TRAUMATOLOGI
I. PENDAHULUAN
Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Hasil dari
trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar atau hambatan dalam fungsi
organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antaralain kekuatan
mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam
prakteknya nanti seringkali terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis
penyebab, sehingga klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang
menyebabkan trauma.(1)
Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang
bersifat(2)
1. Mekanik
Kekerasan oleh benda tajam
Kekerasan oleh benda tumpul
Tembakan senjata api
2. Fisika
Suhu
Listrik
Petir
Perubahan tekanan udara
Akustik
Radiasi
3. Kimia
Asam
Basa kuat
II. DEFENISI
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya
dengan berbagai kekerasan (ruda paksa), sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah suatu
keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan(2). Setiap bentk kekerasan yang
menyebabkan luka pada seseorang dari segi medikolegal disebut dengan istilah (3)
III. KLASIFIKASI
A. Trauma Tumpul
Benda-benda yang dapat mengakibatkan trauma tumpul adalah benda yang memiliki
permukaan tumpul contohnya:
Batu
Kayu
Martil
Kepalan tangan
Bola
Jatuh dar tempat tinggi
Kecelakaan lalu lintas
1. Luka Memar
Memar adalah cedera yang disebabkan benturan dengan benda tumpul yang
mengakibatkan pembengkakan pada baian tubuh tertentu karena keluarnya darah dari
kapile yang rusak ke jaringan sekitarnya tanpa da kerusakan kulit.(4)
Bentuk dan luas luka dipengaruhi kuat benturan, alat atau benda penyebab ,
keadaan jaringan, umur, kelamin, dan kondisi tubuh seseorang. Akibat trauma pada
orang sehat dan berotot kuat tentu berbeda dengan orang biasa, apalagi pada orang yang
tidak sehat.(5)
Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada
daerah dimana jaringan longgar, seperti didaerah mata, leher, atau pada orang yang
lanjut usia, maka luka memar yang tampak sering kali tidak sebanding dengan
kekerasan, dalam arti sering kali lebih luas; dan adanya jaringan longgar tersebut
memungkinkan berpindahnya memar pada daerah yang lebih rendah, berdasarkan
gravitasi(6)
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan
darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat
menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah
terjadinya agregasi darah di bawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada
organ yang terkena sehingga dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang
ketiga, memar dapat menjadi tempat media berkembang biak kuman. Kematian
jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan saturasi
oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah
golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangren.
Efek lanjut lain dapat timbul pada tekanan mendadak dan luas pada jaringan
subkutan. Tekanan yang mendadak menyebabkan pecahnya sel – sel lemak, cairan
lemak kemudian memasuki peredaran darah pada luka dan bergerak beserta aliran darah
dapat menyebabkan emboli lemak pulmoner atau emboli pada organ lain termasuk
otak. Pada mayat dengan kulit yang gelap sehingga memar sulit dinilai sayatan pada kulit
untuk mengetahui resapan darah pada jaringan subkutan dapat dilakukan dan
dilegalkan.(1)
Kadang-kadang memar busa diragukan dengan lebam mayat apalagi bila memar
berada dibagian bawah setentang dengan lebam mayat. Perbedaan antara memar mayat
dengan lebam mayat yaitu:
3. Luka robek
Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan
kulit teregang kesatu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan terjadi
robekan pada kulit(2)
Ciri-ciri luka robek:
1. Bentuknya tidak teratur
2. Pinggirnya tidak rata
3. Bengkok
4. Sering kotor (sesui benda penyebab)
5. Perdarahan tidak banyak (dibanding luka sayat)
6. Terdapat jembatan jaringan diantara kedua tepi luka
7. Rambut terbenam dalam luka
8. Sering disertai luka memar dan lecet
Luka robek bisa sangat hebat sehingga terjadi perdarahan yang fatal. Luka di daerah
jaringan berlemak dapat menyebabkan emboli lemakpulmonal maupun sistemik,
perdarahan organ dalam bisa terjadi segera, tetapi dapat juga tertunda beberapa hari
hari kemudian (pada luka robek yang tidak komplit) yang akan memperlemah daya
tahan jaringan tersebut sehingga suatu saat jebol dan menimbulkan perdarahan yang
fatal(5)
Aspek medikolegal dari luka robek adalah:
1. Menentukan arah trauma
2. Menentukan kuat trauma
3. Menentukan penyebab trauma
4. Menentukan secara kasar benda penyebab dari luka tersebut
4. Patah tulang
Pada trauma tumpul yang kaut dapat terjadi patah tulang. Pada anak-anak dan oarng
muda tulang masih lentur dan dapat menyerap tekanan yang berat miasalnya dinding,
mobil, pada anak-anak dapat menyebabkan hancurnya organ dalam tanpa patah tulang
iga. Pecahnya tulang dapat menunjukkan rah trauma. Patah tulang dapat menimbulkan
perdarahan luar dan perdarahan dalam.
Yang paling bahaya adalah trauma tumpul pada tulang kepala, karena dapat terjadi
perdarahan epidural, subdural, subarachnoid, dan intraserebral
Akibat yang ditimbulkan oleh patah tulang:
1. Menimbulkan rasa nyeri dan gangguan fungsi
2. Emboli pulmonal atau emboli otak oleh karena sel-sel lemak memasuki sirkulsi
darah, biasanya terjadi pada fraktur tulang-tulang panjang
3. Perdarahan ekstradural terjadi karena robeknya arteri meningea media yang berada
pada bagian dalam tempurung kepala(5)
B. Trauma Tajam
Traumatajam adalah luka yang diakibatkan karena bersentuhan dengan benda tajam (2).
Luka akibat benda tajampada umumnya mudah dibedakan dari luka yang disebabkanoleh
benda tumpul dan dari luka akibat tembakan senjata api. Beda luka akibat trauma tumpul
dengan luka akibat trauma tajam yaitu(2):
Di dalam ilmu kedokteran kehakiman, luka yang diakibatkan benda tajam yang banyak
dijumpai, dan terdapat dalam 3 bentuk yaitu:
Luka sayat tidak begitu berbahaya, kecuali luuka sayat mengenai pembuluh darah yang
dekat ke permukaan seperti dileher, siku bagian dalam, pergelangan tangan dan lipat
paha(2).
1. Lokasi pada tempat tertentu, antara lain: leher. Pergelangan tangan, perut dan
lekuk lutut, irisan dileher biasanya tidak sampai ruas belakang tulang leher
2. Terdapat luka iris yang sejajar, pertama dangkal dinamakan irisan percobaan
kemudian timbul keberanian untuk mengiris lebihdalam
3. Pakaian biasanya disingkirkan sebelum melakkan irisan
4. Tidak ditemukan luka tangkisan
5. TKP rapi tidak porak poranda(3)
- Masih segar
KKS ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
RSUD DR.PIRNGADI MEDAN 8
TRAUMATOLOGI
Darah masih ada, daerah tepi luka masih segar, hematoma ada
- 12 jam
Pinggir luka merah, bengkak serta ada perlengketan darah dan cairan limfe
- 24 jam
Lapisan epidermis kulit menutupi permukaan luka, diatasnya terdapat krusta
(kropeng) yang merupakan bekuan darah
- 36 jam
Mulai terbentuk jaringan kapiler
- 48-72 jam
Sel epidermis semakin tumbuh kedalam luka yang nantinya akan membentuk
jaringan penyambung
- 3-5 hari
Bersamaan dengan pembuluh darah baru juga terbentuk jaringan fibrin, pembuluh
darah yang terbentuk menunjukkanpenebalan dan obliterasi
- 1-2 minggu
Jaringan parut mulai terbentuk
Jika luka merobek jaringan tubuh manusia sampai menembus dari satu sisi ke sisi
yang lainnya.
Penyebab kematian yang paling sering adalah cedera pada organ vital tubuh
Umumnya luka akibat kekerasan benda tajam pada kaasus pembunuhan , bunuh diri,
atau kecelakaan memiliki ciri-ciri:
C. Luka tembak
Ciri-ciri utama dari luka temabak adala:
1. Luka tembak masuk
Jika hanya terdapat satu luka tembak yaitu luka tembak masuk, hal itu
menunjukkan bahwa peluru masih terdapat di dalam tubuh. Pada kasus
demikian maka peluru harus diambil oleh ahli bedah dan pelurunya diserahkan
kelaboratorium forensik. Lokasi peluru dengan tepat dapat diketahui dengan
pemeriksaan sinar X
Luka tembak masuk biasanya lebih kecil dibanding pelurunya. Hal ini
disebabkan sifat elastis kulit
Bentuk luka adalah bulat jika peluru menembus kulit pada posisi tegak lurus.
Jika peluru menembus kulit dengan membentuk sudut maka bentuk luka
menjadi lonjong.
Pinggiran luka melekuk kearah dalam dan terdapat memar.
Jika tembakan dilakukan dari jarak dekat, luka tembak masuk cukup besar dan
pinggiran luka melekuk ke arah luar.
Pada luka mungkin terdapat sisa-sisa pakaian yang dikenakan korban, atau sisa
bubuk mesiu yang tidak terbakar
Kulit disekitarnya da yang hangus dan seperti kulit di tato.
a. Jenis peluru
Peluru yang besar mengakibatkan kerusakan yang lebh parah
Luka akibat peluru yang bulat lebih besar dibandingkan jika pelurunya
berbentuk kerucut
Peluru berbentuk kerucut lebih sedikit menyebabkan laserasi jaringan
dibandingkan peluru yang bulat. Luka yang ditimbulkan lukanya seperti luka
tusuk.
Peluru modern yang dibungkus dengan besi merupakan peluru yang bentuknya
kerucut memanjang. Peluru ini menembus tubuh dan dan keluar tanpa
mengalami deflekasi. Dalam hal ini maka cedera yang terjadi pada luka tembak
masuk dan luka tembak keluar hampir sama ukuran dan bentuknya melingkar.
Luka seperti ini cepat sembuh.
Peluru yang bentuknya tidak teratur mengakibatkan bentuk luka yang tidak
beraturan, laserasi jaringan dan ukuran yang bermacam-macam.
b. Kecepatan peluru
Peluru dengan kecepatan tinggi mempunya ciri-ciri sebagai berikut:
Lubang luka pinggirannya bagus, dengan pinggiran yang mengarah keluar
Menembus jaringan tubuh
Arah peluru tidak berubah walaupun membentur tulang
Sisa mesiu bentuknya tidak jelas dan tidak teratur.
pergelangan tangan,
lipat paha, dada, dll.
Jenis luka Biasanya luka potong Luka tusuk, laserasi Abrasi, memar,
atau tusuk laserasi
Arah luka Dari kiri kekanandan Tidak tentu Tidak tentu
dari atas kebawah
Tingkat keparahan Biasanya tidak parah Paling parah Tingkat keparahan
bervariasi
Luka lainnya Tidak ada Mungkin ada karena Berkaitan denagan
ada perlawanan kecelakaan
Pakaian Tidak rusak Biasanya rusak Rusak dan terkena
kororan
Alat yang Terdapat disekitar Tidak ada Ada
menyebabkan luk korban, dalam
genggaman.
DAFTAR PUSTAKA
1. www.freewebs.com/link_forensik_ku/forensikpatologi.htm
2. Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Cetakan Pertama.
3. Hamdani, Njowito. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Edisi kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. 1992
4. Chadha, DR. P. Vijaya. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V. Widya Medika.
Jakarta. 1995
5. Amri, Prof. dr. Amri Sp. F(K), DFM, SH. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi kedua.
6. Idris, dr. Abdul muriam. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Bina Rupa aksara.