Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
OLEH:
KELOMPOK 1
SILVIA SALSABILA APRIDALOKA 211117003
DINDA MARIYANTI 211117006
YUSIE APRILIANI GUNAWAN 211117009
SITI HARDIANTI MAHROM 211117013
DWI FEBRIANI 211117016
BARIZ PIQRI BAHA 211117035
YOSEP AGUNG GUMELAR 211117058
ELNA HERLIANA 211117061
VELA TRIANI 211117064
SINTA APRILIANI 211117068
A. LATAR BELAKANG
Lansia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Proses menjadi lansia merupakan proses alamiah yang dapat
terjadi pada setiap orang. Dimana keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres
fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk
hidup serta peningkatan kepekaan secara individual. Aspek yang juga mengalami
penurunan secara degenerative adalah fungsi kognitif (kecerdasan/pikiran). Salah
satu contoh gangguan degeratif kognitif pada lansia adalah demensia. Demensia
adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-
hari (Brocklehurst and Allen, 1987 dalam Boedhi-Darmojo, 2009).
Pada lansia dengan demensia penurunan kemampuan mental yang
biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, pikiran,
penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi
kemunduran kepribadian, sehingga terkadang terjadi gangguan terhadap bio-
psiko-sosial-spritual pada lansia. Menurut data dari kementrian kesehatan RI
pada bulletin lansia tahun 2013 data lansia di Indonesia mengalami peningkatan
7,59% pada tahun 2011 dengan usia harapan hidup rata-rata 69,5 tahun. Situasi
global pada saat ini di antaranya adalah setengah jumlah lansia di dunia (400 juta
jiwa) berada di Asia, Pertumbuhan lansia pada negara sedang berkembang lebih
tinggi dari negara yang sudah berkembang. Masalah terbesar lansia adalah
penyakit degenerative. Diperkirakan pada tahun 2050 sekitar 75% lansia
penderita penyakit degeneratif tidak dapat beraktifitas (tinggal di rumah). Terapi
aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang
sama. Aktivitas diguanakan sebagai terapi dan kelompok diguanakan sebagai
target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat lansia
melatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku yang maladaptif.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hasil survey di atas, maka mahasiswa/i Keperawatan Stikes Jenderal
Achmad Yani Cimahi akan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
dengan materi Tebak Gambar pada lansia dengan gangguan kognitif.
C. TUJUAN
D. MANFAAT KEGIATAN
1. Memperlambat kepikunan.
2. Menghilangkan stres.
3. Meningkatkan konsentrasi.
4. Membuat emosi lebih tenang.
E. SASARAN STRATEGIS
G. PERENCANAAN
1. Hari/ Tanggal : Rabu / 28 Januari 2020
2. Waktu : 09.00 WIB
3. Tempat : Aula Wisma Lansian Asuhan Bunda
4. Topik : Tebak gambar
5. Peserta : Lansia Panti Berjumlah 23 orang
6. Metode : Demonstrasi / Role Play
7. Media : Bola, Spidol, Poster, Sound
H. SETTING TEMPAT
Keterangan :
= Leader
= Co Leader
= Lansia
= Fasilitator
= Observer
I. PENGORGANISASIAN
3. FASILITATOR :
1.) Silvia Salsabila Apridaloka
2.) Yusie Apriliani
3.) Elna
4.) Vela
5.) Siti Hardianti
6.) Sinta Apriliani
7.) Bariz Piqri
Tugas
a. Membantu leader dalam memfasilitasi anggota kelompok untuk berperan
aktif dan memotivasi anggota
b. Memfokuskankegiatan
c. Membantu mengkoordinir anggota kelompok
d. Duduk di sela-sela pasien
J. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari : Jum’at
Waktu : 45 menit
1. Fase Orientasi Pada saat ini terapis melakukan :
2. Fase Kerja
a. Demontrasi Tebak Gambar
1) Mendemonstrasikan tebak gambar kepada lansia dan petugas panti
2) Memberikan kesempatan lansia dan petugas untuk mencoba kembali
sendiri
3) Mengulang kembali tebak gambar secara bersama lansia dan petugas
panti
4) Melakukan tebak gambar bersama-sama dengan mahasiswa/I dengan
menggunakan musik Penyaji Fasilitator Co-Leader
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Mahasiswa menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti kegiatan
2) Memberikan pujian atas keberhasilan lansia.
b. Rencana Tindak lanjut
1) Terapis meminta lansia dan petugas untuk mengulang hal yang telah
dipelajari secara mandiri
2) Memasukan dalam jadwal kegiatan harian panti
c. Kontrak yang akan datang
Terapis mengakhiri kegiatan dan mengingatkan kepada lansia untuk
melakukan kegiatan yang biasa dilakukan. Fasilitator, Co-Leader, Leader
dan Observer
d. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dinilai dan dievaluasi adalah kemampuan lansia sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK Tebak Gambar, kemampuan lansia yang
diharapkan adalah mengikuti kegiatan, respons yang diharapkan adalah
lansia dan petugas mampu melakukan kegiatan tebak gambar secara
mandiri dan bila dilakukan secara rutin diharapkan fungi kognitif dapat
meningkat.
L. ANTISIPASI MASALAH
M. PENUTUP
Kegiatan terapi aktivitas kelompok ini di harapkan mampu mencapai
tujuan hasil yang di harapkan adanya interaksi dan sosialisasi antaar kakek
dan nenek juga diharapkan mengekspresikan perasaan yang dihadapimya
secara adaptif.
Cecilia Freeman & Gail Dennison. 1998. . I Am The Child (Akulah Anak Itu). Jakarta
: Grasindo
Dennison, Paul. 2002. Buku Panduan Lengkap Brain Gym. Jakarta : Gramedia
Dennison, P., Gail, E. 2002. Buku Panduan Lengkap Brain Gym. Jakarta : Gramedia