Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN HENTI NAFAS

Disusun Oleh
Kelompok 10 :

1. Isna Mey Cahyani (920173073)


2. Khoirunnisa’ (920173074)
3. Leila Anggry Erviana (920173075)
4. Marisa Khusnul Firda (920173076)
5. Nila Sovya Huda (920173080)
6. Nilta Fitria (920173081)
7. Nisrina Rosyada (920173082)
8. Novita Eka Mufarrochah (920173083)

Kelas : 3B S1 Keperawatan
Pembimbing : Heny Siswanti, S.Kep.,Ners.,M.Kep

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


Jl. Ganesha I Purwosari Kota Kudus
Tahun Ajaran 2019/ 2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya. Yang telah melimpahkan rahmat hidayah
serta inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelasaikan makalah tentang Makalah
Asuhan Keperawatan Henti Nafas.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat mempelancar dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca. Karna kebenaran hanya milik Allah SWT dan yang salah, dosa,
khilaf hanya milik kami.

Kudus, 29 Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4

2.1 Pengertian ............................................................................................................. 4


2.2 Etiologi .................................................................................................................. 4
2.3 Tanda dan Gejala................................................................................................... 5
2.4 Pathofisiologi......................................................................................................... 6
2.5 Pathway ................................................................................................................. 7
2.6 Pemeriksaan Penunjang......................................................................................... 7
2.7 Penatalaksanaan Medis.......................................................................................... 8
2.8 Pengkajian.............................................................................................................. 8
2.9 Diagnosa Keperawatan.......................................................................................... 10
2.10 Intervensi............................................................................................................... 10

BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 13

3.1 Kesimpulan............................................................................................................ 13
3.2 Saran...................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 14

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era yang semakin modern ini semakin banyak bermunculan masalah kesehatan
yang bersifat gawat darurat, sehingga kita sebagai tenaga kesehatan harus selalu
memperbaharui dan meningkatkan pengetahuan untuk dapat menjadi perawat yang
professional, salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan cepat dan tepat
adalah henti napas, karena kasus henti napas dapat menimbulkan berbagai macam
komplikasi seperti : emboli paru, fibrosis, penurunan kardiak output, aritmia,
perikarditis dan infark miokard akut, perdarahan, distensi lambung, ileus paralitik, diare
dan pneumoperitoneum. Stress ulcer sering timbul pada Henti napas , namun apabila
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat maka terjadinya komplikasi dapat
dihindari.

Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia menurut Hierarki Maslow.


Kekurangan oksigen dalam hitungan menit saja dapat mengancam jiwa seseorang, oleh
karena itu masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system pernapasan
(respiratori) menuntut asuhan keperawatan yang serius.

Henti napas  adalah masalah yang relatif sering terjadi, yang biasanya, meskipun
tidak selalu, merupakan tahap akhir dari penyakit kronik pada sistem pernapasan.
Keadaan ini semakin sering di temukan sebagai komplikasi dari trauma akut,
septikemia, atau syok.

Henti napas , seperti halnya kegagalan pada sistem organ lainnya, dapat di kenali
berdasarkan gambaran klinis atau pemeriksaan laboratorium. Tetapi harus di ingat
bahwa pada Henti napas , hubungan antara gambaran klinis dengan kelainan dari hasil
pemeriksaan laboratorium pada kisaran normal adalah tidak langsung.

Henti napas  akut merupakan penyebab gagal organ yang paling sering di
intensive care unit (ICU) dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Di Skandinavia, tingkat
mortalitas dalam waktu 90% pada acute respiratory distress syndrome (ARDS) adalah

1
41% dan acute lung injury (ALI) adalah 42,2%. Henti napas  akut sering kali diikuti
dengan kegagalan organ vital lainnya. Kematian disebabkan karena multiple organ
dysfunction syndrome (MODS). Pada ARDS, kematian akibat Henti napas  ireversibel
adalah 10-16%. Sedangkan di Jerman, insiden Henti napas  akut, ALI, dan ARDS
adalah 77,6-88,6; 17,9-34; dan 12,6-28 kasus per 100.000 populasi per tahun dengan
tingkat mortalitas 40%.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang di maksud dengan henti nafas?
b. Apa saja etiologi henti nafas?
c. Apa tanda gejala dari henti nafas?
d. Bagaimana pathofisiologi dari henti nafas?
e. Apa saja pemeriksaan penunjang dari henti nafas?
f. Bagaimana penatalaksanaan medis dari henti nafas?
g. Bagaimana pengkajian keperawatan dari henti nafas?
h. Bagaimana diagnosa keperawatan dari henti nafas?
i. Bagaimana intervensi dari henti nafas?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Mengetahui pengertian henti nafas.
b. Mengetahui etiologi henti nafas.
c. Mengetahui tanda gejala henti nafas.
d. Mengetahui pathofisiologi henti nafas.
e. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari henti nafas.
f. Mengetahui penatalaksanaan medis dari henti nafas.
g. Mengetahui pengkajian henti nafas.
h. Mengetahui diagnosa keperawatan henti nafas.
i. Mengetahui intervensi henti nafas.

1.4 Manfaat Penulisan


Selain bermanfaat guna menambah wawasan bagi orang yang telah membacanya,
makalah ini juga dapat dimanfaatkan sebagai acuan pembuatan thesis penelitian,

2
maupun sebagai literatur atau acuan dalam pembuatan skripsi maupun karya tulis
lainnya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Henti nafas adalah suatu keadaan yang ditandai dengan tidak adanya gerakan dada
dan aliran udara pernapasan dari korban atau pasien. Henti nafas terjadi dalam keadaan
seperti tenggelam atau lemas, stroke, obstruksi jalan nafas, epiglotitis, overdosis obat-
obatan, tersengat listrik, infark miokard, tersambar petir, koma akibat berbagai macam
kasus (Suharsono, T & Ningsih, D. K, 2018).
Henti nafas adalah gangguan pertukaran gas antara udara dengan sirkulasi yang
terjadi dipertukaran gas intrapulmonal atau gangguan gerakan udara dan masuk keluar
paru (Hood Alsagaff, 2014 : 185).
Henti nafas merupakan keadaan ketidakmampuan tubuh untuk menjaga
pertukaran gas seimbang dengan kebutuhan untuk sehingga mengakibatkan hipoksia
dana tau hiperkepnia dikatakan gagal nafas apabila PaCO 2 > 45 mmHg atau PaCO 2 < 55
mmHg (Boedi Swidarmoko, 2010 : 259).

2.2 Etiologi
Etiologi menurut Price (2015) yaitu :
a. Kelainan diluar paru-paru
Penekanan pusat pernapasan
1. Takar lajak obat (sedative, narkotik)
2. Trauma atau infark serebral
3. Poliomyelitis bulbar
4. Ensefalitis
b. Kelainan neuromuskuler
1. Trauma medullaspinalis servikals
2. Sindroma guilainbare
3. Sklerosis amiotropik lateral
4. Miastenia gravis
5. Distrofi otot

4
c. Kelainan pleura dan dinding dada
1. Cedera dada (fraktur iga multiple)
2. Pneumotoraks tension
3. Efusi pleura
4. Kifoskoliosis (paru-paru abnormal)
5. Obesitas : sindrom pickwick
d. Kelainan intrinsik paru
e. Kelainan obstruksi difus
1. Emfisema, bronchitis kronis (BPOM)
2. Asma, status asmatikus
3. Fibrosis kistik
f. Kelainan restriktif difus
1. Fibrosis interstisial akibat berbagai penyakit/penyebab (seperti silica, debu batu
barah)
2. Sarkoidosis
3. Skleroderma
4. Edema paru-paru
5. Kardiogenik
6. Non kardiogenik (ARDS)
7. Atelektosis
8. Pneumoni yang terkonsolidasi
g. Kelainan vaskuler paru-paru
Emboli paru

2.3 Tanda dan Gejala


Gejala umum : lelah, erkeringat, sulit tidur dan makan didapatkan juga gangguan
status mental, sakit kepala, kejang. Gejala kardiovaskuler takikardia dan vasodilatasi
perifer. Gangguan pernapasan takipnea, retraksi otot bantu pernapasan hipoventilasi,
apnea. Suara nafas tambahan seperti stridor, mengi, ronchi basah (Boedi Swidarmoko,
2010 : 264).
Gejala klinis dari gagal nafas adalah non spesifik dan mungkin minimal, walaupun
terjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asedemia yang berat. Tanda utama dari gagal nafas

5
adalah penggunaan otot bantu napas takipnea, takikardia, menurunnya tidal valum. Pola
nafas irregular atau terengah-engah (gasping) dan gerakan abdomen yang paradoksal
(terkait dengan flail chest).

2.4 Pathofisiologi
Patofisiologi terjadinya henti nafas yaitu karena berkurangnya oksigen didalam
tubuh yang akan mengakibatkan hipoksia. Hipoksia dikenal dengan istilah sesak nafas.
Frekuensi nafas pada saat seperti ini lebih cepat daripada keadaan bernafas biasa oleh
karena itu, bila hipoksia ini berlangsung lama maka akan memberikan kelelahan pada
otot-otot pernafasan. Kelelahan otot-otot pernafasan akan mengakibatkan terjadinya
penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO 2. Gas CO2 yang tinggi ini akan
mempengaruhi susunan saraf pusat dengan menekankan pusat nafas yang ada disana
yang keadaan seperti ini disebut denagn henti nafas.

6
2.5 Pathway

2.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium
1) Analsis gas darah (pH meningkat, HCO3 meningkat, PaCO2 meningkat PaO2
menurun) dan kadar eleltrolit (kalium).

PARAMETER INTERVAL NORMAL

pH 7,35 – 7,45

PaCO2 35 – 45 mmHg

Bikarbonat (HCO3) 22 – 26 MEq/L

PaO2 80 – 100 mmHg

SaO2 >95 %

7
BE + 2 MEq/L

2) Pemeriksaan darah lengkap : anemia bisa menyebabkan hipoksia jaringan,


polisitemia bisa terjadi bila hipoksia tidak diobati dengan cepat.
3) Fungsi ginjal dan hati : untuk mencari etiologi atau identifikasi komplikasi yang
berhubungan dengan gagal nafas.
4) Serum kreatinin kinase dan troponin I : untuk menyinkirkan infark miokard
akut.
b. Radiologi
1) Rontgen toraks membentuk menidentifikasi kemungkinan penyebab gagal nafas
seperti atelectasis dan pneumonomi
2) EKG dan ekokardiografi : jika gagal nafas akut disebabkan oleh cardiac
3) Uji faal paru : sangat berguna untuk evaluasi gagal nafas kronik [volume tidak
<500 ml, FVC (kapasitas vital paksa) menurun, ventilasi semenit (ve) menurun].
(Alvin Kosari, 2018 : 31). (Luwis, 2011 : 1750).

2.7 Penatalaksanaan Medis


a. Terapi oksigen : pemberian oksigen rendah nasal aau masker
b. Ventilator mekanik dengan memberikan tekanan positif kontinu
c. Inhalasi nebulizer
d. Fisioterapi dada
e. Pemantauan hemodinamik/jantung
f. Pengobatan : bronkodilator, steroid
g. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan

Penatalaksanaan keperawatan

a. Terapi oksigen untuk meningkatkan oksigenasi dan menaikan PaO2.


b. Ventilasi mekanis dengan pemasangan pipa endotrakea atau trakeostomi jika perlu
untuk memberikan oksigenasi yang adekuat dan membalikkan keadaan asidosis.

8
c. Ventilasi frekuensi tinggi jika kondisi pasien tidak nereaksi terhadap terapi yang di
berikan;tindakan ini di lakukan untuk memaksa jalan nafas terbuka, meningkatkan
oksigenasi, dan mencegah kolaps alveoli paru.
d. Pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi.
e. Pemberian bronkodilator untuk mempertahankan patensi jalan nafas.
f. Pemberian kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi.
g. Pembatasan cairan pada kor pulmonaleuntuk mengurangi volume dan beban kerja
jantung.
h. Pemberian preparat inotropik positif untuk meningkatkan curah jantung.
i. Pemberian vasopresor untuk mempertahankan tekanan darah.
j. Pemberian diuretik untuk mengurangi edema dan kelebihan muatan cairan.

2.8 Pengkajian
a. Pengkajian primer
1. Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau benda
asing yang menghalangi jalan nafas
2. Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan otot
bantu pernapasan cuping hidung
3. Circulation : kaji nadi, capillary refill, gelisah, latergi, takikardi
b. Pengkajian sekunder
Pengkajian head to toe
1. Data subjektif
a) Riwayat penyakit dahulu
b) Riwayat penyakit sekarang
c) Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori, infeksi
atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungan dengan faktor-
faktor psikologis dan sosial, obat-obatan atau terapi lain yang mempengaruhi
glukosa darah, penhentian insulin atau obat antihiperglikemik oral.
2. Data objektif
a) Aktivitas /Istirahat
Gejala : sulit bergerak, kram otot, tonus ototmenurun, gangguan
istirahat/tidur.

9
Tanda : takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktivitas
letargi /disorientasi, koma
b) Sirkulasi
Gejala : takikardia, irama ireguler S3 dan S4 atau irama gallop, daerah PMI
bergeser ke daerah mediastinal Homman’s sign (bunyi udara beriringan
dengan denyut jantung menandakan udara di mediashnum, tekanan darah
dapat hipotensi atau hipertensi
c) Neirosensori
Gejala : kelemahan pada otot, parestesi
Tanda : disorientasi, mengantuk, alergi, stupor /koma (tahap lanjut), refleks
tendon dalam menurun (koma)
d) Eliminasi
Gejala : perubahan pada berkemih yaitu penurunan keluaran urine
e) Nyeri /Kenyamanan
Gejala : melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis
Tanda : nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat nafas dalam dapat menjalar ke
leher, bahu dan abdomen, serangan tiba-tiba saat atuk
f) Pernapasan
Tanda : merasa kekurangan oksigen, takipnea, peningkatan kerja
pernapasan, penggunaan otot asesori, penurunan bunyi nafas, penurunan
fremitus vocal, hasil perkusi hipersonan diatas area berisi udara
(pneumatorak), duliner di area berisi cairan, pergerakan dada tidak
seimbang, reduksi eksekusi thorak, kulit sianosis pucat, krepitasi subkutan.
g) Keamanan
Gejala : riwayat fraktur, keganasan paru, riwayat radiasi, kemoterapi
h) Penyuluhan /Pembelajaran
Gejala : riwayat faktor resiko keluarga dengan tuberkolosis, kanker

2.9 Diagnosa Keperawatan


a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi, perubahan membrane alveolar kapiler

10
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan atau
sekresi yang tersisa
c. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan
Hb, leukopenia)
d. Resti cedera berhubungan dengan kelemahan fisik

2.10 Intervensi

DIAGNOSA
NO. NOC NIC
KEPERAWATAN

1. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan a. Observasi frekuensi dan


pertukaran gas keperawatan diharapkan kedalaman pernapasan
berhubungan pasien mempunyai penggunaan alat bantu
dengan pertukaran gas yang adekuat nafas, nafas bibir
ketidakseimbangan dengan kriteria hasil : b. Lakukan tindakan untuk
ventilasi perfusi, a. RR 12-20 x/menit dengan memperbaiki
perubahan pola dan kedalaman normal /mempertahankan jalan
membrane alveolar b. Tidak ada penggunaan alat nafas
kapiler bantu pernapasan c. Tinggikan kepala tempat
c. PaO2 >60 mmHg tidur sesuai kebutuhan
d. pH 7,35 -7,45 atau toleran pasien
d. Kolabirasi dalam
pemberian oksigen
dengan metode yang tepat
2. Bersihan jalan nafas Setelah dilakuakan tindakan a. Observasi suara nafas,
tidak efektif keperawatan diharapkan pola nafas, kemampuan
berhubungan pasien mampu mengluarkan secret,
dengan sekresi yang mempertahankan jalan nafas batuk, RR, dan ada
tertahan atau sekresi dengan kriteria hasil : tidaknya dyspnea
yang tersisa a. Tidak ada dipsnea b. Berikan posisi semi
b. Tidak ada perubahan fowler
pada frekuensi c. Jelaskan kepada klien
pernapasan penyebab bersihan jalan

11
c. Tidaka ada penggunaan nafas tidak efektif dan
bantuan otot aksesori tindakan yang akan
pernapasan dilakukan
d. Bunyi nafas normal d. Kolaborasi dalam
e. Tidak ada sianosis pemberian fisioterapi
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan a. Monitor tanda & gejala
berhubungan keperawatan diharapkan infeksi
dengan tidak status kekebalan pasien b. Monitor kerentanan
adekuat pertahanan meningkat dengan indikator : terhadap infeksi
sekunder a. Tidka didapatkan tumor c. Batasi pengunjung
(penurunan Hb, b. Status respirasi sesuai d. Saring pengunjung
leukopenia) yang diharapkan terhadap penyakit
c. Integritas kulit menular

4. Resti cedera Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tanda gejala yang


berhubungan keperawatan diharapkan daya menunjukkan ketidak
dengan kelemahan tahan pasien akan meningkat toleransi terhadap
fisik dengan indikator : aktivitas
a. Menunjukkan kebiasaan b. Berikan reinforcement
rutin untuk pencapaian
b. Aktivitas aktivitas sesuai program
c. Konsentrasi latihan
d. Tidak ada latergi c. Buat jadwal latihan
aktivitas secara bertahap
untuk pasien dan berikan
periode istirahat
d. Kolaborasi dengan ahli
terapi

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Henti napas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam
paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan karbon
dioksida dalam sel-sel tubuh. Henti napas penyebab terpenting adalah ventilasi yang
tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas.
Henti napas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan
pertukaran oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yang dapat mengakibatkan
gangguan pada kehidupan. Henti napas ada dua macam yaitu Henti napas akut dan
Henti napas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda.
Indikator Henti napas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan
memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul
kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).

3.2 Saran

13
Dengan mengetahui permasalahan penyebab penyakit henti nafas, diharapkan
masyarakat lebih berhati-hati dan menghindari penyebab penyakit ini serta benar-benar
menjaga kesehatan melalui makanan maupun berolaharaga yang benar.
Para tenaga ahli juga sebaiknya memberikan penyuluhan secara jelas mengenai
bahayanya penyakit ini serta tindakan pengobatan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. 2011. Diagnosis Keperawatan. Ajli Bahasa Made Sumarwati dan Nike
Budhi Subekti. 2012. Jakarta : EGC

Hood, Alsegaf. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Gramik FK Unair

Horne, Mima M. 2013. Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa. Ahli Bahasa : Indah
Nurmala Dewi. 1993. Jakarta : EGC

Kasasih, Alvin. 2011. Diagnosis dan Tatalaksana Kegawatdaruratan Paru Dalam Praktik
Sehari-hari. Jakarta : Sagung Seto

Swidarmoko, Boedi. 2010. Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat Nafas. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

14

Anda mungkin juga menyukai