Disusu
n Oleh
TRI HASTUTI WAHYU H.AMK
TAHU
N 2023
1
LEMBAR PERSETUJUAN
2
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERSYARAFAN
INTISARI
azizah1 , hidayah2 , sri ariyanti3
Latar Belakang : Stroke Non Hemoragic adalah stroke yang terjadi akibat
tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian
atau keseluruhan terhenti. WHO ( World Health Organization ) pada tahun 2018
terdapat 15 juta orang diseluruh dunia menderita stroke, 5 juta orang dari 15 juta
itu meninggal dan 5 juta lainnya mengalami kelumpuhan sebagian maupun total.
Berdasarkan prevalensi data RS Universitas Tanjung Pura Pontianak Tahun
2021 Kalimantan Barat. Pasien dengan kasus tertinggi adalah sroke infark atau
stroke Non Hemoragik. Dengan data persentase pasien dengan penderita stroke
infark dari bulan Januari sampai Desemer yaitu sebanyak 227 penderita
(30,6%).
3
serebral tidak efektif berhungan dengan penurunan sirkulasi darah ke otak,
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular dan
defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuscular,dan deficit
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi Untuk
intervensi pada diagnose utama adalah manajemen tekanan intrakanial.
Kesimpulan : Stroke adalah gangguan yang menyerang otak secara mendadak
dan berkembang cepat yang berlangsung lebih dari 24 jam ini disebabkan oleh
iskemik maupun hemoragik di otak sehingga pada keadaan tersebut suplai
oksigen keotak terganggu dan dapat mempengaruhi kinerja saraf di otak, yang
dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Penyakit stroke biasanya disertai
dengan adanya peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) yang ditandai dengan
nyeri kepala dan mengalami penurunan kesadaran. Proses asuhan keperawatan
pada Tn.S dengan Stroke Non Hemoragic meliputi pengkajian, penentuan
diagnosis, perencanaan dan evaluasi. Dalam memberikan asuhan keperawatan
klien tidak dapat memantau klien selama 3 hari full dikarena ada pergantian sift
dan kedala covid-19, akan tetapi klien bisa mendapatkan informasi terkait
keadaan pasien melalui rekam medis dan bertanya kepada perawat diruangan.
Keterangan:
1
Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan STIK Muhammadiyah Pontianak
2
Dosen STIK Muhammadiyah Pontianak
3
STIK Muhammadiyah Pontianak
4
OVERVIEW OF CLIENT NURSING CARE WITH NERVOUS SYSTEM
DISORDERS
(Case Study of Mr. S Client with Nervous System Disorder; Risk of Ineffective
Cerebral Perfusion
At Rs. University of Tanjung Pura Sapphire Room Pontianak in 2021)
ESSENCE
azizah1 , hidayah2 , sri ariyanti3
5
lack of exposure to information. The primary diagnosis is management of
intracranial pressure.
Conclusion: Stroke is a disorder that attacks the brain suddenly and develops
rapidly which lasts more than 24 hours is caused by ischemic or hemorrhagic in
the brain so that in that condition the oxygen supply to the brain is
disrupted and can affect the performance of the nerves in the brain, which can
cause a decrease in consciousness. Stroke is usually accompanied by an
increase in intracranial pressure (ICP) which is characterized by headaches
and decreased consciousness. The nursing care process for Tn.S with Non
Hemorrhagic Stroke includes assessment, determination of diagnosis, planning
and evaluation. In providing nursing care the client cannot monitor the client
for 3 full days due to shift changes and the Covid-19 situation, but the client can
get information regarding the patient's condition through medical records and
ask the nurse in the room.
Keywords: Nursing Care, Nervous System, Non Hemorrhagic
Stroke. Bibliography : 22 ( 2011-2021 )
Information:
1 Student of DIII Nursing Study Program STIK Muhammadiyah
Pontianak 2 Lecturers of STIK Muhammadiyah Pontianak
3 STIK Muhammadiyah Pontianak
6
7
8
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Stroke merupakan masalah yang universal sebagai salah satu
pembunuh di dunia, sedangkan di negara maju maupun berkembang seperti
di Indonesia, stroke memiliki angka kecacatan dan kematian yang cukup
tinggi. Angka kejadian stroke di dunia di perkirakan 200 per100.000
penduduk, dalam setahun (Muslihah S U, 2017). Stroke dapat menyerang
otak secara mendadak dan berkembang cepat yang berlangsung lebih dari 24
jam ini disebabkan oleh iskemik maupun hemoragik di otak sehingga pada
keadaan tersebut suplai oksigen keotak terganggu dan dapat mempengaruhi
kinerja saraf di otak, yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran.
Stroke sebagai salah satu penyakit degerenatif didefinisikan sebagai
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak ( dalam beberapa
detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam) dengan tanda dan gejala klinis
baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan
oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragic)
ataupun sumbatan ( stroke iskemik) dengan tanda dan gejala sesuai bagian
otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau
kematian (junaidi, 2012)
Pada pasien stroke didapatkan peningkatan intra kranial dengan
tanda klinis berupa nyeri kepala yang tidak hilang dan semakin meningkat,
berupa nyeri kepala yang tidak hilang dan semakin meningkat. Peningkatan
tekanan intrakranial (TIK) merupakan kasus gawat darurat dimana cedera
otak irrevesibel atau kematian dapat dihindari dengan intervensi tepat pada
waktinya (Hisam, 2013). Risiko perfusi serebral tidak efektif rentan
mengalami penurunan sirkulasi otak yang dapat mengganggu kesehatan yang
berisiko terjadinya neoplasma otak (Herdman, 2015).
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa, sebanyak
20,5 juta jiwa di dunia 85% mengalami stroke iskemik dari jumlah
stroke
9
yang ada. Penyakit hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di
dunia. Berdasarkan prevalensi stroke Indonesia 10,9 permil setiap tahunnya
terjadi 567.000 penduduk yang terkena stroke, dan sekitar 25% atau 320.000
orang meninggal dan sisanya mengalami kecacatan (RISKESDAS, 2018).
Penyakit stroke telah menjadi masalah yang besar bagi Negara
Indonesia sehingga para ahli epidemiologi menyatakan bahwa saat ini
ataupun saat nanti, setiaap penduduk yang berumur 35 tahun keatas dari 12
juta penduduk indonesia akan beresiko mengalami serangan stroke (yayasan
stroke Indonesia, 2011). Hal tersebut sesuai dengan hasil Riskedas tahun
2018, dimana prevalensi penyakit stroke di Indonesia meningkat seiring
bertambahnya umur. Kasus tertinggi yang terdiagnosis terdapat pada usia 75
tahun keatas(54,22%) dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu
sebesar (0,70%), prevalansi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak
perempuan (10,67%) dibandingkan laki laki (8,99%), berdasarkan tempat
tinggal prevalensi stroke di Perkotaan (15,13%) lebih tinggi dibandingkan di
pedesaan (7,4%).
10
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
dengan tema gambaran asuhan keperawatan Tn.S dengan gangguan sistem
persarafan: resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan
dengan penurunan sirkulasi darah ke otak diruang Rumah Sakit dr.Kariadi
11
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam studi
kasus ini adalah:
1. Bagaimana konsep teori pada kasus pasien dengan gangguan sistem
persarafan: Resiko perfusi jaringan Cerebral tidak efektif dengan Stroke
Non Haemorragik?
2. Bagaimana gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S
dengan gangguan sistem persarafan: Resiko perfusi jaringan Cerebral tidak
efektif dengan Stroke Non Haemorragik di Rumah Sakit dr. Kariadi ?
3. Bagaimana perbandingan antara konsep dan teori dengan praktek
dilapangan dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan
gangguan sistem persarafan: Resiko perfusi jaringan Cerebral tidak efektif
dengan Stroke Non Haemorragik di RumahSakit dr.Kariadi ?
4. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Tn. S dengan gangguan sistem persarafan: Resiko
perfusi jaringan Cerebral tidak efektif dengan Stroke Non Haemorragik di
Rumah Sakit dr.Kariadi?
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan studi kasus ini adalah memberikan
gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan
sistem persyarafan: Resiko perfusi jaringan Cerebral tidak efektif akibat
Stroke Non Hemorragik di Rumah Sakit dr.Kariadi.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Tn.S dengan stroke non hemoragik
b. Menganalisa dan menegakan diagnosis keperawatan pada Tn.S
12
dengan stroke non hemoragik
c. Merumuskan intervensi keperawatan pada dengan stroke non
hemoragik
d. Melakukan implementasi keperawatan pada Tn.S dengan stroke
non hemoragik
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada Tn. S dengan stroke
non hemoragik
f. Menganalisa perbandingan teori dan kasus pada asuhan keperawatan
Tn.S dengan stroke non hemoragic.
Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
2. Bagi Institusi
5. Bagi Penulis
13
Sebagai bahan acuan untuk menambah wawasan dan pengalaman
dalam pelaksanaan pratik Asuhan Keperawatan pada klien dengan Stroke
Stroke Non Hemoragik
Sistematika penulisan
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan teoritis pada bab ini berisi hasil penelusuran literature atau buku
mengenai masalah yang dibahas dan asuhan keperawatan pada stroke non
hemoragik. Masalah keperawatan utama yang diangkat pada stroke
non hemoragik adalah resiko perfusi serebral tidak efektif.
1. Faktor Resiko
15
l. Embolisme
m. Cedera kepala
n. Hiperkolesteronemia
o. Hipertensi
p. Endokarditis infektif
q. Katup prostetik mekanis
r. Stenosis mitral
s. Neoplasma otak
t. Infark miokard akut
2. Kondisi klinis
terkait
a. Stroke
b. Cedera kepela
c. Aterosklerotik
aortik
e. Embolisme
f. Endokarditis
infektif
g. Fibrilasi atrium
h. Hiperkolesterolemi
a
i. Hipertensi
j. Dilatasi kardiomiopati
l. Miksoma atrium
m. Neoplasma otak
16
o. Sindrom sick sinus
p. Stenosis karotid
q. Stenosis mitral
1. Definisi
dan berkembang cepat yang berlangsung lebih dari 24 jam ini disebabkan
(Ayu R D, 2018).
emboli dan trombus yaitu tertutupnya pembuluh darah oleh bekuan darah
darah
17
sehingga menghalangi suplai oksigen ke otak.
2. Etiologi
1) Trombosis serebral
2) Emboli serebri
3) Hipoksia Umum
4) Hipoksia setempat
18
1) Klasifikasi struktural
saraf pusat. Bagian ini terdiri dari saraf- saraf yang membentang
2) Klasifikasi fungsional
saraf tepi. Terbagi atas bagian sensorik, atau aferen, terdiri dari
saraf – saraf yang tersusun dari serat – serat saraf. Serat saraf ini
19
abu-abu (Grey Matter) dari sumsum tulang belakang, dan
memiliki dua sub bagian, yaitu sistem saraf somatik dan sistem
saraf otonom. .
a. Jaringan saraf
Jaringan saraf terdiri dari dua jenis sel utama yaitu, sel
Glia dan Neuron keduanya bekerja saling mendukung.
1) Sel Glia
Sel Glia (neuroglia) adalah sel pendukung kerja sel-sel
saraf. Tugasnya membantu sel saraf agar dapat menjalankan
fungsinyanya dengan baik. Sel ini dapat ditemukan pada
sistem saraf pusat dan juga pada sistem saraf tepi. Fungsi
dari sel Glia antara lain, menyediakan nutrisi bagi sel-sel
saraf / neuron, mempertahankan keseimbangan tubuh,
membentuk selubung myelin glia yang mendominasi sistem
syaraf tepi
Sel glia yang mendominasi sistem saraf tepi adalah sel
schwann. Sel schwann mempunyai sebagai pembentuk
selubung myelin.Sel ini memungkinkan terjadinya
transduksi sinyal eletrik dari dendrit menuju akson. Pada
sistem saraf pusat, tugas dari sel schwann dijalankan oleh sel
oligodendrosit. Proses pembentukan selubung myelin
dimulai dari penyatuan sitoplasma sel schwann yang
membentuk gulungan.
3) Neuron
20
Gambar 2.1 Anatomi
Saraf Sumber : Sasmita
(2019)
21
menempelnya dendrit dan akson, pada struktur badan
sel saraf terdapat ribosom, retikulum endoplasma,
mitokondria, badan golgi, dan membran sel. Selain itu,
juga terdapat butiran nissl yang berfungsi untuk
meneruskan implus (rangsangan). Fungsi utama badan
sel saraf adalah sebagai tempat inti sel. Dari badan sel
keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson
atau neurit.
c) Dendrit
Neuron memiliki beberapa dendrit. Dendrit
adalah cabang yang keluar dari badan sel saraf, dan
berfungsi menerima rangsangan. Bentuk dari dendrit
ini berupa sitoplasma yang menonjol, memiliki ukuran
pendek, dan bercabang. Sitoplasma adalah bagian sel
yang dibungkus oleh membran sel. Pembentuk
sitoplasma terdiri dari sitosol dan organel.
c) Akson
Akson adalah pemanjangan dari neuron yang
membawa implus saraf dari badan sel menuju sel
target. Akson menjadi jalur transmisi utama sistem
saraf, dan berfungsi sebagai bundel yang membantu
sistem saraf. Fungsi akson adalah mengantarkan
implus-implus saraf ke sel-sel lainnya.
d) Sinapsis
Sinapsis merupakan titik pertemuan terminal
akson di salah satu saraf pusat dengan saraf pusat
yang lain. Pada setiap sinapsis terdapat celah
sinapsis. Fungsinya sebagai pengirim implus atau
rangsangan dari neurit ke dendrit pada sel saraf yang
lainnya.
22
e) Selubung mielin
Selubung mielin adalah lemak yang membukus
neurit atau akson. Lemak tersebut terbentuk atas
segmen-segmen, dan lekukan di antara dua segmen
disebut dengan nodus ranvier. Fungsi utama dari
selubung mielin adalah sebagai pelindung bagi
neurit agar tidak menglami kerusakan dan
mencegah rangsangan dari kebocoran. Selubung
mielin memiliki bentuk seperti kabel isolator yang
membungkus tembaga listik dalam kabel listrik. Bahan
penyusun selubung ini terdiri dari air, masa kering
yang memiliki kandungan lemak, dan protein-protein
dasar, seperti mielin oligodendrocyteglikoprotein, dan
proteilipid.
f) Nodus ranvier
Nodus ranvier merupakan lekukan-lekukan di
antara segmen selubung meilin. Fungsi utama dari
nodus ranvier adalah sebagai batu loncatan untuk
percepatan pergerakan rangsangan menuju otak
maupun sebaliknya. Dengan demikian rangsangan bisa
meloncat dari satu nodus ke nodus lainnya dan cepat
sampai tujuan.
c. Sistem saraf pusat
1. Otak
Otak adalah organ tubuh yang paling penting sekaligus
paling rumit. Otak terbagi atas empat bagian yaitu sebagai
berikut :
a) Otak besar (Cerebrum)
Otak besar merupakan bagian otak terbesar serta
yang paling menonjol dari keseluruhan organ otak.
Cerebrum menempati 2/3 dari massa otak dan terletak
di
23
bagian atas rongga tengkorak. Bagian luar dari otak besar
ini dilindungi oleh lapisa tipis jaringan abu-abu yang
disebut korteks celebral.
Otak besar memiliki fungsi untuk memproses
semua kegiatan intelektual, seperti berfikit, mengingat,
membayangkan, merencanakan sesuatu, sensasi sentuhan,
memahami bahasa, menentukan kecerdasan, dan
menentukan kepribadian. Otak besar dibagi menjadi dua
bagian, yaitu bagian otak kanan dan bagian otak kiri.
24
Kedua belahan otak terhubung oleh corpus
callomsum, yaitu massa materi putih besar yang terdiri
dari ikatan serat yang menghubungkan materi putih dari
dua belahan otak.
Gambar 2.2
Lobus- lobus
serebri Sumber :
Sasmita (2019)
Setiap belahan otak besar terbagi dalam empat
lokasi, yaitu sebagai berikut :
1) Lobus frontal
Lobus frontal merupakan bagian terdepan
dari otak besar. Lobus ini berkaitan dengan fungsi
motorik, kemampuan untuk menyelesaikan masalah,
kemampuan untuk menilai sesuatu, kreativitas,
kemampuan untuk mengontrol perasaa, dan perilaku
seksual, kemapuan untuk memahami bahasa,
membuat alasan merencanakan sesuatu, dan lain
sebagainya.
2) Lobus pariental
Lobus pariental merupakan bagian tengah otak
besar yang berhubungan dengan sensor perasaan
25
seperti rasa sakit, sentuhan, tekanan, dan lain
sebagainya.
3) Lobus temporal
Lobus temporal adalah bagian bawah dari
otak besar yang berhubungan dengan memori dan
pendengaran.
4) Lobus occipital
Lobus occipital adalah bagian belakang otak besar
yang berhubungan dengan sistem pengolahan proses
visual manusia sehingga nantinya dapat
berinteeprestasi dengan segala sesuatu yang dilihat.
b) Otak kecil (Cerebellum)
Otak kecil merupakan bagian terbesar dari otak
belakang. Letaknya berada pada atas batang otak
dan dibawah oksipital serebrum. Otak kecil berukuran
sebesar bola kasti dan memiliki permukaan yang berlekuk-
lekuk. Otak kecil berfungsi membantu meningkatkan
sistem motorik seperti koordinasi gerakan otot. Oleh
karena itu saat otak kecil mengalami cedera, kondisi
tersebut dapat mempengaruhi pada gerakan tubuh yang
tak terkoordinasi. Hal ini adalah akibat terganggunya sikap
serta koodinasi gerak otot. Berdasarkan fungsinya, otak
kecil terbagi menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut :
1) Vestibuloserebelum
Bagian otak kecil yang berfungsi untuk
mengontrol serta menjaga keseimbangan pergerakan
mata.
2) Spinoserebelum
Bagian otak kecil yang berfungsi untuk mengontrol
kemampuan otot serta gerakan tubuh.
26
3) Sereberoserebelum
Bagian otak kecil yang berfungsi sebagai
penyimpan memori, menginisiasi gerakan yang
disadari, serta untuk melakukan perencanaan.
c) Batang otak (Brainstem)
Batang otak merupakan bagian otak yang
menghubungkan otak dengan sumsum tulang
belakang batang otak terletak didasar rongga kepala yang
memanjang hingga ke tulang punggung. Batang otak
berfungsi untuk mengkoordinasikan sinyal kontrol motor
yang dikirim dari otak menuju tubuh. Selain itu, batang
otak menjadi tempat melekatnya keseluruhan saraf
kranial, kecuali saraf I dan saraf II yang terletak
menempel pada otak besar (cerebrum). Batang otak terdiri
dari tiga bagian, yaitu sebagai berikut :
1) Otak tengah (Mesencephalon)
Bagian batang otak ini terletak paling atau atas
dan menjadi penghubung antara otak besar dan otak
kecil. Fungsi otak tengah antara lain adalah mengontrol
respons penglihatan seperti gerak mata serta pembesaran
pupil mata, dan mengatur sistem pendengaran dan gerak
tubuh. Otak tengah tersusun atas dua sturuktur utama
yaitu tektum dan celebral peduncle. Tektum terdiri
inferior colliculi yang terkait dengan proses
pendengaran, dan superior colliculi yang terkait dengan
proses visual serta gerakan mata. Celebral peduncle
merupakan bagian otak tengah yang terbagi menjadi
tegmentum (bagian anterior) dengan substansi nigra
sebagai pemisah.
2) Medula oblongata
Medula oblongata atau yng sering disebut dengan
27
medula, terletak dibagian otak belakang dan merupakan
bagian paling bawah batang otak yang menghubungkan
medulla spinalis dan pons varoly. Bagian ini memiliki
fungsi menjadi pusat pernafasan di dua tempat,
yaitu dorsal dan vertal. Pusat pengatur jantung, pusat
vasomotor, dan pusat refleks.
3) Pons
Pons merupakan bagian otak berupa serabut saraf.
Tugasnya adalah menghubungkan otak kecil bagian kanan
dan bagian kiri. Pada manusia pons berukuran sikitar 2,5 cm
dan sebagian besar muncul sebagai tonjolan anterior rostral
untuk medula. Posterior terdiri dari dua pasang tangkai tebal
disebut penucles sereberum, yang menghubungkan otak
kecil untuk pons dan otak tengah. Pons memiliki kandungan
inti yang berfungdi menyampaikan sinyal dari otak depan ke
otak kecil. Selain itu, pons juga memiliki kandungan inti
yang berhubungan dengan aktivitas tidur, respirasi, menelan,
pendengaran, rasa, keseimbangan, kontrol kandung kemih,
dan gerak mata. Pons juga berperan menghasilkan mimpi
pada saat seseorang tidur.
d) Sistem limbik (Limbic System)
Sistem limbik atau yang disebut otak
paleomammalian merupakan bagian otak yang
membuangkus batang otak didalam batang otak. Dalam
bagian ini, seluruh neuron bekerja mengatur tingkah laku
emosional dan dorongan motivasional. Sistem limbik
tersusun atas bagian, yaitu sebagai berikut :
1) Hipotalamus
Hipotalamus merupakan bagian otak yang
tersusun atas sejumlah nukleus. Bagian ini memiliki
berbagai macam fungsi yang peka terhadap suhu,
28
glukosa, steroid, serta glukokortikoid. Hipotalamus
terletak dibagian batang otak, yaitu pada diencephalon,
dan bertindak sebagai pusat kontrol autonom.
Hipotalamus memiliki fungsi yang terkait dengan
sistem saraf serta kelenjar hipofisis.
Selain itu, hipotalamus juga merupakan suatu
bagian dari sistem limbik yang tidak terpisahkan, serta
sebagai konektor sinyal yang berasal dari bagian otak
menuju korteks otak besar. Hipotalamus mengirim
sinyal berupa epinephrine dan neropinephrine menuju
kelenjar adrenal. Fungsi hipotalamus untuk mengontrol
serta mengatur hormon-hormon endokrin guna
memelihara hemostatis tekanan darah, suhu tubuh,
denyut jantung, emosi, cairan tubuh, dan nafsu makan.
Mengontrol serta memantau berbagai macam aktivitas
tubuh, dan mengatur fungsi sekretorik pada posterior
dan anterior kelenjar hipofisis.
2) Thalamus
Thalamus merupakan struktur simetris garis
tengah otak yang terletak diantara otak tengah dan
korteks selebral. Ini merupakan struktur terbesar yang
memiliki diencephalon, yaitu bagian otak yang
terletak di antara otak tengah dan otak depan. Pada
manusia, thalamus membentuk bola masa dengan
ukuran sekitar 5,7 cm dan terletak simetris pada setiap
sisi ventrikel ketiga dengan kemiringan mencapai 30
derajat.
Thalamus dianggap sebagai pusat informasi di
otak, karena bertindak sebagai perantara antara
subkortikal dengan korteks selebral. Fungsi dibagian
ini antara lain, menyampaikan sinyal sensorik dan
29
motorik kepada korteks selebral, mengatur
kesadaran, kewaspadaan, serta mengatur kegiataan
tidur.
3) Amigdala
Amigdala atau amaygdalae merupakan
sekumpulan saraf yang terletak di bagian medial
temporal lobe. Amigdala merupakan bagian dari
basal ganglia serta bagian dari sistem limbik yang
memiliki peran untuk mengolah ingatan reaksi emosi,
serta pengambilan keputusan. Adapun fungsi yang
dimiliki bagian otak ini antara lain, mengirimkan
proyeksi kebagian hipotalamus, thalamus dorsomedial,
inti thalamic retikuler, area ventral tegmental, locus
coeruleus, inti saraf trigeminal dan saraf wajah, serta
tegmental inti laterodosral. Serta fungsi lain amigdala
ialah membentuk serta menyimpan memori yang
berhubungan dengan peristiwa emosional, dan
mengatur konsolidasi memori di daerah otak yang lain.
4) Hippocampus
Hippocampus merupakan komponen utama dari
otak manusia juga vertebrata lain dan memiliki peranan
penting dalam konsolidasi informasi dari memori
jangka pendek ke memori jangka panjang. Pada otak
manusia, bagian ini terletak di bawah korteks selebral,
sedangkan pada primata terletak pada lobus temporal
medial di bawah permukaan kortikal. Fungsi dari
hippocampus ialah membentuk kenangan baru terkait
dengan peristiwa yang dialami, dan berperan dalam
pembentukan memori spasial dan navigasi.
e) Perlindungan sistem saraf
Jaringan saraf bersifat sangat lembut dan rapuh.
30
Apabila mengalami tekanan ringan, neuron dapat terluka
dan rusak. Maka dari itu, sebagai organ tubuh yang
memiliki jutaan neuron, otak merupakan organ yang
harus selalu terjaga. Otak dan sumsum tulang
belakang terlindungi berkat posisinya yang melekat
di dalam tulang (tengkorak dan tulang punggung),
membran jaringan ikat (meninges), dan selalu dilumasi
dengan cairan serebrospinal.
1) Meninges
Meninges terdiri dari tiga membran
jaringan ikat yang menutupi dan melindungi
struktur sistem saraf pusat, antara lain :
(a) Dura mater
Dura mater adalah membran berlapis
ganda yang mengelilingi otak yang berada pada
lapisan terluar. Salah satu lapisannya
menempel pada permukaan bagian dalam
tengkorak dan membentuk periosteum (lapisan
periosteal). Bagian lain, yang disebut lapisan
meningeal, membentuk lapisan terluar otak
dan berlanjut sebagai dura mater sumsum tulang
belakang.
(b) Serabut falx
Serabut falx adalah membran dura dalam
meluas ke dalam bentuk lipatan yang menempel
kerongga kranial.
(c) Tentorium cerebelli
Tentorium cerebelli memisahkan serebelum
dari otak besar.
(d) Arachnoid mater
Arachnoid mater merupakan lapisan
31
tengah berbentuk seperti sarang laba-laba.
Bentuk yang seperti benang ini menutupi ruang
subarachnoid untuk menempelkannya ke
membran paling dalam.
(e) Pia mater
Pia mater merupakan lapisan meningeal
terdalam, melekat erat kepermukaan otak dan
sumsum tulang belakang, dan mengikuti setiap
lipatan.
2) Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal adalah cairan
bening yang berada di otak dan sterna serta
ruang subarachnoid yang mengelilingi otak dan
medulla spinalis (sumsum tulang belakang)
a)
Isi
Cairan serebrospinal mengandung sedikit
protein dan lebih banyak vitamin C dan
glukosa.
b)
Choroid pleksus
Choroid pleksus berbentuk cairan
serebrospinal dari darah. Choroid pleksus
adalah kelompok pembuluh darah kapiler yang
tergantung dari bagian atas pada masing –
masing ventrikel otak.
c)
Fungsi
Serebrospinal terdapat di dalam dan sekitar
otak dan bekerja melindungi jaringan saraf
rapuh dari pukulan dan trauma lainnya.
d)
Volume normal
Cairan serebrospinal membentuk dan
mengering dengan kecepatan konstan
32
sehingga tekanan dan volume normalnya
harus sekitar 150 ml.
3) Saraf tulang belakang
Saraf tulang belakang atau medulla spinalis atau spinal
cord adalah sebuah kolom jaringan saraf yang menjalar
dari dasar tengkorak ke punggung. Saraf ini dikelilingi
oleh tigas selaput pelindung (meninges tulang belakang)
dan terlindung di dalam vatebrata ( tulang belakang). Saraf
tulang belakang dan otak membentuk sistem saraf pusat.
Pada manusia terdapat 31 pasang saraf tulang
belakang yang muncul dari jaringan saraf dan keluar dari
kolom vertebral untuk melayani daerah tubuh terdekat.
Secara umum berfungsi sebagai alat komunikasi antar
saraf, sebagai bentuk gerak tubuh dan kerja organ, serta
reflek pada manusia.
d. Sistem saraf tepi
Sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf sadar (saraf
kranial dan saraf spinal dan sistem saraf tak sadar
(otonom).
1) Saraf kranial
Saraf kranial berhubungan dengan kepala san leher
kecuali pada saraf vagus. Saraf- saraf ini terlibat dalam
transmisi informasi sensorik dan motorik menuju otak.
Terdapat 12 pasang saraf kranial yaitu sebagai berikut :
a) Saraf kranial I (olfaktorius) adalah saraf sensorik yang
fungsinya pada penciuman.
b) Saraf kranial II (optikus) adalah saraf sensorik yang
fungsinya pada penglihatan, input refleks, dan
kontruksi pupil di limbik.
c) Saraf kranial III (Okulomotorius) adalah saraf motorik
yang fungsinya pada bola mata , elevasi alis, kontraksi
pupil dan menfokuskan lensa.
33
d) Saraf kranial IV (Trochlearis) adalah saraf motorik
yang fungsinya pada pergerakan bola mata kebawah.
e) Saraf kranial V (Trigeminus) adalah saraf motorik dan
sensorik yang fungsinya pada mata, dagu, lidah,
gerakan mengunyah dan lain sebagainya.
f) Saraf kranial VI (Abdusen) adalah saraf motorik yang
fungsinya pada pergerakan mata ke lateral.
g) Saraf kranial VII (Fasialis) adalah saraf motorik dan
sensorik yang menerima rangsangan dari bagian
anterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa,
dan juga mengendalikan otot wajah untuk menciptakan
ekspresi.
h) Saraf kranial VIII (Vestikubulocochlearis) adalah saraf
sensorik yang fungsinya untuk keseimbangan dan
pendengaran.
i) Saraf kranial IX (Glossofaringeus) adalah saraf motorik
dan sensorik yang fungsinya membantu menelan dan
menerima rangsangan dari bagian posterior lidah untuk
diproses diotak sebagai sensasi rasa.
j) Saraf kranial X (Vagus) adalah saraf motorik dan
sensorik yang fungsinya menerima rangsangan dari organ
dalam dan mengendalikan organ dalam.
k) Saraf kranial XI (Aksesorius ) adalah saraf motorik
yang berfungsi mengendalikan pergerakan kepala.
l) Saraf kranial XII (Hipoglosus) adalah saraf motorik
yang fungsinya pada pergerajab lidah saat bicara, dan
mengunyah.
2) Saraf spinal
Terdapat 31 pasang saraf spinal yang diberi nama
sehubungan dengan lokasinya masing-masing pada sumsum
tulang belakang. Semua saraf ini adalah saraf campuran,
34
sehingga setiap saraf terdiri dari komponen ventral (motorik)
dan akar dorsal (sensorik). Saraf ini berfungsi membawa implus
saraf dari sumsum tulang belakang menuju keseluruh bagian
tubuh.
Disamping saraf tulang belakang yang menuju langsung
ke segmen tubuh tertentu, terdapat juga pleksus. Ini adalah saraf
tulang belakang yang membentuk jaringan dengan saraf tulang
belakang terdekat dan pembuluh darah. Ada empat jenis pleksus
saraf tulang belakang utama, yaitu pleksus serviks, pleksus
brakialis, pleksus lumber dan pleksus sakral.
Sistem saraf spinal berasal dari arah dorsal, sehingga
sifatnya sensorik. Berdasarkan asalnya, 31 pasang saraf
sumsum tulang belakang dibedakan menjadi 4 sebagai berikut :
a) 8 pasang saraf cervical meliputi pleksus servikal
dan leksus brakial
b) 12 pasang saraf thorax
c) 5 pasang saraf lumbar
d) 5 pasang saraf sacral
e) 1 pasang saraf coccyigeal
3) Sistem syaraf tak sadar (syaraf otonom)
Sistem saraf tak sadar (saraf otonom) mengatur proses tubuh
tertentu, seperti tekanan darah dan laju pernafasan. Sistem ini
bekerja secara otomatis diluar kesadaran. Gangguan sistem
otonom dapat mempengaruhi proses atau bagian tubu, dan dapat
bersifat reversibel atau progresif. Sistem saraf otonom
merupakan bagian dari sistem saraf yang mempersarafi organ-
organ internal, termasuk pembuluh darah, lambung, usus, hati,
ginjal, kandung kemih, alat kelamin, paru-paru, pupil, jantung,
keringat, kelenjar air liur, dan kelenjar pencernaan.
Adapun fisiologis Sistem saraf Sistem saraf tepi merupakan
sistem saraf yang menghubungkan semua bagian tubuh dengan
35
sistem saraf pusat. Sistem ini memiliki jaringan saraf yang
berada di bagian luar otak dan medulla spinalis. Sistem ini juga
mencakup saraf kranial yang berasal dari otak, saraf spinal
yang berasal dari medulla spinalis, ganglia, reseptor sensorik
yang berhubungan, dan sistem saraf otonom yang mempunyai
dua divisi utama, yakni sistem saraf simpatis (torakolumbar) dan
sistem saraf parasimpatis (kraniosakral). Fisiologi sistem saraf
melibatkan kerja sejumlah implus yang kompleks, antara lain :
a) Impuls saraf
Implus saraf adalah rangsangan atau pesan yang diterima
oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh
neuron. Implus juga dikatakan serangkaian pulsa elektrik yang
menjalari serabut saraf. Implus yang diterima oleh reseptor
kemudian disampaikan ke efektor yang menyebabkan
terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan
tersebut adalah gerak sadar dan gerak refleks.
b) Mekanisme jalannya impuls
Fungsi sel saraf adalah menerima rangsangan dan
dapat menanggapi rangsangan tersebut. Sebagai jaringan
komunikasi, tentu saraf memiliki mekanisme khusus tentang
cara meneruskan implus. Dalam mekanisme jalannya implus
terbagi atas dua. Mekanisme jalannya implus saraf adalah
sebagai berikut :
(1) Implus dihantarkan melalui sel saraf
Implus dapat diteruskan dan mengalir melalui sel saraf
yang disebabkan adanya perbedaan potensial listrik yang
dinamakan polarisasi. Muatan listrik diluar membran sel saraf
adalah positif sedangkan muatan yang diluar negatif. Apabila
sel saraf diberi dengan rangsangan akan mengakibatkan
polarisasi membran berubah, sehingga polarisasi akan
mengalami pembalikan. Proses pembalikan akan diulang
36
yang menyebabkan rantai reaksi.
(2) Implus dihantarkan lewat sinapsis
Apabila implus mengenai tombol sinaps, makan
permeabilitas membrane prasinapsis terhadap ion kalsium
menjadi meningkat. Ion kalsium kemudian akan masuk,
sedangkan gelembung sinapsis akan melepaskan
neutransmitter kecelah sinaps.Gelembung sinaps melebur
dengan membran prasinaps.Implus sampai ke membran
postsinaps karena di bawah neutransmitter, kemudian
neutrotransmitter dihidrolisis oleh enzim yang dihasilkan oleh
membran postsinaps.
3) Perubahan potensial membran
Ada dua macam perubahan potensial membran, yaitu :
a) Potensial berjenjang
Potensial berjenjang bersifat lokal yang terjadi
dalam berbagai derajat. Potensial ini di pengaruhi oleh
semakin kuatnya kejadian pencetus dan semakin besarnya
potensial berjenjang terjadi.
b) Potensial aksi
Potensial aksi merupakan pembalikan cepat
potensial membran akibat perubahan permeabilitas
membran. Potensial aksi berfungsi sebagai sinyal jarak
jauh.
4) Penghantaran impuls
Implus yang diterima oleh reseptor selanjutnya akan
dihantarkan oleh dendrit menuju ke badan sel saraf dan akson.
Dari akson, implus dihantarkan ke dendrit neuron lainnya.
Seluruh implus saraf yang diterima memiliki bentuk yang sama,
tetapi respons terhadap implus tersebut berbeda-beda. Hal ini
terjadi karena reseptor dan efektornya berbeda-beda. Ada dua
prinsip penghantaran implus, yaitu :
37
a) Penghantaran implus melalui neuron
Penghantaran implus melalui neuron terjadi karena
adanya perbedaan muatan listrik antara bagian luar dan dalam
membran serabut saraf. Ketika istirahat, bagian luar
membran serabut saraf bermuatan listrik positif. Sementara
itu bagian dalam membran serabut saraf bermuatan listrik
negatif. Keadaan tersebut dinamakan polarisasi. Ketika
menerima rangsangan berupa implus, permukaan luar
membran serabut saraf bermuatan negatif dan
permukaan didalamnya bermuatan positif. Keadaan ini
disebut disebut depolarisasi. Selanjutkan akan terjadi saluran
listrik dari daerah bermuatan negatif ke positif. Implus
kemudian diteruskan ke neuron dan akhir nya menuju
sumsum tulang belakang dan otak.
b) Pengantaran implus melalui sinapsis
Jika implus telah sampai di membran prasinapsis,
vesikel- vesikel akan menuju membran prasinapsis karena
pengaruh Ca2+ yang masuk ke bonggol sinapsis.
Selanjutnya, vesikel- vesikel tersebut akan melepaskan zat
neurotransmitter.
38
4. Patofisiologis stroke non hemoragik
Patofisiologi utama stroke adalah penyakit jantung atau
pembuluh darah. Manifestasi sekunder di otak adalah hasil dari satu
atau lebih dari penyakit yang mendasari atau faktor resiko. Patologi
utama termasuk hipertensi, aterosklerosis yang mengarah ke
penyakit arteri koroner, dislipidemia, penyakit jantung, dan
hiperlipemia (Haryono & Utami,2019).
39
40
5. Pathway
41
Skema 2.1 Pathway
2019)
42
6. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif A. H,(2016),manifestasi klinis stroket
meliputi :
c. Bicara pelo.
e. Gangguan penglihatan.
i. Vertigo.
j. Kesadaran menurun
7. Komplikasi
Menurut Andra & Yessie (2013)
b. Infeksi pernafasan
d. Konstipasi
e. Tromboflebitis
43
f. Berhubungan dengan mobilisasi
h. Dislokasi sendi
j. Epilepsy
k. Sakit kepala
l. Kraniotomi
m. Hidrosefalus
8. Pemeriksaan diagnostic
Wijaya dan Mariza (2013) dalam Santoso, L.E (2018).
a. Angiografi serebral
b. Elektro encefalography
c. Sinar x tengkorak
d. Ultrasonography Doppler
g. Pemeriksaan laboratorium
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan stroke menurut Wijaya dan Mariza (2013)
dalam Santoso, L.E (2018).
a. Penatalaksanaan Medis
1) Trombolitik (streptokinase)
2) Antikoagulan (heparin)
3) Hemorragik (pentoxyfilin)
44
4) Antagonis serotonin (noftidrofuryl)
b. Penatalaksanaan
Khusus/Komplikas
i
1) Atasi kejang (anti konvulsan)
b) Atasi hipertensi
c) Atasi hiperglikemi.
45
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan (Pengkajian, Diagnosis
Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan dan Evaluasi)
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat, semua data mengenai identitaas
klien tersebut untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak
sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.
46
2) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke non hemoragik seringkali berlangsung
sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan
aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah ,
47
disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain.
5) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal.
Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan
dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor
biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan
pikiran klien dan keluarga.
c) Pola eliminasi
48
pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus.
49
j) Pola penanggulangan stress
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
4) Pemeriksaan dada
50
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas
terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas
tambahan, pernafasan tidakteratur akibat penurunan
refleks batuk dan menelan.
5) Pemeriksaan abdomen
1) Pemeriksaan radiologi
51
a) CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang
masuk ventrikel atau menyebar ke permukaan otak.
b) MRI untuk menunjukkan area yang mengalami
infark, hemoragik.
2) Pemeriksaan laboraturium
2. Diagnosa keperawatan
52
c) Defisit perawatan diri berhubungan dengan
gangguan neuromuskular
3. Intervensi
53
(1) Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK.
(2) Monitor tekanan darah
(3) Monitor tingkat kesadaran
(4) Monitor status pernapasan
(5) Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang tenang
b) Terapeutik
(1) Berikan posisi semi fowler
(2) Pertahankan suhu tubuh normal
c) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian terapi obat
b) Gangguan mobilitas fisik berhubungan
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x
pertemuan diharapkan masalah gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan kelemahan dapat membaik.
2) Kriteria hasil
3) Rencana tindakan
Dukungan mobilisasi
a) Observasi
(1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
(2) Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi
(3) Monitor kondisi umum selama mobilisasi
54
b) Terapeutik
(1) Fasilitasi melakukan pergerakan ROM (Range
of motion
(2) Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatan pergerakan
(3) Fasilitasi melakukan pergerakan jika perlu
(4) Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
c) Edukasi
1) Tujuan
2) Kriteria hasil
3) Rencana
tindakan
55
a) Observasi:
4.IMPLEMENTASI
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari
perencanaan keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien
secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Nasrul Effendy,
1995 dalam Judha & Rahil, 2011). Pencatatan
pendokumentasian ini terfokus pada metode Dar
yaitu data (D) adalah data yang berisi tentang data
subjektif dan objektif yang mendukung
dokumentasi asuhan keperawatan, action/tindakan
(A) adalah tindakan keperawatan yang dilakukan
berdasarkan
56
masalah, dan response (R) adalah menyediakan
keadaan respon klien terhadap tindakan
keperawatan. (Judha & rahil,2011)
5.Evaluasi
57
masalah teratasi, teratasi sebagian atau tidak
teratasi. Dan yang terakhir planning adalah rencana
keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
diagnosa
58
59
73
BAB III
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Klien berinisial tn.S lahir di Semarang 15 Februari 1956 berjenis
kelamin laki laki yang sudah menikah dan beragama islam Tn.S
sebagai karyawan swasta yang beralamat di Semarang, Saudara yang
mudah untuk dihubungi berinisial Tn. S yang beralamat di Semarang,
dilakukan pengkajian pada tanggal 22 November 2023 di RS
dr.Kariadi . Tn. S dengan diagnose medis stroke non hemorogik.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan berjalan terasa sempoyongan sampai mau
terjatuh,mulut merot.
1) Lamanya
Klien mengatakan 1 minggu yang lalu berjalan terasa
sempoyongan sampai mau terjatuh,mulut merot.
2) Faktor predisposisi
klien mengatakan
Punya riwayat stroke tidak minum obat teratur
74
3) Tindakan pengobatan
Pada saat penulis pengkajian Klien mengatakan sudah pernah
bawa ke dokter atau keklinik didekat rumahnya
4) Harapan klien terhadap pemberi perawatan
Pada saat penulis melakukan pengkajian klien
mengatakan berharap cepat sembuh dan dapat bekerja seperti
biasanya.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
1) Penyakit
(a). Kecelakaan dan Hospital:
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan dan
ini pertama kalinya dirawat dirumah sakit
(b).Operasi:
i. Pola latihan
Di rumah: klien mengatakan beraktivitas dirumah seperti
bermain dengan cucu
Di rumah sakit: klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas
seperti mandi, dan makan
j. Pola nutrisi
Sebelum sakit : klien mengatakan klien sarapan pagi, makan siang dan
makan malam sendiri. Porsi makan klien dengan 1 piring penuh yang
kadang dan nasi.-kadang ditambah dengan menu makan lauk pauk
Sesudah sakit : klien mengatakan bahwa klien makan tetap 3 x sehari
dan harus dibantu dengan anaknya .
k. Pola kerja
Di rumah : klien mengatakan klien tidak melalukan perkerjaan, klien
hanya menemani cucunya bermain
Di rumah sakit : klien mengatakan klien tidak melakukan aktivitas
hanya ditempat tidur saja
l. Riwayat keluarga
1) Kesehatan anggota keluarga:
Keluarga klien mengatakan anggota keluarganya sehat
2) Faktor risiko penyakit dalam keluarga:
Keluarga klien mengatakan didalam keluarganya tidak
memiliki penyakit seperti darah tinggi, jantung ataupun stroke.
3) Genogram
76
Gambar 3.1
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Kien
: Tinggal Satu Rumah
77
m. Riwayat lingkungan
1) Kebersihan
Keluarga klien mengatakan rumah klien tampak bersih.
2) Bahaya kesehatan:
Keluarga klien mengatakan tidak ada bahaya kesehatan disekitar
lingkungan tempat tinggal.
3) Polutan :
Keluarga klien mengatakan tidak ada adanya bahaya polutan
karena jauh dari jalan raya serta tidak membakar sampah dan pula
tidak berdekatan dengan pabrik ataupun tempat pembuangan
sampah
e. Riwayat psikososial
1) Bahasa yang di gunakan:
klien mengatakan bahwa bahwa bahasa sehari hari klien
menggunakan bahasa jawa dan Indonesia
2) Organisasi di masyarakat
klien mengatakan mengikuti organisasi seperti gotong royong.
3) Sumber dukungan di masyarakat:
Klien mengatakan mendapatkan respon baik dan dukungan dari
masyarakat sekitar
4) Suasana hati:
Pasien mengatakan suasana hati saat ini sedih mengenai penyakit
yang dideritanya
5) Tingkat perkembangan:
Klien pada tingkat perkembangan lansia
f. Pemeriksaan
fisik TD :142
/83 N:80
S:36,5
78
1) Kepala
Inspeksi: bentuk kepala simetris, tidak ada lesi, kebersihan
rambut terjaga, warna rambut hitam putih, distribusi rambut
merata.
Palpasi: tidak ada massa, tidak ada lesi dan tidak ada nyeri
tekan.
2) Mata
Inspeksi: kedua bentuk mata simetris, konjungtiva anemis,
respon cahaya pupil baik, terdapat benjolan dibawah mata
sebelah kiri di area pipi. Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan pada
area mata ataupun dibenjolan tersebut
3) Hidung
Pada saat penulis melakukan pengkajian inspeksi : hidung
tampak simetris dengan bentuk yang normal, tidak adanya polip,
tidak adanya pernafasan cuping hidung serta tidak adanya
secret. Palpasi: saat di palpasi tidak adanya pembesaran, tidak
adanya nyeri saat ditekan.
4) Telinga
inspeksi: telinga tampak simetris dengan dua belah telinga
disisi kanan dan kiri. Terdapat serumen di dalam telinga tidak
ada jejas dan lesi. Palpasi : saat dipalpasi tidak adanya nyeri
saat ditekan
5) Mulut dan tenggorokan
inspeksi : tampak bibir tidak simetris ,bibir merot ke kanan
Palpasi : saat dipalpasi tidak adanya pembesaran, tidak adanya
nyeri
6) Leher
Inspeksi bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, dan kelenjar vena jugularis. Palpasi tidak terdapat nyeri
tekan pada area leher.
79
7) Kelenjar Linfe
Inspeksi tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe. Palpasi tidak
terdapat nyeri tekan pada kelenjar limfe
8) Paru-Paru
inspeksi : dada tampak simetris, tidak ditemukan jejas dan lesi
pada permukaan dada klien. Auskultasi: terdengar suara
vesikuler pada paru, RR 20 Kali permenit Palpasi : saat
dilakukan palpasi tidak adanya nyeri saat ditekan. Perkusi :
tidak adanya pembesaran atau kelainan paru, suara paru saat
dilakukan perkusi vesikular tampak jernih dan tidak putus-putus.
9) Jantung
pengkajian inspeksi : tidak adanya jejas dan lesi disekitar area
dada klien, tidak adanya nyeri. Tekanan darah 142/83mmHg.
Palpasi : tidak adanya nyeri saat dilakukan palpasi. Auskultasi :
tidak adanya bunyi tambahan s3 dan s4, bunyi jantung normal s1
dan s2. Perkusi : tidak adanya pembesaran organ, suara perkusi
jantung dullnes
10) Abdomen/perut
Inspeksi: bentuk perut datar, tidak terdapat lesi.
Auskultasi: terdengar bising usus 14 kali
permenit. Perkusi: terdengar suara timpani.
Palpasi: tidak ada massa, cubitan pada perut kembali cepat < 2
detik.
11) Eliminasi bowel
Di rumah : buang air besar kira kira 2 hari sekali diwaktu
yg kadang pagi dan malam hari. Buang air besar klien dengan
fases yang padat dan berwarna kuning.
Di rumah sakit : klien mengatakan buang air besar normal
1kali sehari dalam sehari
12) Ekstremitas atas
ekstremitas atas : tangan kiri m a s i h b i s a
d i g e r a k k a n , dan tangan kanan masih dapat
bergerak. Ekstermitas bawah:
Kaki kiri dan kanan masih bisa di gerakkan tapi berjalan
80
sempoyongan , tidak ada lesi, dan tidak ada edema.
13) Tonus Otot
5555 5555
4444 4444
g. Data penunjang
1) Laboratarium
Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal 22 November 2023
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Glukosa darah 260 Mg/dl 80-160
sewaktu
Ureum 43 Mg/dl 15-39
Creatinim 1,1 Mg/dl L:0,6-1,3,p:0,5-11
magnesium 1 Mg/dl 0.74-0.99
h. Pengobatan
Obat Dosis Rute
1. Analisa Data
Setelah dilakukan pengkajian pada tangal 22 November 2023, maka di lakukan
analisa data sebagai berikut :
a. Data subjektif :Klien mengatakan tidak terasa pusing, tidak adanya mual
muntah. klien mengatakan berjalan sempoyongan ,mulut merot.
Data objektif : Klien tampak memiliki kesadaran compos mentis berbicara
dengan jelas. Tekanan darah142 / 83mmHg.
Masalah Keperawatan : Resiko perfusi selebral tidak efektif berhubungan
dengan penurunan sirkulasi darah ke otak.
b. Data subjektif : keluarga klien mengatakan tidak dapat menggerakan anggota
tubuhnya diarea tangan kiri dan kaki kiri.
Data objektif : tampak ekstremitas atas, tangan kiri terdapat kelemahan otot
tidak dapat digerakan, dan tangan kanan masih dapat bergerak . kaki kiri tidak
dapat bergerak dan kaki kanan dapat digerakan.
Tonus otot :
5555 5555
4444 4444
Masalah keperawatan : gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan neuromuskular.
83
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengumpulan data, dapat disimpulkan masalah – masalah .
Tn.S yaitu sebagai berikut :
a. Resiko perfusi jaringan serebral berhungan dengan penurunan sirkulasi darah ke
otak
Data subjektif :Klien mengatakan tidak terasa pusing, tidak adanya mual
muntah. klien mengatakan berjalan sempoyongan dan mulut merot.
Data objektif : Klien tampak memiliki kesadaran compos mentis berbicara
dengan jelas. Tekanan darah142 / 83mmHg.
Data subjektif :Klien mengatakan tidak terasa pusing, tidak adanya mual muntah.
klien mengatakan berjalan sempoyongan ,mulut merot
Data objektif : Klien tampak memiliki kesadaran compos mentis,dari hasil MSCT stroke infark.
85
(1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan
serebral kembali normal
2) Kriteria hasil
a) Dapat mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi kognitif dan
motorik atau sensorik membaik.
b) Menunjukan tanda-tanda vital yang stabil mis, tekanan darah 120/80 mmhg
c) Tidak kekambuhan defisit (sensori,bahasa, intelektual dan emosi).
3) Rencana tindakan
Manajeman peningkatan tekanan intrakanial (siki)
Observasi
a) Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK.
b) Monitor tekanan darah
c) Monitor tingkat kesadaran
d) Monitor status pernapasan
e) Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
Terapeutik
a) Berikan posisi semi fowler
b) Pertahankan suhu tubuh normal
c) Kolaborasi pemberian terapi obat
86
Action :
a) Memonitor tanda dan gejala peningkatan TIK dengan cara dilakukannya
pengkajian pada klien dan dilakukannya pengukuran tanda-tanda vital.
Evaluasi (SOAP)
Data subjektif :Klien mengatakan tidak terasa pusing, tidak adanya mual
muntah.Keluarga klien mengatakan klien berjalan sempoyongan,mulut merot.
Data objektif : Klien tampak memiliki kesadaran compos mentis. Tekanan
darah126 /80 mmHg.
Planning : intervensi dilanjutkan
a) Monitor tanda dan gejala peningkatan tik, serta mengukur tanda tanda vital
klien.
b) Berikan posisi semi fowler menggunakan bantal yang lebih lembuh dan
empuk.
c) Kolaborasi pemberian terapi obat
d) Minimalkan aktivitas yang memicu keributan dengan
menyediakan lingkungan yang tenang.
88
Data objektif : tampak ekstremitas atas, tangan kiri dapat digerakan, dan
tangan kanan masih dapat bergerak . berjalan sempoyongan
b. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 diharapkan , Klien
mampu melaksanakan aktivitas fisik
sesuai dengan kemampuannya.
2) Kriteria hasil
a) Pergerakan ekstremitas kekuatan otot rentang gerak (ROM)
meningkat.
b) Klien tidak mengeluhkan nyeri.
c) Cemas klien menurun
d) Tidak adanya kaku sendi
3) Rencana tindakan
Observasi
mobilisasi Terapeutik
a) Fasilitasi melakukan pergerakan ROM (Range of motion
b) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatan pergerakan
c) .Fasilitasi melakukan pergerakan jika perlu
d) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
90
Edukasi
Data objektif : tampak ekstremitas atas, tangan kiri dapat digerakan, dan tangan
kanan masih dapat bergerak . berjalan sempoyongan
Action :
a) Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi.
b) Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
misalnya duduk dari tempat tidur, saat berbaring dapat miring
kanan dan miring kiri
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
d) Menfasilitasi melakukan pergerakan yang dilakukan
klien
91
Evaluasi (SOAP)
Data subjektif : keluarga klien mengatakan dapat menggerakan anggota
tubuhnya
Edukasi
93
Action
a) Memonitor serta memantau kemandirian k l i e n .
b) Mendampingi serta membantu Tn.S dalam melakukan
aktivitas.
Evaluasi (SOAP)
94