Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEGAWATDARUTAN 2

“SUMBATAN JALAN NAFAS”

Oleh Kelompok 1:

1. Aqilla Fidia Haya

2. Burhanuddin

3. Denda Vena Arda

4. Nirmalawati

5. Nurunniswati

6. Rian Zulkarnain

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI ALIH JENJANG SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

MATARAM DAN PROFESI NERS

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulisan makalah “Sumbatan Jalan Nafas” dapat kami selesaikan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar

Kegawatdaruratan 1. Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang

berkaitan dengan judul makalah yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari

berbagai sumber.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait, terutama kepada

dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran dalam

penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada

pembaca. Kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam

makalah ini. Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran

dan kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.

Mataram, 10 Oktober 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................1

C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Konsep Sumbatan Jalan Nafas...................................................................3

B. Analisis Jurnal..........................................................................................11

C. Laporan Kasus..........................................................................................14

BAB III PENUTUP..............................................................................................18

A. Kesimpulan..............................................................................................18

B. Saran.........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

LAMPIRAN JURNAL

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat

tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan.

Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula pasien tersebut

mendapat pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian.

Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat.

Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun

bersifat sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan

kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat

sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan

oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10

menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian pernafasan

pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien.

Tahapan kegiatan dalam penanggulangan penderita gawat darurat telah

mengantisipasi hal tersebut. Pertolongan kepada pasien gawat darurat

dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk

mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien, barulah

selanjutnya dilakukan survei sekunder.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu sumbatan jalan nafas?

2. Bagaimana cara menganalisis jurnal?

1
2

3. Bagaimana laporan kasus pada jurnal tersebut?

C. Tujuan

1. Mengetahui konsep sumbatan jalan nafas?

2. Mengetahui cara menganalisis jurnal?

3. Mengetahui laporan kasus pada jurnal tersebut?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Sumbatan Jalan Nafas

1. Anatomi Sistem Pernafasan

Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O2) yang dibutuhkan

tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan

dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Saluran

pernapasan terbagi atas beberapa bagian yaitu:

a. Saluran Nafas Bagian Atas

1) Rongga Hidung

Merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi (terdiri

dari: Psedostrafied ciliated columnar epithelium) yang berfungsi

menggerakkan partikel partikel halus ke arah faring sedangkan

partikel yang besar akan disaring oleh bulu hidung, sel

golbet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara

yang masuk, pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan

udara).

2) Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius).

3) Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,

terdapat pangkal lidah).

4) Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran

makanan).

3
4

Normalnya, manusia akan berusaha bernapas melalui hidung,

dan pada keadaan tertentu akan bernapas melalui mulut. Udara yang

masuk akan mengalami proses penghangatan dan pelembapan. Pada

korban yang tidak sadar, lidah akan terjatuh ke belakang rongga

mulut. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada airway. Lidah

pada bayi lebih besar secara relatif sehingga lebih mudah

menyumbat airway.

b. Saluran Nafas Bagian Bawah

1) Laring: terdiri dari Tulang rawan krikoid, Selaput/pita

suara, Epilotis, Glotis.

2) Trakhea: merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm,

berbentuk ¾ cincin tulang rawan seperti huruf C. Bagian

belakang dihubungkan oleh membran fibroelastic menempel

pada dinding depan usofagus. Pada bayi, trakea berukuran lebih

kecil, sehingga tindakan mendongakan kepala secara berlebihan

(hiperekstensi) akan menyebabkan sumbatan pada airway.

3) Bronkhi: merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri.

Tempat percabangan ini disebut carina. Brochus kanan lebih

pendek, lebar dan lebih dekat dengan trachea. Bronchus kanan

bercabang menjadi: lobus superior, medius, inferior.

Brochus kiri terdiri dari lobus superior dan inferior

4) Epiglotis: trakea dilindungi oleh sebuah flap berbentuk daun

yang berukuran kecil yang dinamakan epiglotis. Normalnya,


5

epiglotis menutup laring pada saat makanan atau minuman

masuk melalui mulut, sehingga akan diteruskan ke esofagus.

Tetapi, pada keadaan tertentu seperti trauma atau penyakit,

refleks ini tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, sehingga

dapat terjadi masuknya benda padat atau cair ke laring yang

dapat mengakibatkan tersedak.

c. Alveoli

1) Terdiri dari: membran alveolar dan ruang interstisial. Membran

alveolar:

2) Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga

alveoli

3) Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang

menghasilkan surfactant.

4) Anastomosing capillary, merupakan

system vena dan arteri yang saling berhubungan langsung, ini

terdiri dari : sel endotel, aliran darah dalam rongga endotel

5) Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk

oleh: endotel kapiler, epitel alveoli, saluran limfe,

jaringan kolagen dan sedikit serum.

6) Aliran pertukaran gas: Proses pertukaran gas berlangsung

sebagai berikut: alveoli epitel alveoli, membran dasar, endotel

kapiler, plasma, eitrosit. Membran, sitoplasma eritrosit,

molekul hemoglobin. Surfactant: Mengatur hubungan antara


6

cairan dan gas. Dalam keadaan normal surfactant ini akan

menurunkan tekanan permukaan pada waktu ekspirasi,

sehingga kolaps alveoli dapat dihindari.

d. Sirkulasi Paru

Mengatur aliran darah vena-vena dari ventrikel kanan ke arteri

pulmonalis dan mengalirkan darah yang

bersifat arterial melaului vena pulmonalis kembali ke ventrikel kiri.

e. Bronkus dan Paru

Merupakan jalinan atau susunan bronhus

bronkhiolus, bronkhiolus terminalis, bronkhiolus respiratoty,

alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem limfatik. Pada alveolus akan

terjadi pertukaran oksigen dengan karbondioksida.

f. Rongga dan Dinding Dada

Rongga ini terbentuk oleh:

1) Otot-otot interkostalis

2) Otot -otot pektoralis mayor dan minor

3) Otot- otot trapezius

4) Otot-otot seratus anterior/posterior

5) Kosta- kosta dan kolumna vertebralis

6) Kedua hemi diafragma.

Yang secara aktif mengatur mekanik respirasi.

2. Jalan Nafas (AIRWAY)


7

Airway merupakan komponen yang penting dari sistem pernapasan

adalah hidung dan mulut, faring, epiglotis, trakea, laring, bronkus dan

paru. Sehingga Penilaian jalan napas (Airway) pada korban yang pertama

kali adalah:

a. Mendengarkan apakah ada suara nafas tambahan?

b. Apakah jalan nafas terbuka

c. Lindungi C-spin

Tanda-tanda sumbatan pada jalan nafas yaitu:

a. Bagian atas

1) Snoring: suara seperti orang ngorok dimana pangkal lidah yang

jatuh ke belakang.

2) Gurgling: seperti orang berkumur dimana dikarenakan adanya

cairan atau darah.

3) Stridor: terjadi karena uap panas atau gas yang mengakibatkan

mukosa bengkak ataupun jalan nafasnya menjadi kasar.

b. Bagian bawah

1) Rales

2) Wheezing: seperti suara biola dimana mengalami penyempitan

di bronkusnya.

3) Stridor

3. Fisiologi Pernafasan
8

Menurut Nugroho, Putri, dan Putri (2015) fungsi utama paru adalah

menyelenggarakan pengambilan oksigen oleh darah dan pembuangan

karbondioksida. Terdapat 4 tahap respirasi,yaitu:

a. Ventilasi

Ventilasi adalah sirkulasi keluar masuknya udara atmosfer dan

alveoli. Proses ini berlangsung di sistem pernapasan.

b. Respirasi eksternal

Respirasi eksternal mengacu pada keseluruhan rangkaian

kejadian yang terlibat dalam pertukaran oksigen dan

karbondioksida antara 17 lingkungan eksternal dan sel tubuh.

Proses ini terjadi di sistem pernapasan.

c. Transpor gas

Transpor gas adalah pengangkutan oksigen dan karbon

dioksida dalam darah dan jaringan tubuh.proses ini terjadi di

sistem sirkulasi.

d. Respirasi internal

Respirasi internal adalah pertukaran gas pada metabolisme

energi yang terjadi dalam sel. Ini berlangsung di jaringan tubuh

4. Definisi Obstruksi Jalan Nafas

Menurut Bachtiar, et al. (2015) gangguan jalan napas adalah kondisi

yang menyebabkan terganggunya aliran udara masuk ke dalam saluran

napas melalui mulut dan hidung. Gangguan jalan napas dapat terjadi

secara tiba - tiba dan lengkap atau perlahan. Bentuk gangguan napas
9

adalah sumbatan jalan napas dimana terbagi atas sumbatan jalan napas

total dan sebagian (parsial). Sumbatan jalan napas total terjadi pada

seseorang yang mengalami tersedak oleh benda asing sedangkan

sumbatan sebagian disebabkan oleh cairan seperti sisa muntah, darah

atau sekret dalam rongga mulut, kondisi pangkal lidah yang jatuh ke

belakang, sumbatan benda padat, odema laring, spasme laring dan odema

faring.

5. Etiologi

Menurut seomantri (2008) Obstruksi saluran napas bagian atas dapat

terjadi oleh beberapa sebab obstruksi jalan napas akut biasanya

disebabkan oleh partikel makanan, muntahan, bekuan darah, atau partikel

lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau trakhea. Obtruksi saluran

napas juga dapat terjadi akibat dari adanya sekresi kental atau

pembesaran jaringan pada dinding jalan napas, seperti : epiglotitis, edema

laring, karsinoma laring atau peritonsilar abses. Aspirasi benda asing di

bronkus sering menyebabkan gangguan pernapasan dan merupakan

penyebab morbiditas dan mortalitas karena dapat mengakibatkan

gangguan napas akut, penyakit paru kronis dan bahkan kematian (Zuleika

& Ghanie, 2016).

6. Patofisiologi

Kerongkongan sebagai jalan masuknya makanan dan minuman

secara anatomis terletak di belakang tenggorokan (jalan napas). Ke dua

saluran ini sama–sama berhubungan dengan lubang hidung maupun


10

mulut. Agar tidak terjadi salah masuk, maka diantara kerongkongan dan

tenggorokan terdapat sebuah katup epiglotis yang bergerak secara

bergantian menutup tenggorokan dan kerongkongan seperti layaknya

daun pintu. Saat bernapas, katup menutup kerongkongan agar udara

menutup tenggorokan agar makanan lewat kerongkongan. Tersedak

dapat terjadi bila makanan yang seharusnya menuju kerongkongan ,

malah menuju tenggorokan karena berbagai sebab (Romdzati, 2016).

7. Pembagian Sumbatan Jalan Nafas

Menurut (Somatri, 2012) pembagian sumbatan jalan napas dibagi

menjadi:

a. Sumbatan total laring

Sumbatan total laring dapat terjadi karena benda asing yang

teraspirasi tersangkut di laring dan menutup seluruh rimagloti.

Keluhan dan gejala yang timbul adalah serangan batuk tiba–tiba

segera setelah aspirasi benda asing terjadi. Penderita gelisah dan

memegang lehernya dengan jarinya (v-sign). Suara menghilang

(afoni) dan sukar bernapas (dispnea sampai apnea). Tidak lama

kemudian terlihat wajah penderita menjadi biru (sianosis).

b. Sumbatan Parsial Laring

Benda asing yang terdapat di laring akan menyebabkan keluhan

sumbatan saluran pernapasan berupa batuk tiba–tiba, suara serak,

dan sesak napas. Jika sumbatan ini berlangsung terus akan timbul
11

gejala tambahan, yaitu stridor. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

gejala sumbatan laring yang dibagi dalam empat stadium (jackson).

1) Stadium I : cekungan sedikit pada inspirasi di daerah

suprasternal, kadang – kadang belum ada stridor.

2) Stadium II : cekungan di suprasternal dan epigastrium, stridor

mulai terdengar.

3) Stadium III : cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium,

interkosta, dan supraklavikula. Stridor jelas terdengar dan klien

tampak gelisah.

4) Stadium IV : cekungan bertambah dalam, sianosis, klien yang

mula–mula gelisah, mulai tampak bertambah lemah, dan

akhirnya diam dengan kesadaran menurun

B. Analisis Jurnal

1. Jumlah Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 2 orang

sampel.

2. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan pendekatan asuhan keperawatan.

3. Jenis terapi yang Digunakan

Dalam penelitian ini jenis terapi yang digunakan inhaler aroma

therapy

4. Hasil Uji Statistik


12

Kasus I adalah Tn. D 59 tahun dengan PPOK. Klien mengatakan

sesak selama 3 hari dan tidak bisa melakukan aktifitas. Klien mengatakan

sesak berkurang jika berbaring di tempat tidur menggunakan 3 bantal.

Klien juga mengeluh tangannya sering bergetar. Klien memiliki riwayat

penyakit DM tipe II. Hasil pemeriksaan menunjukan bunyi nafas ronchi

basal halus, hantaran positif, bunyi jantung S1 dan S2 dan retraksi dada

positif . Vital sign menunjukan HR : 80 bpm; RR : 25 rpm; S : 36,80C;

TD : 110/70mmHg; SpO2 98% on O2 nasal canul 3 L/min. Hasil

rontgen menunjukan vaskularisasi meningkat, corak meningkat,

gambaran PPOK. Pasien menjadi cemas dengan keadaannya dan mudah

panik.

Kasus II Tn. R 56 tahun mengatakan sesak sudah 5 hari kemudian

dibawa ke IGD RSDK tidak mempunyai penyakit penyerta seperti

diabetes, asthma, ataupun penyakit keturunan yang lainnya. Pasien

mengatakan tidak bisa tidur karena sesak terus menerus. Hasil

pemeriksaan didapatkan bunyi nafas ronchi basal halus, hantaran positif,

bunyi jantung S1 dan S2, retraksi negatif. Vital sign menunjukkan HR :

78 bpm; RR : 24 rpm; S : 36,7 0C; TD : 120/80 mmHg; SpO2 99% dan

mendapatkan O2 nasal canul 3lpm. Pasien juga mengatakan nyeri dengan

P: Nyeri datang saat sesak; Q: Seperti tertimpa benda berat; R: Nyeri

dada; S: Skala 4; T: Nyeri terus menerus selama sesak.

Hasil laboratorium darah rutin kedua pasien adalah normal, hanya

saja gula darah sewaktu pasien kasus I cenderung tinggi yaitu 190mg/dl.
13

Hal tersebut dikarenakan penyakit penyerta yang dialami kasus I.

Pemilihan diagnosa prioritas adalah ketidakbersihan jalan nafas

berhubungan dengan produksi mucus berlebih pada kasus I,II; nyeri

kronis berhubungan dengan agen cedera biologis pada kasus II, ansietas

berhubungan dengan perubahan status kesehatan pada kasus I dan

gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidakpuasan tidur pada kasus

II.

Intervensi untuk mengatasi ketidakbersihan jalan nafas

berupa fisioterapi dada dan steem inhaler with aromatheraphy. Intervensi

tersebut diberikan pada pasien kasus I dan kasus II dilakukan 1 jam

sebelum diberikan bronkodilator. Pertama adalah pemberian steem

inhaler yaitu uap air panas yang diberikan aroma terapi minyak kayu

putih selama 15 menit kemudian dilanjutkan dengan fisioterapi dada

selama 10 menit. Kedua pasien memiliki kekuatan batuk efektif yang

baik, dapat melakukannya sendiri dan dianjurkan untuk menampung

dahak ditempat yang disediakan. Jumlah dahak akan dikumulatifkan per

hari. Intervensi dilakukan sehari satu kali, selama tiga hari berturut-turut.

Intervensi diberikan 25 menit/24jam 1 jam sebelum pemberian obat

bronkodilator pada pasien.

Evaluasi terhadap kepatenan jalan nafas dilakukan setiap hari dengan

mengukur jumlah sputum serta auskultasi paru pasien. Pada kasus I hari

pertama jumlah sputum yang ditampung dalam penampung adalah 3 cc,

kemudian dihari kedua adalah 2 cc dan dihari ke 3 adalah 2 cc.


14

Sementara kasus ke II dihari pertama didapatkan 2 cc, hari kedua adalah

2 cc dan hari ketiga 1 cc. Pengeluaran sputum rata-rata dalam tiga hari

adalah 1cc. Pemberian fisioterapi dada dan steem inhaler with

aromatheraphy dapat mengatasi masalah bersihan jalan nafas pada kedua

pasien.

Evaluasi kepatenan jalan nafas juga dilihat dari hemodinamik dan

suara nafas bersih (vesicular)/terjadinya pengurangan bunyi suara nafas

tambahan. Evaluasi suara nafas dan hemodinamik selama tiga hari

berturut-turut. Tabel 1 menunjukan bahwa selama tiga hari terdapat

perbaikan yang dinilai dari bunyi suara nafas vesicular di hari ke 3 pada

ke 2 kasus. Hemodinamik yang stabil meski sudah dilakukan tapering

oksigen menjadi 1 liter/menit. Saturasi oksigen juga diatas 94% selama 3

hari perawatan. Pemberian fisioterapi dada dan steem inhaler with

aromatheraphy dapat mengatasi masalah bersihan jalan nafas pada kedua

pasien.

5. Kesimpulan

Kesimpulan dari studi kasus tersebut adalah terapi inhalasi uap

dengan aroma terapi terbukti dapat melonggarkan jalan nafas.

C. Laporan Kasus

1. Pengkajian

Kasus I adalah Tn.D 59 tahun dengan PPOK. Klien mengatakan

sesak selama 3 hari dan tidak bisa melakukan aktifitas. Klien mengatakan

sesak berkurang jika berbaring di tempat tidur menggunakan 3 bantal.


15

Klien juga mengeluh tangannya sering bergetar. Klien memiliki riwayat

penyakit DM tipe II. Hasil pemeriksaan menunjukan bunyi nafas ronchi

basal halus, hantaran positif, bunyi jantung S1 dan S2 dan retraksi dada

positif. Vital sign menunjukan HR: 80 bpm; RR: 25 rpm; S: 36,80C;

TD: 110/70 mmHg; SpO2 98% on O2 nasal canul 3 L/min. Hasil

rontgen menunjukan vaskularisasi meningkat, corak meningkat,

gambaran PPOK. Pasien menjadi cemas dengan keadaannya dan mudah

panik. Kasus II Tn. R 56 tahun mengatakan sesak sudah 5 hari kemudian

dibawa ke IGD RSDK tidak mempunyai penyakit penyerta seperti

diabetes, asthma, ataupun penyakit keturunan yang lainnya. Pasien

mengatakan tidak bisa tidur karena sesak terus menerus. Hasil

pemeriksaan didapatkan bunyi nafas ronchi basal halus, hantaran positif,

bunyi jantung S1 dan S2, retraksi negatif. Vital sign menunjukkan HR:

78 bpm; RR: 24 rpm; S: 36,7 0C; TD: 120/80 mmHg; SpO2 99% dan

mendapatkan O2 nasal canul 3lpm. Pasien juga mengatakan nyeri dengan

P: Nyeri datang saat sesak; Q: Seperti tertimpa benda berat; R: Nyeri

dada; S: Skala 4; T: Nyeri terus menerus selama sesak. Hasil

laboratorium darah rutin kedua pasien adalah normal, hanya saja gula

darah sewaktu pasien kasus I cenderung tinggi yaitu 190mg/dl. Hal

tersebut dikarenakan penyakit penyerta yang dialami kasus I.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa prioritas adalah ketidakbersihan jalan nafas berhubungan

dengan produksi mucus berlebih pada kasus I,II; nyeri kronis


16

berhubungan dengan agen cedera biologis pada kasus II, ansietas

berhubungan dengan perubahan status kesehatan pada kasus I dan

gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidakpuasan tidur pada kasus

II.

3. Intervensi dan Implementasi Keperawatan

Intervensi untuk mengatasi ketidakbersihan jalan nafas berupa

fisioterapi dada dan steem inhaler with aromatheraphy. Intervensi

tersebut diberikan pada pasien kasus I dan kasus II dilakukan 1 jam

sebelum diberikan bronkodilator. Pertama adalah pemberian steem

inhaler yaitu uap air panas yang diberikan aroma terapi minyak kayu

putih selama 15 menit kemudian dilanjutkan dengan fisioterapi dada

selama 10 menit. Kedua pasien memiliki kekuatan batuk efektif yang

baik, dapat melakukannya sendiri dan dianjurkan untuk menampung

dahak ditempat yang disediakan. Jumlah dahak akan dikumulatifkan per

hari. Intervensi dilakukan sehari satu kali, selama tiga hari berturut-turut.

Intervensi diberikan 25 menit/24jam 1 jam sebelum pemberian obat

bronkodilator pada pasien.

4. Evaluasi

Evaluasi terhadap kepatenan jalan nafas dilakukan setiap hari dengan

mengukur jumlah sputum serta auskultasi paru pasien. Pengeluaran

sputum pasien I dan II selama tiga hari berturut-turut digambarkan pada

grafik 1 dibawah ini. Grafik 1 menunjukan penurunan jumlah sputum.

Pada kasus I hari pertama jumlah sputum yang ditampung dalam


17

penampung adalah 3 cc, kemudian di hari kedua adalah 2 cc dan di hari

ke 3 adalah 2 cc. Sementara kasus ke II dihari pertama didapatkan 2 cc,

hari kedua adalah 2 cc dan hari ketiga 1 cc. Pengeluaran sputum rata-rata

dalam tiga hari adalah 1cc. Pemberian fisioterapi dada dan steem inhaler

with aromatheraphy dapat mengatasi masalah bersihan jalan nafas pada

kedua pasien.

Evaluasi kepatenan jalan nafas juga dilihat dari hemodinamik dan

suara nafas bersih (vesicular)/terjadinya pengurangan bunyi suara nafas

tambahan. Evaluasi suara nafas dan hemodinamik selama tiga hari

berturut-turut. Tabel 1 menunjukan bahwa selama tiga hari terdapat

perbaikan yang dinilai dari bunyi suara nafas vesicular di hari ke 3 pada

ke 2 kasus. Hemodinamik yang stabil meski sudah dilakukan tapering

oksigen menjadi 1 liter/menit. Saturasi oksigen juga diatas 94% selama 3

hari perawatan. Pemberian fisioterapi dada dan steem inhaler with

aromatheraphy dapat mengatasi masalah bersihan jalan nafas pada kedua

pasien.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan jalan napas adalah kondisi yang menyebabkan terganggunya

aliran udara masuk ke dalam saluran napas melalui mulut dan hidung.

Kesimpulan dari studi kasus tersebut adalah terapi inhalasi uap dengan aroma

terapi yang dikombinasikan dengan fisioterapi dada terbukti mengurangi

sekret dan melonggarkan jalan nafas.

B. Saran

Diharapkan dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang

nantinya menjadi seorang perawat professional bisa menganalisis jurnal.

18
DAFTAR PUSTAKA

Daya, Daya, and Nury Sukraeny. 2020. “Fisioterapi Dada Dan Steem Inhaler
Aromatheraphy Dalam Mempertahankan Kepatenan Jalan Nafas Pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronis.” Ners Muda 1(2):100. doi:
10.26714/nm.v1i2.5770.

Syahir, Ahmad. 2017. “Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka.” Convention Center


Di Kota Tegal 4(80):4.

19
LAMPIRAN JURNAL
Ners Muda, Vol 1 No 2, Agustus 2020/ page 100-107 21

Studi Kasus

Fisioterapi Dada dan Steem Inhaler Aromatheraphy dalam Mempertahankan Kepatenan Jalan
Nafas Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Daya1, Nury Sukraeny2
1,2
Program Studi Pendidikan Profesi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang

Abstra k
In
formasi Artikel
Riwayat Artikel: Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) ditandai dengan sesak
• Submit 12 Mei 2020 nafas dan produksi sputum berlebih. Produksi sputum berlebih
• Diterima 20 Agustus akan mengganggu kepatenan jalan nafas. Fisioterapi dada dan
2020 steem inhaler dapat mengurangi dahak dan sesak pada pasien
dengan sekret berlebih. Studi kasus ini bertujuan untuk
Kata kunci: mengetahui efektivitas fisioterapi dada dan steem inhaler dalam
Fisioterapi dada; Steem mempertahankan jalan napas. Metode studi kasus terhadap 2
inhaler; Secret; Jalan responden dengan pendekatan asuhan keperawatan pasien
napas penyakit paru obstruktif kronis yang diberikan intervensi
fisioterapi dada dan steem inhaler aroma therapy selama tiga
hari berturut-turut sebelum pasien makan. Pengukuran
kepatenan jalan nafas dinilai dari jumlah sputum yang keluar
serta mengobservasi adanya suara nafas tambahan. Adanya
penurunan jumlah sputum pada kasus I hari pertama yang
ditampung dalam penampung adalah 3 cc, kemudian dihari
kedua adalah 2 cc dan dihari ke 3 adalah 2 cc serta suara paru
ronchi berkurang. Sementara pada kasus II dihari pertama
didapatkan 2 cc, hari kedua adalah 2 cc dan hari ketiga 1 cc serta
suara paru normal (vesicular). Kombinasi fisioterapi dada dan
steem inhaler aromatheraphy terbukti efektif dalam
mempertahankan kepatenan jalan nafas.

PENDAHULUAN berbeda. Akan tetapi menurut Perhimpunan


Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Dokter Paru Indonesia (PDPI) tahun 2010,
merupakan gangguan paru yang akan bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan
menyebabkan kelainan ventilasi berupa
obstruksi saluran pernapasan yang bersifat Corresponding author: Daya
progresif dan tidak sepenuhnya reversible. daya.icu@gmail.com Ners Muda,
Obstruksi ini berkaitan dengan respon inflamasi Vol 1 No 2, Agustus 2020 e-
abnormal paru terhadap partikel asing atau gas ISSN: 2723-8067 DOI:
yang berbahaya. Pada PPOK, bronkitis kronik 10.26714/nm.v1i2.5770
dan emfisema sering ditemukan bersama,
definisi PPOK, karena bronkitis kronik
meskipun keduanya memiliki proses yang
merupakan diagnosis klinis, sedangkan
Daya - Fisioterapi Dada dan Steem Inhaler Aromatheraphy dalam Mempertahankan Kepatenan Jalan Nafas Pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronis
Ners Muda, Vol 1 No 2, Agustus 2020/ page 100-107 22
emfisema merupakan diagnosis patologi keperawatan bahwa pemberian inhalasi uap
(Andani & Lhutvia, 2016; PPDI, 2010). mengencerkan dahak dan membantu dahak
keluar dengan mudah (Putri, 2016). Penggunaan
Gejala yang sering muncul pada pasien PPOK inhalasi akan lebih nyaman digunakan jika
adalah sesak nafas dan produksi sputum digunakan aromaterapi dari minyak astiri,
berlebih. Hal tersebut akan berdampak terhadap dimana minyak astiri juga memiliki banyak
difusi distribusi oksigen dari paru-paru untuk kelebihan. Penelitian menyatakan bahwa upaya
diedarkan ke seluruh tubuh (GOLD, 2015). untuk menghambat penyebaran kuman
Adanya sesak nafas dan produksi sputum tuberculosis (TB) dengan metode terapi inhalasi
berlebih harus diatasi karena kepatenan jalan pada pasien menggunakan ekstrak minyak
nafas adalah hal utama agar sirkulasi oksigen eucalyptus citriodora (Soyingbe et al., 2017).
terdistribusi dengan optimal. Hasil yang diperoleh adalah Eucalyptus
Fenomena yang terjadi di rumah sakit, pasien citriodora terbukti menghambat penyebaran TB
selalu diberi obat untuk mengatasi sesak napas Paru lebih dari 90%.
dan mengencerkan dahak, tanpa Menurut Dornish dkk dalam Zulnely,
mempertimbangkan terapi non farmakologi. Gusmailina dan Kusmiati (2015) menyebutkan
Medikamentosa (obat) yang diberikan banyak bahwa minyak atsiri eucalyptus dapat
memberikan efek samping, misalnya dimanfaatkan sebagai obat herbal diantaranya
menimbulkan takikardi, tidak bisa tidur ataupun untuk mengurangi sesak nafas karena flu atau
respon alergi. Fisioterapi dada dan batuk efektif asma dengan cara mengoleskan pada dada,
adalah tindakan mandiri perawat yang bisa mengobati sinus dengan cara menghirup uap air
dilakukan mudah dan murah yang dapat hangat yang telah diteteskan minyak eucalyptus
dilakukan di rumah sakit. Kedua tindakan serta melegakan hidung tersumbat dengan cara
tersebut tidak memiliki efek samping (Nur, menghirup aroma minyak eucalyptus (Zulnely et
2015). al., 2015).
Penelitian Ariasti (2014) menunjukan adanya RSUP dr. Kariadi Semarang rajawali 3B
pengaruh pemberian fisioterapi dada terhadap merupakan bangsal infeksi dimana pasienpasien
kebersihan jalan napas pada pasien ISPA di infeksi pernafasan banyak ditemui disana.
Desa Pucung Eromoko Wonogiri. Penelitian lain Sebagian besar pasien infeksi saluran
juga menunjukan hasil bahwa pemberian pernafasaan ataupun penyakit paru obstruktif
fisiterapi dada dapat meningkatkan pengeluaran kronis mengalami hipersekresi secret, dimana
sputum dan bersihan paru. Didapatkan bahwa reflek batuk meningkat dan terjadi sesak nafas.
pada kelompok intervensi pagi hari 63,6% Efek dari batuk sendiri adalah mengeluarkan
responden mengalami keluaran sputum droplet dimana kemungkinan menjadi sumber
sebanyak 4 – 6 ml sedangkan 36,4% nya infeksi. Penggunaan terapi steem inhalation
mengalami keluaran sputum sebanyak 2 – 3 ml. aroma therapic yang dikombinasi dengan
Sedangkan pada kelompok intervensi siang hari fisioterapi dada diharapkan meningkatkan
keluaran sputum dari 11 responden seluruhnya pengeluaran sputum dan mengatasi masalah
sebanyak 1 < 2 ml (D Ariasti et al., 2014; Nur, kebersihan jalan nafas.
2015).
METODE
Beberapa penelitian juga menyatakan Karya ilmiah ini adalah studi kasus dengan
penggunaan steem inhaler berdampak pada asuhan keperawatan yang menerapkan
dilatasi bronkus dan mengencerkan dahak. Putri fisioterapi dada dan steem inhaler
(2017) menyatakan dalam studi kasus aromatherapy. Studi kasus ini dilakukan
Daya - Fisioterapi Dada dan Steem Inhaler Aromatheraphy dalam Mempertahankan Kepatenan Jalan Nafas Pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronis
Ners Muda, Vol 1 No 2, Agustus 2020/ page 100-107 23
terhadap 2 pasien dengan penyakit paru karena sesak terus menerus. Hasil pemeriksaan
obstruktif kronis dengan kriteria inkusi; (1) didapatkan bunyi nafas ronchi basal halus,
Terjadi masalah kebersihan jalan nafas (terdapat hantaran positif, bunyi jantung S1 dan S2,
sekret); (2) Terjadi kenaikan respiratory rate; retraksi negatif. Vital sign menunjukkan HR : 78
(3) Teradapat bunyi paru tambahan; (4) bersedia bpm; RR : 24 rpm; S : 36,70C; TD : 120/80
menjadi responden. Penulis melakukan terapi mmHg; SpO2 99% dan mendapatkan O2 nasal
inhalasi dengan memanaskan air sampai keluar canul 3lpm. Pasien juga mengatakan nyeri
uap, kemudian ditaruh di sebuah baskom dan dengan P: Nyeri datang saat sesak; Q: Seperti
dicampur dengan minyak kayu putih sampai tertimpa benda berat; R: Nyeri dada; S: Skala 4;
mengeluarkan bau segar. Setelah itu pasien T: Nyeri terus menerus selama sesak.
menghirup uap yang sudah dibuat tersebut
selama 15 menit kemudian pasien dilakukan Hasil laboratorium darah rutin kedua pasien
fisioterapi dada selama 10 menit dan diajarkan adalah normal, hanya saja gula darah sewaktu
batuk efektif. Kemajuan kondisi pasien diukur pasien kasus I cenderung tinggi yaitu 190mg/dl.
menggunakan jumlah sekret yang dikeluarkan Hal tersebut dikarenakan penyakit penyerta yang
sekali shift saat itu juga selama tiga hari dialami kasus I. Pemilihan diagnosa prioritas
berturut-turut dan dinilai dengan auskultasi suara adalah ketidakbersihan jalan nafas berhubungan
paru. Terapi dilakukan 1 jam sebelum diberikan dengan produksi mucus berlebih pada kasus I,II;
terapi bronkodilator. Indikator keberhasilan dari nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera
terapi adalah berkurangnya jumlah sekret yang biologis pada kasus II, ansietas berhubungan
dikeluarkan serta tidak ada bunyi nafas dengan perubahan status kesehatan pada kasus I
tambahan yang disertai penurunan respiratory dan gangguan pola tidur berhubungan dengan
rate dan kenaikan SpO2. ketidakpuasan tidur pada kasus II.

HASIL Intervensi untuk mengatasi ketidakbersihan jalan


Kasus I adalah Tn. D 59 tahun dengan PPOK. nafas berupa fisioterapi dada dan steem inhaler
Klien mengatakan sesak selama 3 hari dan tidak with aromatheraphy. Intervensi tersebut
bisa melakukan aktifitas. Klien mengatakan diberikan pada pasien kasus I dan kasus II
sesak berkurang jika berbaring di tempat tidur dilakukan 1 jam sebelum diberikan
menggunakan 3 bantal. Klien juga mengeluh bronkodilator. Pertama adalah pemberian steem
tangannya sering bergetar. Klien memiliki inhaler yaitu uap air panas yang diberikan aroma
riwayat penyakit DM tipe II. Hasil pemeriksaan terapi minyak kayu putih selama 15 menit
menunjukan bunyi nafas ronchi basal halus, kemudian dilanjutkan dengan fisioterapi dada
hantaran positif, bunyi jantung S1 dan S2 dan selama 10 menit. Kedua pasien memiliki
retraksi dada positif . Vital sign menunjukan HR kekuatan batuk efektif yang baik, dapat
: 80 bpm; RR : 25 rpm; S : 36,8 0C; TD : 110/70 melakukannya sendiri dan dianjurkan untuk
mmHg; SpO2 98% on O2 nasal canul 3 L/min. menampung dahak ditempat yang disediakan.
Hasil rontgen menunjukan vaskularisasi Jumlah dahak akan dikumulatifkan per hari.
meningkat, corak meningkat, gambaran PPOK. Intervensi dilakukan sehari satu kali, selama tiga
Pasien menjadi cemas dengan keadaannya dan hari berturut-turut. Intervensi diberikan 25
mudah panik. menit/24jam 1 jam sebelum pemberian obat
bronkodilator pada pasien.
Kasus II Tn. R 56 tahun mengatakan sesak
sudah 5 hari kemudian dibawa ke IGD RSDK Evaluasi terhadap kepatenan jalan nafas
tidak mempunyai penyakit penyerta seperti dilakukan setiap hari dengan mengukur jumlah
diabetes, asthma, ataupun penyakit keturunan sputum serta auskultasi paru pasien. Pengeluaran
yang lainnya. Pasien mengatakan tidak bisa tidur
Daya - Fisioterapi Dada dan Steem Inhaler Aromatheraphy dalam Mempertahankan Kepatenan Jalan Nafas Pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronis
Ners Muda, Vol 1 No 2, Agustus 2020/ page 100-107 24
sputum pasien I dan II selama tiga hari berturut-
turut digambarkan pada grafik 1 dibawah ini.

Grafik 1 menunjukan penurunan jumlah sputum.


Pada kasus I hari pertama jumlah sputum yang
ditampung dalam penampung adalah 3 cc,
kemudian dihari kedua adalah 2 cc dan dihari ke
3 adalah 2 cc. Sementara kasus ke II dihari
pertama didapatkan 2 cc, hari kedua adalah 2 cc
dan hari ketiga 1 cc. Pengeluaran sputum rata-
rata dalam tiga hari adalah 1cc. Pemberian
fisioterapi dada dan steem inhaler with
aromatheraphy dapat mengatasi masalah
bersihan jalan nafas pada kedua pasien.

Evaluasi kepatenan jalan nafas juga dilihat dari


hemodinamik dan suara nafas bersih
(vesicular)/terjadinya pengurangan bunyi suara
nafas tambahan. Evaluasi suara nafas dan
hemodinamik selama tiga hari berturut-turut.
Tabel 1 menunjukan bahwa selama tiga hari
terdapat perbaikan yang dinilai dari bunyi suara
nafas vesicular di hari ke 3 pada ke 2 kasus.
Hemodinamik yang stabil meski sudah
dilakukan tapering oksigen menjadi 1
liter/menit. Saturasi oksigen juga diatas 94%
selama 3 hari perawatan. Pemberian fisioterapi
dada dan steem inhaler with aromatheraphy
dapat mengatasi masalah bersihan jalan nafas
pada kedua pasien.

Daya - Fisioterapi Dada dan Steem Inhaler Aromatheraphy dalam Mempertahankan Kepatenan Jalan Nafas Pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronis
Ners Muda, Vol 1 No 2, Agustus 2020/ page 100-107 25
Tabel 1
Bunyi Suara Nafas dan Hemodinamik Kasus I dan II dengan PPOK yang diberikan Terapi
Fisioterapi Dada dan
Steem Inhaler
Kasus Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3
Kasus I Ronchi Basal : Nyaring Ronchi Basal : Nafas Vesicular
HR : 80 bpm berkurang HR : 78 bpm
RR : 25 rpm HR : 83 bpm RR : 22 rpm
SpO2 : 98% RR : 23 rpm SpO2 : 98 %
O2 : 3 Liter/Menit SpO2 : 98% O2 :1
O2 : 2 Liter/Menit Liter/Menit
Kasus II Ronchi Basal : Nyaring Ronchi Basal : Nafas Vesicular
HR : 78 bpm berkurang HR : 80 bpm
RR : 24 rpm HR : 72 bpm RR : 21 rpm
SpO2 : 99% RR : 24 rpm SpO2 : 97 %
O2 : 3 Liter/Menit SpO2 : 96 % O2 :1
O2 : 2 Liter/Menit Liter/Menit

Jumlah Sputum (ml)


3,5

3 3

2,5

2 2 2 2

1,5

1 1

0,5

0
Hari ke 1 Hari Ke 2 Hari ke 3

Kasus I Kasus II

Grafik 1
Produksi Sputum Pasien Kasus I dan II dengan PPOK yang diberikan Terapi Fisioterapi Dada
dan Steem Inhaler

PEMBAHASAN
Karakteristik kedua pasien pada studi kasus ini
secara umum adalah sama yaitu laki-laki, lansia
akhir. Hal ini sesuai dengan teori yang

Daya - Fisioterapi Dada dan Steem Inhaler Aromatheraphy dalam Mempertahankan Kepatenan Jalan Nafas Pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronis
Ners Muda, Vol 1 No 2, Agustus 2020/ page 100-107 26
menyebutkan bahwa PPOK lebih meningkat penyakit penyerta ataupun penyakit keturunan
pada laki-laki dibandingkan perempuan. Laki- seperti diabetes, hipertensi ataupun asthsma.
laki lebih tinggi insidensinya mengalami PPOK
karena kebiasaan merokok. Selain itu dilihat Sebagai langkah awal Intervensi supaya pasien
dari kelompok usia pada kedua pasien adalah merasa nyaman dengan perawat adalah
lansia akhir. Struktur dan fungsi paru selama membangun hubungan saling percaya kepada
proses penuaan menjadi terganggu dan pasien. Membina hubungan saling percaya
menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap adalah suatu bentuk komunikasi terapeutik yang
PPOK. Penuaan merupakan penurunan nanti akan berdampak pada kepercayaan pasien
keadaaan homeostasis secara progresif setelah terhadap perawat sehingga akan memudahkan
fase reproduktif kehidupan tercapai sehingga dalam proses perawatan (Ningrum, 2019).
menimbulkan peningkatan risiko penyakit atau Setelah pasien sudah nyaman dilanjutkan pada
kematian. Kegagalan organ dalam memperbaiki tahap menghidup aroma terapi selama 15 menit
kerusakan DNA yang disebabkan stres kemudian dilakukan fisioterapi dada.
soksidatif dan pemendekan telomer akibat Hasil studi kasus ini menunjukan adanya
pembelahan sel yang berulang menyebabkan pengaruh steem inhaler dan fisioterapi dada
penuaan. Senescence selular merupakan dalam kebersihan/kepatenan jalan nafas. Pada
berhentinya pembelahan sel ireversibel yang kasus I hari pertama jumlah sputum yang
disebabkan oleh pemendekan telomer ditampung dalam penampung adalah 3 cc,
(senescence replikatif) atau sinyal yang tidak kemudian dihari kedua adalah 2 cc dan dihari ke
tergantung telomer (senescence prematur). 3 adalah 2 cc. Sementara kasus ke II dihari
Kerusakan sel yang disebabkan penuaan dan pertama didapatkan 2 cc, hari kedua adalah 2 cc
merokok mencetuskan apoptosis dan dan hari ketiga 1 cc yang diikuti dengan
meningkatkan penggantian siklus sel sebagai penurunan respiratory rate, kenaikan SpO2 dan
mekanisme kompensasi. Penuaan dan merokok suara nafas ronchi berkurang. Pengeluaran
juga menyebabkan senescence selular dan sputum rata-rata dalam tiga hari adalah 1cc. Eva
berhentinya proliferasi sel. Ketidakimbangan Fitriananda (2017), juga menyimpulkan bahwa
apoptosis-proliferasi (Kemenkes RI, 2018). Chest phisiotherapy (fisioterapi dada) yang
Dilihat dari riwayat penyakit yang dapat merupakan terapi kombinasi yang digunakan
mempengaruhi kondisi pasien, di temukan untuk memobilisasi sekresi yang meliputi
bahwa pasien kasus I memiliki riwayat DM serangkaian teknik postural drainase, perkusi,
tipe 2 yang berarti ada masalah pada endokrin dan vibrasi yang bertujuan membersihkan jalan
yaitu meningkatnya kadar gula dalam darah nafas dari mukus untuk melancarkan jalan nafas
yang lambat laun akan menyebabkan darah sehingga dapat mengurangi gejala bronkitis
menjadi kental. Karena konsentrasi darah lebih salah satunya adalah batuk berdahak
tinggi maka cairan dari ekstravaskular akan (Fitrinanda, 2017).
diserap menuju vaskular. Keadaan tersebut Dahak atau sputum merupakan materi yang
tentu sangat tidak baik untuk pembuluh darah dikeluarkan dari saluran nafas bawah oleh batuk.
perifer ataupun pembuluh darah vital baik Batuk dengan dahak menunjukkan adanya
dijantung ataupun di paru-paru dimana akan eksudat bebas dalam saluran pernapasan.
menambah gangguan perfusi dimana pasien Keadaan abnormal produksi mukus yang
sudah mengalami ketidakbersihan jalan nafas berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi, atau
karena secret karena penyakit PPOKnya. infeksi yang terjadi pada membran mukosa),
Kasus ke II pasien menyangkal adanya menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan
secara adekuat, sehingga mukus ini banyak
Daya - Fisioterapi Dada dan Steem Inhaler Aromatheraphy dalam Mempertahankan Kepatenan Jalan Nafas Pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronis
Ners Muda, Vol 1 No 2, Agustus 2020/ page 100-107 27
tertimbun dan terjadi bersihan jalan napas tidak Nafas Pada Pasien ISPA Di Desa Pucung
efektif (Nugroho & Kristiani, 2011; Nur, 2015). Eromoko Wonogiri” juga menunjukkan 26
Keluar atau tidaknya sputum pada pasien asma responden yang sebelumnya dilakukan
bronkial setelah diberi intervensi saat pagi dan fisioterapi dada sebanyak 3 (11,53%)
siang hari dapat dipengaruhi oleh kekuatan menunjukkan kebersihan jalan nafas bersih dan
responden saat membatukkan, karena sebanyak 23 (88,47%) menunjukkan kebersihan
terdorongnya sputum keluar harus ada ekspirasi jalan nafas tidak bersih kemudian dilakukan
yang adekuat, kemudian kekuatan batuk yang fisioterapi dada dan sesudah dilakukan
kuat dari dinding otot dada bukan dari belakang fisioterapi dada, responden untuk katagori
mulut atau tenggorokan, karena sputum sangat kebersihan jalan nafas bersih sebanyak 18
kental dan lengket (Andani & Lhutvia, 2016). (69,23%), sedangkan untuk katagori kebersihan
jalan nafas tidak bersih berjumlah 8 (30,70%)
Bunyi ronchi disebabkan karena aliran udara dari hasil tersebut disimpulkan bahwa fisioterapi
melalui saluran nafas yang berisi sputum atau dada sangat berpengaruh terhadap kebersihan
eksudat. Sputum dijalan nafas dapat dimobilisasi jalan nafas pada pasien ISPA di Desa Pucung
keluar melalui fisioterapi dada dan batuk efektif Eromoko
(D Ariasti et al., 2014; Sitorus et al., 2018). Wonigiri (D Ariasti et al., 2014).
Keluarnya sputum membuat saluran nafas bebas
dari sputum sehingga tidak terdengar lagi ronchi. Pemanfaatan aromaterapi minyak kayu putih
Hal ini ditunjang dengan teori yang juga memberikan rasa nyaman dan segar
menyebutkan bahwa batuk efektif akan sehingga dapat menjadi pusat perhatian yang
membantu proses pengeluaran sekret yang mana otak di kelenjar pituari akan mengeluarkan
menumpuk pada jalan nafas sehingga tidak ada endorphine ataupun serotonin sehingga tubuh
lagi perlengketan pada jalan nafas sehingga jalan menjadi rileks, tidak cemas dan terasa
nafas paten dan sesak nafas berkurang (Tahir, mengantuk. Kondisi tubuh yang rileks juga
2019). dapat mempengaruhi perubahan hemodinamik
dimana tekanan darah dan nadi akan cenderung
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian menurun. Penelitian sebelumnya menyebutkan
(Sitorus et al., 2018) yang menyebutkan bahwa bahwa intervensi sederhana mendengarkan
pasien yang mendapatkan fisioterapi dada dapat murrotal yang dikombinasi dengan relaksasi
mengeluarkan secret dengan efektif, dengan napas dalam sebagai bagian dari fisioterapi dada
hasil level dari kemampuan untuk mengeluarkan dapat mengurangi tingkat stress dan
secret, mayoritas responden berada pada level meningkatkan relaksasi sehingga mengurangi
severe deviation from normal range (43%). mual muntah pada pasien yang menjalani
Khasanah (2015) dalam penelitiannya juga kemoterapi (Suryono et al., 2020)
menyebutkan pengeluaran sputum pada
kelompok intervensi pagi hari keluaran sputum 4 Studi kasus yang dilakukan kepada dua
-< 6 ml diperoleh dari 7 responden (63,6%), responden tersebut membuahkan hasil dimana
sedangkan paling sedikit 2 <- 3 ml diperoleh kasus I dan ke II berkurang dalam produksi
dari 4 responden sekret, sesak berkurang, dan pasien sudah tidak
(36,4%). Kemudian pada kelompok intervensi cemas, nyeri serta dapat tidur dengan nyenyak.
siang hari keluaran sputum dari 11 responden Menurut Dornish dkk dalam Zulnely,
seluruhnya sebanyak 1 -< 2 ml (Nur, 2015). Gusmailina dan Kusmiati (2015) menyebutkan
bahwa minyak atsiri eucalyptus mengandung
Penelitian yang telah dilakukan oleh Ariasti 1,8sineol, α-terpineol, quinat, luteolin, dan
(2014) yang berjudul “Pengaruh Pemberian proantosianidin sehingga dapat dimanfaatkan
Fisioterapi Dada Terhadap Kebersihan Jalan sebagai obat herbal diantaranya untuk
Daya - Fisioterapi Dada dan Steem Inhaler Aromatheraphy dalam Mempertahankan Kepatenan Jalan Nafas Pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronis
Ners Muda, Vol 1 No 2, Agustus 2020/ page 100-107 28
mengurangi sesak nafas karena flu atau asma D Ariasti, Aminingsih, & Endrawati, S. (2014).
dengan cara mengoleskan pada dada, mengobati Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada
sinus dengan cara menghirup uap air hangat Terhadap Pasien ISPA Di Desa Pucung
yang telah diteteskan minyak eucalyptus serta Eromoko Wonogiri. Jurnal Keperawatan, 2(2).
melegakan hidung tersumbat dengan cara Fitrinanda, E. (2017). Pengaruh Chest
menghirup aroma minyak eucalyptus Phisiotherapy Terhadap Penurunan
(Zulnely et al., 2015). Frekuensi Batuk Pada Balita Dengan
Penggunaan minyak atsiri, salah satunya Bronkitis Akut Di Balai Besar Kesehatan
eucalyptus dengan metode inhalasi juga Paru Masyarakat Surakarta. Jurnal
dilakukan dalam sebuah uji klinik dengan Keperawatan, 7(3).
metode randomizeddouble-blind, GOLD. (2015). Global Initiative for Chronic
placebocontrolled pada obat semprot (spray) Obstructive Lung. A Guide for Health Care
menggunakan lima minyak atsiri Professionals.
(Eucalyptus citriodora, Eucalyptus globulus, https://doi.org/10.2147/copd.2006.1.3.261
Mentha piperita, Origanum syriacum, and Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan
Rosmarinus officinalis) dilakukan pada pasien Indonesia
dengan masalah infeksi saluran pernafasan atas 2017. Data dan Informasi. Kementrian
di enam klinik di Israel. Aromatic spray atau Keseahtan RI; 2018. In Jurnal Ilmu
placebo digunakan sebanyak lima kali sehari Kesehatan.
selama tiga hari dengan dosis empat semprotan
setiap kalinya yang diarahkan pada bagian Ningrum, H. (2019). Penerapan Fisioterapi
belakang tenggorokan. Evaluasi terhadap gejala Dadaterhadap Ketidakefektifan Bersihan
menunjukkan bahwa aromaticspray lebih efektif Jalan Nafas pada Pasien Bronkitis Usia
mengurangi gejala dibandingkan dengan Pra Sekolah. Media Publikasi Penelitian.
placebo (Zulfa, 2017). Nugroho, Y. A., & Kristiani, E. E. (2011). Batuk
Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada
SIMPULAN Pasien Dengan Ketidakefektifan Bersihan
Kesimpulan dari studi kasus tersebut adalah Jalan Napas di Instalasi 20 Rehabilitasi
terapi inhalasi uap dengan aroma terapi yang Medik Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal
dikombinasikan dengan fisioterapi dada terbukti Stikes RS Baptis Kediri, 4(2).
mengurangi sekret dan melonggarkan jalan Nur, W. K. (2015). Efektifitas Batuk Efektif dan
nafas. Fisioterapi Dada Pagi dan Siang Hari
terhadap Pengeluaran Sputum Pasien Asma
UCAPAN TERIMAKASIH
Bronkial Di RS Paru dr.Ario Wirawan
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada
Salatiga. Jurnal Keperawatan.
semua pasien yang telah bersedia menjadi
subjek studi kasus. Peneliti juga mengucapkan PPDI. (2010). Penyakit Paru Obstruktif Kronis
terimakasih kepada semua pihak yang telah (PPOK) Pedoman Diagnosis &
membantu dalam penyelesaian artikel ini. Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
REFERENSI
Putri, A. P. (2016). Pengaruh Chest Therapy
Andani, & Lhutvia, R. (2016). Penatalaksanaan Terhadap Penurunan Respiratory Rate Pada
Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Balita Dengan Bronkitis Di RS Trihars
Lansia Pekerja Konstruksi. Jurnal Medula Surakarta. Jurnal Keperawatan, 2(1).
UNILA, 4(4).

Daya - Fisioterapi Dada dan Steem Inhaler Aromatheraphy dalam Mempertahankan Kepatenan Jalan Nafas Pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronis
Ners Muda, Vol 1 No 2, Agustus 2020/ page 100-107 29
Sitorus, Lubis, & Kristiani. (2018). Penerapan
batuk efektif dan fisioterapi dada pada
pasien TB Paru yang mengalami
ketidakefektifan bersihan jalan napas di
RSUD Koja Jakarta Utara. JAKHKJ, 4(2).
Soyingbe, O. S., Makhafola, T. J., Mahlobo, B.
P., Salahdeen, H. M., Lawal, O. A., &
Opoku, A. R. (2017). Antiasthma activity
of Eucalyptus grandis essential oil and its
main constituent: Vasorelaxant effect on
aortic smooth muscle isolated from
nomotensive rats. Journal of Experimental
and Applied Animal Sciences.
https://doi.org/10.20454/jeaas.2017.1287
Suryono, A., Nugraha, F. S., Akbar, F., &
Armiyati, Y. (2020). Combination of Deep
Breathing Relaxation and Murottal
Reducing Post Chemotherapy Nausea
Intensity in Nasopharyngeal Cancer (NPC)
Patients. Media
Keperawatan Indonesia, 3(1), 24.
https://doi.org/10.26714/mki.3.1.2020.24-31
Tahir, R. (2019). isioterapi Dada Dan Batuk
Efektif Sebagai Penatalaksanaan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada
Pasien TB Paru Di RSUD Kota Kendari.
Health Information, 11(1).

Zulfa, A. (2017). emanfaatan Minyak Kayu


Putih (Melaleuca leucadendra Linn)
sebagai Alternatif Pencegahan ISPA: Studi
Etnografi di Pulau Buru. Jurnal
Kefarmasian Indonesia. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 7(2).
Zulnely, Z., Gusmalina, & Kusmiati, E. (2015).
Prospek Eucaliptus citriodora sebagai
minyak atsiri potensial. Prosiding Seminar
Nasional Masyarakat Biodiversitas
Indonesia. Universitas Sebelas Maret, 1,
120–126.

Daya - Fisioterapi Dada dan Steem Inhaler Aromatheraphy dalam Mempertahankan Kepatenan Jalan Nafas Pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronis

Anda mungkin juga menyukai