Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh :

GILANG YUANGGA MUKTI

S16151

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. MASALAH UTAMA

Resiko Perilaku Kekerasan

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Definisi

Perilaku kekerasaan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk

melukai seseorang secara fisik maupun psikolog (Budi Ana Keliat, 2005)

Perilaku kekerasan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan

yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri maupun

orang lain, sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang

marah berespon terhadap sesuatu stresor dengan gerakan motorik yang tidak

terkontrol(Yosep, 2007)

2. Tanda dan gejala :

a. Data obyektif :

1) Mata merah

2) Pandangan tajam

3) Otot tegang

4) Nada suara tinggi

5) Suka berdebat

6) Sering memaksakan kehendak

7) Merampas makanan, memukul jika tidak senang

b. Data subyektif

1) Mengeluh merasa terancam


2) Mengungkapkan perasaan tak berguna

3) Mengungkapkan perasaan jengkel

4) Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa

tercekik, sesak dan bingung

3. Penyebab Terjadinya Masalah

Disebabkan adanya gangguan konsep diri : harga diri rendah

a. Faktor Predisposisi

1) Psikologis

Kegagalan yang dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat

timbul agresif atau amuk.

2) Perilaku

Reinforcemen yang diterima pada saat melakukan kekerasan sering

megobservasi kekerasan dirumh atau diluar rumah.

3) Sosial budaya

Budaya yang tertutup dan membalas secara diam dan control social

yang tidak pasti akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan

diterima.

4) Bio Neurologis

Kerusakan sisem limbic, lobus ftontal, lobus temporal dan ketidak

seimbangan neuro transmitter.

b. Faktor Presipitasi

1) Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri

2) Ekspresi dari tidak terpenuhi kebutuhan dasar dan kondisi social

ekonomi

3) Kesulitan dalam mengonsumsi sesuatu dalam keluarga serta tidak

membiasakan dialog untuk memecahkan masalah

4) Adnya riwyat perilaku anti social dan kematian anggota keluarga


4. Akibat Terjadinya Masalah

Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan – tindakan

berbahaya bagi dirinya, orang lain, dan lingkungan, misalnya menyerang

orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dan lain – lain. Sehingga

pasien dengan perilaku kekerasan beresiko mencederai diri sendiri, orang

lain, dan lingkungan.

C. POHON MASALAH

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

a. Masalah keperawatan

1) Resiko menciderahi diri, orang lain dan lingkungan

2) Prilaku kekerasan/amuk

b. Data yang perlu dikaji

1) Resiko menciderahi diri, orang lain dan lingkungan

a) Data subjektif

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang, klien suka

membentak dan menyerang orang lain, riwayat perilaku kekerasan

b) Data objektif
Mata merah, wajah kemerahan, nada suara tinggi dank eras,

merusak dan melempar barang-barang

2) Prilaku kekerasan/amuk

a) Data subjektif

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang, klien suka

membentak dan menyerang orang lain, riwayat perilaku kekerasan

b) Data objektif

Mata merah, wajah kemerahan, nada suara tinggi dank eras,

merusak dan melempar barang-barang

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Perilaku kekerasan

F. RENCANA KEPERAWATAN

Tujuan Umum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan

lingkungan.

Tujuan Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria Hasil

Setelah dilakukan tindaka 3x24 jam diharapkan pasien dapat :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan:

a. Bina hubungan saling percaya :salam terapeutik, empati, sebut nama

perawat dan jelaskan tujuan

b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku

Tindakan:
a. Beri kesempatan mengungkapkan

b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.

c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan

sikap

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku

Tindakan :

a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat

jengkel/kesal.

b. Observasi tanda perilaku

c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Tindakan:

a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa

b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa

c. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku

Tindakan:

a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.

b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.

c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap

kemarahan.

Tindakan :

a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

b. Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik :tarik nafas dalam jika

sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.


c. Secara verbal : katakana bahwa anda sedang marah atau kesal /

tersinggung

d. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk

diberi kesabaran.

7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku

Tindakan:

a. Bantu memilihcara yang paling tepat.

b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah

c. Bantu mensimulasikan cara yang telah

d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam

e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.

8. Klien mendapat dukungan dari

Tindakan :

a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan

b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

Tindakan:

a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan

efeksamping).

b. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat,

dosis, cara dan waktu).

c. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang

dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat A,Budi Akemat. 2009. Model Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta.

Maramis, W.F.2005. Catatan Ilmu kedokteran Jiwa. Ed.9 Surabaya: Airlangga


University Press.

Stuart, E.W& Sudden S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemah).
Jakarta:EGC.

Yosep Iyus, 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.


STRATEGI PELAKSANAAN 1

Pertemuan 1

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

a. Klien suka membentak

b. Mata merah dan wajah agak merah

c. Nada suara tinggi

d. Pandangan klien tajam

e. Klien suka merampas barang milik orang lain

f. Ekspersi marah saat membicarakan orang

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan ingkungan berhubungan

dengan perilaku kekerasan

3. Tujuan SP 1

a. Klien dapat membina hubungan saling percya

b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab marah

c. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala yang dirasakan

d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan

e. Klien dapat mengidentifikasi penyebab marah dan cara mengontrol

marah secara fisik

4. SP 1 pasien
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab, tanda dan

gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat serta

mengontrol secara fisik.

Tindakan keperawatan :

a. Membina hubungan saling percaya

b. Mengidentifikasi penyebab marah

c. Mengidentifikasai tanda dan gejala yang dirasakan

d. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilalukan

e. Mengidentifikasi akibat marah dan cara mengontrol marah secara fisik

B. STRATEGI KOMUNIKASI

1. Fase Orientasi

“Selamat pagi bapak, perkenalkan nama saya perawat X, saya senang

dipanggil X, saya mahasiswa dari STIKes KUSUMA HUSADA

SURAKARTA”.

“Saya disisni akan merawat bapak, selama diRumah Sakit ini, nama bapak

siapa? Senang dipanggil apa?”

“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah masih ada perasaan kesal atau

marah?”

“Bagaiman kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang perasaan marah

bapak?”

“Berapa lama kita kana berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

Dimana enaknya kita bercakap-cakap pak? Bagaimana kalau diruang tamu?”

2. Fase Kerja

“Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah

marah? Terus penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? O… iya

jadi ada 2 penyebab marah bapak”


“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti saat bapak pulang kerumah dan

istri belum menyediakan makanan (missal penyebab marah klien). Apa yang

bapak rasakan? (tunggu respon klien)”.

“Apakah bapak merasakan kesal dan dada bapak berdebar-debar, mata

melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”

“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O… ya jadi bapak memukul istri bapak

dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iay tentu

tidak. Apakah kerugian cara yang bapak lakukan? Betul istri bapak jadi sakit

dan takut, piring-piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang baik?

Maukah bapak belajar cara mengungkapan marah dengan baik tanpa

menimbulkan kerugian?”

“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan salah satunya yaitu dengan

cara fisik, jadi mulai kegiatan fisik disalurkan rasa marah”.

“Ada berbagai cara bagaiman kalau kita belajar salah satunya dengan cara,

kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan, maka bapak berdiri lalu

Tarik nafas dari hidung, tahan sebentar lalu hembuskan perlahan”.

“Ayo coba lagi, Tarik dari hidung, bagus dan tahan tutup melalui mulut, nah

laukakn 5 kali, bagus sekali bapak suadah bisa melakukaknnya, bagaimana

perasaannya?”

“Sebaiknya latihan ini bapak lalukan secara rutin saat rasa marah muncul”

3. Fase Terminasi

“Bagaimana persaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang kemarahan

bapak?”

“Ya jadi ada 2 penyebab bapak marah, coba selama saya tidak ada coba ingat-

ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yanga bapak lakukan kalau

marah yang belum kita bahas, dan jangan lupa latihan nafas dalam ya pak?”
“Seakarang kiata buat jadwal latihan ya pak, berapa kali sehari bapak mau

latihan nafas dalam? Jam berapa saja pak?”

“Baiklah sekian dulu pembicaraan kita, nanti kita bicarakan lagi tentang cara

lain mengontrol marah”

“Jam 10.00 WIB bisa? Bapak setuju?”

“Mau diaman kita bicara? Bagaiman kalau diteras pak?”

“Baikalah saya pamit dulu, teriamakasih”

Anda mungkin juga menyukai