Anda di halaman 1dari 81

KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT
PEMBEBASAN JALAN NAPAS
( AIRWAY BREATING
MANAGEMENT)

By : Yoseph L Kalembang, S.kep, Ns


Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan
mahasiswa mampu :
1. Memahami anatomi fisiologi sistem pernapasan
2. Memahami pembebasan jalan napas tanpa alat
bantuan
3. Memahami pembebasan jalan napas
menggunakan alat bantuan
4. Melaksanakan pembebasan jalan napas tanpa
bantuan alat
5. Melaksanakan pembebasan jalan napas
menggunakan bantuan alat
ANFIS SISTEM PERNAPASAN
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang
dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida
(CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari
tubuh melalui paru.
Saluran pernapasan terbagi atas beberapa bagian yaitu :
1. Saluran Nafas Bagian Atas
a. Rongga hidung
Merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi (terdiri
dari: Psedostrafied ciliated columnar epithelium) yang berfungsi
menggerakkan partikel partikel halus kearah faring sedangkan
partikel yang besar akan disaring oleh bulu hidung, sel golbet dan
kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara yang masuk,
pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal
tersebut dibantu dengan concha.
Lanjutan.....
b. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba
Eustachius).
c. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut
dengan faring,terdapat pangkal lidah).
d. Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran
udara dan aliran makanan).
Pada korban yang tidak sadar, lidah akan terjatuh
kebelakang rongga mulut. hal ini dapat
menyebabkan gangguan pada airway. Lidah pada
bayi lebih besar secara relatif sehingga lebih mudah
menyumbat airway.
Lanjutan.....
2. Saluran Nafas Bagian Bawah
a. Laring: Terdiri dari Tulang
rawan krikoid, Selaput/pita suara, Epilotis, Glotis.
b. Trakhea: Merupakan pipa silider dengan panjang ±
11 cm, berbentuk ¾ cincin tulang rawan seperti
huruf C. Bagian belakang dihubungkan
oleh membran fibroelastic menempel pada
dinding depan usofagus. Pada bayi, trakea
berukuran lebih kecil, sehingga tindakan
mendongakan kepala secara berlebihan
(hiperekstensi) akan menyebabkan sumbatan pada
airway.
Lanjutan.....
c. Bronkhi: Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri.
Tempat percabangan ini disebut carina. Brochus kanan lebih
pendek, lebar dan lebih dekat dengan trachea.
Bronchus kanan bercabang menjadi: lobus superior, medius,
inferior. Brochus kiri terdiri dari : lobus superior daninferior
d. Epiglotis: Trakea dilindungi oleh sebuah flap berbentuk
daun yang berukuran kecil yang dinamakan epiglotis.
Normalnya, epiglotis menutup laring pada saat makanan
atau minuman masuk melalui mulut, sehingga akan
diteruskan ke esofagus. Tetapi, pada keadaan tertentu
seperti trauma atau penyakit, refleks ini tidak dapat berjalan
sebagaimana mestinya, sehingga dapat terjadi masuknya
benda padat atau cair ke laring yang dapat mengakibatkan
tersedak.
Lanjutan.....
3. Alveoli
Terdiri dari: membran alveolar dan ruang interstisial.
Membran alveolar:
a. Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah
rongga alveoli
b. Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang
menghasilkan surfactant.
c. Anastomosing capillary, merupakan
system vena dan arteri yang saling berhubungan langsung, ini
terdiri dari : sel endotel, aliran darah dalam rongga endotel
d. Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk
oleh: endotel kapiler, epitel alveoli, saluran limfe,
jaringan kolagen dan sedikit serum.
Lanjutan.....

4. Sirkulasi Paru
Mengatur aliran darah vena-vena dari ventrikel kanan
ke arteri pulmonalis dan mengalirkan darah yang
bersifat arterial melaului vena pulmonalis kembali
ke ventrikel kiri.

5. Bronkus dan paru


Merupakan jalinan atau susunan bronhus 
bronkhiolus, bronkhiolus terminalis, bronkhiolus 
respiratoty, alveoli, sirkulasi paru, syaraf,
sistem limfatik .Pada alveolus akan terjadi pertukaran
oksigen dengan karbondioksida.
Lanjutan.....

6. Rongga dan Dinding Dada


Rongga ini terbentuk oleh:
a. Otot-otot interkostalis
b. Otot -otot pektoralis mayor dan minor
c. Otot- otot trapezius
d. Otot-otot seratus anterior/posterior
e. Kosta- kosta dan kolumna vertebralis
f. Kedua hemi diafragma.
Yang secara aktif mengatur mekanik respirasi.
A. Management airway

A. Definisi
Management jalan nafas adalah tindakan yang
dilakukan untuk membebaskan jalan napas
dengan tetap memperhatikan kontrol servikal.

B. Tujuan
Adalah membebaskan jalan napas untuk
menjamin jalan masuknya udara ke paru secara
normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase
tubuh.
Lanjutan.....
Untuk menilai nafas yang tidak adekuat maka
seorang penolong harus melakukan :
1. Look :apakah naik turunnya dinding dada seirama
dengan alunan nafas, kesimetrisan pergerakan
dinding dada selama pernafasan antara sisi kiri-
kanan, kedalaman pernafasan, penggunaan otot
bantu pernafasan, clan retraksi dinding dada.
2. Listen :suara udara yang masuk dan keluar dari
hidung/mulut, apakah bebas, seperti berkumur,
tersengal, merintih ataupun mengi.
Lanjutan.....

3. Feel :rasakan hembusan udara pernafasan.


Perhatikan pula adanya peubahan warna kulit 
menjadi keabuan atau kebiruan (sianosis).
Tanda pernafasan yang tidak adekuat adalah :
a) Gerakan dinding dada yang menghilang, minimal ataupun tidak
simetris
b) Gerakan saat bernafas terbatas pada perut (pernafasan perut
(abdominal)
c) Hilang atau berkurangnya suara atau hembusan udara nafas
darihidung/mulut
d) Suara nafas tambahan seperti rnendengkur, berkumur, tersengal
clan mengi - Pernafasan sangat dalam atau sangat dangkal.
e) Warna kulit, mukosa bibir, lidah, telinga ataupun membiru
(sianosis).
f) Inspirasi yang memanjang (tanda sumbatan jalan nafas atas)
ataupunekspirasi yang memanjang (tanda sumbatan jalan nafas
bawah)
g) Pasien tidak marnpu berbicara dalam kalimat lengkap karena
nafas yang pendek.
B. Etiologi
Banyak sebab yang dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas sebagian
ataupun total, seperti :
Sumbatan pada lidah
Akibat berkurangnya tonus otot penahan lidah, lidah jatuh ke belakang
dan menutupi faring. Hal ini dijumpai pada pasien tidak sadar, intoksikasi
alokohol ataupun obat lain.
Sumbatan karena epiglotis
Akibat inspirasi paksa berlebihan sehingga epiglotis tertarik menyumbat
jalan nafas
Benda asing
Kerusakan jaringan
Akibat luka tusuk ataupun benturan benda tumpul dan pembengkakan
(edema) faring dan trakea akibat trauma ataupun luka bakar
Penyakit
Infeksi saluran pernafasan clan reaksi alergi mengakibatkan peradangan
dan edema saluran nafas.
C. Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya
suara nafas tambahan) :
Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan
pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift, jaw
thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring,
pemasangan pipa endotrakeal.
Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di
daerah hipofaring. Cara mengatasi : finger
sweep, pengisapan/suction.
Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis.
Cara mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi.
D. Teknik management jalan nafas

Tehnik yang dapat dilakukan untuk mengelola


jalan nafas meliputi tindakan yang non invasif
atau invasif tergantung dari sumbatan di atas atau
di bawah glotis, dan apakah bersifat surgikal atau
non surgikal.
Tehnik yang dipilih tergantung dari masing-masing
situasi, yang merupakan konsekuensi dari
interaksi faktor kondisi pasien, alat yang tersedia
clan pengalaman tenaga medis.
1. Tehnik Non Invasif

a) Tanpa alat
Pada kondisi dimana tidak terdapat alat maka
dilakukan upaya membebaskan jalan nafas secara
manual dengan cara triple airway manuver meliputi:
1. Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)
Tehnik ini hanya dapat digunakan pada korban
tanpa cedera kepala, leher, dan tulang belakang.
2. Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut
rahang bawah)
3. Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)
Upaya ini dilakukan untuk mengangkat lidah
yang jatuh menutupi saluran nafas, jika terdapat
benda asing di jalan nafas.
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk management
airway tanpa alat (pembersihan jalan napas)
1. Teknik Cross Finger
Untuk memeriksa jalan nafas terutama di
daerah mulut dengan menggunakan ibu jari
dan jari telunjuk yang disilangkan dan
menekan gigi atas dan bawah.
 Bila jalan nafas tersumbat karena adanya
benda asing dalam rongga mulut dilakukan
pembersihan manual dengan sapuan jari.
 Kegagalan membuka nafas dengan cara ini
perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya
sumbatan jalan nafas di daerah faring atau
adanya henti nafas (apnea)
Lanjutan.....
Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan
udara melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka
kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dan dilakukan
maneuver Heimlich.
Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas
tambahan) :
Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah.
Cara mengatasi : chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa
orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.
Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah
hipofaring. Cara mengatasi : finger sweep,
pengisapan/suction.
Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi :
cricotirotomi, trakeostomi.
2. Finger sweep / Teknik sapuan jari.

Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda


asing dalam rongga mulut belakang atau
hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan,
benda asing lainnya sehingga hembusan nafas
hilang.
Cara melakukannya :
Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan
fraktur tulang leher) kemudian buka mulut
dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila
otot rahang lemas (maneuver emaresi)
Lanjutan.....

Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah)


yang bersih atau dibungkus dengan sarung
tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga
mulut dengan gerakan menyapu.
3. Teknik maneuver Heimlich (Mengatasi Sumbatan Napas
Parsial)
Dapat digunakan tehnik manual thrust:
a. Abdominal thrust
b. Chest thrust
c. Back blow
NB : Dilakukan jika Kegagalan membuka nafas
dengan cara sapuan jari. Ini perlu dipikirkan hal lain
yaitu adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring
atau adanya henti nafas (apnea). Bila hal ini terjadi
pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara
melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka
kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas.
Teknik maneuver Heimlich ada beberapa macam yaitu :

1. Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)
Dapat dilakukan dalam posisi berdiri,duduk dan terlentang.
Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah
subdiafragma – abdomen).
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri
Pelaksanaan :
1) penolong harus berdiri di belakang korban
2) lingkari pinggang korban dengan kedua lengan penolong,
3) kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol
tangan kepalan pada perut korban sedikit di atas pusar dan
di bawah ujung tulang sternum.
Lanjutan.....
4) Pegang erat kepalan tangan dengan tangan
lainnya.
5) Tekan kepalan tangan ke perut dengan
hentakan yang cepat ke atas.
6) Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan
yang jelas.
Lanjutan.....
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi
supine/unconcious:
1) Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi paha klien.
2) Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda yg
menempel di abdomen tepatnya di bawah prosesus
xipoideus dan diatas pusat/umbilikus.
3) Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan
pada abdomen ke arah dalam-atas.
4) Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali
untuk menghilangkan obstruksi jalan napas.
5) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan
keberhasilan tindakan ini.
 Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada
posisi tergeletak (tidak sadar)
Tindakan :
1) korban harus diletakkan pada posisi terlentang
dengan muka ke atas.
2) Penolong berlutut di sisi paha korban.
3) Letakkan salah satu tangan pada perut korban
di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di
bawah ujung tulang sternum, tangan kedua
diletakkan di atas tangan pertama.
Lanjutan.....

4) Penolong menekan ke arah perut dengan


hentakan yang cepat ke arah atas.
Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal
thrust pada posisi terbaring tidak dianjurkan, yang
dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi
Jantung Paru (RJP).
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada
yang dilakukan sendiri
Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami
obstruksi jalan napas.
Tindakan :
1) kepalkan sebuah tangan
2) letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di
bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu
dengan kuat, beri tekanan ke atas kearah
diafragma dengan gerakan yang cepat
3) jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan
menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi
2. Back blow
Tahapan Prosedur Back Blow
Untuk Bayi:
1) Bayi diposisikan prone diatas lengan bawah anda,
dimana kepala bayi lebih rendah dari pada badannya.
2) Topang kepala bayi dengan memegang rahang bayi.
3) Lakukan 5 kali back blow dengan kuat antara tulang
belikat menggunakan tumit tangan anda.
4) Putar bayi ke posisi supine, topang kepala dan leher
bayi dan posisikan di atas paha.
5) Tentukan lokasi jari setingkat dibawah nipple bayi.
Tempatkan jari tengah anda pada sternum dampingi
dengan jari manis.
Lanjutan.....

6) Lakukan chest thrust dengan cepat.


7) Ulangi langkah 1-6 sampai benda asing keluar
atau hilangnya kesadaran.
8) Jika bayi kehilangan kesadaran, buka jalan
napas dan buang benda asing jika ia terlihat.
Black blow Untuk Anak 1-8th:

Untuk klien yang berdiri/duduk:


1) Posisi anda dibelakang klien.
2) Tempatkan lengan anda dibawah aksila,
melingkari tubuh korban.
3) Tempatkan tangan anda melawan abdomen
klien, sedikit di atas pusar dan dibawah prosesus
xipoideus.
4) Lakukan dorongan ke atas (upward thrusts)
sampai benda asing keluar atau pasien kehilangan
kesadaran.
Untuk klien pada posisi supine:

1) Posisi anda berlutut disamping klien atau


mengangkangi paha klien.
2) Tempatkan lengan anda di atas pusar &
dibawah prosesus xipoideus.
3) Lakukan thrust ke atas dengan cepat, dengan
arah menuju tengah-tengah dan tidak
diarahkan ke sisi abdomen.
4) Jika benda asing terlihat, keluarkan dengan
menggunakan sapuan jari tangan.
PERHATIAN:

1) Back blow tidak direkomendasikan pada pasien


diatas usia bayi..
2) Sapuan jari “membuta” harus dihindari pada bayi
dan anak, sebab kemungkinan dapat mendorong
benda asing lebih kebelakang ke dalam jalan napas.
Komplikasi:
1) Nyeri abdomen, ekimosis
2) Mual, muntah
3) Fraktur iga
4) Cedera/trauma pada organ-organ dibawah
abdomen/dada
3. Chest thrust
Jika posisi klien duduk/ berdiri:
1) Anda berdiri di belakang klien.
2) Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan
kanan terkepal di area midsternal di atas
prosesus xipoideus klien (sama seperti pada
posisi saat kompresi jantung luar).
3) Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke
arah spinal. Jika perlu ulangi chest thrust
beberapa kali utk menghilangkan obstruksi
jalan napas.
Lanjutan.....

4) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan


keberhasilan tindakan ini.
Lanjutan.....
Jika posisi klien supine:
1) Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi paha klien.
2) Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda dan
posisikan bagian bawah lengan kanan anda pada area midsternal
di atas prosesus xipoideus klien (sama seperti pada posisi saat
kompresi jantung luar).
3) Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal.
Jika perlu ulangi chest thrust beberapa kali utk menghilangkan
obstruksi jalan napas.
4) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan
tindakan ini.
Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan
laringoskopi dan jika tampak utamakan mengekstraksi benda
asing tersebut menggunakan Kelly atau Megil forcep.
b.Bag - Mask Ventilation

 Kombinasi antara triple airway manuver dengan


ventilasi menggunakan bag mask merupakan
upaya yang sangat dasar dalam menangani jalan
nafas.
 tangan kiri melakukan jaw trust sambil
memegang sungkup muka sementara tangan
kanan memompa baging.
Lanjutan.....
 Berbagai jenis sungkup muka tersedia tetapi yang
disarankan adalah yang transparansehingga
dapat melihat langsung keadaan mulut dan
hidung serta ada tidaknya sumbatan.
 Kunci utama tehnik ini adalah
kemampuanmempertahankan seal antara
sungkup muka clan wajah paten, jika tidak terjadi
kebocoran maka ventilasi akan adekuat.
 Komplikasi dari tehnik ini adalah lambung dan
kemungkinan aspirasi paru.
c. Oro dan nasofaringeal airway

 Pada pasien yang tidak sadar, obstruksi terjadi


akibat ketidakmampuan untuk mempertahankan
tonus lidah sehingga akan jatuh menutupi jalan
nafas.
 Orofaringeal airway/gudel/mayo dapat menahan
lidah pada posisi yang seharusnya.
Lanjutan.....

 Cara memasukkan guedel adalah dengan


memasukkan pada posisi lengkungnya
menghadap keatas sampai menyentuh palatum
kemudian diputar 1800 sambil didorong.
 Nasofaringeal airway terbuat dari karet atau
plastik yang lembut yang dimasukkan melalui
lubang hidung dan diteruskan sampai faring
posterior.
 Komplikasi pemasangan NPA adalah epistaksis,
aspirasi, laringospasme dan masuk ke esofagus.
d. Laryngeal Mask Airway (LMA)

Laryngeal Mask Airway (LMA) adalah suatu alat jalan


nafas supraglotik yang dikembangkan oleh ahli anestesi
British Dr. Archi Brain
Pada awalnya digunakan terutama di kamar operasi,
sekarang ini LMA lebih banyak digunakan di tempat
emergensi sebagai suatu alat asesoris yang penting
dalam manajemen kesulitan jalan nafas.
Lanjutan.....

Bentuk LMA seperti endotracheal tube yang besar


pada ujung proksimal dan yang terhubung dengan
masker pada ujung distal
LMA merupakan alat jalan nafas yang baik pada banyak
keadaan, termasuk dikamar operasi, depertemen
gawat darurat, dan perawatan diluar rumah sakit,
karena alat mudah digunakan dan cepat ditempatkan,
bahkan untuk pekerja yang tidak berpengalaman
Alat tersebut menghasilkan distensi gaster yang rendah
dibandingkan dengan bag-valve-mask ventilation,
dimana mengurangi namun tidak menghilangkan
resiko aspirasi.
Lanjutan.....
Keuntungan LMA dibanding ETT adalah berkurangnya
risiko stridor pasca operasi. Obstruksi saluran napas
pasca operasi juga lebih sedikit.
cara ini memerlukan perhatian khusus seperti:
1. Selama anestesi anak harus bernapas spontan.
Pemberian ventilasi tekanan positif akan meningkatkan
risiko regurgitasi isi lambung terutama bila tahanan
jalan napas besar dan volume paru rendah.
2. Pemasangan LMA akan sulit pada pasien dengan
pembesaran tonsil.
3. LMA harus dilepaskan sebelum pasien sadar kembali.
2. Tehnik Invasif

a. Intubasi trakea / ETT


Pada kondisi gawat darurat jalan nafas
merupakan komponaen yang paling penting dan
menjadi prioritas utama dalam penanganannya.
Banyak sekali pasien yang tidak sadar maupun
yang sadar yang tidak dapt mempertahankan jalan
nafasnya terbuka, tidak mampu mengeluarkan
sekret, mencegah aspirasi dan membutuhkan
bantuan ventilasi mekanik.
Tujuan utama dari penatalaksanaan jalan nafas
darurat adalah
1. mempertahankan integritas jalan nafas
2. meyakinkan ventilasi adekuat
3. mencegah aspirasi

Semua tujuan tersebut dapat dicapai dengan


bantuan inttubasi trakea.
Indikasi utama intubasi trakea pada situasi
gawat darurat adalah

1. Koreksi hipoksia atau hiperkarbia


2. Mencegah ancaman hipoventilasi
3. Mempertahankan patensi jalan
4. Jalan untuk pemberian obat – obatan
emergensi seperti lidokain, stropin, nalokson,
epinefrin.
Lanjutan.....

Sebelum melakukan intubasi, persiapan alat


merupakan hal yang sangat penting,
Untuk mempermudah dan agar tidak ada alat
yang terlewatkan maka dibuatlah singkatan untuk
persiapan alat yaitu: "S T A T I C S'
1. S (scope)

Scope terdiri dari laringoskop dan stetoskop.Berdasarkan


bentuk bilahnya terdapat dua macam laringoskop dengan
berbagi ukuran mulai dari bayi sampai dewasa.yaitu bilah
yang melengkung (macintosh) dan bilah yang lurus
(magil).
Tidak ada perbedaan fungsi diantara keduanya,
perbedaannya adalah bilah lurus digunakan untuk
visualisasi pita suara dengan caramengangkat epiglotis
sedangkan bilah lengkung tidak mengangkat epiglotis
secara langsung tapi dengan cara menempatkan ujung
bilah di dalam valecula dan mengangkat epigfotis secara
tidak langsung dengan menarik frenulumnya tanpa
menyentuh epiglotis
Lanjutan.....

 Stetoskop digunakan untuk melakukan evaluasi


terhadap penempatan dan kedalaman ETT. Jika
terdengar suara baging di paru-paru berarti ETT
beradi di posisi yang benar yaitu di trakea,
sedangkan bila terdengar suara baging di
lambung berarti ETT pada posisi yang salah,
harus segera ditarik dan dilakukan intubasi ulang.
2. T (tube)
Tube atau pipa nafas (ETT) harus dipilih sesuai ukuran trakea
pasien, jika ukuran yang digunakan terlalu kecil maka akan
terjadi kebocoran, begitu pula jika ukuran ETT terlalu besar
maka tidak akan masuk ke trakea dan bisa menimbulakan
cedera apabila dipaksakan.
Pemilihan yang tepat berdasarkan umur dan jenis kelamin,
biasanya wanita memiliki ukuran trakea yang lebih kecil dari laki-
laki. Rumus yang dapt digunakan untuk anak-anak adalah 4+
(umur dalam tahun / 4) atau secara sederhana dapat dilihat
ukuran dari jari kelingking pasien.
Ukursn untuk pasien laki-laki dewasa adalah 7,5 – 8 sedangkan
untuk wanita 7 – 7,5. Setelah didapatkan 1 ukuran yang pas
harus pula disiapkan satu ukuran dibawahnya dan 1 ukuran
diatasnya. Misalnya ukuran yang akan dipakai adalah no 7 maka
disiapkan pula no 6,5 dan 7,5.
3. A (Airway)
Segala peralatan yang digunakan untuk membuka
dan mengmankan jalan nafas sementara harus
disiapkan seperti orofaringeal airway
(OPA/guedel/mayo) dan nasofaringeal airway
(NPA).
Ukuran guedel atau NPA disesuaikan dengan
ukuran jalan nafas.
Panjangnya guedel yang dibutuhkan diukur jarak
dari sudut bibir sampai kebagian depan liang
telinga.
4. T (Tape)

Tape atau plester berguna untuk melakukan


fiksasi setelah intubasi selesai dilakukan.
Tanpa fiksasi kemungkinan ETT akan tercabut
atau terdorong akan lebih besar sehingga perlu
difiksasi dengan plester ke pipi atau wajah
pasien.
5. I (Introducer)
Introducer digunakan untuk membantu intubasi.
 Alat yang biasa digunakan adalah mandarin yaitu
kawat yang bisa dimasukan ke dalam ETT dan
dibentuk / dilengkungkan sesuai dengan anatomi
jalan nafas, Sehingga akan memudahkan
mengarahkan ujung ETT melewati pita suara.
 Alat lain adalah Klem magil, jerupa klem yang
bisa menjepit ETT di,dalam rongga mulut untuk
diarahkan kemulut pita suara.
6. C (Conector)

 Merupakan alat untuk menghubungkan ETT


dengan alat lainnya yaitu baging, ventilator, dll.
Conecior ini mempunvai ukuran / diameter yang
standar sehingga dapat dihubungkan kesemua
alat.
7. S (Suction)

 Suction lengkap dengan kateter suction


digunakan untuk menghisap lendir, sekret
ataupun darah yang berada di dalam rongga
faring dan menghalangi pandangan.
perhatian
 Dalam melakukan intubasi trakea seorang tenaga medis harus
melakukan evaluasi terhadap anatomi jalan nafas meliputi:
pemeriksaan gigi geligi, ukuran rongga mulut, jarak tiroid dan
os mentalis mandibula, mobilitas leher dan mandibula.
 Evaluasi tersebut untuk menyingkirkan kemungkinan sulit
intubasi.
 pasien diposisikan daiam posisi snifing position yaitu; fleksi
pada leher bagian bawah denganekstensi pada atlantoocipital
joint.
 Posisi ini akanmenyebabkan aksis orofaringeolaringeal berada
dalam satu garis dan memudahkan visualisasi pita suara.
 Penambahan bantal atau kain yang dilipat setinggi 6 - 10 cm
akansangat membantu menempatkan pasien pada snifing
position.
Lanjutan.....
 Setelah posisi pasien benar maka diteruskan dengan
preoksigenasi, yaitu pemberian oksigen 100 % selama
beberapa menit melalui baging.
 Laringoskop dipegang oleh tangan kiri, kemudian bilah
dimasukan dari sudut mulut pasien sebelah kanan
menyususri lidah.
 Setelah mendekati pangkal lidah, laringoskop
digeserkan ke sebalah kiri sampai berada di garis
tengah dengan menyingkirkan lidah ke sebelah kiri.
Lanjutan.....

Jika menggunakan bilah lengkung (macintosh),


maka ujung bilah ditempatkan di dalam valekula
pada pangkal epiglotis, sedangkan jika
menggunakan bilah lurus, maka ujung bilah
ditempatkan di bawah epiglotis secara langsung.
Setelah itu epiglotis diangkat untuk melihat /
visualisasi pita suara.
Setelah pita suara terlihat maka tangan kanan
memasukan ETT.
Lanjutan.....

 Setelah ETT masuk ke daiann $rakhea, balon


udara dikembangkan sampai tidak terdengar di
rongga mulut, untuk konfirmasi posisi ETT
dilakukan auskultasi pada dada kiri kanan serta
lambung.
 setelah suara nafas di paru kiri dan kanan sama,
lalu dilakukan fiksasi dengan menggunakan
pester di wajah atau pipi.
 Kemudian ETT dihubungkan dengan manual
baging atau ventilator.
Komplikasi intubasi

Tindakan laringoskopi dapat


mengakibatkantrauma jalan nafas jika tidak
dilakukan dengan hati-hati.
Cedera pada bibir, atau gigi patah merupakan
kejadian yang spring terjadi.
Tindakan laringoskopi merupakan tindakan yang
menyakitkan, untuk itu perlu diberikan analgetik
atau anastetik lokal, jika nyeri ini terjadi maka
dapat mengakibatkan gangguan irama jantung
sampai henti jantung.
Lanjutan.....
 Edema pada pita suara yang mengakibatkan
nyeri dan suara serak, ETT yang didorong terlalu
dalam sehingga masuk ke bronkus sebelah
kanan dapat mengakibatkan hipoksia clan
hiperkarbia.
 ETT yang masuk ke dalam esofagus
menyebabkan distensi lambung sampai
perforasi.
 Posisi ETT harus diyakinkan berada pada posisi
yang tepat.
b. Krikotiroidotomi

a. Pengertian Membuat jalan nafas melalui trachea dengan


memasang kanul trachea
b. Tujuan Memperlancar jalan nafas pada klien yang
mengalami sumbatan jalan nafas bagian atas
c. Indikasi Sumbatan total jalan nafas atas
d. Persiapan
– Alat :
1) Alat pelindung diri (masker, handscoen)
2) Disposible calpel no. 11
3) Instrumen dasar
4) Antiseptic
5) Silocain 2 % injeksi
6) Dysposible syring 20 cc
7) Kanul trachea / ETT (nomor sesuai kebutuhan)

- persiapan Pasien :
1. Inform consent
2. Penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan pada pasien dan keluarga
3. Posisi pasien terlentang dengan leher netral
Lanjutan.....
-Persiapan Petugas :
2 orang dokter dan perawat

e. Pelaksanaan
(a) Petugas menggunakan masker, handscoen
(b) Posisi pasien terlentang dengan leher dalam posisi netral,
lakukan palpasi tiroid, notch cricothiroid internal dan
eksternal notch untuk orientasi
(c) Disinfeksi dengan propidone, iodine 10 % dan anastesi local
daerah operasi
(d) Buat insisi transversal di atas membran cricothyroid
(e) Buka jalan nafas dengan klem atau dengan spreader trachea
atau dengan pegangan scalpel dengan memutar 90 derajat
Lanjutan.....
(f) Balon tube dikembangkan
(g) Observasi pengembangan paru dan auskultasi
dada untuk menilai ventailasi
(h) lakukan fiksasi tube agar posisi tidak berubah

f. Hal-hal yang perlu diperhatikan:


1. Monitor keadekuatan ventilasi
2. Siapkan ventilator dan suction set
3. Cek AGD
c. Trakeostomi

Trakeostomi dilakukan jika tidak memungkinkan untuk


dilakukan intubasi.
1. Pengertian trakeostomi
Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada
dinding depan/anterior trakea untuk bernapas. (Soepardi,
2001 : 204)
Trakeostomi adalah pembuatan lubang permanen
atau sementara melalui tindakan bedah kedalam trakea
kedua, ketiga, atau keempat.
2. Indikasi trakeostomi

1) Edema trakea karena trauma atau respon alergi


2) Obstruksi laring STD III & IV
3) Ventilasi mekanik
4) Ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas
5) Luka bakar jalan napas
6) Perdarahan jalan napas atas
7) Fraktur laring, mandibula, maksilaris
8) Cedera kepala berat
9) Trauma tembus cranium & thorak
10) Persiapan operasi tractus respiratorius bagian atas
11) Orotracheal intubasi susah pada waktu Anasthesi
umum
3. Fungsi Trakeostomi
a. Mengurangi dead space/ruang rugi 10-50 % di
saluran napas bagian atas seperti daerah rongga
mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya
stoma maka seluruh oksigen yang dihirupnya
akan masuk ke dalam paru, tidak ada yang
tertinggal di ruang rugi tersebut. Hal ini berguna
pada pasien dengan kerusakan paru, yang
kapasitas vitalnya berkurang.
b. Mengurangi tekanan aliran udara pernapasan.
c. Proteksi terhadap aspirasi.
d. Pasien bisa menelan tanpa adanya reflek apneu.
Lanjutan.....
e. Mempermudah membersihkan trakea melalui
penghisapan sekret dari bronkus pada pasien
yang tidak dapat mengeluarkan sekret secara
fisiologik, misalnya pada pasien dalam keadaan
koma.
f. Menyediakan saluran untuk
pengobatan/humidifikasi cabang
tracheobronchial.
g. Mengurangi kekuatan batuk.
h. Untuk mengambil benda asing dari subglotik,
apabila tidak mempunyai fasilitas untuk
bronkoskopi.
4. Komplikasi Trakeostomi

a. Komplikasi segera (Immediate) :


§ Apneu karena hilangnya stimulasi hypoxia dari
respirasi
§ Perdarahan
§ Kerusakan organ sekitar tracheo : Oesophagus N.
Laryngeus recurent, cupula plenra
§ Pneuomothorax dan pneumomediabtinum
§ Kerusakan cartilagocricoid (pada high
traceostomi)
b. Komplikasi pertengahan (Intermediate) :

§ Tracheitis dan tracheobronchitis


§ Erosi tracheal dan perdarahan
§ Hypercarnia
§ Atelektasis
§ Salah letak canule
§ Obstruksi canule
§ Subcutaneus emphysema
§ Aspirasi dan absces paru
c. Komplikasi lambat (Late) :

§ Fistula tracheocutaneus yang persisten


§ Stenosis larynx atau trachea
§ Granulasi trachea
§ Tracheo malacia
§ Decanulasi yang susah
§ Fistula tracheo-oessophageal
§ Kesulitan dengan sikatrik tracheostomy
5. Persiapan Alat

§ Semprit
§ Obat analgesia (Novokain)
§ Pisau (Skalpel)
§ Pinset anatomi
§ Gunting panjang yang tumpul
§ Pengait tumpul 1 pasang
§ Klem arteri
Lanjutan.....
§ Gunting kecil tajam
§ Kanul trakea (Ukuran disesuaikan dengan pasien)
§ Hand Schoon steril
§ Antiseptik
§ Plester
§ Gunting perban
§ Bengkok
§ Gaas steril
§ Kain/duk steril
6. Prosedur kerja

§ Atur posisi pasien yaitu dalam keadaan terlentang, bahu


diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala
untuk diekstensikan pada persendian atlanto oksipital.
§ Kulit dibersihkan secara aseptik.
§ Tutup kulit leher dengan kain steril
§ Suntikkan obat anastetikum (Novokain) di pertengahan
krikoid dengan fosa suprasternal secara infiltrasi.
§ Lakukan sayatan pada kulit leher. Sayatan dapat vertikal di
garis tengah leher mulai di bawah krikoid sampai fosa
suprasternal atau jika membuat sayatan horisontal dilakukan
pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa
suprasternal atau kira-kira 2 jari dibawah krikoid orang
dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira 5 cm.
Lanjutan.....
§ Pisahkan kulit serta jaringan dibawahnya dengan gunting
panjang yang tumpul, lapis demi lapis
§ Tarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak
trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin-cincin
tulang rawan yang berwarna putih.
§ Buka lapisan kulit dan jaringan dibawahnya tepat ditengah
sampai trakea terlihat.
§ Tarik pembuluh darah yang tampak ke lateral.
§ Tarik ke atas ismus tiroid yang ditemukan supaya cincin
trakea terlihat jelas. Jika tidak mungkin, ismus tiroid diklem
pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem
dilepaskan, ismus tiroid diikat kedua tepinya dan sisihkan
ke lateral.
Lanjutan.....
§ Hentikan perdarahan, jika perlu diikat.
§ Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada
membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan
waktu ditarik.
§ Buat stoma dengan memotong cincin trakea ketiga
dengan gunting yang tajam.
§ Pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai.
§ Fiksasi kanul dengan tali pada leher pasien dan tutup
luka operasi dengan kasa steri
§ Tali yang diikat pada leher pasien diukur dengan
menggunakan telunjuk untuk mencegah pasien
tercekik.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
§ Sebelum membuat lubang pada trakea perlu dibuktikan dulu
yang akan dipotong itu benar-benar trakea dengan cara
mengaspirasi dengan semprit yang berisi novokain.
§ Bila yang ditusuk itu adalah trakea maka pada waktu
dilakukan aspirasi terasa ringan dan udara yang terisap akan
menimbulkan gelembung udara.
§ Untuk mengurangi reflek batuk dapat disuntikkan novokain
sebanyak 1 cc ke dalam trakea.
§ Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan
insisi kulit jangan terlalu pendek agar tidak sukar mencari
trakea dan mencegah terjadinya emphisema kulit.
§ Ukuran kanul harus sesuai dengan diameter lumen trakea.
§ Panjang kanul harus sesuai.
The will to succeed is important,
but what's more important is the
will to prepare.
Hasrat menuju kesuksesan memang
penting, tetapi yang lebih penting
adalah hasrat untuk mempersiapkan
kesuksekan.

Anda mungkin juga menyukai