Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN 2

DISRITMIA

OLEH :

KELOMPOK 3

NAMA NIM
Ahmad Rifai P07120421002A
Alfi Maulana P07120421003A
Deni Yulistiawan P07120421013A
Dewa Ayu Linda M P07120421014A
Rian Zukarnain P07120421025A
Rizky Dwi Kurniawan P07120421026A
Susi Mariyati P07120421032A
Wahyu Apni Saswidi P07120421034A
Wiwin Apriani P07120421035A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM
PRODI ALIH JENJANG SARJANA TERAPAN
KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS MATARAM
TAHUN 2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan Kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Disritmia”, makalah ini
dibuat sebagai penunjang kegiatan perkuliahan pada mata kuliah
Keperawatan Kegawatdaruratan 2.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis hanturkan kepada
dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan 2 yang
telah membimbing kami dalam pembuatan makalah.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah kami. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat diterima dan dapat memberi manfaat bagi pihak
yang membutuhkan.

Mataram, 22 September2021

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................3
D. Manfaat.........................................................................................................3
BAB II KONSEP TEORI......................................................................................4
A. Konsep Penyakit...........................................................................................4
1. Definisi.......................................................................................................4
2. Klasifikasi Disritmia..................................................................................5
3. Etiologi.......................................................................................................6
4. Patofisiologi...............................................................................................6
5. Manifestasi Klinis......................................................................................8
6. Komplikasi.................................................................................................9
7. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................10
8. Penatalaksanaan Medik............................................................................11
B. Pelayanan Gawat Darurat Pada Pasien Kritis Dengan COVID-19............15
1. Proses Triase............................................................................................15
2. Manajemen Pasien Kritis.........................................................................18
3. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Pasien COVID-19.......................19
C. Konsep Asuhan Keperawatan........................................................................20
1. Pengkajian................................................................................................20
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................22
3. Perencanaan.............................................................................................22
BAB III PENUTUP..............................................................................................28
A. Kesimpulan.................................................................................................28
B. Saran...........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada tubuh orang sakit


harus terlebih dahulu mengetahui struktur dan fungsi setiap alat dari
susunan tubuh manusia yang sehat dalam kehidupan sehari-
hari.Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi tubuh manusia merupakan
dasar yang ppenting dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.Dengan
mengetahui struktur dan fungsi tubuh manusia, seorang perawat
professional dapat makin jelas menafsirkan perubahan yang terdapat pada
alat tubuh tersebut.
Jantung adalah organ penting dalam tubuh manusia yang
difungsikan untuk memompa darah ke seluruh tubuh.Darah yang di pompa
ke seluruh tubuh melalui system peredaran darah membawa zat-zat sangat
dibutuhkan oleh tubuh.Pemompaan darah dipicu oleh simpul SA yang
terdapat di sebelah serambi kiri jantung.Untuk mengetahui aktuvitas
elektris otot jantung diperlukan pencatatan atau perekaman dari
permukaan tubuh.Perekaman dapat dilakukan pada permukaan tubuh
sebab tubuh adalah konduktor yang baik. Perekaman ini dilakukan dengan
menempelkan elektroda-elektroda pada lokasi tertentu yang disebut
sandapat (lead) pada permukaan kulit pasien. Salah satu fungsi perekaman
ini adalah mengetahui frekuensi detak jantung yang dinyatakan dengan
satuan detak/menit.Frekuensi memberikan informasi mengenai bagaimana
keadaan jantung, cepat lambatnya impuls jantung, ada tidaknya gangguan
pembentukan impuls dan gangguan fungsi jantung.
Frekuensi detak untuk jantung normal yaitu antara 60-100X/menit,
takikardia adalah detak jantung yang lebih besar dari 100X/menit,
bradikardia adalah detak jantung yang lebih kecil dari 60X/menit,
takikardia abnormal adalah detak jantung antara 140-250X/menit, flutter
adalah detak jantung antara 250-350X/menit dan fibrilasi adalah detak
jantung yang lebih besar dari 350X/menit.

Virus SARS-CoV-2 sebagai penyebab dari COVID-19 telah


dinyatakan sebagai pandemik terhitung sejak Maret 2020.Covid-19
memberikan dampak global yang tidak terbayang sebelumnya terhadap
kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan.Oleh karena itu,
diperlukannya penanganan khusus untuk pasien dengan disritmia yang
disertai dengan tanda dan gejala covid-19. Jika tidak ditangani maka akan
berakibat fatal dan akan terjadinya komplikasi pada klien.

Oleh karena itu jika ada kecurigaan dan penanganan sangat


mendesak dimana menunggu hasil swab tidak dimungkinkan, pasien
khususnya dengan trauma dada sebaiknya dianggap positif covid-19 dan
penggunaan APD maksimum perlu digunakan di setiap penanganan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Disritmia?


2. Apa sajakah klasifikasi dari Disritmia?
3. Apa sajakah etiologi dari Disritmia?
4. Bagaimana patofisiologi dari Disritmia?
5. Apa sajakah manifestasi klinik dari Disritmia?
6. Bagaimana komplikasi dari Disritmia?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik untuk pasien yang mengalami
Disritmia?
8. Bagaimana penatalaksanaan terapi untuk pasien Disritmia?
9. Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien Disritmia dengan
kondisi COVID-19?
C. Tujuan

Makalah ini memiliki tujuan,yaitu:


a. Tujuan umum
Menjelaskan tentang Disritmia dan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan kasus Disritmia.
b. Tujuan khusus
1. Menjelaskan tentang Disritmia
2. Menjelaskan tentang klasifikasi Disritmia
3. Menjelaskan tentang penyebab dari Disritmia
4. Menjelaskan tentang patofisiologi Disritmia
5. Menjelaskan tentang manifestasi klinisDisritmia
6. Menjelaskan tentang komplikasi Disritmia
7. Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang untuk Disritmia
8. Menjelaskan tentang penatalaksanaan medikDisritmia
9. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
Disritmia dengan kondisi COVID-19

D. Manfaat

1. Sebagai evaluasi para dokter dalam memberikan resimen pengobatan


terapi kepada pasien Disritmia
2. Memberikan informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya
3. Menambah wawasan seputar asuhan keperawatan Disritmia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit

1. Definisi

Disritmia (gangguan irama jantung) yaitu perubahan pada


pembentukan dan atau penyebaran eksitasi yang menyebabkan
perubahan urutan eksitasi atrium atau ventrikel atau transmisi
atrioventrikulor.Dimana, gangguan ini dapat mengenai frekuensi,
keteraturan, atau tempat pembentukan potensial aksi. (Silbernagl,
Stefan, dkk.2007.Teks ¿ Atlas Berwarna Patofisiologi.Jakarta: buku
kedokteran EGC).
Disritmia merupakan gangguan system hantaran jantung dan
bukan struktur jantung.Disritmia dapat diidentifikasi dengan
menganalisa gelombang EKG.Disritmia dinamakan berdassarkan pada
tempat dan asal impuls dan mekanisme hantaran yang
terlambat.Misalnya, disritmia yang berasal dari lobus sinus (modus SA)
dan frekuensinya lambat dinamakan sinus bradikardia.Ada empat
kemungkinan tempat asal disritma: nodus sinus, atrial, modus AV atau
sambungan, dan ventrikel. Gangguan mekanisme hantaran yang
mungkin dapat terjadi meliputi bradikardi, fluter, fibrilasi, denyut
premature, dan penyekat jantung. (Brunner., Suddart. Keperawatan
Medical-Bedah. Edisi 9, Jakarta: Buku Kedokteran EGC).
Disritmia jantung adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrikal abnormal atau
otomatis.Disritmia bermacam-macam jenis berat dan efeknya pada
fungsi jantung, dimana sebagian di pengaruhi oleh sisi asal (ventrikel
atau supraventrikel).(Dongoes, E Marylynn, dkk. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien).

2. Klasifikasi Disritmia

a. Gangguan pembentukan impuls, terdiri dari:


1. Gangguan pembentukan impuls di sinus
a) Takikardia sinus
b) Bradikardia sinus
c) Aritmia sinus
d) Henti sinus
2. Gangguan pembentukan impuls di atria (aritmia atrial)
a) Ekstrastistol atrial
b) Takikardia atrial
c) Gelepar atrial
d) Fibrilasi atrial
e) Pemacu kelan atrial
3. Pembentukan impuls di penghubung AV (aritmia penghubung)
a) Ekstrasistol penghubung AV
b) Takikardia penghubung AV
c) Irama lolos penghubung AV
4. Pembentukan impuls di ventrikuler (aritmia ventrikuler)
a) Ekstrasisitol ventrikuler
b) Takikardia ventrikuler
c) Gelepar ventrikuler
d) Fibrilasi ventrikuler
e) Henti ventrikuler
f) Irama lolos ventrikuler
5. Gangguan hantaran impuls
a. Blok sinus atrial
b. Blok atrio ventrikuler
c. Blok intraventrikule

3. Etiologi

Etiologi Disritmia dalam garis besarnya dapat disebabkan:


a) Peregangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan
miokard (miokarditis karena infeksi)
b) Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme
arteri koroner, misalnya iskemia miokard, infark miokard).
c) Karena obat (intoksikasi antara lain oleh digitalis, quinidin, dan
obat-obat anti aritmia lainnya).
d) Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemi)
e) Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung.
f) Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat
g) Gangguan metabolik (asidosis,alkalosis)
h) Gangguan endokrin(hipertiroidisme,hipotiroidisme)
i) Gangguan irama jantung atau gagal jantung
j) Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
k) Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi(fibrosis
system konduksi jantung).

4. Patofisiologi
Distritmia diakibatkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu
infark miokard.Infark miokard menyebabkan kurang efektifnya otot
jantung untuk memompa darahnya, kemudian mengakibatkan
penurunan cardiac output. Penurunan cardiac output ini mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan yang ditandai dengan kulit dingin, pucat,
sianosis, nadi, dan respiratori rate (RR) menjadi meningkat. Selain itu,
penurunan perfusi jaringan juga mengakibatkan penurunan konstruksi
jantung. Penurunan kontruksi jantung menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah juga akan menurun, kemudian menyebabkan
penurunan tekanan darah, akhirnya akan menyebabkan kerusakan otot
jantung dan mengakibatkan gangguan transmisi impuls dan akan
mengakibatkan distritmia

5. Manifestasi Klinis

Kebanyakan manifestasi klien dengan aritmia tidak disadari,


sehingga terdeteksi pada saat rasa yang tidak nyaman seperti
berdebar-debar, palpitasi atau adanya denyut jantung yang berturut-
turut bertambah serta adanya irama denyut yang tidak teratur. keadan
ini tidak terlalu membahayakan, jika tidak terjadi gangguan
hemodinamik. Tetapi manifestasi klinik pada klien dengan aritmia
yang berbahaya adalah klien merasakan nyeri dada, pusing, bahkan
keadan yang lebih serius kemungkinan klien ditemukan meninggal
mendadak.Hal itu dikarenakan pasokan darah yang mengandung
nutrient dan oksigen yang dibutuhkan kejaringan tubuh tidak
mencukupi sehingga aktivitas/kegiatan metabolisme terganggu.
Adapun penampilan klinis klien sebagai berikut:
a) Anxietas
b) Gelisah
c) Capek dan lelah serta gangguan aktivitas
d) Palpitasi
e) Nyeri dada
f) Vertigo, syncope
g) Tanda dan gejala sesak, crakles
h) Tanda hipoperfus

6. Komplikasi

Komplikasi disritmia berhubungan dengan keberadaannnya


dalam tubuh, dan fungsinya yang tidak sesuai. Komplikasi berikut
dapat timbul akibat adanya disritmia:
a) Infeksi lokal (sepsis atau pembentukan hematoma dapat terjadi
di tempat pemotongan vena atau pada penempatan disritmia di
bawah kulit.
b) Disritmia-aktivitas ektovit ventrikel dapat terjadi akibat iritasi
dinding ventrikel oleh elektroda.
c) Dapat terjadi perforasi miokardium atau ventrikiel kanan olkeh
kateter.
d) Cetusan hilang secara mendadak akibat tingginya ambang
ventrikel.
e) Malfungsi disritmia dapat terjadi akibat kegagalan satu atau
beberapa komponen system cetusan.
Adapun penyebab dari disritmia jantung biasanya satu atau
gabungan kelainan berikut ini dalam system irama konduksi jantung
yaitu:
a) Irama abnormal dari pacu jantung
b) Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus sebagian lain dari
jantung.
c) Blog pada tempat-tempat yang berbeda sewaktu menghantarkan
impuls melalui jantung.
d) Jalur hantaran impuls yang abnormal mellui jantung.
e) Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hampir
semua bagian jantung.
Beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan
disritmia adalah:
a) Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan
miokard (miokarditis karena infeksi).
b) Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme
atau arteri koroner), misalnya iskemia miokard, impard miokard.
c) Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinudin,
dan obat-obat anti disritmia lainnya.
d) Gangguan keseimbangn elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
e) Gangguan paada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung.
f) Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
g) Gangguan metabolic (asedosis, alkalosis).
h) Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
i) Gangguan irama jantung akibat gagal jantung.
j) Gangguan irama jantung karena karniopaki atau tumor jantung.
k) Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis
system konduksi jantung).

7. Pemeriksaan Penunjang

a) EKG: menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan


konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidak
seimbangan elektrolit dan obat jantung.
b) Monitor holder: gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan
untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala
khusus bila pasien aktif (dirumah/kerja). Juga dapat digunakan
untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
c) Foto dada: dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.
d) Scan pencitraan miokardia:dapat menunjukan area iskemik
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau
mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
e) Tes stress latihan: dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan
latihan yang menyebabkan disritmia.
f) Elektrolit: peningkatan atau penurunan kalium, kalsium, dan
magnesium dapat menyebabkan disritmia.
g) Pemeriksaan obat: dapat menyebabkan toksisitas abat jantung,
adanya obat jalanan, atau dugaan obat intraksi, contoh digitalis,
quinidin, dll.
h) Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penurunan kadar tiroid
serum dapat menyebabkan/meningkatkan disritmia
i) Laju sedimentasi: peninggian dapat menunjukan proses
inflamasi akut/aktif, contoh endokarditis sebagai factor pencetus
untuk disritmia.
j) GDA/nadi oksimetri: hipoksemiadapat menyebabkan/
mengeksasernasi disritmia.

8. Penatalaksanaan Medik

Pada prinsipnya tujuan terapi disritmia adalah (1)


mengembalikan irama jantung yang normal, (2) menurunkan
frekwensi denyut jantung , (3) mencegah terbentuknya bekuan darah.
Terapi sangat tergantung pada jenis aritmia. Selain itu dapat juga
dilakukan dengan:
a. Terapi medis

Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :

1) Anti aritmia Kelas 1 (sodium channel blocker)

I. Kelas 1 A

Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi


pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi
atau flutter.

Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan


aritmi yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

II. Kelas 1 B

Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,


ventrikel takikardia.

Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT

III. Kelas 1 C

Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

2) Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)

Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung,


angina pektoris dan hipertensi

3) Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)

Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang

4) Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)

Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia

b. Kardioversi
Mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan
prosedur elektif.Pasien dalam keadaan sadar dan diminta
persetujuannya.
c. Defibrilasi
Defibrilasi adalah cardioversi asinkronis yang digunakan
pada keadaan gawat darurat.Biasanya terbatas penatalaksanaan
fibrilasi ventrikel apabila tidak ada irama jantung yang
terorganisasi. Defibrilasi akan mendepolarisasi secara lengkap
semua sel miokard sekaligus, sehingga memungkinkan nodus sinus
memperoleh kembali fungsinya sebagai pacemaker.
d. Terapi Pacemaker
Merupakan alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus
listrik berulang otot jantung untuk mengontrol frekwensi jantung.
Alat ini akan memulai dan mempertahankan frekwensi jantung
ketika pacemaker aritmia jantung tak mampu lagi memenuhi
fungsinya. Pacemaker biasanya di gunakan bila pasien mengalami
gangguan hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang
mengakibatkan kegagalan curah jantung.
e. Pembedahan Hantaran Jantung
Takikardian atrium dan ventrikel yang tidak berespon
terhadap pengobatan dan tidak sesuai untuk cetusan anti takikardia
dapat di tangani dengan metode selain obat dan pacemaker.Metode
tersebut mencakup isolasi endokardial, resepsi endokardial,
krioglasi, ablasi listrik dan ablasi frekwensi radio.
Isolasi endokardial dilakukan dengan membuat irisan ke
dalam endokardium, memisahkannya dari area endokardium
tempat di mana terjadi disritmia.Batas irisan kemudian dijahit
kembali. Irisan dan jaringan parut yang ditimbulakn akan
mencegah disritmia mempengaruhi seluruh jantung pada reseksi
endokardial, sumber disritmia diidentifikasi dan daerah
endokardium tersebut dikelupas. Tidak perlu dilakukan
rekonstruksi atau perbaikan.
Krioblasi dilakukan dengan meletakkan alat khusus, yang
didinginkan sampai suhu -60°C (-76°F), pada endokardiumdi
tempat asal disritmia selama 2 menit. Daerah yang membeku akan
menjadi jaringan parut kecil dan sumber disritmia dapat
dihilangkan.
Pada ablasi listrik sebuah kateter dimsukkan pada atau
sumber disritmia dan 1-5 syok sebesar 100-300 joule diberikan
melalui kateter langsung ke endokardium dan jaringan
sekitarnya.Jaringan jantung menjadi terbakar dan menjadi parut,
sehingga menghilangkan sumber disritmia.
Ablasi frekwensi radio dilakukan dengan memasang
kateter khusus pada atau dekat asal disritmia.Gelombang suara
frekwensi tinggi kemudian disalurkan melalui kateter tersebut,
untuk menghancurkan jaringan disritmia kerusakan jaringan yang
ditimbulkan lebih spesifik yaitu hanya pada jaringan disritmia saja
disertai trauma kecil pada jaringan sekitarnya dan bukan trauma
luar seperti pada krioblasi atau ablasi listrik.

Prinsip umum dari tata laksana pasien dengan disritmia


kardiak dan alat implan kardiak selama pandemik seharusnya tidak
berbeda signifikan dari tata laksana pasien non-COVID dan harus
sesuai dengan panduan ESC, European Heart Rhythm Association
dan panduan lainnya yang terkait. Tata laksananyasebagai berikut:

a. Melindungi tenaga kerja kesehatan untuk memberikan tata


laksana yang tepat pada semua pasien dengan infeksi COVID-
19

b. Meminimalkan resiko infeksi nosokomial pada pasien yang


tidak terinfeksi dan tenaga kesehatan
c. Menyediakan kualitas baik pada keadaan gawat darurat untuk
semua keadaan disritmia dan alat implan yang mengancam
nyawa

E. Pelayanan Gawat Darurat Pada Pasien Kritis Dengan COVID-19

Skrining (penapisan) dan triase (pemilahan) pasien yang dicurigai


COVID-19 harus dilakukan pada kontak pertama pasien, baik di IGD
maupun rawat jalan. Skrining dapat menggunakan serangkaian kegiatan
seperti pemeriksaan suhu tubuh dengan thermal gun, pertanyaan sederhana
seperti ada demam atau riwayat demam, batuk, nyeri tenggorokan, hidung
tersumbat, sesak napas, keletihan, sakit kepala, nyeri otot, riwayat kontak
erat dengan pasien terkonfirmasi dan/atau riwayat perjalanan dalam 14
hari dari negawa atau wilayah transmisi lokal.
Deteksi dini manifestasi klinis akan dapat membantu menentukan
secara tepat penerapan tata laksana dan level penempatan pasien sesuai
kondisinya, pasien dengan gejala ringan, rawat inap tidak diperlukan
kecuali ada kekhawatiran akan mengalami perburukan yang cepat sesuai
dengan pertimbagan medis. Semua pasien yang pulang ke rumah harus
memeriksakan diri ke rumah sakit jika mengalmi perburukan.Pasien yang
berusia lanjut dan memiliki penyakit komorbid (seperti penyakit
kardiovaskuler dan diabetes) memiliki risiko lebih besar untuk mengalami
gejala yang lebih berat.Deteksi cepat COVID-19 diselenggarakan sesuai
manifestasi klinis dan sesuai definisi operasional surveilans COVID-19.
1. Proses Triase

Pelaksanaan triase dilaksanakan sebagai berikut :


a. Pisahkan jalan masuk pasien-pasien dengan gejala Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA)
b. Pertahankan jarak lebih dari satu meter antara petugas triase
dengan pasien dan keluarga pasien
c. Berikan masker bedah pada pasien (jika belum menggunakan)
d. Lakukan pre-tiase (skirining) COVID-19 dengan memeriksa gejala
dan faktor risiko
e. Pada pasien yang tidak terduga COVID-19, dilanjutkan dengan
triase yang biasa dilakukan di IGD
f. Pada pasien terduga atau terkonfirmasi COVID-19, periksa
kondisi pasien berdasarkan manifestasi klinis COVID-19 yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan atau WHO untuk
menentukan tingkat keparahan.
g. Tempatkan pasien terduga atau terkonfirmasi COVID-19 pada
ruangan tersendiri (ruang isolasi)
h. Pasien terduga dan pasien terkonfirmasi COVID-19 tidak boleh
digabung
9. Manajemen Pasien Kritis

a. Penentuan Indikasi Masuk


1) Saat pasien COVID-19, masuk RS dan atau pasien
membutuhkan ruang perawatan intensiif
2) Diskusikan dengan pasien, keluarga, kerabat terkait resiko,
manfaat dan hasil yang diharapkan sehingga mereka mampu
membuat keputusan terbaik mengenai program perawatannya
3) Libatkan tim perawatan kritis saat melakukan diskusi, jika
perlu
4) Libatkan anggota keluarga yang sudah dewasa dan memiliki
kapasitas saat mendiskusikan hal sensitive terkait
pengambilan keputusan Do Not Attempt Cardiopulmonary
Recuscitation (DNACPR)
5) Jika keluarga memutuskan dirawat di ruang perawatan biasa
dipastikan bahwa pasien mendapatkan perawatan secara
optimal
b. Perawatan pasien Kritis secara Umum
Pasien dengan COVID-19 berat (Severe COVID-19) akan
mengalami ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Sesuai
dengan pedoman terkini penanganan ARDS yang dapat
diaplikasikan bagi pasien COVID-19 yaitu :
1) Terapi cairan intravena konservatif/tradisional
2) Pemberian antibiotik empiris untuk kemungkinan pneumonia
akibat bakteri
3) Pertimbangan pemasangan ventilator sesegera mungkin
4) Gunakan strategi lung protective ventilation
5) Posisikan pasien pronasi selama sokongan ventilator
6) Pertimbangan terapi extracorporeal membrane oxygenation
(ECMO)
c. Modifikasi Perawatan Pasien Kritis
1) Memasukkan pasien dengan dugaan COVID-19 kedalam
ruangan tersendiri jika memungkinkan
2) Gunakan masker surgical untuk pasien dengan gejala selama
melakukan assement dan transfer pasien
3) Jaga jarak aman kurang lebih 2 m dari pasien
4) Perhatian ketika menggunakan oksigen nasal tekanan tinggi
(high-flow nasal cannula (HFNC)) atau (Non-Invasive
Ventilation (NIV)) oleh karena resiko penyebaran aerosol dan
virus ke lingkungan sekitar pasien yang tanpa memakai masker
5) Petugas melakukan tindakan yang menyebabkan terjadinya
aerosol harus menggunakan alat pelindung diri (APD) untuk
mencegah airbone termasuk N95 dan proteksi mata
(google/face shield). Selain itu perlu juga menggunakan APD
lainnya seperti sarung tangan, gown, dan sepatu boot.
a) Intubasi endotracheal
b) Bronkhoskopi
c) Suction terbuka
d) Pemberian Nebulizer
e) Ventilasi manual sebelum intubasi
f) Memposisikan pronasi
g) Breathing circuit terlepas dari pasien
h) Ventilasi non-invasive tekanan positif
i) Trakheostomi
j) Resusitasi jantung paru
10.Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Pasien COVID-19

Pencegahan dan pengendalian infeksi di ICU terhadap pasien


COVID-19 dimulai dengan melakukan kewaspadaan standar, yang
terdiri dari mencuci tangan, menggunakan APD lengkap (airbone dan
kontak) seperti sarung tangan, masker N95, pelindung wajah, gown,
pelindung kepala, dan sepatu boot, melakukan praktek keselamatan
kerja, penggunaan antiseptic, penanganan peralatan dalam perawatan
pasien dan kebersihan lingkungan. Memberlakukan kebijakan untuk
menghindari penyebaran virus COVID-19 kepada pasien, staf dan
antar sesama pengunjung RS. Beberapa kebijakan yang dapat
dilakukan seperti :
a. Semua pasien yang dirawat tidak diperkenankan untuk dikunjungi
oleh keluarga, kecuali keluarga inti yang akan mendapatkan
edukasi
b. Untuk pasien yang dirawat di unit perawatan intensif, keluarga
hanya bisa mengunjungi dari luar ruangan dan tidak
diperkenankan untuk masuk
c. Seluruh pasien dan pengantar diwajibkan melalui tempat skrining
yang disediakan sebelum masuk area RS
d. Seluruh pasien dan keluarga diwajibkan menggunakan masker,
selalu menjaga kebersihan dan kesehatan diri dengan mencuci
tangan menggunakan sabun atau hand-sanitizer.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

Yang mencakup dasar data pengkajian pasien yaitu:


a. Aktivitas/istirahat
1. Gejala: kelemahan, kelelahan umum dank arena kerja.
2. Tanda: perubahan frekwensi jantung/TD dengan aktivitas/
olahraga.
b. Sirkulasi
1. Gejala: riwayat IM sebelumnya/akut (90%-95% mengalami
disritmia), kardiomiopati, penyakit katup jantung, hipertensi.
2. Tanda: perubahan TD, contoh hipertensi atau hipotensi selama
periode disritmia.
a) Nadi: mungkin tidak teratur, contoh denyut kuat: pulsus
alternant (denyut kuat teratur/denyut lemah); nadi bigeminal
(denyut kuat tak teratur/denyut lemah). Defisit nadi nadi
(perbedaan antara nadi apical dan nadi radial).
b) Bunyi jantung: irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun.
c) Kulit: warna dan kelembaban berubah, contoh pucat, sianasis,
berkeringat (gagal jantung, syok).
d) Haluaran urin: menurun bila curah jantung menurun berat.
c. Integritas ego
1. Gejala: perasaan gugup (disertai takidisritmia), perasaan
terancam. Stressor sehubungan dengan masalah medis.
2. Tanda: cemas, takut, menolak, marah, gelisah, menangis.
d. Makanan/cairan
1. Gejala: hilang nafsu makan, anoraksia. Tidak toleran terhadap
makanan (karena adanya obat), mual/ muntah, perubahan berat
badan.
2. Tanda: perubahan berat badan, edema, perubahan pada
kelembaban kulit/turgor, pernafasan krekels.
e. Neuro/sensori
1. Gejala: pusing, berdenyut, sakit kepala.
2. Tanda: status mental/sensori berubah, contoh disorientasi,
bingung, kehilangan memori, perubahan pola bicara/kesadaran,
pingsan, koma.
a) Perubahan perilaku, contoh, menyerang, letargi, alusinasi.

b) Perubahan pupil (kesamaan reaksi terhadap sinar).

c) Kehilangan reflex tendon dalam dengan disritmia yang


mengancam hidup (takikardia ventrikel, bradikardi berat).
f. Nyeri/ketidaknyamanan
1. Gejala:nyeri dada,ringan sampai berat,dimana dapat atau tidak
bisa hilang oleh obat antiangina.
2. Tanda:Perilaku distraksi,contoh gelisah.
g. Pernafasan
1. Gejala: penyakit paru kronis, riwayat atau penggunaan
tembakau, napas pendek.
2. Tanda: perubahan kecepatan/ke dalam pernafasan selama
episode disritmia, bunyi nafas: bunyi tambahan (krekels, ronki,
mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan,
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
troemboembolitik pulmonal, hemoptisis.

11.Diagnosa Keperawatan

a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan


dengan gangguan konduksi eliktrikal; penurunan kontraktilitas
miokardial.
b. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi
medis/kebutuhan terapi; tidak mengenal sumber informasi;
kurang mengungat
c. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan
d. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan
e. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
in adekuat suplay oksigen ke jaringan.

12.Perencanaan

a. Diagnosa : Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung


berhubungan dengan gangguan konduksi eliktrikal; penurunan
kontraktilitas miokardial. Perencanaan dan rasional :
1) Raba nadi (radial, carotid, femoral, dorsalis pedis) catat
frekuensi, keteraturan, amplitude (penuh/kuat) dan simetris.
Catat adanya pulsus alternan, nadi bigeminal, atau deficit nadi.
Rasional : perbedaan frekuensi, kesamaan dan keteraturan nadi
menunjukkan efek gangguan curah jantung pada sirkulasi
sistemik/perifer.
2) Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adaya
denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
Rasional : disritmia khusus lebih jelas terdeteksi dengan
pendengaran dari pada dengan palpasi. Pendenganaran
terhadap bunyi jantung ekstra atau penurunan nadi membantu
mengidentifikasi disritmia pada pasien tak terpantau.
3) Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi
jaringan. Laporkan variasi penting pada TD/frekuensi nadi,
kesamaan, pernafasan, perubahan pada warna kulit/suhu,
tingkat kesadaran/sensori, dan haluaran urine selama episode
disritmia.
Rasional : meskipun tidak semua disritmia mengancam hidup,
penanganan cepat untuk mengakhiri disritmia diperlukan pada
adanya gangguan curah jantung dan perfusi jaringan.
4) Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi
aktivitas selama fase akut
Rasional : penurunan rangsang dan penghilangan stress akibat
katekolamin, yang menyebabkan/meningkatkan disritmia dan
vasokonstraksi serta meningkatkan kerja miokardia.
5) Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan
stress, contoh teknik relaksasi, bimbingan imajinasi, nafas
lambat/dalam
Rasional : meningkatkan partisipasi pasien dalam
mengeluarkan beberapa rasa control dalam situasi penuh stress.
6) Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi
Rasional : terjadinya disritmia yang mengancam, hidup
memerlukan upaya intervensi untuk mencegah kerusakan
iskemia/ kematian.
7) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk
miokard, yang menurunkan iritabilitas yang disebabkan oleh
hipoksia.
8) Siapkan untuk/Bantu penanaman otomatik kardioverter atau
defibrillator (AICD) bila diindikasikan
Rasional : alat ini melalui pembedahan ditanam pada pasien
dengan disritmia berulang yang mengancam hidup meskipun
diberi obat terapi secara hati-hati.
b. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan
Perencanaan dan rasional :
1) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awalan dan faktor
pemberat dan penurun. Perhatikan petunjuk non verbal ketidak
nyamanan
Rasional : Nyeri secara khas terletak subternal dan dapat
menyebar keleher dan punggung. Namun ini berbeda dari
iskemia infark miokard.Pada nyeri ini dapat memburuk pada
inspirasi dalam, gerakan atau berbaring dan hilang dengan
duduk tegak/membungkuk
2) Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan
mis: perubahan posisi, masasage punggung, kompres hangat
dingin, dukungan emosional.
Rasional : untuk menurunkan ketidak nyamanan fisik dan
emosional pasien.
3) Berikan aktivitas hiburan yang tepat
Rasional : mengarahkan perhatian, memberikan distraksi
dalam tingkat aktivitas individu
4) Berikan obat-obatan sesuai indikasi nyeri
Rasional : untuk menghilangkan nyeri dan respon inflamasi
c. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan
1) Kaji respon pasien terhadap aktivitas
Rasional : Dapat mempengaruhi aktivitas curah jantung
2) Pantau frekuensi jantung,TD, pernapasan setelah aktivitas.
Rasional : Membantu menentukan derajat kompensasi jantung
dan pulmonal, penurunan TD, takikardi,disritmia dan takipneu
adalah indikatif dari kerusakan toleransi terhadap aktivitas
3) Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai
indikasi
Rasional : Meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut
dari perikarditis/endokarditis.
4) Bantu pasien dalam program latihan aktivitas
Rasional : Saat inflamasi/ kondisi dasar teratasi, pasien
mungkin mampu melakukan aktivitas yang diinginkan.
d. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi
medis/kebutuhan terapi; tidak mengenal sumber informasi;
kurang mengingat. Perencanaan dan rasional :
1) Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi eliktrikal
Rasional : memeberikan dasar pengetahuan untuk memahami
variasi individual dan memahami alasan intervensi terapeutik
2) Jelaskan/tekankan masalah disritmia khusus dan tindakan
terapeutik pada pasien/orang terdekat
Rasional : informasi terus-menerus/baru dapat menurunkan
cemas sehubungan dengan ketidaktahuan dan menyiapkan
pasien/orang terdekat. Pendidikan pada orang terdekat
mungkin penting bila pasien lansia, mengalami gangguan
penglihatan atau pendengaran, atau tak mampu atau tak minat
belajar/mengikuti instruksi. Penjelasan berulang mungkin
diperlukan, karena kecemasan dan/atau hambatan informasi
baru dapat menghambat/membatasi belajar
3) Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
Rasional : pacu sementara mungkin perlu untuk neningkatkan
pembentukan impuls atau menghambat takidisritmia dan
aktivitas ektopik supaya mempertahankan fungsi
kardiovaskuler sampai pacu spontan diperbaiki atau pacuan
permanen dikakukan
4) Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan
berlebihan. Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan
aktivitas cepat, contoh pusing, silau, dispnea, nyeri dada
Rasional : bila disritmia ditangani dengan tepat, aktivitas
normal harus dilakukan. Program latihan berguna dalam
memperbaiki kesehatan kardiovaskuler
e. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan in
adekuat suplai oksigen ke jaringan.
Perencanaan dan rasional :
1) Selidiki nyeri dada,dispnea tiba-tiba yang disertai dengan
takipnea, nyeri pleuritik,sianosis pucat
Rasional : Emboli arteri. Mempengaruhi jantung dapat terjadi
sebagai akibat penyakit katup dan disritmia kronis

2) Observasi ekstremitas terhadap edema, eroitema

Rasional : Ketidakaktifan/tirah baring lama mencetuskan stasis


vena, meningkatkan resiko pembentukan trombosis vena

3) Observasi hematuri

Rasional : Menandakan emboli ginjal


4) Perhatikan nyeri abdomen kiri atas

Rasional : menandakan emboli splenik

13.Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses


keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana
keperawatan (Potter & Perry, 2010).

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti &
Muryanti, 2017).

14.Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.


Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya(Padila,
2012).

Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan


Asuhan Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien
dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada
tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

Menurut (Asmadi, 2008)Terdapat 2 jenis evaluasi :

a. Evaluasi formatif (Proses)

Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan


dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.Evaluasi
ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah SOPA, yakni
subjektif (data keluhan pasien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisis data (perbandingan data dengan teori), dan perencanaan.

b. Evaluasi sumatif (hasil)

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua


aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang
telah diberikan.Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan
respon pasiendan keluarga terkai pelayanan keperawatan, mengadakan
pertemuan pada akhir layanan.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan


keperawatan, yaitu :

1) Tujuan tercapai/masalah teratasi


2) Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian
3) Tujuan tidak tercapai/masalah belum teratas.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Disritmia merupakan kelainan denyut jantung yang meliputi


gangguan frekwensi atau irama atau keduanya. Dengan kata lain disritmia
merupakan perubahan pada pembentukan dan/atau penyebaran eksitasi
yang menyebabkan perubahan urutan eksitasi atrium atau ventrikel atau
transmisi atrioventrikular. Gangguan ini dapat mengenai frekwensi,
keteraturan, atau tempat pembentukan potensial aksi.Disritmia dapat di
identifikasi dengan menganalisa gelombang EKG.Disritmia di namakan
berdasarkan pada tempat dan asal impuls dan mekanisme hantaran yang
terlibat.Misalnya, disritmia yang berasal dari nodus sinus (nodus SA) dan
frekwensinya lambat dinamakan sinus bradikardia.Ada 4 kemungkinan
tempat asal disritmia, seperti nodus sinus, atria, nodus AV, atau
smbungan, dan ventrikel. Gangguan mekanisme hantaran yang mungkin
dapat terjadi meliputi bradikardi, takikardi, flutter, fibrilasi, denyut
premature, dan penyekat jantung.

F. Saran

Dengan disusunnya makalah ini, kami mengharapkan kepada


semua pembaca agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran pada
penulis untuk kemajuan makalah yang selanjutnya dan umumnya untuk
lebih meningkatkan pengetahuan para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M, dkk. Medical Surgical Nursing: Clinical Management for


Positive Outcomes. 7 th Edition

Brugada J, Katritsis DG, Arbelo E, Arribas F, Bax JJ, Blomstrom-Lundqvist C,


Calkins H, Corrado D, Deftereos SG, Diller GP, Gomez-Doblas JJ,
Gorenek B, Grace A, Ho SY, Kaski JC, Kuck KH, LambiasE PD, Sacher
F, Sarquella-Brugada G, Suwalski P, Zaza A, Group ESCSD. 2019 ESC
Guidelines for the management of patiens with supraventricular
tachycardia The Task Force for the management patiens of with
supraventricular tachycardia of the European Society of Cardiology (ESC).
Eur Heart J 2020;41(5):655-720

Brunner., Suddart. Keperawatan Medical-Bedah. Edisi 9, Jakarta: Buku


Kedokteran EGC

Dongoes, E Marylynn,dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: buku
kedokteran EGC

Guyton., Hall. 1997. Fisologi Kedokteran. Edisi 9,Jakarta: buku kedokteran EGC

Knight, John F. Dr. 1995.Jantung Kuat Bernafas Lega. Bandung

Lewis., Heitkemper., Dirksen., O’Brien., Bucher. Medical-Surgical Nursing:


Assessment and Manaagement of Clinical Problems.

National Health Society. NHS Clinical guide for the management of cardiology
patiens during the coronavirus pandemic. (April 1, 2020; date last
accessed)

Noer, Sjaifoellah,Prof. dr. H. M,. dkk. 1996. Ilmu Penyakit Dalam: Jilid 1 Edisi
ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Silbernagl, Stefan, dkk.2007.Teks ¿ Atlas Berwarna Patofisiologi,Jakarta: buku


kedokteran EGC

http://kumpulan materi kep.com/2010/04/disritmia.html:ILHAM Amk, Ns, Ch

http:// www.scribd.com/doc/427202004/aritmia:dr.Lisa M.Pd.I CHt

LAMPIRAN

Pemateri 1 dan pemateri 2 : Alfi Maulana dan Susi Mariyati

(Pertanyaan untuk kelompok 3 Disritmia)

1. Kelompok 2 (Irda Niati)


Dari manifestasi klinis ada salah satu tanda dan gejala disritmia yaitu
hipoperfusi. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hipoperfusi!
Jawaban :
(Wiwin Apriani) => Hipoperfusi adalah suatu kondisi kurangnya asupan
njutrisi yang diperlukan oleh organ atau jaringan tubuh. Pada kasus
disritmia diakibatkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu infark
miokard. Infark miokard menyebabkan kurang efektifnya otot jantung
untuk memompa darah, kemudian mengakibatkan penurunan kardiak
output. Penurunan kardiak output ini mengakibatkan penurunan perfusi
jaringan yang ditandai dengan kulit dingin, pucat, sianosis, nadi dan RR
menjadi meningkat. Selain itu, penurunan perfusi jaringan juga
mengakibatkan penurunan kontruksi jantung. Penurunan kontruksi jantung
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah juga akan menurun, kemudian
menyebabkan penurunan tekanan darah, akhirnya akan menyebabkan
kerusakan otot jantung dan mengakibatkan gangguan transmisi impuls dan
akan mengakibatkan disritmia.

2. Kelompok 4 (Hartono)
a. Bagaimana pathway terjadinya nyeri pada disritmia?
Jawaban :
(Dewa Ayu Linda Mahayani)

WOC

Stimulasi vagal; obat-obatan Stress; stimulan (kokain, amfetamin,


(digitalis, B-blocker, verapamil, nikotin, kafein); hipoksia; hipovolemia;
propanolol, reserpia, metildopa); hipoksemia; hipertirodisme; gagal
peningkatan tekanan intracranial; jantung kongestif; obat-obatan atropine
infark miokard; cidera akut & katekolamin (seperti: isoproterenol,
medulla spinalis; nyeri berat. epineneprin, dopamin).
Gangguan irama
sinus

Sinus bradikardi Sinus aritmia Sinus takikardi

Frekuensi jantung
meningkat

Waktu pengisian ventrikel Kebutuhan O2 otot


jantung

Suplai darah ke Suplai darah ke kelelahan


jaringan jantung

Intoleransi
Suplai O2 ke jaringan Suplai O2 ke
jantung

Risiko perubahan Metabolisme sel


perfusi jaringan secara anaerob

Menghasilkan asam
laktat

Pelepasan
peradangan Nyeri
mediator
dada
inflamasi
b. Bagaimana cara menentukan skala prioritas dari diagnosa
keperawatan?
Jawaban :
(Rian Zulkarnain) => Dalam askep disritmia penentuan diagnose
keperawatan yang utama yang mengenai keselamatan yang
mengancam nyawa dan yang dapat menimbulkan kecacatan seperti
diagnose penurunan curah jantung. Tambahan : (Susi Mariyati) =>
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, penentuan
prioritas diagnosa keperawatan didasarkan pada kebutuhan Maslow
(1970) yang mengatur tingkat kebutuhan dasar manusia yang terdiri
dari lima tingkat prioritas. Tingkat yang paling mendasar atau pertama
mencakup kebutuhan seperti udara (oksigen), air dan makanan.
Tingkat kedua mencakup kebutuhan keselamatan dan keamanan.
Tingkat ketiga mencakup kebutuhan dicintai dan memiliki. Tingkat
keempat mencakup kebutuhan dihargai dan percaya diri. Tingkat
paling akhir atau kelima adalah kebutuhan aktualisasi diri. Prioritas
diagnosa keperawatan diklasifikasikan menjadi tinggi, menengah atau
rendah. Prioritas bergantung pada urgensi dari masalah. Sebagai
contohnya yaitu gangguan pertukaran gas dan penurunan curah jantung
adalah diagnosa keperawatan yang paling tinggi.

Anda mungkin juga menyukai