetapnya gangguan
mood.
b. Tujuan
Menurut Setyoadi (2016) beberapa mekanisme koping dengan menggunakan terapi
kognitif adalah sebagai berikut:
a) Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menentang
keakuratan kognisi negatif klien
b) Memodifikasi proses pemikiran yang salah
c) Membantu individu mempelajari respons rileksasi, membentuk hirarki situasi
fobia, dan kemudian secara bertahap dihadapkan pada situasinya sambil tetap
mempertahankan respons rileksasi.
d) Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi system keyakinan
yang salah.
e) Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan praktik untuk
meningkatkan aktivitas sosialnnya.
f) Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan internal
c. Manfaat
a) Menurunkan cemas
b) Tehnik relaksasi
c) Biofeedback, menggunakan alat untuk menurunkan cemas dan memodifikasi
respon perilaku.
d) Systematic desenzatization, untuk menurunkan perilaku yang berhubungan
dengan stimulus spesifik

2. Konsep Dasar Lansia (Lanjut Usia)


a. Definisi Lanjut Usia
Lanjut usia merupakan istilah akhir dari proses penuaan. Menurut Undang-Undang No.
13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut menyatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Departemen sosial, 2015). Masa
tua adalah suatu masa dimana orang merasa puas dengan keberhasilannya, tetapi bagi
orang lain priode ini merupakan pemulaan dari kemunduran. Usia tua dipandang
sebagai masa kemunduran, masa kelemhan dan sosial tersebar luas dewasa ini.
Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok
orang yang homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda (Suhartini,
2015).

b. Klasifikasi Lanjut Usia


Batasan usia lanjut yaitu middleyoung elderly usia antara 45-59 tahun, elderly usia antar
60-74 tahun, old usia antara 75-90 tahun dan dikatakan very old berusia di atas 90 tahun.
Pada saat ini ilmuan sosial yang mengkhususkan diri yang mempelajari penuaan
merujuk kepada kelompok lanjut usia muda (young old), lanjut usia tua (old old), dan
lanjut usia tertua (oldest old) (Departemen Kesehatan RI, 2013).

c. Proses Menua
1. Definisi Menua
Menurut Nugroho (2018) mengatakan bahwa menua adalah suatu keadaan yang
terjadi dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup yang hanya dimulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menua merupakan proses ilmiah, yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupannya, yaitu anak , dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik
secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik ditandai dengan kulit mengendur, rambut
memutih, gigi muai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsioal. Jadi,
menua dapat di simpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran
struktur dan fungsi organ. Kondisi ini menunjukkan jelas bahwa proses menua
merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling berkaitan yang
dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan
seksualnya.
Menurut Pudjiastuti & Utomo (2019), bahwa penuaan dapat terjadi secara
fisiologis dan patologis. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis
(physiological aging), diharapkan mereka tua pada keadaan sehat (healthy aging).
Bertambah tua atau lansia selalu berhubungan dengan penurunan tingkat aktivitas
fisik.
Hal ini disebabkan oleh tigal hal, yaitu:
(1) perubahan pada struktur dan jaringan penghubung (kolagen dan elastin) pada
sendi, (2) tipe dan kemampuan aktivitas pada lansia berpengaruh sangat segnifikan
terhadap struktur dan fungsi jaringan pada sendi, (3) patologi dapat mempengaruhi
jaringan penghubung sendi, sehingga mengakibatkan Functional Limitation atau
keterbatasan fungsi dan disability. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
penurunan tingkat aktivitas fisik lansia adalah genetik. Kebiasaan hidup
sebelumnya, trauma atau kecelakaan dan lain-lain (Gruccione, 2019).

2. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia


Menurut nugroho (2018), lansia pada umumnya mengalami bebrapa perubahan
yaitu perubahan fisik/fisiologis, perubahan mental/fiiologis, dan perubhan
psikososial. Pada proses menua perubahan fisiologis akan terjadi pada sistem
muskuloskeletal, syaraf, kardiovaskuler, respirasi, indra, dan integumen. Terkait
dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehariihari yang
berhubunga dengan sistem muskuloskeletal, maka pada penulisan ini akan dibahas
perubahan fisiologis pada sistem muskuloskeletal (Pudjiastuti & Utomo, 2017).
Perubahan pada sistem muskuloskeletal pada lansia seperti tulang kehiangan
kepadatannya sehingga mudah rapuh, kyposis (tubuh membungkuk), persendian
besar dan kaku (Nugroho, 2018).

3. Konsep Terapi Kognitif


a. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Rabu/1 Juni 2022
Jam : Pukul 14.00 WIB
Tempat : Di depan rumah Tn. D yang beralamat di jln. Latumenten 2

b. Metode

Diskusi dalam kelompok dengan teknik bermain


c. Media dan Alat
1. Speaker
2. Kartu gambar
3. Bola Kertas
4. HP/Laptop

d. Sasaran Strategis
1. Lansia yang ada di lingkungan Jln. Latumenten 2
2. Lansia yang mampu melakukan aktivitas fisik
3. Lansia yang kooperatif

e. Susunan Pelaksana
Leader : Mirra Sari
Co-Leader : Maharani Deswita Fitri
Fasilitator : Amelliana

f. Setting Tempat

Keterangan :

: Leader

: Co – Leader
: : Fasilitator

: Lansia Wanita

: Lansia Laki-laki

g. Pembagian Tugas

1. Peran Leader
a) Memimpin jalannya kegiatan
b) Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
c) Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
d) Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien
e) Meminta tanggalpan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
f) Memberi reinforcement positif pada klien
g) Menyimpulkan kegiatan (Lilik, 2015)
2. Peran Co-Leader
a) Membantu tugas leader
b) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
c) Mengingatkan leader tentang kegiatan
d) Bersama leader menjadi contoh kegiatan
3. Peran Fasilitator
a) Memfasilitasi jalannya kegiatan
b) Memfasilitasi klien yang kurang aktif
c) Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
d) Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam /luar
kelompok
4. Peran Pasien
Kriteria Pasien:

a) Lansia yang kooperatif


b) Lansia yang sehat secara fisik dan bertoleransi terhadap aktivitas
c) Lansia dapat berkomunikasi verbal dengan baik (Lilik, 2015)

h. Strategi Pelaksanaan

Strategi PJ
No Pelaksanaan Uraian Kegiatan Waktu

1. Fase Orientasi Pada saat ini terapis melakukan : 5 menit Leader

a. Memberi salam terapeutik :


• Leader membuka kegiatan
dan memperkenalkan tim
perawat lainnya
• Leader memotivasi peserta
untuk memperkenalkan diri
secara bergantian

b. Evaluasi/Validasi : menanyakan
perasaan lansia dan keadaan
lansia saat ini

c. Kontrak :
• Menjelaskan tujuan kegiatan
• Menjelaskan aturan main
tersebut, dengan Leader
menyerahkan tugas kepada
co-leader untuk menjelaskan
tata cara permainan
• Jika ada lansia yang akan
meninggalkan kelompok
harus minta izin kepada
terapis
• Lama kegiatan 15-20 menit
• Setiap lansia mengikuti
kegiatan dari awal sampai
akhir
• Jika peserta merasa kurang
jelas dengan penjelaskan
leader, dapat menanyakan
kepada leader dengan
menunjuk tangan terlebih
dahulu.
• Peserta hadir di tempat 5
menit sebelum kegiatan
berlangsung.
• Co-leader menyerahkan tugas
pada fasilitator untuk
memberikan aba-aba
permainan dimulai.

2. Fase Kerja a. Menjelaskan pengertian TAK 10 menit Fasilitator


teknik kognitif dan tujuannya Leader
b. Mendemonstrasikan terapi Co-Leader
kognitif (tebak gambar)
c. Fasilitator memberikan aba-aba
untuk memulai permainan
d. Lansia bersiap untuk memulai
terapi kognitif (tebak gambar),
dengan cara mengoper bola kertas
ke teman yang berada di
sampingnya hingga musik
berenti.
e. Melakukan senam otak bersama-
sama dengan mahasiswa dengan
menggunakan musik
f. Mengulang kembali terapi
kognitif (tebak gambar) secara
bersama lansia dan mahasiswa
3. Fase a. Evaluasi 5 menit Fasilitator
Terminasi 1. Subjektif Co-Leader
• Mahasiswa menanyakan Leader
perasaan lansia setelah Observer
mengikuti kegiatan
• Memberikan pujian atas
keberhasilan lansia.
2. Objektif
• Menanyakan kembali
terkait teknik kognitif
(tebak gambar) yang telah
dilakukan
b. Rencana Tindak lanjut
1) Memasukan dalam jadwal
kegiatan harian
c. Kontrak yang akan datang
Mahasiswa mengakhiri kegiatan
dan mengingatkan kepada lansia
untuk melakukan kegiatan yang
biasa dilakukan di rumah masing-
masing.
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

Pokok Bahasan : Terapi Aktivitas Kelompok Pada Lansia

Sub Pokok Bahasan : Terapi Kognitif (Tebak Gambar)

Sasaran : Kelompok Lansia

Hari/Tanggal : Rabu/ 1 Juni 2022

Tempat : Di depan rumah Tn. D

Waktu : 20 menit

Penyuluh : Mirra Sari, Maharani Deswita. F, Amelliana

I. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 1 x 20 menit diharapkan kelompok


lansia dapat memahami terkait terapi kognitif, serta kelompok lansia dapat
mengungkapkan keinginan/kemauan untuk melakukan terapi kognitif, dengan
demikian kelompok lansia mampu mengikuti terapi kognitif (tebak gambar).

II. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )


Setelah mendapatkan penyuluhan, masyarakat diharapkan dapat :

1. Menyebutkan pengertian TAK terapi kognitif

2. Menyebutkan tujuan TAK terapi kognitif

3. Mendemonstrasikan terapi kognitif (tebak gambar)

III. Materi Penyuluhan

1. Pengertian TAK terapi kognitif

2. Tujuan terapi kognitif

3. Langkah – langkah melakukan terapi kognitif (tebak gambar)


IV. Metode Penyuluhan

a. Ceramah

b. Tanya jawab/Diskusi

c. Demonstrasi dan redemonstrasi

V. Media Penyuluhan

a. Hp

b. Speaker

c. Kartu gambar

d. Bola Kertas

VI. Rencana Kegiatan Penyuluhan

N Kegiatan Uraian Kegiatan


Penyuluh Audience
o
1 Pembukaan a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
(5 Menit)
b. Menyampaikan tujuan b. Menyetujui tujuan
penyuluhan penyuluhan
c. Mengikuti apresiasi
c. Melakukan kontrak waktu
d. Melakukan apresiasi
2 Penyampaian a. Menanyakan a. Menjelaskan
Materi pengetahuan sebelumnya pengetahuan
(10 menit) mengenai konsep pijat sebelumnya mengenai
oksitosin materi
b. Memberikan penyuluhan b. Menyimak materi dan

dan berdiskusi bersama berdiskusi


pasien dan keluarga
c. Menyimak penjelasan
tentang pijat oksitosin
yang diberikan dan
c. Menjelaskan definisi trapi
berdiskusi
kognitif
d. Menyimak penjelasan
d. Menjelaskan tujuan terapi
yang diberikan dan
kognitif
berdiskusi
e. Menyebutkan e. Menyimak penjelasan
prosedur/langkah
yang diberikan dan
f. Mendemonstrasik berdiskusi
an terapi kognitif f. Menyimak penjelasan
(tebak gambar) yang diberikan dan
menggunakan berdiskusi
musik g. Menyimak penjelasan
g. Memberikan kesempatan yang diberikan dan
pada pasien dan keluarga berdiskusi
untuk bertanya tentang hal h. Menyimak penjelasan
yang belum dipahaminya. yang diberikan dan
h. Menjawab pertanyaan berdiskusi
dari lansia
3 Penutup a. Melakukan evaluasi a. Menjawab pertanyaan
(5 menit) b. Memberikan Pujian
b. Menyimak kesimpulan
c. Menyimpulkan materi
c. Menjawab salam
penyuluhan dan hasil
diskusi
d. Mengucapkan salam
VII. Evaluasi

1. Evaluasi Struktural

a. SAP dan media telah dikonsultasikan kepada pembimbing sebelum


pelaksanaan
b. Pemberi materi telah menguasai seluruh materi

c. Tempat dipersiapkan H-1sebelum pelaksanaan

d. Mahasiswa dan kelompok lansia berada di tempat sesuai kontrak waktu yang
telah disepakati
2. Evaluasi Proses

a. Proses pelaksanaan sesuai rencana

b. Kelompok Lansia aktif dalam diskusi dan tanya jawab

c. Kelompok lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

3. Evaluasi Hasil

a. Lansia dapat menyebutkan pengertian terapi kognitif dengan benar, tujuan,


dan cara melakukan teknik kognitif (tebak gambar).
b. Lansia menunjukkan antusias/keinginan untuk melakukan terapi
kognitif (tebak gambar)
4. Pertanyaan evaluasi

a. Sebutkan pengertian terapi kognitif!

b. Jelaskan tujuan terapi kognitif!

c. Sebutkan gambar apa saja yang di pakai dalam pelaksanaan terapi kognitif!

d. Sebutkan fungsi dari gambar yang diperlihatkan!


VIII. Sumber
Atun M. 2016. Lansia sehat dan bugar. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Departemen kesehatan RI. 2017. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut


bagi Petugas Kesehatan. Jilid I. Jakarta: Direktorat Pembina Kesehatan
Masyarakat.

Consatantinides, 2015. Teori proses menua, dalam: R. Boedhi-Darmojo


(Penyunting), Geriatri, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Dennison, Paul E. 2016. Panduan Lengkap Brain Gym. Jakarta: Grasindo.

Maryam,et al. 2016. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.

Nugroho,W. 2018. Keperawatan gerontik dan geriatrik. Jakarta: EGC.


LAMPIRAN MATERI

TERAPI KOGNITIF (TEBAK GAMBAR)

A. PENGERTIAN
Tebak gambar adalah permainan asah otak ringan, menguji imajinasi,logika
dan nalar. Tebak gambar adalah salah satu bentuk permainan dimana dari
hasil permainan ini lansia dapat menikmati kegiatan yang
dilakukannya sehingga permainan dapat mengurangi kejenuhan dan dapat
menilai kemampuan motorik kasar, motorik halus, bahasa, kognitif serta
sosialisasi. Tebak gambar adalah suatu kegiatan dimana seseorang
atau individu diminta untuk menebak atau menyebutkan apa yang
nama benda yang telah digambar oleh orang lain.

B. TUJUAN

1. Mengekspresikan perasaan, keiginan, dan fantasi serta ide-idenya.

2. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.


Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, fantasinya untuk
menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.

3. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress

4. Melatih klien dalam berfikir dan cara bertindak


Lampiran Gambar

Anda mungkin juga menyukai