Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL

Disusun Oleh :

GILANG YUANGGA MUKTI

S16151

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL

A. MASALAH UTAMA

Isolasi Sosial : Menarik Diri

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Definisi

Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari dari interaksi

dengan orang lain. Individu marasa dirinya kehilangan hubungan akrab dan

tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran prestasi,

atau kegagalan . ia kesulian untuk berhubungan secara spontan dengan orang

lain  (Balitbang, 2007).

2. Tanda dan Gejala

a. Data subyektif

1) Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

2) Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain

3) Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

4) Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

5) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

6) Pasien merasa tidak berguna

7) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

b. Data obyektif

1) Tidak memiliki teman dekat

2) Menarik diri

3) Tidak komunikatif
4) Tindakan berulang dan tidak bermakna

5) Asyik dengan pikirannya sendiri

6) Tak ada kontak mata

7) Tampak sedih, afek tumpul

(Yosep iyus, 2009)

3. Penyebab Terjadinya Masalah

Salah satu penyebab dari menarik diri (isos) adalah harga diri rendah, harga

diri adalah penilaian inividu tentang pencapaian diri dengan menganalisa

seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.

a. Faktor Predisposisi

1) factor perkembangan

setiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan diri masa

bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga

memiliki masalah respon social menarik diri.

2) factor biologic

factor genetic dapat menunjang terhadap respon social maladaptive.

Genetic merupakan salah satu factor pendukung gangguan jiwa.

3) factor sosiokultural

isos merupakan factor dalam gangguan berhubungan. Merupakan

akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap

oranglain, tidak menghargai anggota masyarakat yng tidak

produktif.

(Stuart dan Sudden, 2008)

b. Faktor Presipitasi

1) factor perkembangan
tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan akan

maladaptive. System keluarga yng terganggu dapat menunjang

perkembangan respon maladaptive.

2) factor biologic

factor genetic dapat menunjang terhadap respon social maladaptive.

3) factor sosiokultural

isos merupakan factor dalam hubungan. Dapat dari norma yang

mendukung pendektan orang lainatau tidak menghargai anggota

masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, cacat dan

berpenyakit kronis.

4. Akibat Terjadinya Masalah

Akibat isolasi sosial adalah resiko perubahan sensori persepsi halusinasi. 

Halusinasi adalah suatu keadaan  yang merupakan gangguan pencerapan

(persepsi) panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yg dapat meliputi

semua system  penginderaan  pada seseorang dalam keadaan sadar penuh

( baik ).

C. POHON MASALAH
D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

1. Masalah keperawatan

a. Isolasi social : menarik diri

b. Gangguan konsep diri Harga diri rendah

2. Data yang perlu dikaji

Isolasi social : menarik diri

a. Isolasi social : menarik diri

1) Data subjektif

Apatis, ekspresi sedih, berdiam diri dikamar, banyak diam,

menyendiri dan menolak berhubungan dengan orang lain.

2) Data objektif

Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya

dijawab dengan singkat (ya/ tidak)

b. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

1) Data subjektif

Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya, mengungkapkan tidak

ada lagi yang peduli dan mengkritik dirinya sendiri

2) Data objektif

Merusak diri sendiri dan orang lain

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Isolasi social : menarik diri

F. RENCANA KEPERAWATAN

Tujuan umum:
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik dengan cara :

1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

2) Perkenalkan diri dengan sopan

3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

4) Jelaskan tujuan pertemuan

5) Jujur dan menepati janji

6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Tindakan:

a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-

tandanya.

b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

penyebab menarik diri atau mau bergaul

c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda

serta penyebab yang muncul

d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan

kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Tindakan :

a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi

halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)


b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan

dengan orang lain

1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain

2) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan

orang lain

3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

c. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan

orang lain

1) beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

dengan orang lain

2) diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain

3) beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan social

Tindakan:

a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui

tahap :

1) K–P

2) K – P – P lain

3) K – P – P lain – K lain

4) K – Kel/Klp/Masy

c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.


d. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi

waktu

e. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

f. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

DAFTAR PUSTAKA

Budi A Keliat. (2009). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Fitria, Nita.2010.Prinsip Dasar dan aplikasi penulisan  Laporan Pendahuluan dan


Strategi Pelaksanaan Tindakan keperawatan ( LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika.

Keliat A,Budi Akemat. 2009. Model Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta.

Stuart G W. (2011). Buku Saku Keperawataan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.

Yosep Iyus, 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Townsend M C. (2008)Diagnosa Keperawatan Pada Perawatan Psikiatri: Pedoman


Untuk Pembuatan Rencana Perawatan. Jakarta: EGC.
STRATEGI PELAKSANAAN 1

Pertemuan 1

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

Klien apatis, ekspresi sedih, berdiam diri dikamar, banyak diam, kontak

mata berkurang (menunduk), menolak hubungan dengan orang lain,

perawatan diri kurang.

2. Diagnosa Keperawatan

Isolasi social : Menarik diri

3. Tujuan SP 1

a. Klien mamp mengungkapkan hal-hal yang melatar belakangi terjadinya

isolasi.

b. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi

c. Klien mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi dengan

orang lain

d. Klien mampu mempraktikan berkenlan dengan orang lain

4. SP 1 Pasien

Membina hubungan saling percaya, membantu pasien pengenal penyebab

isolasi social, membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan

kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan pasien

berkenalan.
Tindakan Keperwatan :

a. Mendiskusikan factor-faktor yang melatar belakangi terjadinya isolasi

social

b. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi

c. Mendiskusikan kerugian tiadak berinteraksi dengan orang lain

d. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap

B. STRATEGI KOMUNIKASI

1. Fase Orientasi

“Selamat pagi”

“Saya X, saya senang dipanggil X. Saya mahasiswa STIKes KUSUMA

HUSADA SURAKRTA yang akan merawat ibu”.

“Siapa nama ibu? Senang dipanggil siapa?”

“Apa keluhan ibu hari ini? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang

keluarga dan teman-teman ibu? Mau dimana? Bagaimana kalau diruang

tamu? Mau Berapa lam? Bagaimana kalo 15 menit?”

2. fase kerja

(jika pasien baru)

“siapa saja yang tinggal serumah? Siapa saja yang paling dekat dengan ibu?

Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan ibu? Apa yang membuat ibu

jarang bercakap-cakap dengannya?”

(jika pasien sudah lama dirawat)

“apa yang ibu rasakan selama ibu dirawat disini? O… ibu merasa sendirian?

Siapa saja yang ibu kenal diruangan ini?”

“apa saja kegiatan yang ibu biasa lakukan dengan teman yang ibu kenal?”

“apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan

pasien lain?”
“menurut ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman? Wah

benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ?(sampai pasien jiwa dapat

menyebutkan beberapa). Nah kalau kerugian tidak mempunyai teman apa ya

bu? Ya, apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)”

“jadi banyak juga ruginya tidak mempunyai teman ya. Kalau begitu inginka

ya bu? Belajar bergaul dengan orang lain? Bagus, bagaimana kalau sekarang

kita belajar berkenalan dengan orang lain?”

“begini lo bu, untuk berkenalan dengan orang lain kita suka, asal kita dan

hobi. Contoh : nama saya T, senang berkenalan. Contoh : nama bapak siapa?

Senang dipanggil apa? Asal dari mana? Hobinya apa?”

“Ayo ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu, coba berkenalan

dengan saya!”

“ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”

“setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan

percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan. Misalnya tentang cuaca,

hobi, keluarga, pekerjaan dan sebagainya”

3. fase terminasi

“bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?”

“Ibu tadi sudah memperaktekkan cara berkenalan dengan baik sekali.”

“selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama

saya tidak ada, sehingga ibu lebih siap berkenalan dengan orang lain. Ibu

mau praktekkan kepasien lain? Mau jam berapa mencobanya? Mari kita

masukkan pada jadwal hariannya”

“Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak ibu berkenalan

dengan teman saya perawat N. bagaimana ibu mau kan? Baiklah. Sampai

jumpa.”

Anda mungkin juga menyukai