Anda di halaman 1dari 15

KUMPULAN TUGAS PROFESI NERS

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Disusun Oleh
Sabila Rahmah Azzahra
SN211125

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI

I. DEFINISI TERAPI OKSIGENASI


Oksigenasi merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas. Masuknya
oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan
hematologi.
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen dalam udara ruangan
adalah 21%. Tujuan terapi oksigen adalah memberikan transport oksigen yang adekuat
dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stres pada
miokardium.

II. ANATOMI PERNAPASAN

1. Saluran Napas Atas


a. Hidung
1) Terdiri atas bagian eksternal dan internal
2) Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago
3) Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang
disebut septum
4) Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
5) Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi
lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh
gerakan silia
6) Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru
7) Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
8) Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena
reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang
sejalan dengan pertambahan usia
b. Faring
1) Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring
2) Faring dibagi menjadi tiga region: nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan
laring (laringofaring)
3) Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius
dan digestif
c. Laring
1) Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea
2) Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas : Epiglotis: daun
katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan.
Glotis: ostium antara pita suara dalam laring. Kartilago tiroid: kartilago
terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adam's
apple). Kartilago krikoid: satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam
laring (terletak di bawah kartilago tiroid). Kartilago aritenoid: digunakan
dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid. Pita suara: ligamen yang
dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara
melekat pada lumen laring)
3) Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
4) Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda
asing dan memudahkan batu.
d. Trakea
1) Disebut juga batang tenggorok
2) Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
2. Saluran Napas Bawah
a. Bronkus
1) Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
2) Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
3) Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus
lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
4) Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus
subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri,
limfatik dan saraf
b. Bronkiolus
1) Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
2) Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas.
c. Bronkiolus Terminalis: Bronkiolus membentuk percabangan menjadi
bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
d. Bronkiolus respiratori
1) Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
2) Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan
napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas
e. Duktus alveolar dan Sakus alveolar: Bronkiolus respiratori kemudian mengarah
ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar dan  kemudian menjadi alveoli
f. Alveoli

1) Merupakan tempat pertukaran O  dan CO


2) Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan
seluas 70 m2
3) Terdiri atas 3 tipe : Sel-sel alveolar tipe I: adalah sel epitel yang membentuk
dinding alveoli. Sel-sel alveolar tipe II: adalah sel yang aktif secara
metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps). Sel-sel alveolar
tipe III: adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan
3. Paru-paru
a. Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
b. Terletak dalam rongga dada atau toraks
c. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar
d. Setiap paru mempunyai apeks dan basis
e. Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
f. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
g. Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan
segmen bronkusnya
4. Pleura
a. Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
b. Terbagi mejadi 2 yaitu: Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga
dada dan Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
c. Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama
pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
d. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru
III. FISIOLOGI PERNAFASAN
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
1. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih
besar tekanan rongga dada turun/lebih
2. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif
yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada
turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan,
yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
1. Ventilasi Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa
factor:
a. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat,
maka tekanan udaranya semakin rendah.
b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang
di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
2. Difusi Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-
paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru-paru
b. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
c. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O²
dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena
vulmonalis.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus  dan mengikat HB.
3. Transportasi Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke
jaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi
b. kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah
secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

IV. ETIOLOGI
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi 
yaitu :
1. Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah kondisi saat Anda Anda mungkin akan lebih banyak
mengeluarkan karbon dioksida daripada menghirupnya.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi didefinisikan sebagai gangguan ketika seseorang bernapas terlalu
pendek atau terlalu lambat sehingga pemenuhan oksigen yang dibutuhkan oleh
tubuh terjadi sangat lambat.
3. Deformitas tulang dan dinding dada
Deformitas atau kelainan bentuk atau ukuran tungkai paska trauma dapat terjadi
jika terdapat dislokasi (bagian kepala tulang keluar dari kedudukannya) atau
jika antara tepi dan ujung patahan tulang tidak menyatu atau tidak bertemu.
4. Nyeri
Nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila
kita mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh kita. Nyeri dapat terasa sakit,
panas, gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk, atau ditikam.
5. Kerusakan neuromuscular
Kelainan neuromuskular adalah kondisi medis yang ditandai dengan
ketidakmampuan sistem saraf dan otot untuk bekerja sebagaimana mestinya.
Pasien yang memiliki kelainan tersebut biasanya menunjukkan beberapa gejala,
seperti gangguan tidur karena masalah pernapasan.
6. Kerusakan muskoloskeletal
Gangguan muskuloskeletal adalah kondisi terjadinya gangguan fungsi pada
ligamen, otot, saraf, sendi dan tendon, serta tulang belakang.
7. Kerusakan kognitif/persepsi
Gangguan kognitif merupakan gangguan dan kondisi yang mempengaruhi
kemampuan berfikir seseorang.
8. Obesitas
Obesitas adalah kondisi kronis akibat penumpukan lemak dalam tubuh yang
sangat tinggi. Obesitas terjadi karena asupan kalori yang lebih banyak dibanding
aktivitas membakar kalori, sehingga kalori yang berlebih menumpuk dalam
bentuk lemak
9. Imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan
10. Adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.

V. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN


1. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis yang mempengaruhi oksigenasi meliputi :
a. Penurunan kapasitas membawa oksigen
b. Penurunan konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi
2. Faktor perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas
yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter
dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal.
Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi
perubahan pada bentuk thorak dan pola napas. Tahap perkembangan klien dan
proses penuaan yang normal mempengaruhi oksigenasi jaringan:
a. Bayi Prematur.
b. Bayi dan Todler.
c. Anak usia sekolah dan remaja.
d. Dewasa muda dan dewasa pertengahan.
e. Lansia
3. Faktor lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi
daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup
individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju
pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat. Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi,
sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang
dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga
kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya
terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah
yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan
akan oksigen.
4. Gaya hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan
tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakitparu.
5. Status kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke
sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat
mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi
kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin
berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
6. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan
ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-
obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
7. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan Fungsi pernapasan dapat terganggu
oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru.
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru .
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan sel jaringan.

8. Perubahan pola nafas


Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya
dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak).
Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang
meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk
bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
9. Obstruksi jalan nafas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi:
hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti
makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak
sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas. Obstruksi jalan napas di bagian
bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran napas ke bronkhus dan
paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi
keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi
sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi
(inspirasi).

VI. BATASAN KARAKTERISTIK


1. Bersihan jalan napas tidak efektif
a. Gejala tanda mayor
1) Batuk tidak efektif
2) Tidak mampu batuk
3) Spuntum berlebih
4) Mengi, wheezing, dan/atau, ronkhi kering
5) Mekonium di jalan napas
b. Gejala tanda minor
1) Gelisah
2) Sianosis
3) Bunyi nafas menurun
4) Frekuensi napas berubah
5) Pola napas berubah
2. Pola napas tidak efektif
a. Gejala tanda mayor
1) Penggunaan otot bantu pernapasan
2) Fase ekspirasi memanjang
3) Pola napas abnormal (misalnya takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes)
b. Gejala tanda minor
1) Pernapasan pursed lip
2) Pernapasan cuping hidung
3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4) Ventilasi semenit turun
5) Kapasitas vital menurun
6) Tekanan ekspirasi menurun\
7) Tekanan inspirasi menurun
8) Ekskursi dada berubah

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
VIII. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA KRITERIA HASIL TUJUAN INTERVENSI


1. Latihan Batuk Efektif
Bersihan a. Gejala tanda mayor Setelah dilakukan tindakan (I.01006)
jalan napas keperawatan 3x24 2. Manajemen Jalan Nafas
tidak efektif 1) Batuk tidak efektif jam, bersihan jalan napas (I. 01011)
2) Tidak mampu batuk 3. Pemantauan Respirasi
3) Spuntum berlebih akan meningkat dengan
(I.01014)
4) Mengi, wheezing, kriteria hasil:
dan/atau, ronkhi
kering 1. Batuk efektif
5) Mekonium di jalan meningkat (5)
napas 2. Produksi sputum
menurun (5)
3. Mengi menurun (5)
b. Gejala tanda minor
4. Wheezing menurun (5)
1) Gelisah 5. Mekonium menurun (5)
2) Sianosis 6. Dispnea menurun(5)
3) Bunyi nafas menurun 7. Ortopnea menurun (5)
4) Frekuensi napas 8. Sulit bicara membaik
berubah
(5)
5) Pola napas berubah
9. Sulit bicara membaik
(5)
10. Sianosis membaik (5)
11. Gelisah membaik (5)
Pola napas a. Gejala tanda mayor Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen jalan napas
tidak efektif 1) Penggunaan otot keperawatan 3x24 jam, (I. 01011)
bantu pernapasan pula napas akan meningkat 2. Pemantuan respirasi
2) Fase ekspirasi
dengan kriteria : (I.01014)
memanjang
3) Pola napas abnormal
1. Dispnea menurun (5)
(misalnya takipnea,
bradipnea, 2. Pemanjangan fase
hiperventilasi, ekspirasi menurun (5)
kussmaul, cheyne- 3. Frekuensi napas
stokes) membaik (5)
b. Gejala tanda minor
1) Pernapasan pursed
lip
2) Pernapasan cuping
hidung
3) Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
4) Ventilasi semenit
turun
5) Kapasitas vital
menurun
6) Tekanan ekspirasi
menurun
7) Tekanan inspirasi
menurun
8) Ekskursi dada
berubah
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Black, J M dan Jane Hokanson Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Elsevier.

Pamungkas, P N. (2015). Manajemen Terapi Oksigen Oleh Perawat di Ruang Instalasi


Gawat Darurat RSUD Karanganyar. Jurnal Keperawatan, hlm.3
Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Persatuan Perawat Nasional Indonesia

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai