Disusun oleh:
Amelliana 191134
Menurut Nugroho, menjadi tua merupakan suatu proses yang alamiah, dimana hal
tersebut berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu tahap anak-anak,
dewasa, dan tua (Muhith, A. & Siyoto, 2016). Ketiga tahap ini memiliki perbedaan baik secara
biologis maupun psikologis. Menurut Undang – Undang Nomor 13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu
proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari
luar tubuh. Proses ini merupakan proses yang terus – menerus secara alamiah, berlangsung
sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada
otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Walaupun
demikian, memang harus diakui bahwa ada beberapa penyakit yang menghinggapi kaum
lansia. Selain aspek fisiologis yang mengalami perubahan, fungsi kognitif pada lansia juga
mengalami penurunan (Artinawati, 2014).
Demensia merupakan suatu gangguan fungsi daya ingat yang terjadi perlahan – lahan,
serta dapat mengganggu kinerja dan aktivitas kehidupan sehari – hari (tun, 2017). Demensia
ditandai dengan adanya gangguan mengingat jangka pendek dan mempelajari hal – hal baru,
gangguan kelancaran berbicara (sulit menyebutkan nama benda dan mencari kata – kata untuk
diucapkan), keliru mengenai tempat, waktu, orang atau benda, sulit hitung menghitung, tidak
mampu lagi membuat rencana, mengatur kegiatan, mengambil keputusan, dan lain – lain
(Sumijatun, 2018). Beberapa tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi demensia antara
lain dengan mengenal kemampuan yang masih dimiliki, terapi individu dengan melakukan
terapi kognitif, terapi aktivitas kelompok dan senam otak (Stuart & Laura, 2017).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
diguanakan sebagai terapi dan kelompok diguanakan sebagai target asuhan. Di dalam
kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat lansia melatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku
yang maladaptif. Tujuan teraupetik untuk memfasilitasi interaksi, mendorong sosialisasi
dengan lingkungan (hubungan dengan luar diri klien), meningkatkan stimulus realitas dan
respon individu, memotivasi dan mendorong fungsi kognitif dan afektif, meningkatkan rasa
dimiliki, meningkatkan rasa percaya diri dan belajar cara baru dalam menyelesaikan masalah.
Populasi lansia di kawasan Asia Tenggara menurut World Health Organisation (WHO)
sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat
3 kali lipat dari tahun ini. Jumlah lansia pada tahun 2015 sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total
populasi, sedangkan pada tahun 2018 jumlah lansia 24.000.000 (9,77%) dari total populasi,
dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28.800.000 (11,34%) dari total populasi
(Kemenkes RI, 2018). Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2015 sekitar 18,55 juta
orang atau 7,78 % dari total penduduk Indonesia. Persentase penduduk lansia yang telah
mencapai angka di atas tujuh persen, menunjukkan bahwa negara Indonesia sudah mulai masuk
ke kelompok negara berstruktur tua (aging population). Struktur penduduk yang menua
tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian pembangunan nasional,
khususnya 1 2 sebagai cerminan dari semakin panjangnya rata-rata usia penduduk Indonesia
(BPS, 2017)
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melaksanakan Terapi Aktivitas Kelompok diharapkan mahasiswa mampu
memberikan asuhan keperawatan pada lansia secara kelompok
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada dalam kel. Lansia melalui pengkajian
gerontik
b. Menentukan diagnose keperawatan secara kelompok
c. Menentukan prioritas pemecahan masalah
d. Membuat rencana keperawatan sesuai dengan prioritas masalah
e. Mengimplementasikan rencana keperawatan sesuai dengan prioritas masalah
f. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan bersama kelompok lansia
g. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah dilakukan dengan
baik dan benar.
C. Landasan Teori
1. Konsep Terapi Kognitif
a. Pengertian Terapi Kognitif
Pengertian Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur,
aktif, direktif dan berjangkan waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan
dalam kepribadian. Terapi kognitif dikembangkan oleh Aaron Beck. Melalui terapi ini
individu diajarkan/dilatih untuk mengontrol distorsi pikiran/gagasan/ide dengan benar
– benar mempertimbangkan factor dalam berkembangnya dan menetapnya gangguan
mood.
b. Tujuan
Menurut Setyoadi (2016) beberapa mekanisme koping dengan menggunakan terapi
kognitif adalah sebagai berikut:
a) Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menentang
keakuratan kognisi negatif klien
b) Memodifikasi proses pemikiran yang salah
c) Membantu individu mempelajari respons rileksasi, membentuk hirarki situasi
fobia, dan kemudian secara bertahap dihadapkan pada situasinya sambil tetap
mempertahankan respons rileksasi.
d) Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi system keyakinan
yang salah.
e) Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan praktik untuk
meningkatkan aktivitas sosialnnya.
f) Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan internal
c. Manfaat
a) Menurunkan cemas
b) Tehnik relaksasi
c) Biofeedback, menggunakan alat untuk menurunkan cemas dan memodifikasi
respon perilaku.
d) Systematic desenzatization, untuk menurunkan perilaku yang berhubungan
dengan stimulus spesifik
c. Proses Menua
1. Definisi Menua
Menurut Nugroho (2018) mengatakan bahwa menua adalah suatu keadaan yang
terjadi dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup yang hanya dimulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menua merupakan proses ilmiah, yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupannya, yaitu anak , dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik
secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik ditandai dengan kulit mengendur, rambut
memutih, gigi muai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsioal. Jadi,
menua dapat di simpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran
struktur dan fungsi organ. Kondisi ini menunjukkan jelas bahwa proses menua
merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling berkaitan yang
dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan
seksualnya.
Menurut Pudjiastuti & Utomo (2019), bahwa penuaan dapat terjadi secara
fisiologis dan patologis. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis
(physiological aging), diharapkan mereka tua pada keadaan sehat (healthy aging).
Bertambah tua atau lansia selalu berhubungan dengan penurunan tingkat aktivitas
fisik.
Hal ini disebabkan oleh tigal hal, yaitu:
(1) perubahan pada struktur dan jaringan penghubung (kolagen dan elastin) pada
sendi, (2) tipe dan kemampuan aktivitas pada lansia berpengaruh sangat segnifikan
terhadap struktur dan fungsi jaringan pada sendi, (3) patologi dapat mempengaruhi
jaringan penghubung sendi, sehingga mengakibatkan Functional Limitation atau
keterbatasan fungsi dan disability. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
penurunan tingkat aktivitas fisik lansia adalah genetik. Kebiasaan hidup
sebelumnya, trauma atau kecelakaan dan lain-lain (Gruccione, 2019).
b. Metode
d. Sasaran Strategis
1. Lansia yang ada di lingkungan Jln. Latumenten 2
2. Lansia yang mampu melakukan aktivitas fisik
3. Lansia yang kooperatif
e. Susunan Pelaksana
Leader : Mirra Sari
Co-Leader : Maharani Deswita Fitri
Fasilitator : Amelliana
f. Setting Tempat
Keterangan :
: Leader
: Co – Leader
: : Fasilitator
: Lansia Wanita
: Lansia Laki-laki
g. Pembagian Tugas
1. Peran Leader
a) Memimpin jalannya kegiatan
b) Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
c) Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
d) Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien
e) Meminta tanggalpan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
f) Memberi reinforcement positif pada klien
g) Menyimpulkan kegiatan (Lilik, 2015)
2. Peran Co-Leader
a) Membantu tugas leader
b) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
c) Mengingatkan leader tentang kegiatan
d) Bersama leader menjadi contoh kegiatan
3. Peran Fasilitator
a) Memfasilitasi jalannya kegiatan
b) Memfasilitasi klien yang kurang aktif
c) Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
d) Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam /luar
kelompok
4. Peran Pasien
Kriteria Pasien:
h. Strategi Pelaksanaan
Strategi PJ
No Pelaksanaan Uraian Kegiatan Waktu
b. Evaluasi/Validasi : menanyakan
perasaan lansia dan keadaan
lansia saat ini
c. Kontrak :
• Menjelaskan tujuan kegiatan
• Menjelaskan aturan main
tersebut, dengan Leader
menyerahkan tugas kepada
co-leader untuk menjelaskan
tata cara permainan
• Jika ada lansia yang akan
meninggalkan kelompok
harus minta izin kepada
terapis
• Lama kegiatan 15-20 menit
• Setiap lansia mengikuti
kegiatan dari awal sampai
akhir
• Jika peserta merasa kurang
jelas dengan penjelaskan
leader, dapat menanyakan
kepada leader dengan
menunjuk tangan terlebih
dahulu.
• Peserta hadir di tempat 5
menit sebelum kegiatan
berlangsung.
• Co-leader menyerahkan tugas
pada fasilitator untuk
memberikan aba-aba
permainan dimulai.
Waktu : 20 menit
a. Ceramah
b. Tanya jawab/Diskusi
V. Media Penyuluhan
a. Hp
b. Speaker
c. Kartu gambar
d. Bola Kertas
1. Evaluasi Struktural
d. Mahasiswa dan kelompok lansia berada di tempat sesuai kontrak waktu yang
telah disepakati
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
c. Sebutkan gambar apa saja yang di pakai dalam pelaksanaan terapi kognitif!
Maryam,et al. 2016. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
A. PENGERTIAN
Tebak gambar adalah permainan asah otak ringan, menguji imajinasi,logika
dan nalar. Tebak gambar adalah salah satu bentuk permainan dimana dari
hasil permainan ini lansia dapat menikmati kegiatan yang
dilakukannya sehingga permainan dapat mengurangi kejenuhan dan dapat
menilai kemampuan motorik kasar, motorik halus, bahasa, kognitif serta
sosialisasi. Tebak gambar adalah suatu kegiatan dimana seseorang
atau individu diminta untuk menebak atau menyebutkan apa yang
nama benda yang telah digambar oleh orang lain.
B. TUJUAN