SOEDOMO TRENGGALEK
Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan
Menyelesaikan Program Diploma 3 Keperawatan Di Program Studi Keperawatan
Trenggalek Jurusan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
segala bidang kehidupan, mulai dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia
saat ini yang memiliki kesibukan yang luar biasa terutama di kota-kota besar
terkadang melupakan kesehatan tubuhnya. Dari pola makan yang tidak teratur,
kurangnya olahraga, jam kerja yang berlebihan, dan konsumsi makanan yang
gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam
otak yang timbul secara mendadak dan akut dalam beberapa detik atau secara
tepat dalam beberapa jam yang berlangsung lebih dari 24 jam dengan gejala
atau tanda tanda sesuai daerah yang terganggu (Irfan, 2012). Pada keadaan
2015).
Prevalensi stroke menurut data World Stroke Organization menunjukkan
bahwa setiap tahunnya ada 13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta
kematian terjadi akibat penyakit stroke. Sekitar 70% penyakit stroke dan 87%
rendah dan menengah. Selama 15 tahun terakhir, rata-rata stroke terjadi dan
Cina merupakan negara dengan tingkat kematian cukup tinggi akibat stroke
(19,9% dari seluruh kematian di Cina), bersama dengan Afrika dan Amerika
tenaga kesehatan sebesar tujuh per mil dan yang terdiagnosis oleh tenaga
kesehatan (nakes) atau gejala sebesar 14,5 per mil. Jadi, sebanyak 76,5 persen
adalah usia 75 tahun keatas (50,2%) dan lebih banyak pria (11%)
2018 pada lansia ada sekitar 3.771 jiwa dengan jumlah penduduk 693.104
jiwa. Kasus CVA Iskemik di Ruang Unit Stroke pada tahun 2019 tercatat
sekitar 1.159 orang dan pada tahun 2020 menyebutkan ada sekitar 929 orang,
rata-rata perbulannya sebanyak 89 orang (Register Rawat Inap RSUD dr.
suplai darah keotak. Gumpalan dapat berkembang dari akumulasi lemak atau
CVA trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia atau infark sulit
dapat terjadi edema serebral dan meningkatnya tekanan intrakranial (TIK) dan
kematian pada area yang luas. Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang
terkena dan luasnya saat terkena (Wijaya & Putri,2013). CVA (Cerebral
gangguan pada sistem saraf pusat. Saraf yang kekurangan nutrisi lama
mengalami kelumpuhan pada salah satu sisi bagian tubuh atau semua bagian
suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas mudah dan teratur
gerakan otot, kesulitan bicara atau menelan kehilangan memori atau kesulitan
berpikir, masalah emosional, rasa sakit, dan orang juga mungkin sensitif
terhadap perubahan suhu setelah stroke, terutama dingin ekstrem (Haryono &
Utami, 2019).
dan cepat agar mengurangi kecacatan permanen dan kematian pada pasien
dan non farmakologis. Terapi Farmakologis yaitu terapi pada pasien dengan
darah pasien, sedangkan terapi non farmakologis adalah sebuah terapi yang
jaringan otak yang 25 masih aktif, dan mencegah cedera sekunder lain
dengan melakukan latihan Range of Motion (ROM) baik aktif maupun pasif
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Range of motion (ROM) adalah latihan
meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2009 dalam
Anggriani, 2018). ROM adalah latihan yang dapat dilakukan perawat, pasien,
atau anggota keluarga dengan menggerakkan tiap-tiap sendi secara penuh jika
dalam Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015). Latihan ROM yang dilakukan
dengan frekuensi dua kali sehari dalam enam hari dan dengan waktu 10-15
stroke iskemik daripada satu kali sehari (Chaidir & Zuardi, 2014 dalam
Susanti & Bistara, 2019).Perawat memiliki peran yang sangat besar dalam
Pada karya tulis ilmiah ini dibatasi pada asuhan keperawatan pasien CVA
Soedomo Trenggalek.
Soedomo Trenggalek?
Accident)
Vaskuler Accident) Iskemik pada klien di Ruang Unit Stroke RSUD dr.
Soedomo Trenggalek
Vaskuler Accident) Iskemik pada klien di Ruang Unit Stroke RSUD dr.
Soedomo Trenggalek
Soedomo Trenggalek
5) Melakukan evaluasi tindakan pada klien CVA (Cerebral Vaskuler
Soedomo Trenggalek
Trenggalek
1.5 Manfaat
1) Bagi penulis
3) Bagi perawat
Accident) Iskemik
4) Bagi peneliti
5) Bagi pasien
bicara, proses berpikir, dan bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat
yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah dalam otak. CVA iskemik
a) Stroke hemoragic
b) Stroke Non-Hemoragic
lumen arteri.
otak.
2.1.3 Etiologi
sebagai berikut :
1) Trombosis Serebral
2) Emboli Serebral
karotis interna.
3) Atheroma
4) Infeksi
5) Obat-obatan
mengecil.
6) Hipotensi
7) Hipoperfusi Sistemik
Hipoperfusi sistemik disebabkan menurunnya tekanan arteri,
pengihatan)
2) Defisit Motorik
a) Hemiparesis
berlawanan).
b) Ataksia
3) Defisit Verbal
a) Afasia ekspresif
b) Afasia reseptif
c) Afasia global
d) Disartria
4) Defisit Kognitif
5) Defisit Emosional
2.1.5 Patofisiologi
2.1.6 Uraian
2.1.7 Komplikasi
b) Infark miokard
3) Ultrasonografi Doppler
penyakit arteriovena.
5) CT Scan
6) Angiografi serebral
obstruksi arteri.
7) Pungsi lumbal
2.1.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
1) Penatalaksanaan umum
tekanan darah
EKG
antikoagulan
b) Fase rehabilitasi
b. Penatalaksanaan kolaboratif
2.2.1 Pengkajian
tidak berarti bahwa CVA terjadi pada orang lanjut usia karena
faktor genetic/keturunan.
6) Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan fisik
(1) Aktifitas/istirahat
(hemiplegia)
kejang otot)
(2) Sirkulasi
hipotensi postural)
(b) Hipotensi arterial berhubungan dengan embolisme
ketidakefektifan fungsi
(3) Eliminasi
anuria
tengkorak)
darah
(5) Neurosensori
ganda (diplopia)
secara kontralateral
akibat
kerusakan nervus vagus adanya kesulitan dalam
menelan
(3) Dada
(Tarwoto,2013)
rumah sakit.
kurang.
kerusakan komunikasi.
mengontrol BAK
bladder.
dengan
dari 3 hari.
nafsu makan.
a. Data subyektif: -
(Tarwoto, 2013) :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Tabel 2.1 (tabel rencana tindakan keperawatan)
Intervensi Rasional
1. Berikan penjelasan kepada keluarga Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses
klien tentang sebab gangguan perfusi penyebuhan.
jaringan otak dan akibatnya.
2. Monitor tanda-tanda vital dan hati-hati Pada keadaan normal autoregulasi
pada hipertensi sistolik. mempertahakan keadaan tekanan darah
sistemik berubah secara fluktasi. Kegagalan
autoreguler akan menyebabkan kerusakan
vaskuler serebral yang dapat
dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik
dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolik.
Sedangkan peningkatan suhu dapat
menggambarkan perjalanan infeksi.
3. Baringkan klien (bed rest) dengan Perubahan pada tekan intrakranial akan dapat
posisi tidur terlentang tanpa bantal. menyebabkan resiko untuk terjadinya
herniasi otak.
4. Monitor tanda-tanda status nerurologis Dapat mengurangi kerusakan otak lebih
dengan GCS lanjut.
5. Bantu pasien untuk membatasi muntah, Aktivitas ini dapat meningkatkan
batuk. Anjurkan pasien untuk tekanan
mengeluarkan napas apabila bergerak atau intrakranial dan intrabdomen. Mengeluarkan
berbalik di tempat tidur. napas sewaktu bergerak atau mengubah
posisi dapat melindungi diri dari efek
valsava.
6. Ciptakan lingkungan yang tenang dan rangsangan aktivitas yang meningkat dapat
batasi pengunjung. meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total
dan ketenangan mungkin diperlukan untuk
pencegahan terhadap perdarahan dalam
kasus stroke hemoragik atau perdarahan
lainnya.
7. Kolaborasi : Berikan cairan perinfus Meminimalkan fluktasi pada beban vaskuler
dengan perhatian ketat. dan tekanan intrakranial, retriksi cairan dan
ciran dapat menurunkan edema serebral.
8. Monitor AGD bila diperlukan Adanya kemungkinan asidosis disertai
pemberian oksigen. dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel
dapat menyebabkan terjadinya iskemik
serebral.
9. Berikan terapi sesuai dengan instruksi Terapi diberikan dengan tujuan menurunkan
dokter, seperti : steroid, amonifel, permeabilitas kapiler, edema serebri dan
antibiotika. metabolik sel atau konsumsi dan kejang.
Kriteria Hasil :
5. Kebutuhan ADLterpenuhi.
Intervensi :
hemiparase/hemiplegi.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan ADL pasien Membantu merencanakan intervensi.
2. Anjurkan pasien untuk melakukan Menumbuhkan kemandirian dalam
sendiri perawatan dirinya jika perawatan.
mampu.
3. Berikan umpan positif atas usaha Meningkatkan harga diri pasien.
klien.
4. Pertahankan dukungan, sikap tegas, Perawat konsisten dalam member asuhan
Beri cukup waktu untuk keperawatan
menyelesaikan tugas pada klien
5. Bantu klien dalam pemenuhan Memenuhi kebutuhan ADL dan melatih
kebtuhan ADL pasien jika klien kemandirian.
tidak mampu.
6. Kolaborasi ahli fisioterapi. Mengembangkan rencana terapi.
kerusakan komunikasi.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji kembali tipe inkontinensia dan Menentukan rencana lebih lanjut.
polanya.
2. Buatkan jadwal untuk BAK Melatih BAK secara teratur.
3. Palpasi bladder terhadap adanya distensi. Obstruksi saluran kemih kemungkinan
terjadi.
4. Berikan minum yang cukup 1500-2000 Mencegah batu salura kencing.
ml jika tidak ada kontraindikasi.
5. Lakukan perawatan kateter setiap hari. Mengindari terjadinya infeksi.
6. Monitor hasil urinalisa dan karakteristik Mengetauhi secara dini infeksi saluran
urine. kemih.
7. Jaga privasi pasien saat BAK. Memberikan rasa nyaman.
8. Hindari pasien minum sebelum tidur. Menghindari BAK saat tidur.
immobilisasi. 36
Kriteria Hasil :
defekasi.
Intervensi :
Kriteria Hasil :
Intervensi:
Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan mual yang dialami pasien. Untuk memberikan nutrisi yang optimal.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan komunikasi adanya Mengidentifikasi masalah komunikasi
gangguan bahasa dan bicara. karena gangguan bicara atau gangguan
bahasa.
2. Pertahankan kontak mata dengan pasien Pasien dapat memperhatikan ekspresi dan
saat berkomunikasi. gerakan bibir lawan bicara sehingga dapat
mudah menginterpretasi.
3. Ciptakan lingkungan penerimaan dan Membantu menciptakan komunikasi yang
privasi : efektif.
a. Jangan buru-buru.
b. Bicara perlahan dan intonasi
normal.
c. Kurangi bising lingkungan.
d. Jangan paksa pasien untuk
berkomunikasi.
4. Ciptakan lingkungan penerimaan dan Membantu menciptakan komunikasi yang
privasi : efektif.
a. Jangan buru-buru.
b. Bicara perlahan dan intonasi
normal.
c. Kurangi bising lingkungan.
d. Jangan paksa pasien untuk
berkomunikasi.
5. Gunakan kata-kata sederhana secara Memudahkan penerimaan pesan.
bertahap dan dengan bahasa tubuh.
6. Ajarkan teknik untuk memperbaiki Dengan membaiknya bicara percaya diri
bahasa : akan mengingat dan meningkatkan
a.Intruksikan pasien untuk bicara motivasi untuk memperbaiki bicara.
lambat dan kalimat pendek.
b. Pada awal pertanyaan gunakan
pertanyaan dengan jawaban “ya”
atau “tidak”.
c. Dorong pasien untuk berbagi
perasaan dan keprihatinannya.
7. Berikan respon terhadap perilaku non Menunjukkan adanya respond an rasa
verbal. empati terhadap gangguan bicara pasien.
8. Konsul dengan terapis wicara. Penanganan lebih lanjut dengan teknik
khusus.
2.2.4. Implementasi
sesudah pelaksanaan tindakan, dan menilai data yang baru (Rohmah &
Walid, 2016).
2.2.5. Evaluasi
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
meliputi:
6. Tekanan darah dan kecepatan jantung dalam batas normal untuk pasien
yaitu :
berhubungan
akan datang
dari intervensi.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan menguraikan metode penelitian yang digunakan untuk
pertanyaan penelitian. Desain penelitian ini mengacu pada jenis atau macam
penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai
design deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2016: 17), Penelitian metode studi
program, kejadian, proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih orang. Sedangkan
yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih
satunya perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan
terkait dengan variabel yang diteliti (Setyosari, 2013). Batasan istilah dalam
penelitian ini terbatas pada Asuhan Keperawatan Klien stroke iskemik. Asuhan
secara langsung kepada klien untuk memenuhi kebutuhan secara holistik sehingga
3.3 Partisipan
adalah 1 klien dengan kriteria : klien bersedia memberikan seluruh informasi yang
diperlukan, klien masih dalam kesadaran penuh, klien bisa laki-laki atau
3.4.1 Lokasi
Soedomo Trenggalek
3.4.2 Waktu
tahap yaitu :
1) Tahap persiapan
Kampus V Trenggalek
2) Tahap Kontrak
3) Tahap Pelaksanaan
nursing kit dan buu catatan dalam pengambilan data. Peneliti memulai
4) Tahap Penutup
Peneliti mengakhiri penelitian dengan validasi hasil yang telah
3.6.1. Credibility(kepercayaan)
yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak
kasus pada suatu objek studi kasus dapat diterapkan dalam subjek
oleh penulis yang lain atau studi kasus lain yang sesuai.
keperawatan
3.7. Analisa Data
masalah yang ingin dijawab (Gunawan, 2013). Prinsip analisis studi kasus
diagnose medis Stroke Iskemik di ruang Unit Stroke RSUD Dr. Soedomo
Trenggalek mengikuti tahapan analisa data mulai dari proses mencari, menyusun
sehari-hari, pola kognitif, dan sensor persepsi, pola peran dan hubungan
atau interaksi sosial, pola persepsi diri dan toleransi terhadap stress, pola
yang telah ada. Dan menemukan kesenjangan antara teori dan fakta.
Secara umum prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan data dapat
oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
atau tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanay
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
Aziz Alimul Hidayat, M. U. (t.thn.). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (Aulia
(ed.); 1st ed., p. 89). Diambil kembali dari
https://books.google.co.id/books?
id=Hb8TEAAAQBAJ&pg=PA8&dq=Buku+Ajar+Kebutuhan+Dasar+Ma
nusia&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjzjeLqhdPuAhWL6XMBHeBICkQ6
AEwBXoECAYQAg#v=onepage&q=Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia&f=false
Susanti, &. B. (2019). Pengaruh Range of Motion terhadap Kekuatan Otot pada
Pasien. Diambil kembali dari Jurnal Kesehatan Vokasional 4 No.2, 112-
117. Retrieved Mei 21, 2021:
https://jurnal.ugm.ac.id/jkesvo/article/view/44497/24660