Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CVA (CEREBRAL

VASKULER ACCIDENT) ISKEMIK DI RUANG UNIT STROKE RSUD dr.

SOEDOMO TRENGGALEK

Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan
Menyelesaikan Program Diploma 3 Keperawatan Di Program Studi Keperawatan
Trenggalek Jurusan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

EGA SALSABILLA ARNASYA


NIM.P17240201004

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEPERAWATAN TRENGGALEK

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman modern ini manusia semakin lama semakin berkembang pesat di

segala bidang kehidupan, mulai dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia

saat ini yang memiliki kesibukan yang luar biasa terutama di kota-kota besar

terkadang melupakan kesehatan tubuhnya. Dari pola makan yang tidak teratur,

kurangnya olahraga, jam kerja yang berlebihan, dan konsumsi makanan yang

kurang sehat dan banyak mengandung kolestrol. Kesehatan merupakan barang

yang mahal di negara Indonesia khususnya, sehingga tidak sedikit manusia

yang kehidupannya kurang sehat dapat menyebabkan timbulnya serangan

CVA (Cerebral Vaskuler Accident) (ISTICHANA, 2015). CVA adalah

gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam

otak yang timbul secara mendadak dan akut dalam beberapa detik atau secara

tepat dalam beberapa jam yang berlangsung lebih dari 24 jam dengan gejala

atau tanda tanda sesuai daerah yang terganggu (Irfan, 2012). Pada keadaan

tersebut suplai oksigen ke otak terganggu sehingga mempengaruhi kinerja

saraf di otak. Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah diantaranya

penurunan kesadaran dan kelemahan otot. Penurunan kesadaran pada

penderita CVA (Cerebro Vaskuler Accident) dapat menyebabkan

ketidakefektifan perfusi jaringan serebral Penanganan dan perawatan yang

tepat pada pasien CVA (Cerebro Vaskuler Accident) diharapkan dapat

menekan serendah-rendahnya dampak negatif yang ditimbulkan (Hartikasari,

2015).
Prevalensi stroke menurut data World Stroke Organization menunjukkan

bahwa setiap tahunnya ada 13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta

kematian terjadi akibat penyakit stroke. Sekitar 70% penyakit stroke dan 87%

kematian dan disabilitas akibat stroke terjadi pada negara berpendapatan

rendah dan menengah. Selama 15 tahun terakhir, rata-rata stroke terjadi dan

menyebabkan kematian lebih banyak pada negara berpendapatan rendah dan

menengah dibandingkan dengan negara berpendapatan tinggi. Prevalensi

stroke bervariasi di berbagai belahan dunia. Prevalensi stroke di Amerika

Serikat adalah sekitar 7 juta (3,0%), sedangkan di Cina prevalensi stroke 2

berkisar antara (1,8%) (pedesaan) dan (9,4%) (perkotaan). Di seluruh dunia,

Cina merupakan negara dengan tingkat kematian cukup tinggi akibat stroke

(19,9% dari seluruh kematian di Cina), bersama dengan Afrika dan Amerika

Utara (Mutiarasari, 2019). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Nasional tahun 2018, prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis

tenaga kesehatan sebesar tujuh per mil dan yang terdiagnosis oleh tenaga

kesehatan (nakes) atau gejala sebesar 14,5 per mil. Jadi, sebanyak 76,5 persen

penyakit stroke telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi penyakit

stroke juga meningkat 2 seiring bertambahnya usia. Kasus stroke tertinggi

adalah usia 75 tahun keatas (50,2%) dan lebih banyak pria (11%)

dibandingkan dengan wanita (10%) (Riskesdas, 2018). Menurut data dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek tercatat penderita stroke pada tahun

2018 pada lansia ada sekitar 3.771 jiwa dengan jumlah penduduk 693.104

jiwa. Kasus CVA Iskemik di Ruang Unit Stroke pada tahun 2019 tercatat

sekitar 1.159 orang dan pada tahun 2020 menyebutkan ada sekitar 929 orang,
rata-rata perbulannya sebanyak 89 orang (Register Rawat Inap RSUD dr.

Soedomo Trenggalek, 2021)

CVA (Cerebral Vaskuler Accident) Iskemik biasanya disebabkan adanya

gumpalan yang menyumbat pembuluh darah dan menimbulkan hilangnya

suplai darah keotak. Gumpalan dapat berkembang dari akumulasi lemak atau

plak aterosklerotik di dalam pembuluh darah (Terry & Weaver,2013). Pada

CVA trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia atau infark sulit

ditentukan. Ada peluang CVA meluas setelah serangan pertama sehingga

dapat terjadi edema serebral dan meningkatnya tekanan intrakranial (TIK) dan

kematian pada area yang luas. Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang

terkena dan luasnya saat terkena (Wijaya & Putri,2013). CVA (Cerebral

Vaskuler Accident) iskemik akan mengakibatkan dampak yang fatal bagi

tubuh seseorang, diantaranya seperti gangguan dalam masalah oksigenasi,

penurunan aktivitas atau gangguan mobilisasi. Sumbatan pada darah akan

mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi sehingga mengakibatkan

gangguan pada sistem saraf pusat. Saraf yang kekurangan nutrisi lama

kelamaan akan kehilangan fungsinya. Seorang pasien stroke mungkin

mengalami kelumpuhan pada salah satu sisi bagian tubuh atau semua bagian

tubuh. Kelumpuhan ini akan mempengaruhi kontraksi otot, berkurangnya

kontraksi otot akan mempengaruhi kekuatan otot pasien sehingga akan

berdampak pada gangguan mobilisasi pada pasien. Mobilisasi merupakan

suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas mudah dan teratur

dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas dalam rangka

mempertahankan kesehatannya (Aziz Alimul Hidayat, 2015). Komplikasi


yang dapat terjadi pada pasien stroke adalah kelumpuhan atau hilangnya

gerakan otot, kesulitan bicara atau menelan kehilangan memori atau kesulitan

berpikir, masalah emosional, rasa sakit, dan orang juga mungkin sensitif

terhadap perubahan suhu setelah stroke, terutama dingin ekstrem (Haryono &

Utami, 2019).

Pasien dengan CVA (Cerebral Vaskuler Accident) Iskemik sangat

membutuhkan perawatan medis untuk dilakukan penatalaksanaan yang tepat

dan cepat agar mengurangi kecacatan permanen dan kematian pada pasien

CVA. Penatalaksanaan yang tepat dan dapat mengurangi akibat CVA

(Cerebral Vaskuler Accident) yaitu dengan melakukan terapi farmakologis

dan non farmakologis. Terapi Farmakologis yaitu terapi pada pasien dengan

menggunakan obat-obatan yang kerjanya terbukti dapat menurunkan tekanan

darah pasien, sedangkan terapi non farmakologis adalah sebuah terapi yang

dilakukan tanpa menggunakan obat-obatan dalam proses terapinya. Untuk

CVA iskemik, terapi bertujuan untuk meningkatkan perfusi darah keotak,

membantu lisis bekuan darah dan mencegah trombosis lanjutan, melindungi

jaringan otak yang 25 masih aktif, dan mencegah cedera sekunder lain

(Hartono, 2010).Pada terapi non farmakologis yang dapat dilakukan untuk

mengatasi gangguan mobilitas fisik berupa hemiparese (kelemahan) adalah

dengan melakukan latihan Range of Motion (ROM) baik aktif maupun pasif

(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Range of motion (ROM) adalah latihan

yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat

kesempurnaan kemampuan pergerakan sendi secara normal dan lengkap untuk

meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2009 dalam
Anggriani, 2018). ROM adalah latihan yang dapat dilakukan perawat, pasien,

atau anggota keluarga dengan menggerakkan tiap-tiap sendi secara penuh jika

memungkinkan tanpa menyebabkan rasa nyeri (Brunner & Suddarth, 2002

dalam Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015). Latihan ROM yang dilakukan

dengan frekuensi dua kali sehari dalam enam hari dan dengan waktu 10-15

menit akan lebih berpengaruh meningkatkan kemampuan otot pada pasien

stroke iskemik daripada satu kali sehari (Chaidir & Zuardi, 2014 dalam

Susanti & Bistara, 2019).Perawat memiliki peran yang sangat besar dalam

memberikan asuhan keperawatan pada penderita stroke (Damawiyah,2015).

Peran seorang perawat di rumah sakit memberikan sebuah asuhan

keperawatan kepada pasien CVA (Cerebral Vaskuler Accident) untuk

mencegah terjadinya sebuah komplikasi yang berkaitan dengan permasalahan

keperawatan dan kesehatan pasien, yang meliputi Pengkajian, Mendiagnosa

Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi Keperawatan, serta

melakukan evaluasi yang tepat. Berdasarkan uraian diatas maka penulis

teratarik untuk melakukan penelitian studi kasus dengan judul “Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Dengan CVA (Cerebral Vaskuler Accident)

Iskemik Di Ruang Unit Stroke RSUD Dr. Soedomo Trenggalek”.

1.2 Batasan Masalah

Pada karya tulis ilmiah ini dibatasi pada asuhan keperawatan pasien CVA

(Cerebral Vaskuler Accident) Iskemik di Ruang Unit Stroke RSUD dr.

Soedomo Trenggalek.

1.3 Rumusan Masalah


Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada klien dengan CVA

( Cerebral Vaskuler Accident ) Iskemik di Ruang Unit Stroke RSUD dr.

Soedomo Trenggalek?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan askep dan

menganalisa kesenjangan antara fakta dan teori pada pelaksanaan Asuhan

Keperawatan pada klien CVA (Cerebral Vakuler Accident) Iskemik di

RSUD Dr.Soedomo Trenggalek.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan Pengkajian pada pasien CVA (Cerebral Vaskuler

Accident)

Iskemik di Ruang Unit Stroke RSUD dr. Soedomo Trenggalek

2) Merumuskan Diagnosa Keperawatan Penyakit CVA (Cerebral

Vaskuler Accident) Iskemik pada klien di Ruang Unit Stroke RSUD dr.

Soedomo Trenggalek

3) Menyusun tindakan (intervensi) yang tepat pada klien CVA (Cerebral

Vaskuler Accident) Iskemik pada klien di Ruang Unit Stroke RSUD dr.

Soedomo Trenggalek

4) Melaksanakan tindakan (implementasi) CVA (Cerebral Vaskuler

Accident) Iskemik pada klien di Ruang Unit Stroke RSUD dr.

Soedomo Trenggalek
5) Melakukan evaluasi tindakan pada klien CVA (Cerebral Vaskuler

Accident) Iskemik pada klien di Ruang Unit Stroke RSUD dr.

Soedomo Trenggalek

6) Menganalisa antara teori dan fakta pada klien CVA (Cerebral

Vaskuler Accident) iskemik di Ruang Unit Stroke RSUD dr. Soedomo

Trenggalek

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

untuk mengembangkan ilmu keperawatan yang berkaitan dengan

asuhan keperawatan pada klien CVA ( Cerebral Vaskular Accident )

Iskemik di Ruang Unit Stroke RSUD dr. Soedomo Trenggalek

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi penulis

Bagi penulis diharapkan dapat digunakan sebagai pengetahuan dan

menambah wawasan tetang ilmu asuhan keperawatan pada klien

dengan CVA (Cerebral Vaskular Accident) Iskemik.

2) Bagi institusi pendidikan

Bagi intitusi pendidikan diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan informasi dan bahan ajar kepustakaan dalam pemberian

asuhan keperawatan pada klien dengan CVA (Cerebral Vaskular

Accident) Iskemik dan juga sebagai bahan pengembangan ilmu


pengetahuan tentang keperawatan pada klien dengan CVA

(Cerebral Vaskular Accident) Iskemik.

3) Bagi perawat

Bagi perawat rumah sakit diharapkan penelitian ini digunakan

sebagai sumber pengetahuan dan strategi pelaksanaan bagi perawat

dalam memberikan sebuah asuhan keperawatan di rumah sakit

yang komperhensif pada klien dengan CVA (Cerebral Vaskular

Accident) Iskemik

4) Bagi peneliti

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat digunakan sebagai

panduan untuk penelitian pada asuhan keperawatan pada klien

dengan CVA ( Cerebral Vaskular Accident) Iskemik

5) Bagi pasien

Bagi pasien diharapkan dapat memberikan sebuah pengetahuan

tentang informasi dalam keperawatan pada pasien dengan CVA

(Cerebral Vaskular Accident) Iskemik agar mengurangi terjadinya

risiko yang lebih lanjut.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Definisi
Cerebral Vaskuler Accident (CVA) adalah suatu penyakit

neurologis yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak secara

mendadak yang mengakibatkan kelumpuhan anggota gerak, gangguan

bicara, proses berpikir, dan bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat

gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2012). Sedangkan menurut (Hariyanti et

al., 2020) stroke atau sering disebut CVA (Cerebro-Vascular Accident)

merupakan penyakit/gangguan fungsi saraf yang terjadi secara mendadak

yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah dalam otak. CVA iskemik

adalah kematian pada otak yang biasanya timbul setelah beraktifitas

fisikatau karena psikologis disebabkan oleh thrombus maupun emboli

pada pembuluh darah di otak (Fransisca, 2008).

2.1.2 Klasifikasi CVA

Klasifikasi CVA menurut Awan Hariyanto (2015). Dibagi

menjadi dua yaitu :

1) Menurut patologi dan gejala klinik

a) Stroke hemoragic

Stroke hemoragic terjadi karena pecahnya pembuluh

darah otak pada subarachnoid dan intraserebral, yang pada

umunya serangan lebih banyak terjadi ketika aktivitas.Meskipun

beberapa kejadian terjadi pada saat istirahat dan biasanya disertai


dengan kesadaran pasien yang menurun.

b) Stroke Non-Hemoragic

Stroke yang dapat disebabkan obstruksi total atau

sebagian karena iskemik, thrombosis, emboli atau penyempitan

lumen arteri.

(1) Pada stroke iskemik terjadi penurunan suplai darah ke

jaringan otak menurun. Serangan pada umunya tidak terjadi

saat istirahat atau bangun tidur. Pasien tidak mengalami

perdarahan, tetapi timbul edema sekunder.

(2) Thrombosis : penyumbatan dan terganggunya aliran darah

ke otak karena adanya bekuan atau gumpalan yang

menyebabkan terjadinya iskemik.

(3) Emboli : emboli yang dapat berasal dari udara, tumor,

lemak, bakteri yang ada pada saluran darah sehingga

menimbulkan konklusi atau penyumbatan pembuluh darah

otak.

(4) Penyempitan lumen arteri : bisa terjadi karena infeksi,

spasme, atau karena kompresi massa dari luar.

2.1.3 Etiologi

Menurut Utami (2018), penyebab stroke iskemik adalah

sebagai berikut :

1) Trombosis Serebral

Trombosis merupakan pembentukan bekuan atau gumpalan

di arteri yang menyebabkan penyumbatan sehingga


mengakibatkan terganggunya aliran darah ke otak. Hambatan

aliran darah ke otak menyebabkan jaringan otak kekurangan

oksigen atau hipoksia, kemudian menjadi iskemik dan

berakhir pada infark. Trombosis merupakan penyebab stroke

yang paling sering, biasanya berkaitan dengan kerusakan

lokal dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis. Faktor

lain terjadinya trombosis adalah adanya hipohialinosis, invasi

vaskuler oleh tumor, penyakit gangguan pembekuan darah

seperti Diseminated Intravascular Coagulasi (DIC) dan

Trombotic Trombositopenia Purpura (TTP). Pemberian

heparin sangat efektif untuk menghancurkan trombosis.

2) Emboli Serebral

Emboli merupakan benda asing yang berada pada pembuluh

darah sehingga dapat menimbulkan konklusi atau

penyumbatan pada pembuluh darah otak. Sumber emboli

diantaranya adalah udara, tumor, lemak, dan bakteri. Paling

sering terjadi trombosis berasal dari dalam jantung, juga

berasal dari plak aterosklerosis sinus karotikus atau arteri

karotis interna.

3) Atheroma

Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang

jalur arteri yang menuju ke otak. Misalnya suatu atheroma

(endapan lemak) bisa terbentuk di dalam arteri karotis

sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan


ini sangat serius karena setiap arteri karotis jalur utama

memberikan darah ke sebagian besar otak.

4) Infeksi

Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi

menyebabkan menyempitnya pembuluh darah yang menuju

ke otak. Selain peradangan umum oleh bakteri, peradangan

juga bisa dipicu oleh asam urat (penyebab reumatik gout)

yang berlebih dalam darah.

5) Obat-obatan

Obat-obatan pun dapat menyebabkan stroke, seperti kokain,

amfetamin, epinefrin, adrenalin dan sebagainya dengan jalan

mempersempit diameter pembuluh darah di otak dan

menyebabkan stroke. Fungsi obat-obatan diatas

menyebabkan kontraksi arteri sehingga diameternya

mengecil.

6) Hipotensi

Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan

berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya

menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika

tekanan darah rendahnya berat dan menahun. Hal ini terjadi

jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak

karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau irama

jantung yang abnormal.

7) Hipoperfusi Sistemik
Hipoperfusi sistemik disebabkan menurunnya tekanan arteri,

misalnya karena cardiac arrest, embolis pulmonal,

miokardiak infark, aritmia, syok hipovolemik

2.1.4 Manifestasi Klinis

Menurut Budi (2018), manifestasi klinis stroke

iskemik adalah sebagai berikut :

1) Defisit lapang penglihatan

a) Homonimus hemianiopsi (kehilangan setengah lapang

pengihatan)

Tidak menyadari orang atau objek di tempat

kehilangan pengihatan, mengabaikan salah satu dari isi

tubuh, kesulitan menilaijarak.

b) Kehilangan penglihatan perifer

Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari

objek atau batas objek.

c) Diplopia Penglihatan ganda

2) Defisit Motorik

a) Hemiparesis

Kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang

sama. Paralisis wajah (karena lesi pada hemisfer yang

berlawanan).

b) Ataksia

Berjalan tidak tegak, tidak mampu menyatukan kaki,

perlu dasar berdiri yang luas.


c) Disfagia

Kesulitan dalam menenelan.

3) Defisit Verbal

a) Afasia ekspresif

Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami,

mungkin mampu bicara dalam respon kata tunggal.

b) Afasia reseptif

Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan,

mampu bicara tapi tidak masuk akal.

c) Afasia global

Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.

d) Disartria

Kesulitan dalam membentuk kata.

4) Defisit Kognitif

Penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek

dan panjang, penurunan lapang perhatian, kerusakan

kemampuan untuk berkonsentrasi, alasan abstrak buruk,

dan perubahan penilaian.

5) Defisit Emosional

Penderita akan mengalami kontrol diri, labilitas

emosional, penurunan toleransi pada situasi yang

menimbulkan stres, depresi, menarik diri, rasa takut,

bermusuhan dan marah, serta perasaan isolasi.

2.1.5 Patofisiologi
2.1.6 Uraian

2.1.7 Komplikasi

Menurut Utami (2018), komplikasi yang terjadi pada

klien stroke iskemik terbagi 2 yaitu :

1) Komplikasi dini (0-48 jam pertama)

a) Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat,

dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial,

herniasi, dan akhirnya menimbulkan kematian

b) Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada

stroke stadium awal

2) Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama)

a) Pneumonia: akibat immobilisasi lama

b) Infark miokard

c) Emboli paru: cenderung terjadi 7-14 hari pasca-stroke,

sering kali pada saat penderita mulai mobilisasi.

d) Stroke rekuren: dapat terjadi setiap saat

3) Komplikasi jangka panjang

Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskular lain:

penyakit vaskular perifer.

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut buku (Oktavianus, 2014), pemeriksaan

penunjang dari stroke diantaranya :

1) MRI (Magnetig Resonance Imaging)


Pemeriksaan MRI menunjukkan daerah yang mengalami

infark atau hemoragik.

2) EEG (Electro Enchepalografi)

Pemeriksaan EEG memperlihatkan daerah yang spesifik.

3) Ultrasonografi Doppler

Pemeriksaan Ultrasonografi Doppler mengidentifikasi

penyakit arteriovena.

4) Sinar X/ foto Rongten

Pemeriksaan foto rongten menggambarkan perubahan

kelenjar lemepng pineal

5) CT Scan

Pemeriksaan CT Scan memperlihatkan adanya edema,

hematoma, iskemia dan adanya infark.

6) Angiografi serebral

Pemeriksaan angiografi serebral membantu menentukan

penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau

obstruksi arteri.

7) Pungsi lumbal

Pemeriksaan pungsi lumbal menunjukkan adanya tekanan

normal. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung

darah menunjukkan adanya perdarahan.

2.1.9 Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan keperawatan

Menurut (Tarwoto, 2013), penatalaksanaan stroke di rumah


sakit terbagi atas :

1) Penatalaksanaan umum

a) Pada fase akut (Golden Period selama 3 jam)

1) Terapi oksigen, pasien stroke iskemik dan hemoragik

mengalami gangguan aliran darah ke otak. Sehingga

kebutuhan oksigen sangat penting untuk mengurangi

hipoksia dan juga untuk mempertahankan

metabolismotak. Pertahankan jalan napas, pemberian

oksigen, penggunaan ventilator, merupakan tindakan

yang dapat dilakukan sesuai hasil pemeriksaan

analisa gas darahatau oksimetri

2) Penatalaksanaan peningkatan Tekanan Intra

Kranial(TIK) Peningkatan intra cranial biasanya

disebabkan karena edema serebri, oleh karena itu

penguranganedema penting dilakukan misalnya

dengan pemberian manitol, control atau pengendalian

tekanan darah

3) Monitor fungsi pernapasan : Analisa Gas Darah

4) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan

EKG

5) Evaluasi status cairan dan elektrolit

6) Kontrol kejang jika ada dengan pemberian

antikonvulsan, dan cegah resiko injuri

7) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi


kompresi lambung dan pemberian makanan

8) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan

antikoagulan

9) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat

kesadaran, keadaan pupil, fungsi sensorik dan

motorik,nervus cranial dan reflex

10) Terapi cairan, stroke beresiko terjadinya

dehidrasikarena penurunan kesadaran atau

mengalami disfagia. Terapi cairan ini penting untuk

mempertahankan sirkulasi darah dan tekanan darah.

The American Heart Association sudah

menganjurkan normal saline 50 ml/jam selama jam

jam pertama dari stroke iskemik akut. Segera setelah

stroke hemodinamik stabil, terapi cairan rumatan bias

diberikan sebagai KAEN 3B/KAEN 3A. Kedua

larutan ini lebih baik pada dehidrasi hipertonik serta

memenuhi kebutuhan hemoestasis kalium dan

natrium. Setelah fase akut stroke, larutan rumatan

bisa diberikan untuk memelihara hemostasis

elektrolit, khususnya kalium dan natrium.

b) Fase rehabilitasi

1) Pertahankan nutrisi yang adekuat

2) Program manajemen bladder dan bowel

3) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan


rentanggerak sendi (ROM)

4) Pertahankan integritas kulit

5) Pertahankan komunikasi yang efektif

6) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

7) Persiapan pasien pulang

b. Penatalaksanaan kolaboratif

1) Fisioterapi, lumpuh seluruhnya sangat jarang seorang

fisioterapi akan membantu anda mengatasi kegiatan

menyangkut atot yang kecil sekalipun, anda juga akan

dilibatkan dalam program peregangan untuk otot-otot.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan CVA

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu rentetan pemikiran dan pelaksanaan

kegiatan yang ditujukan untuk pengumpulan data/informasi,

analisis data, dan penentuan permasalahan/diagnosis keperawatan.

Pengkajiankeperawatan merupakan fase pengumpulan data dari

proseskeperawatan (Nuratif & Kusuma, 2015).

1) Identitas Meliputi nama, umur (semakin bertambah tua usia,

semakin tinggi resikonya. Setelah berusia 55 tahun,resikonya

berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Tetapi, itu

tidak berarti bahwa CVA terjadi pada orang lanjut usia karena

CVA dapat menyerang semua kelompok umur), jenis kelamin

(Pria lebih beresiko terkena CVA dari pada wanita, resiko

CVA pria 1,25 lebih tinggi dari pada wanita,tetapi serangan


CVA pada pria terjadi di usia lebih muda sehingga tingkat

kelangsungan hidup juga lebih tinggi, pada umumnya wanita

terserang pada usia lebih tua, sehingga kemungkinan

meninggal lebih besar), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,

suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosa

medis(Wijaya & Putri, 2013)

2) Keluhan utama Keluhan pernyataan yang mengenai masalah

atau penyakit yang mendorong penderita melakukan

pemeriksaan diri.Pada umumnya keluhan pasien CVA terjadi

dua hal yaitu CVA hemoragik dan non hemoragik. CVA

hemoragik biasanyamemiliki keluhan perubahan tingkat

kesadaran, sakit kepala berat,kelemahan pada salah satu sisi

tubuh, mual muntah, menggigil/berkeringat, peningkatan

intracranial, afasia, hipertensi hebat, distress pernafasan dan

koma. Kemudian pada CVA Non hemoragik biasanya

mengalami perubahan tingkat kesadaran, mual muntah,

kelemahan reflex, afasia (gangguan komunikasi),

difasia(memahami kata), kesemutan, nyeri kepala, kejang

sampai tidak sadar (Rhestifujiayani, 2015).

3) Riwayat penyakit sekarang Serangan stroke biasanya

didahului dengan serangan awal yang tidak disadari oleh

pasien, rasa lemah pada salah satu anggota gerak. Biasanya

terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai

tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau


gangguan fungsi otak lain (Tarwoto, 2013).

4) Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat hipertensi, riwayat

stroke sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit jantung,

anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,

penggunaan obat antikoagulan , aspirin, vasodilator, obat-obat

adiktif, dan kegemukan. Pengkajian obat-obat yang sering

digunakan klien seperti pemakaian obat antihipertensi,

antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya.Adanya riwayat

merokok dan penggunaan alcohol (Muttaqin, 2008).

5) Riwayat kesehatan keluarga Yang perlu dikaji apakah dalam

keluarga ada yang menderita penyakit yang sama karena

faktor genetic/keturunan.

6) Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan fisik

(1) Aktifitas/istirahat

(a) Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena

kelemahan, kehilangan sensasi atau paralis

(hemiplegia)

(b) Merasa mudah lelah, susah beristirahat (nyeri,

kejang otot)

(2) Sirkulasi

(a) Adanya penyakit jantung ( reumatik atau penyakit

jantung vascular, endocarditis, polisitemia, riwayat

hipotensi postural)
(b) Hipotensi arterial berhubungan dengan embolisme

atau malformasi vaskuler

(c) Frekuensi nadi dapat bervariasi karena

ketidakefektifan fungsi

(3) Eliminasi

(a) Perubahan pola berkemih seperti : inkontensia urin,

anuria

(b) Distensi abdomen, bising usus (-)

(4) Makanan / cairan

(a) Nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut

atau peningkatan TIK

(b) Kehilangan sensasi ( rasa kecap pada lidah, pipi dan

tengkorak)

(c) Disfagia, riwayat DM, peningkatan lemak dalam

darah

(d) Kesulitan menelan ( gangguan pada reflek palatum

dan faringeal), obesitas

(5) Neurosensori

(a) Adanya sinkope atau pusing, sakit kepala berat

(b) Kelemahan, kesemutan, kebas pada sisi terkena

seperti mati/ lumpuh


(c) Penglihatan menurun : buta total, kehilangan daya

lihat sebagian ( kebutaan monokuler ), penglihatan

ganda (diplopia)

(d) Sentuhan : hilangnya rangsangan sensoria da sisi

tubuh yang berlawanan atau pada ekstremitas dan

kadang pada ipsilateral satu sisi pada wajah

(e) Gangguan rasa pengecap dan penciuman

(f) Gangguan fungsi kognitif : penurunan memori

(g) Ekstremitas : kelemahan atau paralise (kontralateral),

tidak dapat menggenggam reflek tendon melemah

secara kontralateral

b) Pemeriksaan head to toe

(1) Kepala Kulit kepala :

(a) Kepala, pasien pernah mengalami trauma kepala,

adanya hemato atau riwayat operasi

(b) Mata, penglihatan adanya kekaburan akibat adanya

gangguan nervus optikus (nervus II), gangguan

dalam mengangkat bola mata (nervus III),

gangguan dalam memutar bola mata (nervus IV)

dan gangguan dalam menggerakan bola mata

kelateral (nervus VI)

(2) Mulut, adanya gangguan pengecapan (lidah)

akibat
kerusakan nervus vagus adanya kesulitan dalam

menelan

(3) Dada

(a) Paru-paru Pada pernafasan kadang didapatkan

suara nafas terdengar ronchi, ataupun wheezing,

pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks

batuk dan menelan.

(b) Jantung Pengkajian pada sistem kardiovaskuler

didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang

sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah

biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi

hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg)

(4) Abdomen Didapatkan adanya keluhan kesulitan

menelan , nafsu makan menurun, mual muntah pada

fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh

peningkatan produksi asam lambung sehingga

menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola

defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan

peristaltic usus. Adanya inkontinensia alvi yang

berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.

(5) Ekstremitas : didapatkan hemiplegia (paralisis pada

salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang

berlawanan. Hemiparasis atau kelemahan salah satu

sisi tubuh adalah tanda yang lain.


2.2.2 Diagnose Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan

gangguan aliran darah ke otak, perdarahan, edema serebral,

peningkatan tekanan intracranial (Tarwoto, 2013).

a. Data subyektif: Klien mengatakan nyeri kepala

b. Data obyektif: Gangguan status mental, penurunan

kesadaran, perubahan tanda vital, penurunan fungsi

memori, perubahan perilaku, perubahan respon motorik,

kelemahan atau paralisis.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot (Tarwoto, 2013).

a. Data subyektif: Pasien mengatakan lemas, tidak mampu

menggerakkan tangan dan kaki sebelah.

b. Data obyektif: pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan

ADL, kebutuhan ADL dibantu,kesulitan merubah posisi,

perubahan gerak (penurunan untuk berjalan, kesulitan

memulai langkah pendek), keterbatasan ROM, gerak

sangat lambat dan tidak terkontrol.


3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan hemipras/hemiplegi

(Tarwoto,2013)

a. Data subyektif: Pasien mengatakan belum mandi selama di

rumah sakit.

b. Data obyektif: pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan

ADL, kebutuhan ADL dibantu, adanya hemiplegia atau

hemiparase, pergerakan dan ambulasi dibantu, tonus otot

kurang.

4. Gangguan eliminasi urine (inkontinensia fungsional)

berhubungan dengan menurunnya sensasi, disfungsi kognitif,

kerusakan komunikasi.

a. Data subyektif : pasien mengatakan tidak mampu

mengontrol BAK

b. Data obyektif : inkontinensia, bladder penuh, distensi

bladder.

5. Gangguan eliminasi bowel (konstipasi) berhubungan

dengan

menurunnya control volunter, perubahan peristaltik,immobilisasi.

a. Data subyektif : pasien mengatakan tidak bias BAB lebih

dari 3 hari.

b. Data obyektif : feses keras, bising usus lambat, terdapat

masa pada perut kiri bawah.


6. Resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan kelemahan otot mengunyah, menelan.

a. Data subyektif: Pasien mengatakan tidak dapat makan

karena sulit menelan, Pasien mengatakan mual dan tidak

nafsu makan.

b. Data obyektif: Kurang nafsu makan, bising usus berlebih,

konjungtiva pucat, denyut nadi lemah.

7. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan

sirkulasi serebral (Doenges & Marilynn, 2000).

a. Data subyektif: -

b. Data obyetif : Pasien tidak mampu berkomunikasi,

Tanda – tanda frustasi karena tidak mampu

berkomunikasi, Disartria, aphasia, Kelemahan otot

wajah, Kelemahan otot lidah , Adanya infark pada area

bicara dari hasil CT Scan, MRI.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah proses kegiatan mental yang

memberi pedoman atau pengarahan secara tertulis kepada perawat

atau anggota tim kesehatan lainnya tentang intervensi atau tindakan

keperawatan yang akan dilakukan pada pasien. Rencana

keperawatan merupakan rencana tindakan keperawatan tertulis

yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan

diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien


secara spesifik (Manurung, 2011). Intervensi keperawatan menurut

(Tarwoto, 2013) :

a. Diagnosa 1 : Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan

dengan gangguan aliran darah ke otak, perdarahan, edema

serebral, peningkatan tekanan intrakranial.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

perfusi jaringan otak dapat tercapai secara normal.

Kriteria Hasil :

1. Klien tidak gelisah.

2. Klien dapat mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi

kognitif, sensorik dan motorik.

3. Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, muntah, kejang.

4. Klien dengan GCS 4 5 6, Pupil isokor, reflek cahaya (+).

5. TTV dalam batas normal

Intervensi :
Tabel 2.1 (tabel rencana tindakan keperawatan)

Intervensi Rasional
1. Berikan penjelasan kepada keluarga Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses
klien tentang sebab gangguan perfusi penyebuhan.
jaringan otak dan akibatnya.
2. Monitor tanda-tanda vital dan hati-hati Pada keadaan normal autoregulasi
pada hipertensi sistolik. mempertahakan keadaan tekanan darah
sistemik berubah secara fluktasi. Kegagalan
autoreguler akan menyebabkan kerusakan
vaskuler serebral yang dapat
dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik
dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolik.
Sedangkan peningkatan suhu dapat
menggambarkan perjalanan infeksi.
3. Baringkan klien (bed rest) dengan Perubahan pada tekan intrakranial akan dapat
posisi tidur terlentang tanpa bantal. menyebabkan resiko untuk terjadinya
herniasi otak.
4. Monitor tanda-tanda status nerurologis Dapat mengurangi kerusakan otak lebih
dengan GCS lanjut.
5. Bantu pasien untuk membatasi muntah, Aktivitas ini dapat meningkatkan
batuk. Anjurkan pasien untuk tekanan
mengeluarkan napas apabila bergerak atau intrakranial dan intrabdomen. Mengeluarkan
berbalik di tempat tidur. napas sewaktu bergerak atau mengubah
posisi dapat melindungi diri dari efek
valsava.
6. Ciptakan lingkungan yang tenang dan rangsangan aktivitas yang meningkat dapat
batasi pengunjung. meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total
dan ketenangan mungkin diperlukan untuk
pencegahan terhadap perdarahan dalam
kasus stroke hemoragik atau perdarahan
lainnya.
7. Kolaborasi : Berikan cairan perinfus Meminimalkan fluktasi pada beban vaskuler
dengan perhatian ketat. dan tekanan intrakranial, retriksi cairan dan
ciran dapat menurunkan edema serebral.
8. Monitor AGD bila diperlukan Adanya kemungkinan asidosis disertai
pemberian oksigen. dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel
dapat menyebabkan terjadinya iskemik
serebral.
9. Berikan terapi sesuai dengan instruksi Terapi diberikan dengan tujuan menurunkan
dokter, seperti : steroid, amonifel, permeabilitas kapiler, edema serebri dan
antibiotika. metabolik sel atau konsumsi dan kejang.

b. Diagnosa 2 : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan

penurunan kekuatan otot.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam dalam

waktu 3 x 24 jam, klien mampu meningkatkan aktivitas fisik

pada sisi tubuh yang mengalami kelemahan.

Kriteria Hasil :

1. Mempertahankan keutuhan tubuh secara optimal seperti

tidak adanya kontraktur, footdroop.

2. Mempertahankan kekuatan/fungsi tubuh secara optimal.

3. Mendemonstrasikan teknik/perilaku melakukan aktivitas.

4. Mempertahankan integritas kulit.

5. Kebutuhan ADLterpenuhi.

Intervensi :

Tabel 2.2 (tabel rencana tindakan keperawatan)


Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan secara fungsional / Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan
luasnya kerusakan awal dan dengan cara dapat memberikan informasi mengenai
yang teratur. pemulihan.
2. Ubah posisi minimal 2 jam sekali Menurunkan resiko terjadinya trauma /
(telentang/miring) Iskemia jaringan
3. Lakukan latihan rentang gerak aktif dan Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan
pasif pada semua ekstremitas. sirkulasi, membantu mencegah
kontraktur.
4. Tempatkan bantal di bawah aksila untuk Mencegah abduksi bahu dan fleksi siku.
melakukan abduksi pada tangan.
5. Tinggikan tangan dan kepala. Meningkatkan aliran balik vena dan
membantu mencegah terbentuknya edema.
6. Posisikan lutut dan panggul dalam posisi Mempertahankan posisi fungsional.
ekstensi.
7. Bantu untuk mengembangkan Membantu dalam melatih kembali jaras
keseimbangan duduk (seperti saraf, meningkatkan respons motorik.
meninggikan bagian kepala tempat tidur,
bantu untuk duduk di sisi tempat tidur,
biarkan pasien menggunakan kekuatan
tangan untuk menyokong berat badan dan
kaki yang kuat untuk memindahkan kaki
yang sakit).
8. Konsultasi dengan ahli fisioterapi secara Program yang khusus dapat
aktif dan ambulasi pasien. dikembangkan untuk menemukan
kebutuhan yang berarti / menjaga
kekurangan tersebut dalam keseimbangan,
koordinasi dan kekuatan.
c. Diagnosa 3 : Defisit perawatan diri berhubungan dengan

hemiparase/hemiplegi.

Tujuan : Setelah dilakuan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan klien mampu merawat dirinya sendiri.

Kriteria Hasil :

1. Mendemonstrasikan perubahan dalam merawat diri : mandi,

BAB, BAB, berpakaian, makan.

2. Menampilkan aktivitas perawatan secara mandiri.

Intervensi :

Tabel 2.3 (tabel rencana tindakan keperawatan)

Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan ADL pasien Membantu merencanakan intervensi.
2. Anjurkan pasien untuk melakukan Menumbuhkan kemandirian dalam
sendiri perawatan dirinya jika perawatan.
mampu.
3. Berikan umpan positif atas usaha Meningkatkan harga diri pasien.
klien.
4. Pertahankan dukungan, sikap tegas, Perawat konsisten dalam member asuhan
Beri cukup waktu untuk keperawatan
menyelesaikan tugas pada klien
5. Bantu klien dalam pemenuhan Memenuhi kebutuhan ADL dan melatih
kebtuhan ADL pasien jika klien kemandirian.
tidak mampu.
6. Kolaborasi ahli fisioterapi. Mengembangkan rencana terapi.

d. Diagnosa 4 : Gangguan eliminasi urine (inkontinensia fungsional)

berhubungan dengan menurunnya sensasi, disfungsi kognitif,

kerusakan komunikasi.

Tujuan : Setelah dilakuan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan klien mampu mengontrol BAK.

Kriteria Hasil :

1. Pola BAK normal.


2. Pasien dapat berkomunikasi sebelum BAK.

3. Kulit bersih dan kering.

4. Terhindar dari infeksi saluran kemih.

Intervensi :

Tabel 2.4 (tabel rencana tindakan keperawatan)

Intervensi Rasional
1. Kaji kembali tipe inkontinensia dan Menentukan rencana lebih lanjut.
polanya.
2. Buatkan jadwal untuk BAK Melatih BAK secara teratur.
3. Palpasi bladder terhadap adanya distensi. Obstruksi saluran kemih kemungkinan
terjadi.
4. Berikan minum yang cukup 1500-2000 Mencegah batu salura kencing.
ml jika tidak ada kontraindikasi.
5. Lakukan perawatan kateter setiap hari. Mengindari terjadinya infeksi.
6. Monitor hasil urinalisa dan karakteristik Mengetauhi secara dini infeksi saluran
urine. kemih.
7. Jaga privasi pasien saat BAK. Memberikan rasa nyaman.
8. Hindari pasien minum sebelum tidur. Menghindari BAK saat tidur.

e. Diagnosa 5 : Gangguan eliminasi bowel (konstipasi) berhubungan

dengan menurunnya control volunter, perubahan peristaltik,

immobilisasi. 36

Tujuan : Setelah dilakuan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan eliminasi BAB tidak terganggu.

Kriteria Hasil :

1. Pola BAB normal, feses lunak.

2. Pasien mengatakan secara verbal kebutuhan-kebutuhan

defekasi.

Intervensi :

Tabel 2.5 (tabel rencana tindakan keperawatan)


Intervensi Rasional
1. Kaji pola BAB pasien. Menentukan perubahan pola eliminasi
bowel.
2. Lakukan pemeriksaan peristaltik usus. Peristaltik yang lambat menimbulkan
konstipasi.
3. Lakukan mobilisasi dan aktivitas sesuai Merangsang peristaltik usus.
kemampuan klien.
4. Berikan laktasif, suppositoria, enema. Membantu mengeluarkan feses.
5. Kaji status nutrisi dan berikan diet tinggi Diet tinggi serat meningkatkan residu dan
serat. merangsang BAB.
6. Berikan minum ekstra lebih. Membantu mengeluarkan feses.

f. Diagnosa 6 : Resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah, menelan

Tujuan : Setelah dilakuan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan diharapkan nutrisi pada klien terpenuhi.

Kriteria Hasil :

1. Berat badan stabil.

2. Tidak ada tanda-tanda anemia.

3. Intake makanan adekuat.

Intervensi:

Tabel 2.6 (tabel rencana tindakan keperawatan)

Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan mual yang dialami pasien. Untuk memberikan nutrisi yang optimal.

2. Kaji kemampuan mengunyah dan Mencegah aspirasi


menelan.
3. Berikan diet tinggi protein tinggi kalori. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
4. Anjurkan makan sedikit tapi sering. Porsi lebih kecil dapat meningkatkan
pemasukan
5. Lakukan perawatan mulut sebelum dan Dapat meningkatkan nafsu makan pasien
sesudah makan.
6. Berikan makanan melalui NGT sesuai Pemenuhan kebutuhan nutrisi.
program.
7. Timbang berat badan setiap 3 hari. Berat badan indikasi perubahan kebutuhan
nutrisi.
8. Anjurkan pasien untuk minum cukup Pemenuhan kebutuhan cairan dan
1500-2000 cc jika tidak ada mengrangi konstipasi.
kontraindikasi.
9. Kolaborasi dengan tim gizi untuk Menentukan diet yang tepat.
menentukan diet yang tepat.
g. Diagnosa 7 : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan

penurunan sirkulasi serebral.

Tujuan : Setelah dilakuan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan klien mampu berbicara dengan baik.

Kriteria Hasil :

1. Mampu menggunakan metode komunikasi yang efektif baik

verbal maupun non verbal.

2. Terhindar dari tanda-tanda frustasi.

3. Mampu mengkomunikasikan kebutuhan dasar.

4. Mampu mengekspresikan diri dan memahami orang

Intervensi :

Tabel 2.7 (tabel rencana tindakan keperawatan)

Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan komunikasi adanya Mengidentifikasi masalah komunikasi
gangguan bahasa dan bicara. karena gangguan bicara atau gangguan
bahasa.
2. Pertahankan kontak mata dengan pasien Pasien dapat memperhatikan ekspresi dan
saat berkomunikasi. gerakan bibir lawan bicara sehingga dapat
mudah menginterpretasi.
3. Ciptakan lingkungan penerimaan dan Membantu menciptakan komunikasi yang
privasi : efektif.
a. Jangan buru-buru.
b. Bicara perlahan dan intonasi
normal.
c. Kurangi bising lingkungan.
d. Jangan paksa pasien untuk
berkomunikasi.
4. Ciptakan lingkungan penerimaan dan Membantu menciptakan komunikasi yang
privasi : efektif.
a. Jangan buru-buru.
b. Bicara perlahan dan intonasi
normal.
c. Kurangi bising lingkungan.
d. Jangan paksa pasien untuk
berkomunikasi.
5. Gunakan kata-kata sederhana secara Memudahkan penerimaan pesan.
bertahap dan dengan bahasa tubuh.
6. Ajarkan teknik untuk memperbaiki Dengan membaiknya bicara percaya diri
bahasa : akan mengingat dan meningkatkan
a.Intruksikan pasien untuk bicara motivasi untuk memperbaiki bicara.
lambat dan kalimat pendek.
b. Pada awal pertanyaan gunakan
pertanyaan dengan jawaban “ya”
atau “tidak”.
c. Dorong pasien untuk berbagi
perasaan dan keprihatinannya.
7. Berikan respon terhadap perilaku non Menunjukkan adanya respond an rasa
verbal. empati terhadap gangguan bicara pasien.
8. Konsul dengan terapis wicara. Penanganan lebih lanjut dengan teknik
khusus.

2.2.4. Implementasi

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan

sesudah pelaksanaan tindakan, dan menilai data yang baru (Rohmah &

Walid, 2016).

2.2.5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam suatu proses keperawatan.

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan

pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat

pada tahap perencanaan (Rohmah & Walid, 2016).

Hasil yang diharapkan pada evaluasi pasien stroke iskemik

meliputi:

1. Mencapai peningkatan mobilisasi

a. Kerusakan kulit terhindar, tidak ada kontraktur dan footdrop

b. Berpartisipasi dalam program latihan

c. Mencapai keseimbangan saat duduk


d. Penggunaan sisi tubuh yang tidak sakit untuk konpensasi hilangnya

fungsi pada sisi yang hemiplegia

2. Dapat merawat diri dalam bentuk perawatan kebersihan dan menggunakan

adaptasi terhadap alat-alat

3. Pembuangan isi kandung kemih dapat diatur

4. Berpatisipasi dalam program meningkatkan kognisi

5. Adanya peningkatan komunikasi

a. Anggota keluarga memperlihatkan tingkah laku yang positif dan

menggunakan mekanisme koping

b. Tidak terjasi komplikasi

6. Tekanan darah dan kecepatan jantung dalam batas normal untuk pasien

7. Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP,

yaitu :

S : Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien

O :Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang

berhubungan

dengan diagnose keperawatan

A : Analisis dan diagnose

P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang

akan datang

dari intervensi.
BAB 3
METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan menguraikan metode penelitian yang digunakan untuk

menjawab tujuan penelitian berdasarkan masalah yang ditetapkan antara lain

rancangan penelitian, batasan istilah, partisipan, lokasi, dan waktu, prosedur

pengumpulan data, uji keabsahan data, dan analisa data.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan sebuah rencana penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap

pertanyaan penelitian. Desain penelitian ini mengacu pada jenis atau macam

penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai

alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2013).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode studi kasus dengan

design deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2016: 17), Penelitian metode studi

kasus adalah dimana peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap

program, kejadian, proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih orang. Sedangkan

menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011 : 73), penelitian deskriptif kualitatif

ditunjukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena

yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih

memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Satu-

satunya perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan

melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.


3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah merupakan penyajian variabel, istilah, konsep-konsep yang

terkait dengan variabel yang diteliti (Setyosari, 2013). Batasan istilah dalam

penelitian ini terbatas pada Asuhan Keperawatan Klien stroke iskemik. Asuhan

keperawatan merupakan proses di dalam praktik keperawatan yang diberikan

secara langsung kepada klien untuk memenuhi kebutuhan secara holistik sehingga

mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan berdasarkan ilmu-ilmu

keperawatan. Asuhan keperawatan pada klien stroke iskemik meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

3.3 Partisipan

Partisipan adalah klien yang mengalami Stroke Iskemik di Ruang Unit

Stroke RSUD dr. Soedomo Kabupaten Trenggalek. Partisipan yang digunakan

adalah 1 klien dengan kriteria : klien bersedia memberikan seluruh informasi yang

diperlukan, klien masih dalam kesadaran penuh, klien bisa laki-laki atau

perempuan, tidak ada batasan umur.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.4.1 Lokasi

Lokasi pengambilan studi kasus asuhan keperawatan pada pasien

dengan CVA Iskemik dilaksanakan di ruang Unit Stroke RSUD Dr.

Soedomo Trenggalek

3.4.2 Waktu

Peneliti melakukan pengambilan data dimulai pada bulan Mei

tanggal 01 Mei 2023 sampai 3 Mei 2023


3.5. Pengumpulan Data

3.5.1. Bahan / Instrumen

Jenis instrumen dapat di gunakan dalam pengumpulan data adalah

dokumen wawancara tersruktur berupa format asuhan keperawatan atau

chek list, pedoman observasi, pengukuran dengan alat, pemeriksaan

laboratorium atau dokumen relevan.

3.5.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan dengan mengunakan data primer dan data

skunder. Data primer berupa wawancara, pemeriksaan fisik (inspeksi,

auskultasi, palpasi, dan perkusi), sedangkan data skunder berupa hasil

pemeriksaan laboratorium, hasil catatan status pasien dari tenaga medis

yang lain serta studi dokumentasi.

3.5.3. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data menurut (Suryono, 2013) meliputi empat

tahap yaitu :

1) Tahap persiapan

a. Mendapat surat pengantar ijin penelitian dari Ketua Prodi Poltekkes

Kemenkes Malang Kampus V Trenggalek.

b. Mendapat persetujuan ijin penelitian dari lokasi tempat melakukan

asuhan keperawatan yaitu direktur RSUD dr. Soedomo Trenggalek

dengan surat pengantar dari Ketua Prodi Poltekkes Kemenkes

Malang Kampus V Trenggalek


c. Mendapat persetujuan ijin penelitian dari lokasi tempat

pengambilan studi kasus yaitu RSUD dr. Soedomo Trenggalek

dengan pengantar dari Ketua Prodi Poltekkes Kemenkes Malang

Kampus V Trenggalek

d. Setelah mendapatkan jawaban persetujuan dari tempat melakukan

asuhan keperawatan yaitu di RSUD dr. Soedomo Trenggalek

dengan pengantar dari Ketua Prodi Poltekkes Kemenkes Malang

Kampus V Trenggalek, peneliti bekerja sama dengan CI (clinical

instructure) ruangan dan perawatan untuk memperoleh informasi

dari tempat pengambilan kasus mengenai calon partisipan (klien).

2) Tahap Kontrak

Peneliti membuat kontrak waktu dan tempat untuk pengambilan

data. Waktu pelaksanaan wawancara menyesuaikan dengan jam istirahat

partisipan sedangkan tempat pelaksaan mempertimbangkan lokasi

nyaman, tenang, dan mempermudah partisipan yaitu di bed partisipan.

Partisipan menyetujui kontrak waktu dan tempat yang telah disepakati.

3) Tahap Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan pengambilan data menggunakan wawancara

yaitu dengan menggunakan format pengkajian Asuhan Keperawatan dan

dimulai dari pngkajian. Peneliti menyiapkan format pengkajian, bolpoint,

nursing kit dan buu catatan dalam pengambilan data. Peneliti memulai

proses pengambilan data dengan mengajukan pertanyaan terbuka tentang

aktivitas selama di rumah sakit yang bertujuan untuk menjalin keakraban


dengan partisipan, setelah itu peneliti melakukan pemeriksaan fisik

menggunakan nursing kit. Pengambilan data ini membutuhkan waktu rata-

rata 35 menit. Tahap pelaksanaan diakhiri dengan melakukan validasi hasil

wawancara dan membuat kontrak berikutnya dengan partisipan

4) Tahap Penutup
Peneliti mengakhiri penelitian dengan validasi hasil yang telah

ditemukan kepada semua partisipan. Peneliti mengatakan bahwa

peneliti sudah berakhir dan mengucapkan terimakasih pada parstisipan.

3.6. Uji Keabsahan Data

Keabsahan data pada karya tulis ilmiah didasarkan pada derajat

kepercayaan (Credibility), keteralihan (Transferability), kebergantungan

(Dependability) dan kepastian (Confirmability) (Sugiyono, 2011).

3.6.1. Credibility(kepercayaan)

Credibility bermakna kepercayaan terhadap data hasil penelitian

yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak

meragukan sebagai karya ilmiah.Kredibilitas ini dapat dilihat dari

kemampuan penulis mengeksplorasi masalah sesuai konteks,

pemilihan pasien sesuai dengan masalah berdasarkan kerja sama

dengan CI (clinical instructure), pelaksanaan asuhan keperawatan

sesuai dengan langkah-langkah, serta pendokumentasian dilakukan

sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan.


3.6.2. Transferability (keteralihan)

Transferability adalah sejauh mana hasil penerapan suatu studi

kasus pada suatu objek studi kasus dapat diterapkan dalam subjek

penelitian yang lain. Artinya apakah asuhan keperawatan yang

dilaksanakan ini dapat diterapkan pada pasien lain dengan fenomena

keperawatan yang sesuai, dan dapat dijadikan sebagai perbandingan

oleh penulis yang lain atau studi kasus lain yang sesuai.

3.6.3. Dependability (kebergantungan)

Dependability merupakan kesesuaian metode yang dipergunakan

untuk menjawab pokok permasalahan dan mencapai tujuan penulisan

yang diinginkan. Misalnya saja kita menggabungkan dua metode

pengumpulan data yaitu wawancara dan observasi.

3.6.4. Confirmability (kepastian)

Confirmability mengandung makna bahwa sesuatu itu obyektif

jika mendapatkan persetujuan dari pihak – pihak lain terhadap

pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Kondisi ini dapat

diperoleh melalui proses bimbingan yang telah mencapai kesepakatan

antara pembimbing satu, dua dan mahasiswa, ujian proposal untuk

mendapatkan kritikan dan masukan. Prinsip ini juga dapat diperoleh

melalui upaya validasi data pasien pada saat melakukan asuhan

keperawatan
3.7. Analisa Data

Analisa data merupakan sebuah kegiatan untuk mengatur,

mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda dan

mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan focus atau

masalah yang ingin dijawab (Gunawan, 2013). Prinsip analisis studi kasus

merupakan jenis penelitian kualitatif yang diawali dengan proses mencari,

menyusun dan menganalisis secara sistematis, kesenjangan data antara teori

dengan fakta yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun

studi dokumentasi selama melakukan asuhan keperawatan (Sugiyono, 2007).

Peneliti dalam melaksanakan penelitian asuhan keperawatan pada klien dengan

diagnose medis Stroke Iskemik di ruang Unit Stroke RSUD Dr. Soedomo

Trenggalek mengikuti tahapan analisa data mulai dari proses mencari, menyusun

dan menganalisa secara sistematis. Penejalasan tahapan analisis data pada

penelitian ini adalah sebagain berikut :

3.7.1. Proses Mencari

Peneliti memulai proses mencari data dengan menemukan partisipan

yang memenuhi kriteria. Peneliti memperoleh data dari anamnesis secara

mendalam dengan menanyakan identitas, riwayat penyakit, pola aktivitas

sehari-hari, pola kognitif, dan sensor persepsi, pola peran dan hubungan

atau interaksi sosial, pola persepsi diri dan toleransi terhadap stress, pola

seksualitas, dan nilai serta pemeriksaan fisik. Peneliti melakukan

pemeriksan fisik yang dimulai dengan melakukan pemeriksaan TTV dan


pemerikaan persistem dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi menggunakan stetoskop.

3.7.2. Tahap Menyusun

Peneliti menyusun data dari anamnesis dan pengkajian yang dimulai

dari analisa data, menentukan diagnose, merencanakan tindakan yang akan

dilakukan, melakukan tindakan yang telah direncanakan, mengevaluasi

dan mencatat perkembangan klien.

3.7.3. Tahap Analisi Data

Peneliti menganalisis data dengan melakukan pemilihan data-data

yang telah ada. Dan menemukan kesenjangan antara teori dan fakta.

Kesenjangan di interpretasikan secara jelas sehingga mudah difahami

semuanya dan dapat diinformasikan ke orang lain.

3.8 Etika Penelitian

Secara umum prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan data dapat

dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai, hak-hak

subjek, dan prinsip keadilan. Selanjutnya diuraikan sebagai berikut

menurut(Nursalam, 2015)menyatakan bahwa :

3.8.1 Informed Consent (Lembar Persetujuan Menjadi Responded)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.Informed

consent tersebut diberikan sebelu penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden.Tujuannya agar subjek mengerti


maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.Jika subjek

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien (Hidayat, 2008).

3.8.2 Confidentially (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil penelitian (Hidayat, 2008)

3.8.3 Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanay

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan (Hidayat, 2008)


DAFTAR PUSTAKA

Anggriani, Z. S. (2018). Pengaruh ROM (Range of Motion) Terhadap Kekuatan


Otot Ekstremitas pada Pasien Stroke Non Hemoragic. Diambil kembali
dari Jurnal Riset Hesti Medan, 3 No. 2,64-72. Retrieved Mei 30, 2021:
https://jurnal.kesdammedan.ac.id/index.php/jurhesti/article/view/46

Aziz Alimul Hidayat, M. U. (t.thn.). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (Aulia
(ed.); 1st ed., p. 89). Diambil kembali dari
https://books.google.co.id/books?
id=Hb8TEAAAQBAJ&pg=PA8&dq=Buku+Ajar+Kebutuhan+Dasar+Ma
nusia&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjzjeLqhdPuAhWL6XMBHeBICkQ6
AEwBXoECAYQAg#v=onepage&q=Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia&f=false

Damawiyah S, C. S. (2015, Oct). Pengaruh Penerapan Discharge Planning


dengan Pendekatan Family Centered Nursing terhadap Motivasi dan
Kesiapan Keluarga dalam Merawat Pasien Stroke Pasca Akut di Rs. Islam
Surabaya. Diambil kembali dari Repos Univ Diponegoro Semarang
[Internet]: http://eprints.undip.ac.id/47236/

Dasar, R. K. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Kementerian RI tahun 2018. Diambil kembali dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

Hartikasari. (2015). Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic. Jakarta: EGC.

Hartono, A. (2010). Patofisiologi : Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Haryono, R. a. (2019). Keperawatan MEdikal Bedah II. Yogyakarta: Penerbit


Baru Press.

Irfan, M. (2012). Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Yogyakarta: GRAHA ILMU.


Istichana. (2015, Juli). PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA
BERDASARKAN POLA MAKAN PENDUDUK PENDERITA PENYAKIT
STROKE DI PROVINSI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN ANALISIS
FAKTOR DAN ANALISIS HIERARCHICAL CLUSTERING. Diambil
kembali dari Repos Institut Teknologi Sepuluh Nopember:
https://repository.its.ac.id/60077/1/1313105016-Undergradaute
%20Thesis.pdf

Mubarak, W. I. (2015). Buku 1 Buku Ajar Keperawatan Dasar . Jakarta : Salemba


Medika.

Mutiarasari, D. (2019). Ischemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, and


Prevention. Medika Tadulako, Jurnal Ilmiah, 1(2), 36-44.

PPNI, T. P. (2018 ). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan


Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia .

Susanti, &. B. (2019). Pengaruh Range of Motion terhadap Kekuatan Otot pada
Pasien. Diambil kembali dari Jurnal Kesehatan Vokasional 4 No.2, 112-
117. Retrieved Mei 21, 2021:
https://jurnal.ugm.ac.id/jkesvo/article/view/44497/24660

Terry, C. L. (2013). Keperawatan Kritis. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Wijaya, A. S. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah Dewasa Teori&


Contoh. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai