Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

NYERI DADA (CHEST PAIN)

Disusun Oleh:
Istatutik Nabillah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG - PROBOLINGGO
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan :
Sub pokok Bahasan : 1. Definisi Nyeri Dada
2. Hal yang menyebabkan Nyeri Dada
3. Cara menangani Nyeri Dada
Sasaran : Pasien
Tempat : Ruang CVCU di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
Waktu : 30 menit

A. ANALISA SITUASI
1. Peserta Penyuluhan
a. Pasien CVCU
b. Interaksi antar penyuluh dan peserta cukup baik
2. Penyuluh
a. Mahasiswa STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong
b. Mampu mengkomunikasikan materi penyuluhan
3. Tempat
a. Ruang CVCU

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan dapat menjelaskan
tentang “Nyeri Dada”.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan :
a. Peserta dapat menyebutkan tentang definisi Nyeri Dada.
b. Peserta dapat menjelaskan hal yang menyebabkan Nyeri Dada.
c. Peserta dapat menjelaskan tentang cara menangani Nyeri Dada.

C. MATERI PENYULUHAN
(Materi terlampir)
D. KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu


Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjaw Ceramah & 5 menit
2. Memperkenalk ab salam Tanya
an diri 2. Menden jawab
3. Menanyakan garkan
keadaan peserta 3. Menjaw
4. Kontrak waktu ab pertanyaan
5. Menjelaskan 4. Mempe
tujuan pertemuan rhatikan dan
6. Apersepsi dan memberi respon
relevansi 5. Mempe
rhatikan dan
memberi respon
6. Mempe
rhatikan dan
memberi respon

Pelaksanaan Menyampaikan materi 1. Memperhatika Ceramah & 10 menit


penyuluhan, meliputi : n materi Tanya
1. Definisi nyeri dada penyuluhan jawab
2. Hal yang 2. Memperhatika
menyebabkan nyeri n materi
dada penyuluhan
3. Cara menangani 3. Memperhatika
nyeri dada n materi
penyuluhan dan
memberi respon
Penutup 1. Mengevaluasi hasil 1. Menjawab Tanya 15 menit
penyuluhan yaitu pertanyaan jawab
dengan menanyakan 2. Memperhatika
materi yang sudah n dan memberikan
disampaikan respon
2. Menarik 3. Memperhatika
kesimpulan dari hasil n dan memberi
penyuluhan respon
3. Memberikan 4. Menjawab
himbauan tentang batuk salam
efektif
4. Memberi salam
penutup
E. METODE
1. Ceramah.

F. MEDIA DAN ALAT PENYULUHAN


1. Leaflet

G. EVALUASI / PERTANYAAN
1. Apakah definisi nyeri dada?
2. Apa hal yang menyebabkan nyeri dada?
3. Bagaimana cara menangani nyeri dada?
MATERI
NYERI DADA (CHEST PAIN)

A. Pengertian
Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu daerah dada dan
seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (referred pain).
Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard karena suplai
aliran darah koroner yang pada suatu saat tidak mencukupi untuk kebutuhan
metabolisme miokard.
Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis) karena lapisan
paru saja yang bisa merupakan sumber rasa sakit, sedang pleura viseralis dan parenkim
paru tidak menimbulkan rasa sakit.

B. Etiologi
Nyeri dada dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Nyeri dada pleuritik
Nyeri dada pleuritik biasa lokasinya posterior atau lateral. Sifatnya tajam dan
seperti ditusuk. Bertambah nyeri bila batuk atau bernafas dalam dan berkurang bila
menahan nafas atau sisi dada yang sakit digerakan. Nyeri berasal dari dinding dada,
otot, iga, pleura perietalis, saluran nafas besar, diafragma, mediastinum dan saraf
interkostalis. Nyeri dada pleuritik dapat disebakan oleh Difusi pelura akibat infeksi
paru, emboli paru, keganasan atau radang subdiafragmatik pneumotoraks dan
penumomediastinum
2. Nyeri dada non pleuretik
Nyeri dada non-pleuritik biasanya lokasinya sentral, menetap atau dapat menyebar
ke tempat lain. Plaing sering disebabkan oleh kelainan di luar paru :
a. Kardial
1) Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau nyeri substernal
yang menjalar ke aksila dan turun ke bawah ke bagian dalam lengan
terutama lebih sering ke lengan kiri. Rasa nyeri juga dapat menjalar ke
epigasterium, leher, rahang, lidah, gigi, mastoid dengan atau tanpa nyeri
dada substernal. Nyeri disebabkan karena saraf eferan viseral akan
terangsang selama iskemik miokard, akan tetapi korteks serebral tidak dapat
menentukan apakah nyeri berasal sari miokard. Karena rangsangan saraf
melalui medula spinalis T1-T4 yang juga merupakan jalannya rangsangan
saraf sensoris dari sistem somatis yang lain. Iskemik miokard terjadi bila
kebutuhan O2 miokard tidak dapat dipenuhi oleh aliran darah koroner. Pada
penyakit jantung koroner aliran darah ke jantung akan berkurang karena
adanya penyempitan pembuluh darah koroner.
Ada 3 sindrom iskemik yaitu :
a) Angina stabil (Angina klasik, Angina of Effort) : Serangan nyeri dada
khas yang timbul waktu bekerja. Berlangsung hanya beberapa menit dan
menghilang dengan nitrogliserin atau istirahat. Nyeri dada dapat timbul
setelah makan, pada udara yang dingin, reaksi simfatis yang berlebihan
atau gangguan emosi.
b) Angina tak stabil (Angina preinfark, Insufisiensi koroner akut) : Jenis
Angina ini dicurigai bila penderita telah sering berulang kali mengeluh
rasa nyeri di dada yang timbul waktu istirahat atau saat kerja ringan dan
berlangsung lebih lama.
c) Infark miokard : Iskemik miokard yang berlangsung lebih dari 20-30
menit dapat menyebabkan infark miokard. Nyeri dada berlangsung lebih
lama, menjalar ke bahu kiri, lengan dan rahang. Berbeda dengan angina
pektoris, timbulnya nyeri dada tidak ada hubungannya dengan aktivitas
fisik dan bila tidak diobati berlangsung dalam beberapa jam. Disamping
itu juga penderita mengeluh dispea, palpitasi dan berkeringat. Diagnosa
ditegakan berdasarkan serioal EKG dan pemeriksa enzym jantung.
2) Prolaps katup mitral dapat menyebabkan nyeri dada prekordinal atau
substernal yang dapat berlangsung sebentar maupun lama. Adanya murmur
akhir sisttolik dan mid sistolik-click dengan gambaran echokardiogram
dapat membantu menegakan diagnose.
3) Stenosis aorta berat atau substenosis aorta hipertrofi yang idiopatik juga
dapat menimbulkan nyeri dada iskemik.
b. Perikardial
Saraf sensoris untuk nyeri terdapat pada perikardium parietalis diatas
diafragma. Nyeri perikardila lokasinya di daerah sternal dan area preokordinal,
tetapi dapat menyebar ke epigastrium, leher, bahu dan punggung. Nyeri bisanya
seperti ditusuk dan timbul pada aktu menarik nafas dalam, menelan, miring atau
bergerak. Nyeri hilang bila penderita duduk dan berdandar ke depan. Gerakan
tertentu dapat menambah rasa nyeri yang membedakannya dengan rasa nyeri
angina. Radang perikardial diafragma lateral dapat menyebabkan nyeri
epigastrum dan punggung seperti pada pankreatitis atau kolesistesis
c. Aortal
Penderita hipertensi, koartasio aorta, trauma dinding dada merupakan resiko
tinggi untuk pendesakan aorta. Diagnosa dicurigai bila rasa nyeri dada depan
yang hebat timbul tiba- tiba atau nyeri interskapuler. Nyeri dada dapat
menyerupai infark miokard akan tetapi lebih tajam dan lebih sering menjalar ke
daerah interskapuler serta turun ke bawah tergantung lokasi dan luasnya
pendesakan.
d. Gastrointestinal
Refluks geofagitis, keganasan atau infeksi esofagus dapat menyebabkan nyeri
esofageal. Nyeri esofageal lokasinya di tengah, dapat menjalar ke punggung,
bahu dan kadang – kadang ke bawah ke bagian dalam lengan sehingga seangat
menyerupai nyeri angina. Perforasi ulkus peptikum, pankreatitis akut distensi
gaster kadang – kadang dapat menyebabkan nyeri substernal sehingga
mengacaukan nyeri iskemik kardinal. Nyeri seperti terbakar yang sering
bersama – sama dengan disfagia dan regurgitasi bila bertambah pada posisi
berbaring dan berurang dengan antasid adalah khas untuk kelainan esofagus,
foto gastrointestinal secara serial, esofagogram, test perfusi asam, esofagoskapi
dan pemeriksaan gerakan esofageal dapat membantu menegakan diagnosa.
e. Muskuloskletal
Trauma lokal atau radang dari rongga dada otot, tulang kartilago sering
menyebabkan nyeri dada setempat. Nyeri biasanya timbul setelah aktivitas
fisik, berbeda halnya nyeri angina yang terjadi waktu exercis. Seperti halnya
nyeri pleuritik. Neri dada dapat bertambah waktu bernafas dalam. Nyeri otot
juga timbul pada gerakan yang berpuitar sedangkan nyeri pleuritik biasanya
tidak demikian.
f. Fungsional
Kecemasan dapat menyebabkan nyeri substernal atau prekordinal, rasa tidak
enak di dada, palpilasi, dispnea, using dan rasa takut mati. Gangguan emosi
tanpa adanya klealinan objektif dari organ jantung dapat membedakan nyeri
fungsional dengan nyeri iskemik miokard.
g. Pulmonal
Obstruksi saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi laring kronis dapat
menyebakan nyeri dada, terutama terjadi pada waktu menelan. Pada emboli
paru akut nyeri dada menyerupai infark miokard akut dan substernal. Bila
disertai dengan infark paru sering timbul nyeri pleuritik. Pada hipertensi
pulmoral primer lebih dari 50% penderita mengeluh nyeri prekordial yang
terjadi pada waktu exercise. Nyeri dada merupakan keluhan utama pada kanker
paru yang menyebar ke pleura, organ medianal atau dinding dada.

C. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah nyeri ulu hati, sakit kepala,
diaforesis / keringat dingin, sesak nafas, takikardi, kulit pucat, sulit tidur (insomnia),
mual, muntah, anoreksia, cemas, gelisah, fokus pada diri sendiri, Wajah tegang,
merintih, menangis, kelemahan, perubahan kesadaran.

D. Terapi / penatalaksanaan
a. Nitrat
Nitrat meningkatkan pemberian D2 miokard dengan dialatasi arteri epikardial tanpa
mempengaruhi, resistensi arteriol arteri intramiokard. Dilatasi terjadi pada arteri
yang normal maupun yang abnormal juga pada pembuluh darah kolateral sehingga
memperbaiki aliran darah pada daerah isomik.
b. Beta bloker
Beta–Bloker tetap merupakan pengobatan utama karena pada sebagian besar
penderita akan mengurangi keluhan angina. Kerjanya mengurangi denyut jantung,
kontasi miokard, tekanan arterial dan pemakaian O2.
c. Ca-antagonis
Kerjanya mengurangi beban jantung dan menghilangkan spasma koroner, Nifedipin
dapat mengurangi frekuensi serangan anti-angina, memperkuat efek nitrat oral dan
memperbaiki toleransi exercise.
d. Antipletelet dan antikoagulan
Segi lain dari pengobatan angina adalah pemberian antipletelet dan antikoagulan.

DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Mosby
Elsevier.

Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Edisi III. Jakarta: Media Aesculapius FK
UI.

NANDA. 2012. Nursing Diagnosis Definitions and Classification. Wiley-Blackwell.

Price, Sylvia Anderson, dan Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Volume II. Edisi VI. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai