Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Buku standar asuhan keperawatan pasien ini dirancang sebagai model untuk panduan bagi
perawatan dalam memberikan asuhan keperawatan yang aman dan efektif dan berkualitas.
SAK ini terdiri dari :
I. Konsep dasar : Definisi, Etiologi dan Patofisiologi, tanda dan gejala..
II. Pengkajian meliputi :
a. Data Subjektif.
b. Data Objektif.
c. Data Laboratorium.
d. Data Pemeriksaan Diagnostik
e. Potensial Komplikasi
III. Penatalaksaan Medik
IV. Diagnosa Keperawatan, hasil yang diharapkan dan rencana tindakan.
V. Impilkasi Keperawatan, terdiri dari :

Pemeriksaan Laboratorium.

Pemeriksaan Diagnostik

Obat-obatan.

VI. Penyuluhan meliputi : Pengetahuan tentang kondis, dan prosedur, diet, obat, aktivitas dan
perawatan diri.

STANDAR ASUHAN KEPERWATAN PADA PASIEN ASTMA


I. DEFINISI
Asma bronkiale adalah suatu penyakit jalan nafas bagian bawah yang disebabkan oleh
alergi yang disertai gejala spesifik yaitu serangan dyspnea expiratory paroxismal yang
berulang-ulang dengan wheezing dan batuk akibat adanya konstriksi atau spasme
bronkos.

2. ANATOMI FISIOLOGI
Fungsi sistem pernafasan adalah untuk mengambil oksigen (O 2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh
dan untuk mentransfer karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organorgan respiratorik juga berfungsi dalam produksi wicara dan berperan dalam keseimbangan asam basa,
pertahanan tubuh, melawan benda asing dan pengaturan hormonal tekanan darah.

1. Rongga Hidung dan Nasal


Hidung terdiri dari atas bagian internal dan eksternal. Bagian eksternal menonjol dari wajah dan
disangga oleh tulang hidung dan kartilago. Nares anterior (lubang hidung) merupakan ortium terluar dari
rongga hidung. Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung
kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum. Masing-masing rongga hidung
dibagi menjadi tiga saluran oleh penonjolan turbinasi (konka) dari dinding lateral. Rongga hidung dilapisi
dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir
disekresi secara terus-menerus oleh sel-sel gobler yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak
ke belakang ke nasofaring oleh gerakan cita.
Sinus paranasal termasuk empat pasang rongga berlubang yang dilapisi oleh mukosa hidung dan
epitel kolumnor tertingkat semu yang bersilia. Fungsi sinus yang menonjol adalah sebagai bilik
peresonansi saat berbicara dan menjadi tempat umum terjadinya infeksi.
Arus udara yang memasuki lubang hidung diarahkan ke atas depan ke langit-langit hidung dan
mengikuti rute sirkuit sebelum udara mencapai nasofaring. Dalam perjalanannya, udara bersentuhan
dengan permukaan membran mukosa yang luas, lembab dan hangat yang menangkap partikel-partikel
debu dan organisme dalam udara yang dinhalasi. Udara ini dilembabkan dan dihangatkan sesuai dengan
suhu tubuh dan dihubungkan dengan saraf yang sensitif. Beberapa dari saraf ini mendeteksi bau dan
lainnya yang mencetuskan bersin untuk mengeluarkan debu yang mengiritasi.
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru. Jalan nafas ini
berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam
paru-paru.
2. Faring
Faring atau tenggorok adalah struktur sepeti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke
laring. Faring dibagi menjadi nasofaring, orofaring dan laringofaring.
Nasofaring terletak di sebelah posturor hidung dan di atas palatum osofaring memuat fausial atau
palatum tonsil. Laringofaring memanjang dari tulang hioid ke kartilago krikoid, pintu masuk laring
dibentuk oleh epiglotis.
Adenoid atau tonsil faring, terletak pada langit-langit nasofaring. Tenggorok dikelilingi oleh tonsil,
adenoid dan jaringan limfoid lainnya. Struktur in merupakan penghubung penting dari nodus limfe dagu

yang menjaga tubuh dari serangan organisme yang memasuki hidung dan tenggorok. Fungsi faring adalah
untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif.
3. Laring

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Laring, atau orga suara adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dengan trakea.
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan
nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kotak
suara dan terdiri atas:
Epiglotis, daun katup kartolago yang menutupi astrum ke arah laring selama menelan.
Glotis, ostrum antara pita suara dalam laring.
Kartilago tiroid, kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (adams
apple)
Kartilago krikoid, satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring
Kartilago aritenoid digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid.
Pita suara, ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara, pita suara terletak
pada lumen laring.
4. Trakea
Trakea adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm dan diameter 2,5 cm serta terletak di atas
permukaan anterior esofagus. Tuba ini melintang dari laring sampai bronkus. Trakea dapat tetap terbuka
karena adanya 16 sampai 20 cincin kartilago berbentuk C. Ujung posterior mulut cincin dihubungkan
oleh jaringan ikat dan otot sehingga memungkinkan ekspansi esofagus. Trakea dilapisi epitelium
respiratorik (kolumner bertingkat dan bersilia) yang mengandung banyak sel goblet, berfungsi untuk
mengantarkan udara menuju bronkus.
5. Percabangan Bronkus
Bronkus primer (utama) kanan berukuran lebih pendek, lebih kecil dan lebih lurus dibandingkan
bronkus primer kiri karena artus aorta membelokkan trakea bawah ke kanan. Objek asing yang masuk ke
dalam trakea kemungkinan ditempatkan dalam bronkus kanan.

6. Paru-paru
Paru-paru adalah organ elastik yang berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara, terletak di
dalam rongga toraks. Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri dibagi menjadi 2 lobus,
sementara paru kanan mempunyai 3 lobus.
Bagian terluar paru dikelilingi oleh membran halus, licin yaitu pleura, yang juga meluas untuk
membungkus dinding interior toraks dan permukaan superior diafragma. Pleura perietalis melapisi toraks
dan pleura viseralis melapisi paru-paru. Antara kedua pleura ini terdapat ruang yang disebut spasium
pleura, yang mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan
keduanya bergeser dengan bebas selama ventilasi.
Bronkus dan bronkiolus, terdapat beberapa deviasi bronkus di dalam setiap lobus paru. Pertama
adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan dua pada paru kiri). Bronkus lobaris dibagi menjadi
bronkus sigmental yang merupakan struktur yang dicari ketika memilih posisi drainase postural yang
paling efektif untuk pasien tertentu. Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus
subsigmental, bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf. Bronkus
segmental kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus, selanjutnya terus bercabang
membentuk bronkiolus terminal, bronkiolus respiratori, duktus alveolar dan alveoli. Tidak ada kartilago
dalam bronkiolus, silia masih ada sampai bronkiolus respiratorik terkecil.

Alveoli, paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun dalam kluster antara 15 sampai
20 alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar, sel-sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk
dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II, sel-sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfaktan (suatu
fosfolipid) yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar III
adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagositis yang besar yang memakan benda asing (misal: lendir,
bakteri) dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan yang penting).

3. Etiologi
Dipengaruhi oleh faktor imonulogik atau pun non imonulogik seperti : emosi, kelelahan dan
perubahan udara.

4. Patofisiologi
Pada reaksi alergi terjadi reaksi antara alergen dan antibodi yang menyebabkan
terlepasnya histomin bebas dan selanjutnya menyebabkan spasme otot halus dinding
bronkos dan bronkiale, edema mukosa dan sekresi lendir yang berlebihan. Ketiga hal
tersebut menyebabkan lumen menjadi sangat kecil sehingga terjadi dyspnea expiratory
dan sfridor expiratory.
Tipe Asma :
a. Ekstrinsik atau alergi atau atopik dengan alergen yang jelas.
b. Intrinsik atau alergen, dimana alergennya tidak jelas tetapi biasanya merupakan faktor
peradangan.
c. Bentuk campuran kedua hal diatas.
Gejala klinis serangan akut yang spesifik dibagi menjadi tiga :
Stadium I : Pada waktu terjadinya edema dinding bronkus timbul batuk paroxismal dan
batuk kering.
Stadium II : Sekresi bronkus meningkat, batuk disertai riak atau lendir jernih dan berbusa,
sesak, ada usaha nafas lebih dalam dan ekspirasi memanjang. Pada
pengeluaran nafas timbul bunyi wheezing, retraksi otot leher dan sela-sela iga.
Anak lebih senang duduk dan membungkuk, tangan menekan pinggir ranjang
atau kursi, pucat, gelisah dan sianosis sekitar mulut.
Stadium III : Obstruksi atau spasme otot bronkus berat, aliran udara sangat sedikit, sehingga
suara nafas dan bronki tidak terdengar, pernafasan dangkal dan tidak teratur.
Frekuensi nafas mendadak cepat dan menunjukkan tanda-tanda aspiksia.
5. Manifetasi klinik

C. Manifestasi Klinis
Menurut PDPI, Manifestasi klinis pada penyakit Asma yaitu:
a. Bersifat episodic, seringkali reversible dengan atau tanpa pengobatan
b. Gejala berupa batuk, sesak nafas, rasa berat di dada dan berdahak
c. Gejala timbul / memburuk terutama malam / dini hari
d. Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
e. Respon terhadap pemberian bronkodilator
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :
a. Riwayat keluarga
b. Riwayat alergi / atopi
c. Penyakit lain yang memberatkan
d. Perkembangan penyakit dan pengobatan.

6. Prognosis
Prognosis untuk asma biasanya bagus, terutama untuk anak-anak dengan penyakit ringan.
Mortalitas sudah menurun selama dua dekade terakhir ini karena pengenalan penyakit yang lebih
baik dan perbaikan dalam pengobatan. Secara global asma menyebabkan disabilitas/
ketidakmampuan derajat menengah dan berat pada 19,4 jutaan orang hingga tahun 2004
(16 jutaan orang yang berada di negara berpenghasilan rendah dan menengah).] Dari asma yang
didiagnosa selama masa kanak-kanak, separuh dari kasus tidak lagi terdiagnosa setelah satu
dekade Perubahan saluran nafas terdeteksi, tapi tidak diketahui apakah menunjukkan perubahan
yang berbahaya atau bermanfaat. Pengobatan dini dengan kortikosteroid tampaknya mencegah
atau memperbaiki penurunan fungsi paru-paru.

7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Toraks

Implikasi Keperawatan :
a. Informasikan ke pasien dan keluarga bahwa untuk pemeriksaan

foto dada

memerlukan waktu 10-15 menit.


b. Informasikan ke pasien dan keluarga bahwa perlu menunggu di unit radiologi 1015 menit setelah dilakukan foto untuk dinilai apakah film cukup jelas untuk
dibaca.
c. Jelaskan pada keluarga bahwa peralatan sinar X dan film saat ini mempunyai
kualitas terbaik dan paparan radiasinya rendah.
2. EKG

Implikasi Keperawatan :
a. Catat obat-obat yang terakhir diminum. Dokter akan membandingkan hasil EKG
dengan obat yang diberikan.

b. Libatkan keluarga untuk mendampingi anak sehingga anak dapat rileks dan
bernafas normal selama prosedur EKG.
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga bahwa EKG tidak menyebabkan sakit atau
tidak nyaman.
d. Anjurkan anak untuk memberitahukan (jika usia memungkinkan), jika selama
EKG mengalami nyeri dada ditandai kertas EKG saat anak mengalami nyeri dada.
e. Beri kesempatan anak untuk bertanya

3. Uji faal paru.

Implikasi keperawatan :
a. Jelaskan pada pasien dan keluarga mengenai tujuan pemeriksaan dan prosedur
pemeriksaan.
b. Catat pemakaian bronkodilator oral dan steroid pada formulir laboratorium, catat
usia, tinggi dan berat badan pasien.
c. Praktekkan pola-pola pada pasien (misalnya : bernafas normal, bernafas cepat,
inspirasi dalam kuat dan eksperasi dalam kuat).
d. Ukur tanda-tanda vital pasien.
e. Kaji tanda dan gejala distress pernafasan.
f. Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien selama pemeriksaan.

8.PENATALAKSANAAN MEDIK
a. Prinsip : Menghilangkan edema bronkhus, hipersekresi mukus, bronkhus spasme.
b. Tindakan preventif : Menghilangkan alergen penyebab misalnya : asap rokok, bulu
kucing, bulu anjing, burung, debu dan perubahan cuaca.
c. Pengobatan : - Simtomatik
- Bronkodilator
- Ekspektoransia.
- Antibiotika
- Kortiko steroid
- Terapi O2

9 .PENGKAJIAN
a. Data Subjektif
-

Dispnea

Bibir pucat

Cuping hidung

Ekspirasi memanjang

Wheezing

HR meningkat

Takikardi

Distensi vena jugular.

Warna kulit, sianosis, merah.

Turgor jelek.

Edema

Insomnia.

b. Data Objektif
-

Riwayat batuk dengan sputum, dalam waktu lama : 3 bulan sampai 1-2 tahun.

Riwayat terpapar zat kimia : rokok

Anak-anak mengatakan mual dan muntah.

Nafsu makan anak berkurang.

Anak sering cepat lelah.

Anak susah tidur.

c. Data Laboratorium
1. Darah : sel eosinofil meningkat, IgE total, IgE spesifik.
2. Sputum : Ditemukan eosinofil.
3. AGD : Hipoksia atau hipoksemia, alkalosis, respiratorik.
4. Elektrolit : Hipokalemia.
d. Data pemeriksaan diagnostik
1. Toraks foto : Tampak corak paru yang meningkat, hiperfleksi.
2. EKG

: Aritmia dan sinus takikardi.

3. Uji faal paru : Volume residu meningkat.


e. Potensial komplikasi
1. Empisema : Bila asma sering terjadi dan telah berlangsung lama mengakibatkan
perubahan bentuk toraks : dada membusung.
2. Atelektasis : Bila sekret banyak dan kental salah satu bronkus dapat tersumbat.
3. Bronkiektasis : Bila atelektsis berlangsung lama.
4. Bronkopnemonia : Bila ada infeksi.
5. Kegagalan nafas dan kegagalan jantung bila status asmatikus tidak tertolong dengan
semestinya.

10.DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan 1.

Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan adanya penumpukan lendir.

Hasil yang diharapkan :


-

Jalan nafas bersih dan normal.

Rencana Tindakan :
-

Monitor status pernafasan tiap 2 jam dan sesuai kebutuhan : Frekuensi, irama dan pola
nafas.

Jaga dan pelihara jalan nafas tetap bersih dan terbuka. Bila dapat mengeluarkan lendir
sendiri, hisap lendir dengan hati-hati.

Usahakan tidak memakai pakaian yang ketat.

Beri posisi tidur fowler atau semi fowler.

Lakukan drainase postural sesuai kebutuhan : k/p clapping.

Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam.

Ajarkan pasien untuk membatukkan lendirnya (anak yang sudah besar).

Beri minuman hangat.

Kolaborasikan pemberian terapi dengan dokter.

Libatkan keluarga dalam pendampingan

Diagnosa Keperawatan 2.
-

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan spasme bronkus.

Hasil yang diharapkan :


-

Gangguan pertukaran gas teratasi.

Rencana tindakan :
-

Monitor keadaan umum dan tanda-tanda vital tiap 3-4 jam.

Monitor status pernafasan setiap 2 jam dan sesuai kebutuhan pasien meliputi : irama,
bunyi dan pola nafas.

Identifikasi lamanya inspirasi dan ekspirasi.

Berikan posisi tidur senyaman mungkin.

Kolaborasikan pemberian terapi dan O2 dengan dokter.

Diagnosa Keperawatan 3.
-

Kecemasan anak berhubungan dengan rasa sesak nafas dan lingkungan rumah sakit
yang asing.

Hasil yang diharapkan :


-

Kecemasan anak berkurang.

Rencana Tindakan :

Bina rasa saling percaya dengan anak.

Kaji tingkat kecemasan anak.

Beri dukungan mental pada anak dan dampingi anak.

Libatkan orang tua dalam pemberian dukungan mental kepada anak.

Jelaskan kepada anak dan orang tua tindakan yang akan dilakukan.

Berbicara dengan tenang dan suara perlahan.

Ijinkan orang tua atau keluarga untuk menemani anak.

II. IMPLIKASI KEPERAWATAN


A. P emeriksaan Laboratorium
1. Eosinofil darah meningkat.

Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan infeksi, stres dan alergi.
b. Perubahan dalam mempertahankan kesehatan berhubungan dengan stres.

Implikasi Keperawatan
a. Peningkatan eosinofil mungkin saja merupakan tanda-tanda alergi.
b. Kaji tanda dan gejala alergi : Mata berair, kedinginan, merah dan reaksi lain
yang lebih hebat.
c. Kaji tanda dan gejala penyembuhan.

2. Sputum ditemukan eosinofil

Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi peradangan berhubungan dengan adanya organisme dalam
sputum.
b. Gangguan

integritas

jaringan

yang

berhubungan

dengan

mikroorganisme yang menyerang tubuh.


c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya proses infeksi.

Impilkasi Keperawatan
a. Jelaskan prosedur pengambilan sputum kultur.
b. Tunda pemberian antibiotika sampai sputum diproleh.
c. Sputum segera dikirim ke laboratorium.
d. Tangani sputum dengan menggunakan tehnik aseptik.
e. Pertahan agar tempat sputum tetap tertutup steril.

3. Gas darah : alkalosis respiratorik.

Diagnosa Keperawatan
a. Kecemasan berhubungan dengan pengambilan bahan darah arteri.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sesak nafas.

adanya

Implikasi Keperawatan
a. Kaji tanda dan gejala alkalosis : Takipnea, pusing, spasme, tetani dan
penurunan CO2

4. Hipokalemia dalam darah

Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan keseimbangan elektrolit berhubungan dengan hipokalemi.
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan ketidak seimbangan
kalium.
c. Gangguan nutrisi berhubungan dengan hipokalemia akibat kelaparan, diet
ketat.

Implikasi Keperawatan :
a. Observasi tanda dan gejala hipokalemia : Vertigo, hipotensi, aritmia, muntah,
diare, distensi abdomen, peristaltik menurun, kelemahan otot dan kram tungkai.
b. Observasi cairan masuk cairan keluar poliura dapat menyebabkan kehilangan
kalium yang berlebihan.
c. Tentukan status hidrasi pasien bila terjadi hipokalemia. Kelebihan cairan dapat
menurunkan nilai kalium serum.
d. Kenali perubahan tingkah laku (bingung, mudah marah dan depresi mental)
sebagai tanda-tanda hipokalemia.
e. Anjurkan pasien untuk makan-makanan tinggi kalium.
f. Laporkan perubahan EKG, segmen S-T yang memanjang dan depresi ST dan
gelombang T yang datar atau terbalik merupakan indikasi hipokalemia.
g. Monitor nilai kalium serum pada pasien yang mendapat obat diuretik dan steroid
kortiko steroid dapat menyebabkan retensi natrium dan ekskresi kalium.
h. Berikan kcl (IV) dalam cairan parenteral, jangan pernah memberikan kcl secara IV
langsung atau bolus karena dapat terjadi henti jantung. Dan jangan memberikan
secara IM atau SC karena dapat mengakibatkan iritasi otot jantung dan vena
sehingga mengakibatkan plebitis.
i. Kaji tanda intoksikasi digitalis : nausea, muntah, anoreksia, bradikardi, aritmia dan
gangguan penglihatan pada pasien yang mendapatkan obat golongan digitalis.

B. Obat-obatan
1. Bronkodilator
Pemakaian umum :

Untuk mengobati dan atau mencegah gejala asma dan bronkospasme refersibel akibat
bronkritis kronis dan emfisema.
Cara kerja
Bekerja secara langsung melemaskan otot polos bronkus dan pembuluh darah
pulmonal. Jadi bekerja sebagai bronkodilator dan pelemas otot polos.
Kontra indikasi
Individu yang menunjukkan hipersensitif terhadap etilendiamir dan xanthine.
Perhatian
Pemberian aminophilin pada bayi umur dibawah satu tahun dianjurkan untuk lebih
berhati-hati.
Implikasi keperawatan :
-

Pengkajian
Kaji keluhan sesak nafas, retraksi dada bunyi nafas, tanda gagal nafas dan
lamanya keluhan.

Kemungkinan diagnosa keperawatan


# Gangguan jalan nafas.
Kurang pengetahuan tentang obat-obatan.

Implementasi
# Berikan obat tepat pada waktunya.
# Monitor HR dan T.D

Penyuluhan pasien atau keluarga


# Jelaskan pada pasien atau keluarga kegunaan dan efek samping dari terapi.
# Anjurkan keluarga untuk segera memberitahukan perawat jika muncul nyeri
abdomen, palpitasi dan susah tidur.
# Hindari makanan minuman yang mengandung coklat dan caffein.

Evaluasi
Respon klinis dapat dievaluasi dengan berkurangnya keluhan sesak nafas dan
pembebasan jalan nafas semakin adekuat.

2. Kortikosteroid

Pemakaian umum :
Untuk mengurangi gejala inflamasi dan manifestasi proritus pada dermatokis yang
bersifat responsif terhadap kortikosteroid.

Cara Kerja :
Hidrokortison merupakan kortikosteroid topikal yang mempunyai sifat anti
inflamasi, anti pruritis dan fase konstriksi.

Kontra indikasi
Sensitivitas terhadap dexametasone atau komponen lainnya.

Perhatian

- Penderita yang dihadapkan pada stres yang tidak biasa : membutuhkan


peningkatan dosis yang bekerja cepat, sebelum, selama dan sudah situasi stres
fisik atau emosional.
- Gejala Withdrowl : meliputi anoreksia, mual, miulgia, antralgia dan melaise yang
disebut juga sebagai steroid pseudoreumatisin, dapat terjadi bila obat dihentikan
setelah pemakaian jangka panjang, meskipun tidak ada insufiensi adrenal.

Efek samping
- Gangguan cairan dan elektrolit : retensio natrium, retensi air, kegagalan jantung
kongestif pada penderita yang rentan, kehilangan kalium, alkalosis, hipokalemik
dan hipertensi.
- Neurologi : Konvulsi, peningkatan tekanan intrakranial disertai pupil edema
(pseudutumor cerebri) vertigo dan sakit kepala.
- Dermatologi : hambatan penyembuhan luka, petekie, eritema fasial, bertambahnya
keringat, dermatitis alergika, urtikaria, edema angioneuretik
- Endokrinologi : hambatan pertumbuhan pada anak

Impilkasi keperawatan
Pengkajian
- Kaji tanda insufresiensi edrenal (hipotensi, penurunan berat badan, kelemahan,
mual, muntah, anoreksia, alergi, konfusi dan gelisah) serta status sebelum dan
selama pengobatan.

Diagnosa keperawatan
- Potensial infeksi.
- Gangguan gambaran tubuh.
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan pengobatan.

Implementasi
- Berikan pagi hari bila dosis yang diberikan atau diajurkan diberikan setiap hari
atau setiap 2 hari karena bertepatan dengan sekresi kartison tubuh.
- Beri makan (peroral) untuk mengurangi iritasi gaster.

Penyuluhan pasien atau keluarga


-

Tekankan pada keluarga perlunya minum obat tepat waktu, gejala-gejala


insufisiensi dapat tidak bila obat-obatan dihentikan dan dapat mengancam
kehidupan.

Berikan dorongan pada keluarga untuk memberi makan protein tinggi, kalsium
serta kalium dan rendah garam, karbohidrat.

Mendiskusikan pada keluarga efek yang mungkin terjadi terhadap gambaran


tubuh, eksplorasi mekanisme koping individu.

Evaluasi

Ketidak efektifan terapi dapat dievaluasi dan adanya tanda-tanda supresi dan respon
umum pada gangguan autoimmun, reaksi alergi.
3. Antibiotoka
Pemeriksaan umum :
Pengobatan dan pencegahan infeksi bakteri.
Cara kerja :
Anti infeksi bekerja dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan.
Kontra indikasi :
Individu yang sangat sensitif terhadap golongan penisilin atau cephalosperin.
Perhatian :
Perlu dilakukan modifikasi dosis pada pasien yang menderita infeksi ginjal dan hepar.
Penggunaan anti infeksi Broad Spectrum dalam waktu lama dapat menyebabkan jamur
menjadi ganas atau resisten terhadap bakteri
Implikasi keperawatan :

Perhatian :
-

Kaji tanda dan gejala infeksi sebelum dan selama terapi.

Periksa kultur dan sensitivitas dari bahan (darah, urin, feses, sputum) sebelum
mulai dengan pengobatan, sesuai dengan pengobatan, sesuai program dokter.

Observasi tanda dan gejala alergi terhadap antibiotik.

Segera informasikan pada dokter bila tumbuh reaksi alergi.

Kemungkinan diagnosa keperawatan :


-

Kurang pengetahuan tentang obat-obatan.

Ketidak patuhan terhadap pengobatan.

Implimentasi :
Hampir semua antibiotik harus diberikan dalam interval waktu yang sama dalam 24
jam untuk mempertahankan kadar dosis terapeutik obat dalam serum.

Penyuluhan pasien atau keluarga :


Ingatkan pasien untuk tetap minum obat pada interva waktu yang sama dalam 24 jam
sampai dosis yang diberikan habis walaupun sudah merasa lebih baik.
-

Menganjurkan pasien melaporkan tanda-tanda infeksi sekunder pada dokter (rasa


tebal pada lidah, feses dengan bau yang khas).

Evaluasi :
Efektivitas obat dapat dievaluasi melalui menghilangnya tanda dan gejala infeksi.
4. Mukoletik
Pemakaian Umum :
Brountitis asmatik dan bron khitis yang disertai empisema dan asma bronkhial ringan.

Cara kerja :
Memecahkan serabut-serabut asam muko pelisakarida akan mengencangkan sputum yang
tebal dan lengket sehingga lebih mudah dibatukkan keluar.
Perhatian :
Pada pemberian terapi pada pasien dan keluarga diberitahu akan ada peningkatan sekresi
(riak).
Efek Samping :
Gangguan gastro intestinal ringan, palpitasi, vesikuler, takikardi, sulit bak.
Implikasi keperawatan :

Pengkajian
Observasi batuk, peningkatan sputum, gangguan sel pernafasan.

Diagnosa Keperawatan :
-

Resiko tinggi terjadi gangguan pernafasan.

Kurang pengetahuan tentang obat-obatan.

Implementasi :
-

Observasi pernafasan pasien.

Monitor tekanan nadi pasien.

Beri makan sebelum minum obat.

Penyuluhan pasien dan keluarga


-

Anjurkan keluarga untuk konsultasi dengan dokter jika sesak nafas yang berat.

Ajarkan pasien cara batuk efektif untuk mengeluarkan sputum.

Evaluasi
Efektivitas terapi dievaluasi melalui berkurangnya sputum dan batuk.
5. Oksigen
Pemakaian umum :
O2 diberikan dalam bentuk gas untuk memenuhi kebutuhan O2 dalam tubuh melalui
saluran pernafasan.
Cara Kerja :
Dapat menyebabkan keracunan O2 dalam pemberian tanpa mengontrol analisa O2 dalam
arteri.
Kontra Indikasi :
Pemberian harus disertai humidifer, cara pemberian memakai nasal, masker, ventilator,
sesuai dosis waktu yang ditentukan.
Implikasi Keperawatan :

Pengkajian :
-

Pantau pola pernafasan pucat perabaan kulit dingin.

Pantau analisa gas darah arteri.

Kemungkinan Diagnosa Keperawatan :


-

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pemakaian alat pemberian O2.

Kurang pengetahuan tentang kegunaan dan dosis O2.

Potensial terjadinya cedera (keracunan) berhubungan dengan kelebihan dosis


pemberian.

Evaluasi :
-

Adanya perubahan pola pernafasan, peningkatan kadar O2 sesuai yang dibutuhkan.

Menghilangkan tanda-tanda hipoksia : pucat, perubahankulit dingin, gelisah.

12.PENYULUHAN
Hasil yang diharapkan
Pasien dan keluarga dapat menjelaskan dan mendemontrasikan :
1. Kondisi dan prosedur.
2. Diet.
3. Obat-obatan.
4. Aktivitas dan perawatan diri.
5. Pencegahan.
Metode : Ceramah dan diskusi.
Materi :
1. Kondisi dan prosedur
Pasien dan keluarga diberi informasi mengenai prosedur yang akan dilakukan yang
meliputi wawancara riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan
laboratorium, penentuan sakit ditentukkan oleh tanda-tanda dan gejala krisis yang ada,
hasil pemeriksaan laboratorium, yaitu : darah, sputum, AGD, foto toraks, uji faal paru dan
EKG, selain itu diberi tahu pula mengenai perkembangan kondisi pasien dalam
keperawatan, serta penjelasan bahwa penyakitnya membutuhkan penanganan segera .
2. Diet
Makanan lunak atau saring, tinggi kalori dan protein dan mudah dicerna, memberi
penjelasan tentang tujuan dan makanan yang mudah dicerna untuk mengurangi kebutuhan
oksigen.
3. Obat-obatan

Jelaskan nama obat, cara pemberian, dosis, kegunaan, serta efek samping obat serta
keluhan yang perlu dilaporkan (lihat penyuluhan dan implikasi keperawatan tentang obatobatan).
4. Aktivitas dan perawatan diri.
Pasien dianjurkan untuk banyak istirahat, hindari kelelahan untuk mengembangkan fungsi
paru, pasien dianjurkan latihan nafas dalam. Pasien perlu menjaga kebersihan tubuh,
pakaian dan lingkungannya. Bila pasien belum mampu mandiri (anak-anak) keluarga
perlu membantunya dirumah.

5. Pencegahan.

Timbulkan serangan asma tergantung dari faktor dan terjadinya kontak.

Pasien dianjurkan untuk mengurangi aktivitas, mengikuti diet dan menjaga situasi
emosional yang stabil. Kontrol ke dokter sangat diperlukan untuk memantau
terjadinya serangan asma sejak dini..

Menghindari alergan dalam rumah, tinjau debu rumah, alergan terhadap bulu
binatang, kecoa, spora jamur.

Menghindari polusi udara dalam rumah seperti asap rokok.

DAFTAR PUSTAKA
Beekel J. Nelson, N.P (1987), Nursing Care Plans For the Pediatric Patient. ST. louis : The CV.
Mosby Company Toronto
Bnelson Nancy Pamertin (1990). Pediatric Nursing Care Plans, Philadelphia.
Cindy Smith Greeberg (1988). Nursing Care Planning Guides For Children.
C. Henry K. Hendry K.S. Donough. O. and Vincent. A.F.C (1987). Pediatric Diagnosis And
Treatment. California.
Grafiduan Jaya (1994). Data Obat di Indonesia Bol, Edisi 9.
Scipien, Gladys (1998) Pediatric Nursing Care Plans Philadelphia.
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak (1985). Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Buku Kuliah 3.

Anda mungkin juga menyukai