PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit neurologi yang dapat menyebabkan
sel atau jaringan (Kemenkes, 2019). Pada tahun 2019, penyebab kematian
global teratas berdasarkan total jumlah nyawa yang hilang terkait dengan
kasus stroke. Sejak tahun 2000, peningkatan kematian terbesar dengan kasus
stroke meningkat lebih dari 2 juta menjadi 8,9 juta kematian pada tahun 2019
penting dan mendesak baik stroke hemoragic maupun stroke non hemoragic.
550.000 kasus baru setiap tahunya. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar
1
terdiagnosis pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 10,9 %. Berdasarkan
kategori usia, penderita stroke dengan rentang usia 65-74 tahun dan 75
adalah kurang aktivitas fisik, hipertensi , diabetes mellitus, pola makan yang
buruk serta stress mental dan fisik (P2PTM Kemenkes RI, 2018). Dan di
stroke non hemoragik totalnya sebanyak 144 pasien di tahun 2022. Pada 6
bulan pertama di tahun 2022 kasus stroke non hemoragik sebanyak 43 pasien
dan 6 bulan terakhirnya kasus stroke non hemoragik sebanyak 101 pasien.
Jadi pada tahun 2022 ini mengalami peningkatan sebesar 70% kasus stroke
terjadi, hampir 80% dari semua stroke yang disebabkan oleh gumpalan atau
sumbatan lain pada arteri yang mengalir ke otak yang dapat mengakibatkan
fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ektremitas
secara mandiri.
pelayanan kesehatan kepada pasien dan keluarga. Oleh karena itu, peran
pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga dalam hal pemulihan dari
Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul Asuhan keperawatan pada klien
Banggai
B. Rumusan masalah
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat penelitian
sebagai berikut:
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang
dalam jaringan otak atau area sekitar. Stroke Hemoragik adalah pembuluh
darah otak yang pecahsehingga menghambat aliran darah yang normal dan
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak
(Yuniarti,2020).
6
saraf otak. Istilah sroke biasanya digunakan secara spesifik untuk
oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem
pembuluh darah otak (Wijaya & Putri 2013), stroke atau cedera
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
7
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
2020).
b. Faktor Presipitasi :
1. Hipertensi
2. Penyakit jantung
3. Kolestrol tinggi
4. Obesitas
5. Diabetes mellitus
c. Faktor Resiko
1. Usia
2. Jenis Kelamin
8
3. Klasifikasi
85% dari jumlah stroke yang terjadi (Handayani & Dominica, 2018)
a. Stroke Iskemik
yang memasok darah ke otak tersumbat. Jenis stroke ini yang paling
dan zat lainnya dapat melekat pada dinding arteri, membentuk zat
lengket yang disebut plak. Seiring waktu, plak menumpuk. Hal ini
b. Stroke hemoragik
darah ke jaringan otak yang dituju. Selain itu, darah mengalir masuk
mematikan fungsinya.
9
c. Perdarahan intra serebral (PIS)
tetapi Sepertiga kasus terkait dengan stres mental dan fisik. aktivitas
(intercourse).
faktor lain. Peningkatan tekanan darah atau aliran darah yang cepat ke
11
otak menyebabkan pembuluh darah pecah.
12
Faktor yang dapat diubah
1. Hipertensi
b. Faktor Resiko Pelaku 2. penyakit jantung
a. Faktor Resiko Medis 3. Diabetes
1. Kebiasaan merokok 4. Hiperkolestrolemia
1. Arteroskleosis(pengeras
2. Mengkonsumsi soda dan alkohol 5. Obesitas dan
an pembuluh darah)
3. makan makanan cepat saji (fast 6. merokok
2. Riwayat keluarga stroke
food/junkfood)
(faktor genetik) Faktor yang tidak dapat diubah
4. Kurangnya olahraga
3. Migraine (sakit kepala)
5. Perasaan yang tidak
1. Usia
menyenangkan, seperti marah
2. Jenis kelamin
tanpa alasan
3. Riwayat keluarga
4. perbedaan ras
Stroke Hemoraagic
Ketidakamanan Tranfortasi
j
Gangguan Intoleransi Program Dedisit
Ketidakma
mobilitas aktivitas Gangguan Gangguan perawatan Perawatan
mpuan
Fisisk Komunikasi Verbal Menelan Diri
menelan
makanan
Interaksi
interpersonal
tidak
Defisit memuaskan
Nutrisi
Ketidakberdayaaan
5. Manifestasi klinik menurut (Setiyawan, Nurlely, & Harti, 2019)
3. Penurunan kesadaran.
3. Gangguan penglihatan
6. Kesulitan menelan.
9. Kehilangan kesadaran.
6. Pemeriksaan Penunjang
lokasi hematoma, keberadaan dan lokasi pasti infark atau iskemia di jaringan
otak.Pemeriksaa ini harus segera (kurang dari 12 jam) dilakukan pada kasus
lumbal untuk menganalisa hasil cairan serebrospinal dalam kurun waktu 12 jam.
d. MRI: Hasil yang diperoleh dengan menilai lokasi dan derajat perdarahan otak
lengkap.
7. Terapi farmakologi dan non-farmakologi
2. Pemberian Deksametason
3. Perawatan
2021)
8. Komplikasi
a. Hipoksi Serebral
vaskular.
c. Emboli Serebral
Dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium, atau dapat
lokal.
1. Pengkajian Keperawatan
trimardani1 (2022) data yang perlu dikaji pada pasien dengan masalah
a. Identitas klien
medis.
b. Keluhan utama
trauma kepala.
f. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
pertama.
b. Nadi
c. Pernafasan
3. Rambut
non hemoragik.
4. Wajah
dan pada pasien koma, ketika diusap kornea mata dengan kapas
halus, pasien akan menutup kelopak mata. Sedangkan pada nervus
mengunyah.
5. Mata
(optikus): biasanya luas pandang baik 90°, visus 6/6. Pada nervus
6. Hidung
hidung.
dapat mendorong pipi kiri dan kanan, bibir simetris, dan dapat
8. Telinga
10. Paru-paru
11. Jantung
12. Abdomen
a. Ekstremitas Atas
tidak ada respon apa-apa dari siku, tidk fleksi maupun ektensi.
b. Ekstremitas Bawah
caddok (+). Pada saat tulang kering digurut dari atas ke bawah
(+), dan pada saat betis diremas dengan kuat biasanya pasien
neuromuscular (D.0054)
neuromuscular (D.0109)
neuromuscular (D.0119).
29
1. Intervensi Keperawatan
-
Kolaborasi pemberian pelunak tinja,
jika perlu
3. Resiko jatuh dibuktikan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pencegahan Jatuh (I. 14540)
kekuatan otot menurun 3x24 jam, diharapkan tingkat jatuh menurun Observasi :
(D.0143) (L.14138) dengan kriteria hasil : - Identifikasi faktor risiko jatuh
Jatuh dari tempat tidur menurun - Identifikasi risiko jatuh
(5) Jatuh saat berdiri menurun (5) setidaknya sekali setiap shift
Jatuh saat duduk menurun (5) - Identifikasi faktor lingkungan
Jatuh saat berjalan menurun (5) yang meningkatkan risiko jatuh
Jatuh saat dipindahkan menurun (5) - Hitung risiko jatuh dengan
Jatuh saat naik tangga menurun (5) menggunakan skala skala
Jatuh saat di kamar mandi menurun (mis.Fall Morse Scale Humpty
(5) Jatuh saat membungkuk menurun Dumpty Scale) jika perlu.
(5) - Monitor kemampuan berpindah
dari tempat tidur ke kursi roda
dan sebaliknya
Terapeutik :
- Orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
- Pastikan roda tempat tidur dan
kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci
- Pasang handrall tempat tidur
- Atur tempat
Edukasi :
- Anjurkan memanggil perawat
jika membutuhkan bantuan untuk
berpindah
- Anjurkan menggunakan alas kaki
yang tidak licin
- Anjurkan berkonsentrasi untuk
32
5. Gangguan komunikasi verbal Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Promosi Komunikasi: Devisit Bicara
berhubungan dengan gangguan 3x24 jam, diharapkan komunikasi verbal (I.13492)
neuromuscular (D.0119) (L.13118) dengan kriteria hasil: Observasi :
Kemampuan berbicara meningkat (5) - Monitor kecepatan, tekanan,
Kemampuan mendengar meningkat (5) kuantitas, volume dasn diksi bicara
Kesesuaian ekspresi wajah/tubuh meningkat (5) - Monitor proses kognitif, anatomis,
Kontak mata meningkat (5) dan fisiologis yang berkaitan dengan
Respon perilaku membaik (5) bicara
Pemahaman komunikasi membaik (5) - Monitor frustrasi, marah, depresi
atau hal lain yang menganggu bicara
- Identifikasi prilaku emosional dan
fisik sebagai bentuk komunikasi
Terapeutik :
- Gunakan metode komunikasi
alternative (mis: menulis, berkedip,
papan Komunikasi dengan gambar
dan huruf, isyarat tangan, dan
computer)
- Sesuaikan gaya Komunikasi dengan
kebutuhan (mis: berdiri di depan
pasien, dengarkan dengan seksama,
tunjukkan satu gagasan atau
pemikiran sekaligus, bicaralah
dengan perlahan sambil menghindari
teriakan, gunakan Komunikasi
tertulis, atau meminta bantuan
keluarga untuk memahami ucapan
pasien.
30
31
Kolaborasi :
- Rujuk ke ahli patologi bicara atau
terapis
31
1. Implementasi Keperawatan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang
(Debora, 2013).
2. Evaluasi Keperawatan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan (Debora,
2013).
32
BAB III
METODE PENILITIAN
non hemoragik.
1. Lokasi Penelitian
Banggai.
2. Waktu Penelitian
Studi kasus ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal pada tahun mei 2023
33
.
1. Populasi
sudah berulang.
1. Variabel penelitian
dokter.
34
2. Definisi operasional
uraian tentang batasan variable yang dimaksud atau tentang apa yang
E. Pengumpulan data
wawancara kepada pasien dan keluarga, observasi, dan pemeriksaan fisik pada
sistem tubuh pasien dan studi dokumentasi dari rekam medik termasuk
a. Wawancara
riwayat penyakit keluarga dan lain-lain. Sumber data yang didapatkan bisa
b. Pemeriksaan fisik
35
hingga kaki (head to toe) yang dilakukan dengan menggunakan teknik:
c. Studi dokumentasi
F. Pengolahan Data
analisis data: validasi data, teliti kembali data yang telah terkumpul,
G. Analisa data
36
fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah (Siyoto. S & Sadik.
M.A, 2015).
H. Penyajian data
37
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz trimardani1, A.D. (2022) ‘Gangguan Mobilitas Fisik Pada Pasien Stroke
Bakhtiar, Y., & Rochana, N. (2020). Sensitivitas dan Spesifitas Skor Stroke
Literature Review,18(2).
http://www.dinkes.sultengprov.go.id/.https://dinkes.sultengprov.go.id/
wpcontent/uploads/2018/06/profil-kesehatan-tahun-2020.pd
Handayani, D., & Dominica, D. (2018). Gambaran drug related problems (DRP’s)
38
https://dinkes.sultengprov.go.id/wp-content/uploads/2022/05PROFIL-DINAS-
KESEHATAN-2021.pdf
Kemenkes RI. (2019). Stroke Don’t be The one - Info Datin Kemenkes RI.
Jogjakarta: Mediaction
P2PTM Kemenkes RI. (2018). Faktor Risiko Stroke yang Bisa diubah. kementerian
risiko-stroke-yang-bisa-diubah
39
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Soewarno, S. A., & Annisa, Y. (2017). Pengaruh hipertensi terhadap terjadinya stroke
Setiyawan, S., Nurlely, P. S., & Harti, A. S. (2019). Pengaruh Mirror Therapy
49. https://doi.org/10.31596/jkm.v6i2.296
40
Saidi, S., & Andrianti, S. (2021). Perbedaan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan
Teknik Slow Stroke Back Massage Terhadap Skala Nyeri Pada Penderita
1(1), 32–43.
Siyoto. S & Sadik. M.A, 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi
Media Publishing.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/the-top-10-causes-ofdeath
World Stroke Organization. (2019). Kasus Baru dan Kematian Stroke. World Stroke
Organization.https://www.world-stroke.org/publications
andresources/international-journal-of-stroke
Yuniarti, I.I., Kariasa, I.M. and Waluyo, A. (2020) ‘Efektifitas Intervensi Self-
41