Anda di halaman 1dari 39

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Perawatan Fraktur Post Op

Topik : Perawatan Fraktur Post Op


Sasaran : Siswa SMA
Hari/Tgl : Rabu/4 September 2013
Waktu : 20 menit
Tempat : Aula

A. Tujuan
1. Tujuan Intraksional Utama :
Menambah Pengetahuan tentang bagaimana cara perawatan Fraktur Post Op
2. Tujuan Intraksional Khusus :
a. Mampu memahami pengertian fraktur radius
b. Mampu memahami penyebab fraktur
c. Mampu memahami pengertian perawatan post op
d. Mampu menyebutkan kembali tujuan perawatan post op
e. Menyebutkan apa saja yang diperlukan saat perawatan fraktur post op
f. Manyebutkan bagaimana cara perawatan fraktur post op pada radius

B. Pokok Bahasan / sub. Pokok bahasan :


a. Pokok bahasan
Perawatan fraktur post op
b. Sub. Pokok bahasan
Perawatan fraktur post op pada radius

C. Materi.
1. Mengetahui Pengertian fraktur radius
2. Mengetahui penyebab fraktur
3. Mengetahui pengertian perawatan post op
4. Mengetahui tujuan perawatan post op
5. Mengetahui apa yang diperlukan saat perawatan post op
6. Mengetahui cara perawatan fraktur post op

D. Media yang digunakan : LCD/PowerPoint

E. Metode : ceramah, diskusi, dan Tanya jawab

F. Kegiatan pembelajaran :
No Kegiatan Waktu Penyuluh Kegiatan Peserta
1. Pra 3 menit
kegiatan Menyiapkan media Menyiapkan alat tulis
Menyediakan
tempat/ruangan

2. Kegiatan 15menit 1. Memberi salam 1.Menjawab salam


inti
2. kegiatan inti : 2.Kegiatan Inti :
a. menjelaskan pengetian a. Menyimak
fraktur

b.Menjelaskan penyebab b.Menyimak


fraktur

c.menjelaskan pengertian c.Menyimak


perawatan post op

d.Menjelaskan yujuan
perawatan post op d.Menyimak

e.menjelaskan apa yang


diperlukan saat perawatan
post op e.Menyimak

f.Menjelaskan cara
perawatan post op
f.Menyimak
3.penutup
a.melakukan evaluasi
3.Penutup
a.Menjawab
3. Penutup 2menit 1.Memberi salam 1.Menjawab salam

G. Evaluasi
1. Prosedur : Post test
2. Jenis : lisan
3. Pertanyaan :
1. Sebutkan pengertian fraktur radius?
2. Sebutkan apa saja penyebab fraktur?
3. Sebutkan pengertian perawatan post op?
4. Sebutkan tujuan perawatan post op?
5. Sebutkan apa saja yang diperlukan saat perawatan post op?
6. Sebutkan cara perawatan fraktur post op pada radius?

H. Lampiran Materi :
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
(Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah, 2002, hal. 2357).
Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan tangan
menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah, 2002, hal.
2372).
Ada beberapa penyebab fraktur. Diantaranya yaitu :
1. Kekerasan langsung: Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada
titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan
patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan
penarikan.
Pengertian perawatan post op adalah penting seperti halnya persiapan preoperatif. Perawatan
post operatif yang kurang sempurna akan menghasilkan ketidakpuasan dan tidak memenuhi
standart operasi.
Tujuan prawatan post op adalah untuk menghilangkan rasa nyeri, sedini mungkin
mengidentifikasi masalah dan mengatasi sedini mungkin.
Yang diperlukan saat perawatan post op adalah
1. Memberi dukungan pada pasien.
2. Menghilangkan rasa nyeri.
3. Antisipasi dan atasi segera komplikasi.
4. Memelihara komunikasi yang baik dengan tim. Komunikasi yang tidak baik merupakan
masalah yang sering menyebabkan kegagalan dalam perawatan post op.

Cara perawatan fraktur post op pada radius adalah


Reduksi
Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah sedapat
mungkin kembali seperti letak asalnya

Cara penanganan secara reduksi :


- Pemasangan gips
Untuk mempertahankan posisi fragmen tulang yang fraktur.
- Reduksi tertutup (closed reduction external fixation)
- Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk memper-tahankan posisi tulang dengan
alat-alat:
skrup, plate, pen, kawat, paku yang dipasang di sisi maupun di dalam tulang. Alat ini diangkut
kembali setelah 1-12 bulan dengan pembedahan.
- Debridemen
Untuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar fraktur pada
keadaan luka
sangat parah dan tidak beraturan.
- Rehabilitasi
Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk mengembalikan fungsi
normal.
Perlu dilakukan mobilisasi
Kemandirian bertahap.
Beri posisi yang nyaman pada tulang yang fraktur sesuai anatomi.Posisi anatomi membuat
rasa nyaman dan melancarkan sirkulasi darah. Anjurkan klien untuk imobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah baring. Beri therapi Obat sesuai program medik. Anjurkan dan bantu klien
untuk mobilisasi fisik secara bertahap sesuai kemampuan klien dan sesuai program medik.
Mobilisasi dini secara bertahap membantu dalam proses penyembuhan.
Meningkatkan pergerakan sehingga dapat melancarkan aliran darah. Rawat luka
operasi dengan tehnik aseptikuntuk mencegah dan menghambat berkembangbiaknya bakteri.
Tutup daerah luka dengan kasa steril,kasa steril menghambat masuknya kuman dalam luka. Jaga
daerah luka tetap bersih dan kering, luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi
perkembangbiakan bakteri.

PERAWATAN KLIEN FRAKTUR DI RUMAH

PERAWATAN KLIEN FRAKTUR DI RUMAH

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar-12
ini, Anda diharapkan akan mampu memahami perawatan klien fraktur di rumah.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran ini, Anda diharapkan akan dapat :
1. Menjelaskan Pengertian Fraktur
2. Menjelaskan Etiologi fraktur
3. Menjelaskan Tanda dan gejala Fraktur
4. Menjelaskan Diagnosa Fraktur
5. Menjelaskan Penatalaksanaan Fraktur
6. Menjelaskan Kebutuhan Perawatan Fraktur di Rumah
7. Menjelaskan Tugas Perawat Homecare pada pasien fraktur

C. Pokok – Pokok Materi


Adapun pokok-pokok materi yang akan Anda pelajari pada kegiatan belajar-12 ini
adalah:
1. Pengertian Fraktur
2. Etiologi fraktur
3. Tanda dan gejala Fraktur
4. Diagnosa Fraktur
5. Penatalaksanaan Fraktur
6. Kebutuhan Perawatan Fraktur di Rumah
7. Tugas Perawat Homecare pada pasien fraktur

D. Uraian Materi Pembelajaran


1. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya
fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur
dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan
kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2002).
Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil akibat kecelakaan,
terjatuh dan luka (Bleby & Bishop, 2003).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005).
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa
trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).
2. Klasifikasi Fraktur
a. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris dst).
b. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:
1) Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks
tulang).
2) Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).
c. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
d. Berdasarkan posisi fragmen :
1) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak
bergeser dan periosteum masih utuh.
2) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi
fragmen
e. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
1) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup
ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.
b) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
c) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
d) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman sindroma
kompartement.
2) Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Fraktur terbuka dibedakan menjadi
beberapa grade yaitu :
a) Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
b) Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
c) Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.
f. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :
1) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung.
2) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan
meruakan akibat trauma angulasijuga.
3) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma
rotasi.
4) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke
arah permukaan lain.
5) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya
pada tulang..
g. Berdasarkan kedudukantulangnya :
1) Tidak adanya dislokasi.
2) Adanya dislokasi
a) At axim : membentuk sudut.
b) At lotus : fragmen tulang berjauhan.
c) At longitudinal : berjauhan memanjang.
d) At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.
h. Berdasarkan posisi frakur, Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
1) 1/3 proksimal
2) 1/3 medial
3) 1/3 distal
i. Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
j. Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
3. Etiologi fraktur
a. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya
benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
b. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada
pegelangan tangan.
c. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/
ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini disebut dengan fraktur patologis.
d. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
4. Tanda dan gejala Fraktur
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci
sebagai berikut:
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme
otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara
alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan
deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya
dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.
c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain
sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang
teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan
kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah
cedera.
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru
tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling terdesak
satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x
pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut.
5. Penatalaksanaan Fraktur
Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :
a. Untuk menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena terluka jaringan
disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat
penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang
fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.
1) Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
2) Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah. Gips yang ideal
adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan
gips adalah :
a) Immobilisasi dan penyangga fraktur
b) Istirahatkan dan stabilisasi
c) Koreksi deformitas
d) Mengurangi aktifitas
e) Membuat cetakan tubuh orthotik
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :
a) Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
b) Gips patah tidak bisa digunakan
c) Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
d) Jangan merusak / menekan gips
e) Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
f) Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama
b. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu
diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal,
atau fiksasi internal tergantung dari jenis frakturnya sendiri.
1) Penarikan (traksi) :
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas
pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu
panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain :
a) Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency
b) Traksi mekanik, ada 2 macam :
- Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam
waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
- Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction.
Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang /
jaringan metal.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
a) Mengurangi nyeri akibat spasme otot
b) Memperbaiki & mencegah deformitas
c) Immobilisasi
d) Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
e) Mengencangkan pada perlekatannya
Prinsip pemasangan traksi :
a) Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik
b) Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat
dipertahankan
c) Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus
d) Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
e) Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai
2) Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-
pecahan tulang.
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin
adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada
umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang
anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen
tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar
menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini
dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
a) Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
b) Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya
c) Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
d) Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
e) Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus yang tanpa
komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir
normal selama penatalaksanaan dijalankan
- Fiksasi Interna
Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang
cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi
mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan
radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang
karena hal ini hampir selalu menyebabkan non-union.
Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas longitudinal serta
kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dápat dimobilisasi cukup cepat untuk
meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi,
trauma bedah tambahan dan risiko infeksi.
Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal,
tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling
baik dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan rotasi.
- Fiksasi Eksterna
Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada pemeriksaan
radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur
dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuk tindakan ini.
c. Agar terjadi penyatuan tulang kembali
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan
menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat gangguan dalam
penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang.
d. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya sendi. Maka
dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin.
6. Kebutuhan Perawatan Fraktur di Rumah
a. Perawatan luka post op ORIF 2 hari sekali
b. Mobilitas fisik : ROM setiap hari
c. Personal hygiene
d. Penkes tentang perawatan selama di rumah, melakukan latihan gerak aktif dan pasif setiap hari
serta nutrisi yang diperlukan untuk mempercepat penyembuhan luka post operasi.
Perawat memberikan inform consent kepada keluarga mengenai hal-hal yang perlu
dilakukan di rumah dalam perawatan . Keluarga menyetujui untuk dilakukan perawatan luka post
op, dilakukan latihan ROM dan pendidikan kesehatan mengenai perawatan di rumah. Namun
dalam hal personal hygiene keluarga mengatakan masih bisa untuk melakukan dan
memfasilitasinya sendiri.
7. Tugas Perawat Homecare pada pasien fraktur
a. Mengkaji keluhan yang dirasakan saat ini
b. Menjelaskan mengenai tujuan serta prosedur tindakan yang akan dilakukan
c. Melakukan tindakan perawatan kepada klien:
1) Melakukan perawatan luka post op ORIF kepada klien
2) Melakukan latihan gerak ROM aktif dan pasif kepada klien
3) Melakukan pendidikan kesehatan kepada klien mengenai perawatan yang perlu dilakukan di
rumah: melakukan perawatan luka post op ORIF dan nutrisi yang diperlukan untuk mempercepat
proses penyembuhan luka post operasi.
d. Mengevaluasi keluarga terhadap tindakan yang telah dilakukan
e. Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
f. Mendiskusikan mengenai rencana perawatan selanjutnya yang akan dilakukan:
g. Keluarga melakukan perawatan luka dengan bimbingan perawat
h. Keluarga melakukan latihan gerak aktif dan pasif setiap hari kepada klien dengan mandiri
tanpa bantuan perawat

E. Rangkuman
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya
fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur
dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan
kontraksi otot ekstrem
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna.
Perawat memberikan inform consent kepada keluarga mengenai hal-hal yang perlu
dilakukan di rumah dalam perawatan . Keluarga menyetujui untuk dilakukan perawatan luka post
op, dilakukan latihan ROM dan pendidikan kesehatan mengenai perawatan di rumah. Namun
dalam hal personal hygiene keluarga mengatakan masih bisa untuk melakukan dan
memfasilitasinya sendiri.

F. Tes Formatif
a. Langkah – langkah
Berikut ini diberikan soal formatif, Anda diminta mengerjakan di lembar kertas tersendiri
(tidak didalam modul). Apabila semua soal tugas sudah selesai Anda kerjakan, Anda
dipersilahkan untuk melihat kunci jawaban dan membandingkan jawaban Anda dengan jawaban
yang ada dikunci jawaban.
Periksalah hasil pekerjaan Anda.kemudian hitunglah jawaban Anda yang benar, gunakan
rumus yang ada pada bagian pendahuluan. Apabila Anda berhasil menyelesaikan (menjawab)
soal formatif dengan 80% benar, maka Anda diperkenankan untuk melanjutkan mempelajari
pembelajaran yang diuraikan pada kegiatan belajar berikutnya.
b. Soal Formatif
Perawat S melakukan kunjungan ke rumah Tn. B untuk melakukan homecare pada pasien fraktur
cruris 1/3 distal dengan post operasi ORIF (open reduction internal fixation) hari ke-8. Saat
dilakukan pengkajian pasien mengatakan kakinya sudah tidak terasa sakit, hanya saja ia
mengatakan masih belum berani untuk berjalan karena takut kakinya patah lagi, jadi ia hanya
tidur di tempat tidur. Tn. B juga mengatakan bahwa dia tidak berani makan telur, ayam, daging,
dan ikan karena takut kalau luka di kakinya tidak sembuh-sembuh. Tn. B juga mengatakan
bingung karena tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mempercepat proses kesembuhan
kakinya. Sementara hasil pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa luka operasi sudah membaik,
luka bersih dan tidak ada pus.
1. Sesuai dengan kasus Tn. B, permasalahan utama yang dihadapi oleh Tn. B adalah………
a. Kecemasan
b. Kurang pengetahuan
c. Intoleransi aktifitas
d. Resiko infeksi
e. Nyeri
2. Tujuan utama dari penatalaksanaan keperawatan yang diberikan kepada Tn B adalah……..
1) Mencegah atrofi
2) Mencegah striktur
3) Mempertahankan fungsi tubuh
4) Mempertahankan kontraktur
3. Untuk mencegah terjadinya kekakuan pada sendi dan untuk mempertahankan fungsi dari
tubuh, maka hendaknya dilakukan range of motion. Gerakan ROM yang tidak sesuai untuk kasus
diatas adalah….
1) Fleksi
2) Oposisi
3) Abduksi
4) Sirkumsisi
4. Untuk mempercepat proses penyembuhan tulang maka perlu asupan gizi yang cukup bagi
klien. Asupan nutrisi yang tepat untuk mempercepat proses penyembuhan tulang adalah….
1) Nutrisi yang banyak mengandung kalsium
2) Nutrisi yang banyak mengandung vitamin D
3) Nutrisi yang banyak mengandung protein
4) Nutrisi yang banyak mengandung vitamin E
5. Tindakan rehabilitatif yang dapat diberikan pada Tn. B sesuai dengan kasus diatas
adalah……….
1) Fisioterapi
2) Electrical therapy
3) Physical therapy
4) Isometric exercise

G. Tugas Mandiri
Jelaskan apa yang harus dilakukan perawat homecare untuk melakukan perawatan pasien fraktur
di rumah!
SATUAN ACARA PENYULUHAN

POKOK BAHASAN : FRAKTUR


SUB POKOK BAHASAN : SISTEM MUSKULOSKELETAL
: Proses Penyembuhan Fraktur dan Sumber Kalsium Bagi
Pasien Fraktur
: Pasien dengan Diagnosa FRAKTUR
: 1. Eldi Pratama
2. Jemy Hartawan
3. Tuti Handayani
Hari/Tanggal : Jumat, 14 Maret 2014
Waktu : 13.00 WIB s.d selesai
Tempat : Ruang Gelatik RSAM Bandar Lampung
I. Tujuan Instruksional
A. Tujuan Instruksional Umum (TIU):
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan klien dapat memahami tentang fraktur
dan proses penyembuhannya dan sumber kalsium yang baik bagi pasien fraktur.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK):
Setelah diberikan penyuluhan keluarga diharapkan dapat :
1. Menjelaskan kembali pengertian fraktur
2. Menjelaskan fungsi tulang
3. Menyebutkan proses penyembuhan fraktur
4. Menjelaskan fungsi kalsium
5. Menyebutkan sumber makanan yang mengandung kalsium

II. Materi
Terlampir

III.Metoda
Metode yang digunakan adalah ceramah dan Tanya jawab/diskusi

IV.Media
- Leaflet
- LCD
V.STRATEGI
a. Persiapan
- Pembuatan satuan penyuluhan
- Persiapan penyuluh dengan menggunakan referensi yang ada
b. Pelaksanaan
- Dimulai dengan memperkenalkan diri, maksud dan tujuan penyuluhan
- Menjelaskan poin-poin penting isi penyuluhan
- Menyampaikan materi
c. Uraian tugas
- Moderator : Jemy Hartawan, S.Kep
- Penyaji : Tuti Handayani, S.Kep
- Perlengkapan/ dokumentasi : Eldi Pratama, S.Kep
d. Penutup

\
VI.Kegiatan

Uraian Kegiatan
No Kegiatan
Penyuluh Peserta
1. Pembukaan a. Mengucapkan salam. a. Menjawab salam.
2 Menit b. Menyampaikan tujuanb. Menyetujui tujuan
demonstrasi demonstrasi
c. Melakukan apersepsi c. Mengikuti apersepsi
2. Isi a. Menjelaskan materia. Menyimak penjelasan.
30 Menit penyuluhan mengenai
pengertian, fungsi tulang
dan proses penyembuhan
fraktur, fungsi kalsium dan
sumber makanan yang
mengandung kalsium.
b. Memberikan kesempatan
kepada keluarga untuk b. Peserta bertanya
bertanya tentang materi
yang telah disampaikan
3. Penutup a. Melakukan evaluasi a. Menjawab pertanyaan
3 Menit b. Menyimpulkan materib. Menyimak kesimpulan.
demonstrasi c. Menjawab salam.
c. Mengucapkan salam

V. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman keluraga setelah diberikan penyuluhan
selama 30 menit diberikan pertanyaan:
1. Menjelaskan kembali pengertian fraktur
2. Menjelaskan fungsi tulang
3. Menyebutkan proses penyembuhan fraktur
4. Menjelaskan fungsi kalsium
5. Menyebutkan sumber makanan yang mengandung kalsium
Lampiran materi

SUMBER KALSIUM
UNTUK PEMBENTUKAN CALLUS PADA PASIEN FRAKTUR

Fungsi dari kalsium Adalah:


1. Menguatkan tulang dan gigi
2. Menunjang system kekebalan tubuh
3. Membantu kontraksi otot
4. Pengumpalan dan pembekuan darah
5. Produksi energy

Penyerapan dan Pembuangan Kalsium


Tulang bukanlah benda yang statis, namun jaringan hidup yang dinamis, menyerap dan
melepaskan kalsium terus-menerus. Dalam keadaan normal, tulang senantiasa berada dalam
keadaan seimbang antara proses pembentukan dan penghancuran. Hal ini membuat densitas atau
kepadatan tulang berbeda pada setiap manusia, dikarenakan oleh kemampuan penyerapan
kalsium. Penyerapan kalsim yang lebih tinggi terjadi pada masa pertumbuhan dan semakin
menurun pada masa dewasa hingga proses menua. Dan Absorpsi kalsium pada laki-laki lebih
tinggi daripada perempuan pada semua golongan usia.
Beberapa faktor yang mempengaruhi penyerapan kalsium dan Kepadatan Tulang:

 Usia, semakin tua semakin rendah penyerapan kalsium. Peningkatan kebutuhan terjadi
pada proses pertumbuhan, masa kehamilan, menyusui
 Genetik, memiliki kerabat dengan riwayat osteoporosis, berkelamin wanita, memiliki
ukuran tulang yang kecil
 Faktor Hormonal, kurang hormon estrogen terutama setelah menopause, rendahnya
hormon testosteron pada pria
 Obat-obatan tertentu, mengonsumsi obat yang mengandung kortikosteroid
 Gaya Hidup, rendah asupan kalsium, kurang olahraga dan aktivitas, merokok dan
mengonsumsi alkohol.
 Kekurangan Vit D dan banyak mengonsumsi makanan berlemak dapat menghambat
absobsi kalsium

Sumber Kalsium
Sumber kalsium berasal dari susu dan terdapat pula beberapa makanan yang dapat
menjadi alternatif sumber kalsium, yaitu:
1. Keju dan makanan yang terbuat dari keju.
2. Yogurt.
3. Susu dan makanan yang terbuat dari susu.
4. Ikan Sarden dan ikan lainnya yang dimakan bersama tulangnya.
5. Sayuran yang berwarna hijau gelap seperti bayam, kangkung dan lain lain.
6. Sereal.
7. Jus jeruk.
8. Kacang kedelai dan makanan yang terbuat dari kedelai.
9. Susu kedelai.
10. Roti, makanan yang berasal dari biji bijian, wafel.

Tips mengatasi Kekurangan Kalsium

Setalah kita mengetahui bahayanya akibat dari kekurangan kalsium yaitu gangguan
pertumbuhan, terjadinya pengeroposan tulang (osteoporosis) dan dapat mengakibatkan patah
tulang, Hipertensi, Diabetes, stoke, maka sebaiknya mulai saat ini kita perhatikan kebutuhan
kalsium tubuh tubuh kita, dan sesuaikan makanan kita agar asupan kalsium dapat terpenuhi dan
kita juga perlu memperhatikan hal-hal yang dapat menghambat penyerapan kalsium dari
makanan tersebut sehingga tubuh kita optimal mendapatkan kalsium dan tidak mengambilnya
dari tulang. Dibawah ini terdapat beberapa tips dari para ahli gizi:

 Mengonsumsi makanan mengandung kalsium tinggi seperti teri, udang rebon, kacang-
kacangan, tempe atau minum susu dan mengurangi kebiasaan merokok, minum kopi,
alkohol dan soft drink (Ahli gizi dr Rachmad Soegih SpKG)

Sumber Kalsium

Jangan malas minum susu. Tabung kalsium untuk masa depan.


Kehilangan kepadatan tulang amat penting. Tulang yang rapuh bisa mengakibatkan
postur tubuh yang buruk, sakit di punggung, patah tulang panggul, dan masih banyak lagi
masalah kesehatan lainnya. Karena itulah fungsi kalsium amat penting untuk tulang kita. Kristal
pada kalsium di dalam tulanglah yang menjaga tulang tetap kuat.
Namun, layaknya jaringan lain di dalam tubuh, tulang kita juga melepas jaringannya, dan
kembali membentuk diri ketika tubuh menyerap kalsium dan menutup kekurangan pada tulang
tersebut. Sejak kecil kita sudah diajarkan pentingnya membangun tulang yang kuat sedini
mungkin. Tetapi ketika kita bertambah dewasa pun kalsium tetap harus dikonsumsi dalam menu
harian. Sebab, ketika level kalsium dalam darah menurun, makin banyak kalsium yang diambil
dari tulang, ini yang menyebabkan seseorang menderita osteoporosis. Wanita memerlukan lebih
banyak zat besi dan kalsium, karena mereka memiliki siklus haid yang memungkinkan kalsium
keluar berbarengan dengan darah yang keluar.
Berikut adalah trik untuk menambah asupan kalsium harian Anda :
1. Jangan Lupa Minum Susu
Semakin kita dewasa, kita sering terlupa untuk minum susu. Ini adalah kesalahan umum. Jika
Anda tak memiliki permasalahan dengan susu (lactose intolerant), atau vegan, maka meminum
susu sehari-hari adalah cara terbaik mengasup kalsium. Banyak yang salah mengartikan, bahwa
dengan meminum susu seseorang bisa jadi tambah gemuk, karena lemaknya. Padahal, jika ini
menjadi hambatan bagi Anda, Anda bisa memilih susu berkalsium tinggi yang non-fat atau low-
fat. Yoghurt, keju, butter, dan es krim juga bisa jadi sumber kalsium yang baik.
2. Camilan
Coba cek kandungan kalsium yang terdapat dalam frozen yogurt yang sekarang banyak dijual di
mal. Biasanya fro-yo mengandung kalsium antara 200-300 mg per gelasnya. Puding, cake, fudge,
atau makanan pencuci mulut lainnya juga sering menggunakan susu (bias mengandung kalsium
hingga 6000 mg).
3. Makanan Utama
Tambahan keju di dalam makanan utama juga bisa menjadi sumber kalsium. Contohnya, keju
mozzarella, ricotta, dan parmesan, yang mudah ditambahkan pada makanan utama seperti pasta.
Mulailah hari Anda dengan menambahkan keju di omelet atau telur orak-arik Anda.
4. Kalsium Tambahan
Belakangan ini kalsium menjadi nutrisi tambahan yang amat penting, bahkan sudah banyak
makanan instan yang sudah dilengkapi dengan kalsium. Contohnya, jus jeruk, sereal, susu
kedelai, dan lainnya. Para produsen makanan tentunya berusaha membantu para konsumen
dengan menciptakan produk yang kaya akan nutrisi, di antaranya kalsium.
5. Makanan Tambahan
Brokoli, lettuce, bok choy, sawi, dan sayuran berdaun hijau adalah sumber kalsium yang cukup
baik. Masalahnya, kalsium pada sayuran tak terlalu mudah diserap tubuh dibandingkan susu.
Anda bisa mencoba mengkombinasikan asupan sayuran Anda dengan menggabungkan bayam
atau lettuce. Taburkan juga wijen atau kacang (yang juga merupakan sumber kalsium yang baik)
dan keju.
6. Kombinasikan Pil Suplemen
Agar kalsium bisa diserap tubuh, diperlukan magnesium. Sebab jika kandungan kalsium tinggi
sementara magnesiumnya rendah, kulit juga bisa kekurangan kepadatannya. Keseimbangan
adalah kuncinya. Para ahli merekomendasikan perbandingan 2:1 antara kalsium dan magnesium.
Jika Anda meminum suplemen 1.000 mg per hari, Anda akan butuh 500 mg magnesium. Tubuh
kita hanya bisa menyerap 500 mg dalam sekali waktu, dan akan mengeluarkan sisanya. Jadi,
sebaiknya Anda mengkonsumsi kalsium dalam dosis rendah setiap harinya. Kalsium karbonat
harus dikonsumsi bersama makanan padat, sementara kalsium sitrat bisa dikonsumsi bersama
atau tanpa makanan.
7. Padukan Dengan Vitamin D
[[
Vitamin D juga penting untuk kesehatan tulang, dan memiliki hubungan yang bersinergi dengan
kalsium. Disarankan agar tubuh terkena paparan matahari selama 15 menit per hari. Namun,
sinar matahari yang dimaksud adalah sinar yang sehat, di bawah pukul 09.00. Sinar matahari bisa
membantu tubuh membangun vitamin D secara alami, namun biasanya tetap dibutuhkan
suplemen terpisah untuk mencukupi kebutuhan tubuh.

SAP Post Fraktur

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : Ilmu Keperawatan MEDIKAL BEDAH

Topik : Post fraktur

Sub topik : Mobilisasi post fraktur


Sasaran : Pasien dan keluarga di Ruang Angsoka 1

Tempat : Ruang Tunggu Angsoka 1 RSUP Sanglah Denpasar

Hari/Tanggal : Jum’at, 12 Januari 2012

Waktu : 1 x 30 menit

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan kesehatan mengenai mobilisasi post fraktur diharapkan
pasien dan keluarga memahami tentang mobilisasi post fraktur

I. Materi

1. Pengertian fraktur

2. Penyebab fraktur

3. Manfaat mobilisasi post fraktur

II. Metode

1. Ceramah.

2. Demostrasi

3. Tanya Jawab

III. Media

Leaflet
IV. Kegiatan Penyuluhan

No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA METODE

1. Pembukaan Membuka kegiatan dengan Menjawab salam Ceramah


: 5 menit mengucapkan salam.

Memperkenalkan diri
Mendengarkan Ceramah
Menjelaskan tujuan dari Memperhatikan Ceramah
penyuluhan

Menyebutkan materi yang


Memperhatikan Ceramah
akan diberikan

2. Pelaksanaa Menggali pengetahuan pasien


Memperhatikan Ceramah
n : 10menit tentang fraktur

Menjelaskan pengertian
Memperhatikan dan Ceramah
fraktur
menjawab pertanyaan
yang diajukan
Ceramah
Menjelaskan penyebab fraktur Memperhatikan
Ceramah
Menjelaskan mobilisasi pada Memperhatikan
pasien post fraktur Ceramah

Mendemonstrasikan
Memperhatikan
mobilisasi fraktur Demostrasi

3. Evaluasi : Menanyakan kepada peserta Menjawab pertanyaan Ceramah


tentang materi yang telah
5 menit
diberikan, dan reinforcement
kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan.

4. 5 Terminasi : Ceramah
menit Mengucapkan terimakasih Mendengarkan
atas peran serta peserta.

Mengucapkan salam penutup


Menjawab salam

V. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

Peserta hadir ditempat penyuluhan

Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang tunggu angsoka 1

Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya

2. Evaluasi Proses

Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan

Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

3. Evaluasi Hasil

Pasien-pasien dapat menyebutkan pengertian fraktur, penyebab, pencegahan dan mobilisasi


post fraktur

Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 5 pasien

VI. PENGORGANISASIAN

Pembicara : Esa Febri M

Demostran : Reky Aurifta H

Fasilitator : Ida Yusnia


VII.DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A.
Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St.
Louis. Cv. Mosby Company.

Poter & Pery. 2005. Fundamental Of Nursing

Lampiran Materi

II. MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN

Definisi

Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung,
kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).

Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur
terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi
infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh
laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,
mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 1995:543)

Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasan
langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi
tersebut (FKUI, 1995:553).

III. ETIOLOGI

1. Trauma langsung/ direct trauma, yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut
mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).

2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma, misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam
keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan.

3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ ada
“underlying disesase” dan hal ini disebut dengan fraktur patologis.

IV. TANDA DAN GEJALA

1. Deformitas

Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan
keseimbangan dan contur terjadi seperti :

a. Rotasi pemendekan tulang

b. Penekanan tulang

2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang
berdekatan dengan fraktur

3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous

4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur

5. Tenderness/keempukan
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan
struktur di daerah yang berdekatan.

7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)

8. Pergerakan abnormal

9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

10. Krepitasi (Black, 1993 : 199).

V. LANGKAH-LANGKAH ROM POST FRAKTUR

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, teratur untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehat menuju kemandirian

Mobilisasi :

1. Aktif

Yaitu latihan pada tulang dan sendi yang dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan perawata atau
keluarga

2. Pasif

Mobilisasi pasif adalah latihan yang diberikan pada klien yang mengalami kelemahan otot
lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang dan sendi dimana klien tidak dapat
melakukannya sendiri, sehingga klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga

Manfaat Mobilisasi

Memelihara fleksibilitas dari tulang dan sendi

Menjaga agar tidak terjadi kerapuhan tulang

Meningkatkan kekuatan otot


Hal – Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Mobilisasi

Perhatikan keadaan umum penderita, apakah merasa kelelahan, pusing atau kecapaian

Pastikan cincin dan perhiasan dilepas untuk menghindari terjadinya pembengkakan dan luka

Pastikan pakaian dalam keadaan longgar

Jangan lakukan pada penderita patah tulang

Jangan lakukan latihan fisik segera setelah penderita makan

Gunakan gerakan badan yang benar untuk menghindari ketegangan atau luka pada penderita

Gunakan kekuatan dengan pegangan yang nyaman ketika melakukan latihan

Gerakan bagian tubuh dengan lancar, pelan dan berirama

Hindari gerakan yang terlalu sulit

Jika kejang pada saat latihan, hentikan

Jika terjadi kekakuan tekan pada daerah yang kaku, teruskan latihan dengan perlahan

Menurut (Potter & Perry, 2005), mobilisasi dapat di lakukan dengan range of

motionaktif.

1. Leher, spina, serfikal

Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°

Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°

Hiperektensi : Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang 40-45°

Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin kearah setiap bahu, rentang 40-45°

Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler, rentang 180°

Ulangi gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

2. Bahu
Fleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di atas kepala, rentang
180°

Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh, rentang 180°

Hiperektensi : Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus, rentang 45-60°

Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak tangan jauh dari
kepala, rentang 180°

Adduksi : Menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin, rentang 320°

Rotasi dalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai ibu jari
menghadap ke dalam dan ke belakang, rentang 90°

Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping
kepala, rentang 90°

Sirkumduksi : Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang 360°

Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

3. Siku

Fleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi bahu dan tangan
sejajar bahu, rentang 150°

Ektensi : Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150°

4. Lengan bawah

Supinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas,
rentang 70-90°

Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah, rentang 70-90°

Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

5. Pergelangan tangan

Fleksi : Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah, rentang 80-90°
Ekstensi : Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan bawah berada dalam
arah yang sama, rentang 80-90°

Hiperekstensi : Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin, rentang 89-90°

Abduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari, rentang 30°

Adduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari, rentang

30-50°

Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

6. Jari- jari tangan

Fleksi : Membuat genggaman, rentang 90°

Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°

Hiperekstensi : Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin,

rentang 30-60°

Abduksi : Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain,

rentang 30°

Adduksi : Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°

Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

7. Ibu jari

Fleksi : Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan, rentang 90°

Ekstensi : menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan, rentang 90°

Abduksi : Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°

Adduksi : Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°

Oposisi : Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama

Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.


8. Pinggul

Fleksi : Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120°

Ekstensi : Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain, rentang 90-120°

Hiperekstensi : Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50°

Abduksi : Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh, rentang 30-50°

Adduksi : Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan melebihi jika mungkin, rentang 30-
50°

Rotasi dalam : Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain, rentang 90°

Rotasi luar : Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain, rentang 90°

Sirkumduksi : Menggerakan tungkai melingkar

Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

9. Lutut

Fleksi : Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-130°

Ekstensi :Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°

Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

10. Mata kaki

Dorsifleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas,

rentang 20-30°

Flantarfleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke bawah, rentang 45-50°

Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

11. Kaki

Inversi : Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10°

Eversi : Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°


Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

12. Jari-Jari Kaki

Fleksi : Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°

Ekstensi : Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°

Abduksi : Menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain, rentang 15°

Adduksi : Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°

Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 k

SAP Diit Fraktur

Kapevi Hatake | 8:46 PM | SAP (Satuan Acara Penyuluhan)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

: Kurangnya Pengetahuan Tentang Diit Pada Penderita Fraktur

ahasan : Diii Pada Penderita Fraktur

ok : Diit

: Tn.M dan Keluarga

: Ruang Perawatan RSUD Syamsudin, SH


: 15 Menit

I. Pengkajian

A. Faktor Predisposisi

1. Riwayat Keperawatan

Tn.M berumur 19 tahun, saat ini sedang dirwat di ruang perawatan III dengan diagnosa media
post operasi fraktur tibia dekstra, Tn.M dirawat atas anjuran dari dokter karena terdapat luka
terbuka dan hasil pemeriksaan rongten menunjukan adanya fraktur cominuted pada os tibia
dekstra. Tn.M mengatakan sebelumnya tidak mengetahui tentang kebutuhan, diit pada penderita
fraktur.

2. Keadaan Fisik

Tekanan darah 150/80 mmHg, nadi 88x/menit, respirasi 24x/menit dan suhu 39,20C, serta berat
badan 55 kg dan tinggi badan 168 cm.

3. Kesiapan Belajar

Tn.M mengatakan tertarik untuk memepelajari tentang diit pada penderita fraktur, Tn.M
mengatakan belum pernah mendapatkan informasi mengenai diit pada penderita fraktur,
sehingga Tn.M bersedia mendengarkan penyuluhan pada pagi hari.

4. Motivasi Belajar

Motivasi Tn.M belajar mengenai diit pada penderita fraktur cukup tinggi, Tn.M ingin
mempelajari karena dapat menambah pengetahuan klien.

5. Kemampuan Membaca

Tn.M lulusan SMU tahun 2004, mempunyai kemampuan membaca dan menulis yang baik,
ketika diberi bacaan bebrapa brosur tentang diit pada penderita fraktur, Tn.M dapat menjelaskan
kembali inti dari brosur tersebut. Tn.M mengatakan lebih menyukai berdiskusi dalam
memcehakan masalahnya karena akan lebih mengerti.
B. Pengkajian Faktor Pemungkin

Mahasiswa yang memberikan pelayanan kesehatan kepada Tn.M dan keluarga telah memiliki
keterampilan dalam memberikan penyuluhan kesehatan dengan baik, karena telah sering
dilakukan pelatihan untuk hal tersebut. Alat bantu penyuluhan beberapa brosur yang memberikan
penyuluhan kesehatan, keluarga dapat merima pelayanan sepenuhnya.

C. Faktor Penguat

Tn.M berpendidikan terakhir adalah SMU yang memiliki cara pandang yang tidak tabu terhadap
kesehatan. Klien mau menerima pelayanan yang akan diberikan petugas kesehatan

II. Diagnosa Keperawatan

Kurang pengetahuan tentang diit pada penderita patah tulang

III. Perencanaan Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran

1. Tujuam Umum

Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 15 menit klien

2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)

a. Menyebutkan kembali tentang defenisi diit pada pengertian fraktur.

b. Menyebutkan kembali tentang tujuan diit pada penderita fraktur

c. Menyebutkan kembali tentang contoh makanan tinggi kalsium

d. Menyebutkan kembali tentang aturab diit pada penderita patah tulang

B. Materi Belajar

1. Pengertian diit
2. Tujuan diit pada penderita patah tulang

3. Contoh makanan tinggi kalsium

4. Aturan diit pada penderita patah tulang

C. Materi Belajar

1. Metode diskusi

2. Metode tanya jawab

D. Alat Bantu Belajar

Brosur atau leaflet

E. Evaluasi Belajar

Evaluasi dilakukan diruang perawatan III dengan mengajukan pertanyaan uraian :

1. Apakah yang dimaksud dengan diit ?

2. Sebutkan tujuan diit pada penderita patah tulang ?

3. Sebutkan contoh-contoh makanan tinggi kalsium ?

4. Sebutkan aturan diit pada penderita patah tulang ?

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian

Diit merupakan jumlah makanan yang dibatasi dengan tujuan tertentu


B. Tujuan Diit Pada Penderita Patah Tulang

1. Mempercepat penyembuhan patah tulang


2. Mengimbangi kadar kacium yang diserap kembali dalam keadaan sakit
3. Mencegah terjadinya rapuhnya pada tulang

C. Contoh Makanan Tinggi Kalsium

1. Keju
2. Susu
3. Brokoli kukus
4. Salmon kaleng dengan tulangnya
5. Ikan Teri
6. Sayuran berwarna hijau : bayam, kangkung, daun singkong

D. Aturan

Diit masyarakat Asia antara 300 mg kalsium lebih baik, karena penduduk Asia lebih banyak
gandum yang paling mendasar. Untuk keseimbangan antara konsumsi tinggi calcium dan tinggi
vitamin D lebih baik dengan berolah raga dibawah sinar matahari pagi antara jam 07.00-09.00.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddart, 2002. Keperawatan Medical Bedah Volume 3. Alih Bahasa Kencana, H.
Y. Jakarta : EGC.

Gopalan. C. Dr., 1994. Nutrition Research In South East Asia, New Delhi.

Anda mungkin juga menyukai