Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI DENGAN PERMAINAN TALI BERDERET


DI WISMA DAHLIA
PSTW ILOMATA KOTA GORONTALO

OLEH
KELOMPOK III

RAFIKA YUNI ISMAIL


VEROLINA ISMAIL
FADHILAH RADJAK
YOKO PERMANA KOSASIH ROSOK
MELGIFIA
ADE R.A PAHRUN
SUMARNI S. MOHI
APRISKA NURILIA PULUALA

PROFESI NERS ANGKATAN VII


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018
PROFESI NERS ANGKATAN VII
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


STIMULASI PERSEPSI DENGAN PERMAINAN TALI BERDERET

A. Judul/Tema
Terapi stimulasi persepsi dengan permainan tali
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Lansia mampu bekerjasama dengan lansia yang lain.
2. Tujuan Khusus
a. Lansia mampu memahami perintah dari leader
b. Lansia mampu berkoordinasi dengan lansia yang lain untuk melaksanakan
perintah leader.
c. Lansia mampu mengenal nama, tanggal lahir, usia lansia lain.
d. Lansia mampu mempertahankan kontak mata saat berinteraksi dengan
lansia yang lain.
e. Lansia mampu mengikuti aturan selama permainan.
f. Lansia mampu mengemukakan pendapat tentang permainan yang telah
dilakukan.
C. Landasan Teori
Menjadi tua atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang di mulai sejak
permulaan kehidupan (Padila, 2013). Lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang
telah berusia 60 tahun atau lebih (WHO, 2010). Undang-Undang RI nomor 13 tahun
1998 menjelaskan tentang kesejahteraan lansia juga menyebutkan lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Memasuki usia tua banyak
mengalami kemuduran baik kemunduran fisik maupun psikologis. Semakin lansia
seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang. Hal ini akan dapat
mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungan. Kondisi ini dapat
berdampak pada tingkat kesepian seseorang (Nugroho, 2012).
Masalah psikologis yang paling banyak terjadi pada lansia adalah kesepian,
kesepian merupakan suatu keadaan ketika individu mengalami ketidaknyamanan yang
berkaitan dengan keinginan atau kebutuhan untuk berhubungan atau mengadakan
kontak dengan orang lain (Carpenito-Moyet, 2007). Para lanjut usia mengalami
perasaan kesepian karena kehilangan halhal yang dimilikinya semasa muda seperti
kebugaran dan penampilan fisik, kehilangan seperti kehilangan pasangan hidup, anak-
anak yang sudah berkeluarga, teman-teman, jabatan atau pekerjaan, pendapatan, serta
penampilan fisiknya karena penuaan (Nugroho, 2010).
Kesepian yang dialami oleh lansia mempunyai dampak yang cenderung
menyebabkan berbagai masalah seperti depresi, kecemasan, keinginan bunuh diri,
cenderung untuk terkena penyakit, pola makan dan tidur seseorang kacau, menderita
sakit kepala dan muntah-muntah (Stuart dan Sundeen, 2007). Depresi merupakan
perasaan keputusasaan, kehilangan harapan, serta perasaan yang sangat menyedihkan
sehingga mampu melakukan tindakan nekat.
Kesepian bisa diatasi dengan beberapa cara seperti latihan keterampilan sosial
training (SST), Cognitive-Behavioral Therapy, Shyness Grups dan terapi aktivitas
kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah terapi psikologi yang dilakukan
secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan
gangguan interpersonal (Yosep, 2007). Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus
terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Fokus terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah membantu
pasien yang mengalami kemunduran orientasi dengan karakteristik: kurang inisiatif
atau ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal (Yosep, 2007).
Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah pasien mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus
kepadanya. Sementara, tujuan khususnya: pasien dapat mempersepsikan stimulus yang
dipaparkan kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalah yang timbul dari
stimulus yang dialami (Darsana, 2007).
Tahapan-tahapan dalam Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) menurut Purwaningsih
(2010) yaitu :
1. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang menjadi leader,
anggota, tempat dan waktu kegiatan kelompok akan dilaksanakan serta
membuat proposal lengkap dengan media yang akan digunakan beserta dana
yang dibutuhkan.
2. Fase awal
Pada fase ini terhadap 3 tahapan yang terjadi, yaitu: orientasi, konflik atau
kebersamaan
a. Orientasi
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing,
leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan
anggota.
b. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan
siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya,
dan saling ketergantungan yang akan terjadi.
c. Kebersamaan
Anggota mulai bekerjasama untuk mengatasi masalah, anggota mulai
menemukan siapa dirinya.
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim :
a. Merupakan fase yang menyenangkan bagi pemimpin dan anggotanya
b. Perasan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan hubungan saling
percaya yang telah terbina
c. Semua anggota bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
d. Tanggung jawab merata, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan
realistis
e. Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugs
kelompok dalam menyelesaikan tugasnya
f. Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif
Petunjuk untuk leader pada fase ini :
a. Intervensi leader didasari pada kerangka kerja teoritis, pengalaman,
personality dan kebutuhan kelompok serta anggotanya
b. Membantu perkembangan keutuhan kelompok dan mempertahankan
batasannya, mendorong kelompok bekerja pada tugasnya
c. Intervensi langsung ditujukan untuk menolong kelompok mengatasi
masalah khusus.
4. Fase terminasi
Ada 2 jenis terminasi yaitu terminasi akhir dan terminasi sementara. Anggota
kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.
Terminasi dapat menyebabkan kecemasan, regresi dan kecewa. Untuk
menghindari hal ini, terapis perlu mengevaluasi kegiatan dan menunjukkan
sikap betapa bermaknanya kegiatan tersebut, menganjurkan anggota untuk
memberi umpan balik pada tiap anggota. Terminasi tidak boleh disangkal,
tetapi harus tuntas didiskusikan. Akhir terapi aktivitas kelompok harus
dievaluasi.
D. Sasaran
1. Peserta adalah lansia yang tinggal di wisma Dahlia.
2. Kriteria Inklusi
a. Lansia yang sudah mampu berinteraksi dengan lansia lain
b. Lansia dengan kondisi yang stabil
c. Lansia bersedia mengikuti permainan.
3. Kriteria Eksklusi
a. Lansia dengan gangguan menarik diri yang belum mampu berinteraksi
dengan orang lain.
b. Lansia dengan gangguan mental organik berat.
c. Lansia yang memiliki keterbatasan dalam bergerak.
4. Proses seleksi peserta
a. Menyeleksi lansia sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Mengidentifikasi nama lansia dan masalah keperawatan yang dialami.
c. Membuat kontrak waktu dengan lansia.
d. Membagi lansia dalam dua kelompok sesuai dengan nomor urut ganjil
genap.
E. Pengorganisasian
1. Leader : Yoko Permana Kosasih Rosok
2. Co-Leader : Fadhilah Radjak
3. Observer : Rafika Yuni Ismail
4. Fasilitator : Melgifia
5. Notulen : Verolina Ismail
6. Dokumentasi : Ade R.A Pahrun
7. Time kiper : Sumarni S. Mohi
8. Konsumsi : Apriska Nurilia Puluala
Uraian Tugas :
1. Leader
a. Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai.
b. Memberikan memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya.
c. Mampu memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib.
d. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
e. Menjelaskan permainan.
2. Co-Leader
a. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien.
b. Membantu leader dalam memimpin permainan.
c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
d. Memberikan reward bagi kelompok yang menyelesaikan perintah dengan
cepat.
e. Memberikan punishment bagi kelompok yang kalah.
3. Fasilitator
a. Memfasilitasi klien yang kurang aktif.
b. Memberikan stimulus pada anggota kelompok.
c. Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan.
4. Observer
a. Mengobservasi dan mencatat jalannya proses kegiatan.
b. Mencatat prilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan berlangsung.
c. Mencatat peserta yang aktif dan pasif dalam kelompok.
d. Mencatat jika ada peserta yang drop out dan alasan drop out.
F. Pelaksanaan
Hari : Jumat, 26 Januari 2018
Tempat/Waktu : Wisma Dahlia/10:30 WITA
Metode : Simulasi
Alat dan Bahan : 1. Tali
2. Spidol
3. Kertas HVS
4. Speaker

NO TAHAP WAKTU KEGIATAN PJ


1. Fase 5 Menit Pada saat ini terapis melakukan : Leader
Orientasi 1. Memberi salam terapeutik : salam mulai
dari terapis, perkenalan nama dan
panggilan terapis.
2. Evaluasi/Validasi : menanyakan perasaan
lansia saat ini dan terapis menanyakan
tentang sejak kapan lansia mulai tinggal
di Wisma Dahlia
3. Kontrak :
a. Menjelaskan tujuan kegiatan
b. Menjelaskan aturan main tersebut
1) Peserta berdiri diatas tali dan tidak
boleh keluar dari tali.
2) Jika ada lansia yang akan
meninggalkan kelompok harus
minta ijin kepada terapis
3) Lama kegiatan 30 menit
4) Setiap lansia mengikuti kegiatan
dari awal sampai akhir
5) Jika peserta merasa kurang jelas
dengan penjelaskan leader, dapat
menanyakan kepada leader dengan
menunjuk tangan terlebih dahulu.
6) Peserta hadir di tempat 5 menit
sebelum kegiatan berlangsung.
2. Fase Kerja 20 Menit 1. Peserta yang telah dibagi menjadi dua Leader
kelompok diarahkan untuk berbaris diatas Fasilitator
tali yang telah disediakan. Co-Leader
2. Leader memberikan perintah permainan
yaitu berbaris sesuai dengan nama
berdasarkan urutan abjad.
3. Peserta mengurutkan diri tanpa keluar
dari tali, jika ada yang keluar dari tali
dianggap kalah.
4. Fasilitator mengamati apabila ada yang
melanggar peraturan dan memfasilitasi
peserta dalam mengikuti permainan.
5. Peserta yang menyelesaikan perintah
dengan cepat dan benar mendapat reward.
6. Peserta yang terlambat menyelesaikan
perintah mendapat hubungan menyanyi
dan menari.
7. Leader memberi perintah selanjutnya
seperti berbaris sesuai dengan usia, tinggi
badan, tanggal lahir, dan lain-lain.
8. Langkah-langkah diatas dilanjutkan
hingga waktu yang disediakan habis.
9. Selama kegiatan berlangsung observer
mengamati jalannya acara dan mencatat
jalannya acara.
Antisipasi Masalah
1. Penanganan klien yang tidak aktif saat
aktifitas kelompok
a. Memanggil klien
b. Memotivasi klien untuk ikut aktif
dalam permainan.
2. Bila klien meninggalkan permainan tanpa
pamit :
a. Panggil nama klien
b. Tanya alasan klien meninggalkan
permainan
c. Berikan penjelasan tentang tujuan
permainan dan berikan penjelasan pada
klien bahwa klien dapat melaksanakan
keperluannya setelah itu klien boleh
kembali lagi.
3. Bila ada klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa permainan
ini ditujukan pada klien yang telah
dipilih
b. Katakan pada klien lain bahwa ada
permainan lain yang mungkin dapat
diikuti oleh klien tersebut.
c. Jika klien memaksa, beri kesempatan
untuk masuk dengan tidak memberi
peran pada permainan tersebut

3. Fase 5 Menit 1. Evaluasi Fasilitator


Terminasi a. Menanyakan perasaan lansia setelah Co-Leader
mengikuti TAK. Leader
b. Memberikan pujian atar keberhasilan Observer
kelompok.
c. Menanyakan pada lansia tentang
manfaat dan tujuan dari TAK.
2. Rencana tindak lanjut
a. Menganjurkan lansia untuk tetap
menjaga kekompakan dengan lansia
lain.
b. Menganjurkan lansia untuk bercakap-
cakap dengan lansia lain tentang
perasaannya.
3. Kontrak yang akan datang
Terapis mengakhiri kegiatan dan
mengingatkan kepada lansia untuk
melakukan kegiatan yang biasa dilakukan
di PSTW Ilomata

Setting Tempat

Keterangan :

: Audience : Fasilitator : Dokumentasi

: Leader : Observer : Time kiper

: Co-Leader : Notulen : Konsumsi


G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Pre planning telah disiapkan sebelumnya.
b. Kontrak waktu sudah tepat dan mempertimbangkan kondisi klien.
c. Media dan alat yang dipilih sduah tepat.
d. Tempat luas dan sesuai untuk permainan.
e. Materi TAK sesuai dengan kondisi klien.
f. Tidak ada kesulitan memilih klien yang sesuai dengan kriteria dan
karakteristik klien untuk melakukan terapi aktifitas kelompok.
2. Evaluasi Proses
a. Leader menjelaskan aturan main dengan jelas
b. Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien
c. Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk dapat
mengawasi jalannnya permainan
d. 100% klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan dengan
aktif dari awal sampai selesai.
e. Di akhir kegiatan sudah dievaluasi jalannya kegiatan dan dilakukan
kontrak yang akan datang.
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan jadwal.
b. 100 % klien mampu memahami perintah dari leader.
c. 100% klien mampu berkoordinasi dengan klien yang lain untuk
melaksanakan perintah leader.
d. 80% klien mampu mengenal nama, tanggal lahir, usia klien lain.
e. 100% klien mampu mempertahankan kontak mata saat berinteraksi dengan
klien yang lain.
f. 100% klien mampu mengikuti aturan selama permainan.
g. 80% klien mampu mengemukakan pendapat tentang permainan yang telah
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info
Media.

Bandiyah, S. 2009. Lanjut Usia dan keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Salemba


Medika

Darmojo, B. 2009. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 4. Jakarta:
FKUI

Kushariyadi. 2011. Asuhan Keperawatan pada Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika

Maryam, R.S. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika

Mubarak, W.I. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:


Sagung Seto

Mujahidullah, K. 2012. Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nugroho, W. 2010. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC

Nugroho, W. 2012. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC

Padila. 2013. Keperawatan gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika

Prabowo. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogjakarta: Nuha
Medika

Purwaningsih, Wahyu dan Karlina. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha
Medika.

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan. Jakarta: EGC

Widyanto, F.C. 2014. Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika

Yosep, I. 2008. Keperawatan Jiwa. Bandung: Reflika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai