RESUSITASINYA
Ada dua gerbang untuk masuk ke jalan nafas pada manusia yaitu hidung yang
menuju nasofaring (pars nasalis), dan mulut yang menuju orofaring (pars oralis).
Kedua bagian ini di pisahkan oleh palatum pada bagian anteriornya, tapi kemudian
bergabung di bagian posterior dalam faring (gambar 1). Faring berbentuk U dengan
struktur fibromuskuler yang memanjang dari dasar tengkorak menuju kartilago
krikoid pada jalan masuk ke esofagus. Bagian depannya terbuka ke dalam rongga
hidung, mulut, laring, nasofaring, orofaring dan laringofaring (pars laryngeal).
Nasofaring dipisahkan dari orofaring oleh garis imaginasi mengarah ke posterior.
Pada dasar lidah, secara fungsional epiglotis memisahkan orofaring dari laringofaring
(atau hipofaring). Epiglotis mencegah terjadinya aspirasi dengan menutup glotis-
gerbang laring- pada saat menelan. Laring adalah suatu rangka kartilago yang diikat
oleh ligamen dan otot. Laring disusun oleh 9 kartilago (gambar 2) : tiroid, krikoid,
epiglotis, dan (sepasang) aritenoid, kornikulata dan kuneiforme.
Gambar 2. Anatomi Kartilago
a. Obstruksi total
b. Obstruksi parsial
Sumbatan pada sebagian jalan nafas sehingga dalam keadaan ini udara
masih dapat masuk ke paru-paru walaupun dalam jumlah yang lebih sedikit. Bila
tidak dikoreksi dapat menyebabkan kerusakan otak. Hal yang perlu diwaspadai
pada obstruksi parsial adalah Fenomena Check Valve yaitu udara dapat masuk,
tetapi tidak keluar.
a. Trauma
Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung diri, atau kasus
percobaan pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya terjadi ditulang rawan sekitar,
misalnya aritenoid, pita suara dll.
2. Trauma leher
3. Trauma laringeal
1. Laring
2. Trakea
3. Bronkus
1. Pengelolaan Jalan Nafas dengan Mengeluarkan benda asing dari jalan nafas
a. Langkah 1
Posisikan pasien/korban terlentang di alas yang datar dan keras.
b. Langkah 2
Buka jalan napas pasien/korban dengan head tilt-chin lift
Periksa mulut pasien/korban untuk melihat bilamana tampak benda asing.
Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik
Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang
disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah. Kegagalan membuka nafas
dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas di
daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)
c. Langkah 3
Evaluasi pernapasan pasien/korban dengan melihat, mendengar dan merasakan
Bila tidak ada napas, lakukan ventilasi
Bila jalan napas tersumbat, reposisi kepala dan lakukan ventilasi ulang
d. Langkah 4
Bila jalan napas tetap tersumbat, lakukan 30 kompresi dada (posisi tangan
untuk kompresi dada sama dengan RJP dewasa)
e. Langkah 5
Ulangi langkah 2-4 sampai ventilasi berhasil (ventilasi berhasil bila terjadi
pengembangan dinding dada)
f. Langkah 6
Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi ketika jalan napas bebas
Jika nadi tidak teraba, perlakukan sebagai henti jantung, lanjutkan RJP 30:2
Jika nadi teraba, periksa pernapasan
Jika tidak ada napas, lakukan bantuan napas 10-12x/menit (satu tiupan tiap 5-6
detik) dengan hitungan satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu, tiup. Ulangi
sampai 12 kali.
Jika nadi dan napas ada, letakkan pasien/korban pada posisi recovery
Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan tiap beberapa menit
Pada pasien yang tidak sadar, penyebab tersering sumbatan jalan napas yang
terjadi adalah akibat hilangnya tonus otot-otot tenggorokan. Dalam kasus ini lidah
jatuh ke belakang dan menyumbat jalan napas ada bagian faring. Letakkan pasien pada
posisi terlentang pada alas keras ubin atau selipkan papan kalau pasien diatas kasur.
Jika tonus otot menghilang, lidah akan menyumbat faring dan epiglotis akan
menyumbat laring. Lidah dan epiglotis penyebab utama tersumbatnya jalan nafas pada
pasien tidak sadar. Untuk menghindari hal ini dilakukan beberapa tindakan, yaitu:
a. Perasat kepala tengadah-dagu diangkat (head tilt-chin lift manuver)
Perasat ini dilakukan jika tidak ada trauma pada leher. Satu tangan
penolong mendorong dahi kebawah supaya kepala tengadah, tangan lain
mendorong dagu dengan hati-hati tengadah, sehingga hidung menghadap keatas
dan epiglotis terbuka, sniffing position, posisi hitup.
b. Perasat dorong rahang bawah (jaw thrust manuver)
Pada pasien dengan trauma leher, rahang bawah diangakat didorong
kedepan pada sendinya tanpa menggerakkan kepala leher. Karena lidah melekat
pada rahang bawah, maka lidah ikut tertarik dan jalan nafas terbuka.
Dalam melakukan teknik membebaskan jalan nafas agar selalu diingat untuk
melakukan proteksi Cervical-spine terutama pada pasien trauma/multipel trauma.
Hilangnya tonus otot jalan nafas bagian atas pada pasien yang tidak sadar atau
dianestesi menyebabkan lidah dan epiglotis jatuh kebelakang kearah dinding posterior
faring. Mengubah posisi kepala atau jaw thrust merupakan teknik yang disukai untuk
membebaskan jalan nafas. Untuk mempertahankan jalan nafas bebas, jalan nafas
buatan (artificial airway) dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung untuk
menimbulkan adanya aliran udara antara lidah dengan dinding faring bagian posterior
(Gambar 11). Pasien yang sadar atau dalam anestesi ringan dapat terjadi batuk atau
spasme laring pada saat memasang jalan nafas artifisial bila refleks laring masih intact.
Gambar 14. Face Mask dewasa Gambar 15. Teknik memegang Face Mask 1
tangan
Gambar 16. Difficult Airway dapat dipegang menggunakan 2 tangan
Pada situasi yang sulit, diperlukan dua tangan untuk mendapatkan jaw
thrust yang adekuat dan face mask yang rapat. Karena itu diperlukan seorang
asisten untuk memompa bag (gambar 16).
b. Laryngeal Mask Airway (LMA)
LMA memiliki kelebihan istimewa dalam menentukan penanganan
kesulitan jalan nafas. LMA memberikan alternatif untuk ventilasi selain face mask
atau TT. Kontraindikasi untuk LMA adalah pasien dengan kelainan faring
(misalnya abses), sumbatan faring, lambung yang penuh (misalnya kehamilan,
hernia hiatal), atau komplians paru rendah (misalnya penyakit restriksi jalan nafas)
yang memerlukan tekanan inspirasi puncak lebih besar dari 30 cm H2O. Walaupun
LMA tidak sebagai penganti untuk trakheal intubasi, LMA membuktikan sangat
membantu terutama pada pasien dengan jalan nafas yang sulit (yang tidak dapat
diventilasi atau diintubasi) disebabkan mudah untuk memasangnya dan angka
keberhasilannya relatif besar (95- 99%).
Gambar 17. Pemasangan LMA
Bila terdapat sumbatan jalan nafas oleh benda cair. Pengisapan dilakukan
dengan alat bantu pengisap (pengisap manual atau dengan mesin)
A. Anatomi Breathing
1. Organ Utama Breathing : Paru – Paru
Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paruparu adalah
berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya
berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu, paru kanan
dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri
mempunyai dua lobus. Setiap paruparu terbagi lagi menjadi beberapa sub-bagian,
terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments.
Paru-paru bagian kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh sebuah ruang yang
disebut mediastinum (Evelyn, 2009).
Sumber : Hadiarto (2015)
Paru-paru manusia dibungkus oleh selaput tipis yang bernama pleura. Pleura
terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput
tipis yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput
yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga yang
disebut cavum pleura (Guyton, 2007).
B. Pengertian
Pernafasan merupakan pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas untuk
pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Breathing
merupakan suatu kesatuan dari proses oksigenasi dan ventilasi, tanpa oksigenasi yang
adequate ventilasi akan terganggu begitu juga bila tanpa ventilasi yang adequate maka
oksigenasi akan menjadi sia-sia.
Bernapas adalah usaha seseorang secara tidak sadar atau otomatis untuk
melakukan pernafasan. Tindakan ini merupakan salah satu dari prosedur resusitasi
jantung paru (RJP). Untuk menilai seseorang bemafas secara normal dapat dilihat dari
berapa kali seseorang bernapas dalam satu menit, secara umum:
1. Open Pneumothoraks
Pneumotoraks terbuka ini tersering disebabkan oleh adanya penetrasi langsung
dari benda tajam pada dinding dada penderita sehingga meninmbulkan luka atau
defek pada dinding dada. Dengan adanya defek tersebut yang merobek pleura
parietal, sehingga udara dapat masuk kedalam rongga pleura. Terjadinya
hubungan antara udara pada rongga pleura dan udara dilingkungan luar, sehingga
menyebabkan samanya tekanan pada rongga pleura dengan udara di diatmosper.
Jika ini didiamkan akan sangat membahayakan pada penderita. Dikatakan pada
beberapa literatur jika sebuah defek atau perlukaan pada dinding dada lebih besar
2/3 dari diameter trakea ini akan menyebabkan udara akan masuk melalui
perlukaan ini, disebabkan tekana yang lebih kecil dari trakea. Akibat masuknya
udara lingkungan luar kedalam rongga pleura ini, berlangsung lama kolaps paru
tak terhindarkan, dan berlanjut gangguan ventilasi dan perfusi oksigen kejaringan
berkurang sehingga menyebabkan sianosis sampai distress respirasi.
Ciri – ciri Open Pneumothoraks saat dilakukan pemeriksaan IAPP :
a. Inspeksi : Tampak jejas / perlukaan pada area thoraks atau dada, retraksi
dinding dada asimetris.
b. Auskultasi : Suara hisapan
c. Perkusi : Hipersonor
d. Palpasi : KrepitasI
A. Pengertian
Circulation merupakan salah satu bagian dari primary assesment (C) dimana kita
melakukan pengkajian terkait sirkulasi pasien dan melakukan tindakan segera untuk
menyelematkan nyawa, mencegah komplikasi, mencegah kondisi menjadi lebih buruk
atau mencegah kecacatan pasien.
Pengkajian sirkulasi bertujuan untuk mengetahui dan menilaikemampuan jantung d
an pembuluh darah dalam memompa darah keseluruh tubuh. Pengkajian sirkulasi meli
puti :
tekanan darah, jumlah nadi,keadaan akral, dingin atau hangat, sianosis, bendungan
vena juguralis.
Pendarahan merupakan sebab utama kematian pasca bedah yang mungkin dapat
diatasi dengan terapi yang tepat di rumah sakit Pengelolaan siklus adalah mengenal
permasalahan dan mengembalikan fungsi sirkulasi darah. Sistem sirkulasi adalah
sistem yang bertindak sebagai transportasi berbagai zat yang masuk dan keluar dalam
tubuh. Sistem sirkulasi pada manusia berupa sistem peredaran darah dan sistem limfe
Menurut Ronny, Setiawan, dan Fatimah (2009) sirkulasi dibagi menjadi tiga macam,
yaitu :
1. Sirkulasi Sistemik Sirkulasi sistemik merupakan sirkulasi dari jantung ke seluruh
tubuh dan kembali ke jantung
2. Sirkulasi Paru Sirkulasi paru atau bisa disebut dengan sirkulasi pulmonal
merupakan sirkulasi dari jantung ke paru-paru dan kembali ke jantung
3. Sirkulasi Khusus (Sirkulasi pada Janin, Sirkulasi Kononer Jantung) Sirkulasi ini
terjadi dari jantung utuk otot jantung sendiri
B. Tujuan
Mengembalikan Fungsi sirkulasi darah dan cairan darah
C. Indikasi
a) Syok
b) Henti jantung
D. Pengenalan pada Syok
Ada 2 pemeriksaan yang dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai
keadaan hemodinamik, yakni keadaan kulit akral dan nadi.
E. Kontrol Pendarahan
Pendarahan dapat secara eksternal(terlihat) dapat dikendalikan dengan penekanan
langsung pada luka dan internal (tidak terlihat) dapat menggunakan spalk/bidai untuk
mengontrol perdarahan dari suatu fraktur pada ekstremitas.
F. Pengkajian
Gangguan sirkulasi yang dikaji dengan meraba arteri besar seperti femoralis dan
karotis perabaan nadi karotis sering digunakan untuk mengakaji secara tepat, juga
melihat gangguan sirkulasi dapat disebabkan oleh syok atau henti
jantung.mengakibatkan suplai oksigen jantung terhenti dan menyebabkan kematian
dengan cepat . Henti jantung ditandai dengan:
a) Hilangnya kesadaran
b) Apneu
c) Tidak ada nadi
d) Dilatasi pupil
G. Organ yang terlibat dalam sirkulasi
a) Jantung
b) Paru-paru
c) Ginjal
d) Pembuluh Darah
H. Jenis-jenis sebab gangguan sirkulasi
a) Penimbunan lemak dibawah arteri
b) Kerusakan otot jantung
I. Syok pada circulation manajemen Keadaan diamana tidak cukup atau in adekuat aliran
darah ke jantung untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen.
Jenis-jenis syok :
a) Syok hipopolemik : pendarahan, luka bakar, dehidrasi
b) Syok kardiogenik : infark miokard, gagal jantung kongestif, disaritmia
c) Syok obstruktif : tamponade perikardial, emboli pulmonal
d) Syok distributif : infeski, sepsis, keracunan
1. Pengertian
Resusitasi jantung paru merupakan suatu tindakan yang merupakan salah satu usaha
untuk mengembalikan keadaan henti nafas dan henti jantung ke fungsi optimal, guna
mencegah kematian biologis. Soerasdi menyebutkan bahwa resusitasi merupakan
tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran seseorang
yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru dan
beroirientasi pada pada otak.
Usaha untuk menjaga airway tetap terbuka, menunjang pernapasan dan sirkulasi
darah disebut bantuan hidup dasar (BHD). BHD dimulai dengan mengenali secara tepat
keadaan henti jantung atau napas dan segera memberikan bantuan ventilasi dan
sirkulasi. BHD bertujuan untuk memasok oksigen ke otak, jantung dan alat vital
lainnya secara cepat. Kemudian dilanjutkan dengan bantuan hidup lanjut. Adapun
beberapa keadaan yang dapat diberikan tindakan resusitasiadalah keadaan henti napas
pada korban tenggelam, obstruksi benda asing di jalan napas,keracunan obat, tersedak,
koma, dll. Selain itu juga fibrilasi ventrikel, takhikardi ventrikel, asitoldan disosiasi
elektromekanikal. Sirkulasi untuk menjamin oksigenasi yang adekwat sangat
diperlukan dengan segera karena sel-sel otak menjadi lumpuh apabila oksigen ke otak
terhentiselama 8 – 20 detik dan akan mati apabila oksigen terhenti selama 3 – 5 menit
(Soerasdi, 2004).
2. Tujuan Tindakan
a. Memulai kembali sirkulasi yang spontan (advance life support)
b. Memberikan bantuan eksternalterhadap sirkulasi (fungsi jantung) dan ventilasi
(fungsi pernapasan/paru) pada pasien henti jantung atau henti napas
c. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas)
d. Untuk membentuk jalan napas yang lancar
e. Pengelolaan intensif pasca resusitasi (prolonged life support)Melindungi otak
secara manual dari kekurangan oksigen (fungsi utama)
f. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (napas).
g. mengalirkan darah yang mengandung oksigen ke otak dalam upaya mencegah
kerusakan jaringan yang permanen.
3. Indikasi
a. Henti jantung
b. Henti napas (obstruksi jalan napas akibat benda asing, tersedak, tersengat listrik, syok
hipovolemik karena pendarahan, reaksi anafilaktik, tenggelam, overdosis
obat,ketidakseimbangan elektrolit)
c. Dyspnea, henti napas 15 – 30 detik
d. Kulit pucat abu abu
e. Pupil lebar dan tidak reaktif 60 – 90 detik
f. Pulsasi arteri karotis tidak teraba
g. Tak terabanya nadi segera
h. Ketidaksadaran 10 – 20 detik
i. Keadaan penurunan mental
4. Kontraindikasi
a.Fraktur Kosta
b.Trauma thorax
c.Pneumothorax
d.Emphysema bera
e.Fraktur Kosta
f. Trauma thorax
g.Pneumothorax
h.Emphysema berat
i. Cardiac tamponade
j. Cardiac arrest lebih dari 5-6 menit
5. Komplikasi
1.Tertutupnya saluran pernapasan akibat kepala terlalu dihiperekstensikan
2.Patah tulang dada dan tulang iga
3.Bocornya paru-paru ( Pnemotoraks)
4.Perdarahan dalam paru-paru/rongga dada ( Hemotoraks)
5.Luka dan memar pada paru-paru
6.Robekan pada hati
6. Penghentian RJP
1. Jika penderita sudah tidak memberikan respon yang stabil.
2. Pupil dilatasi maksimal
3. Tidak ada respon spontan setelah RJP selama 15-30 menit
4. Gambaran EKG sudah flat
7. Anatomi torax
Dinding dada terdiri dari Tulang dada yakni iga, columna vertebralis torakalis,
sternum, tulang clavicula dan scapula. Dinding
dada terdiri dari otot serta pembuluh darah
terutama pembuluh darah intrerkostalis dan
torakalis interna. Bagian bawah torax dibatasi
oleh otot diafragma. Diafragma tempat jalan
untuk aorta, vena cava inferior serta esofaguIsi
rongga torak. Rongga torax dibagi menjadi tiga,
yakni kiri, tengah dan kanan, didalamnya terdapat
paru – paru. Rongga torax dibatasi oleh
pleuravisceralis dan parietalis. Rongga
mediastinum
dan isinya terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi menjadi bagian anterior, medius,
posterior dan superior.
Rongga Mediastinum
1) Mediastinum superior, batasnya :Atas : bidang yang dibentuk oleh vertebra torakalis
1, kosta 1, dan jugular notch.Bawah : bidang yang dibentuk dari angulus sternal ke
vertebra torakalis 4Lateral : pleura mediastinalisAnterior : manubrium
sterni.Posterior : Corpus vertebra torakalis 1-4.
2) Mediastinum inferior terdiri dari mediastinum anterior, mediastinum
medius,mediastinum posterior.
3) Mediastinum anterior batasnya :Anterior : sternum ( tulang dada )Posterior
: pericardium ( selaput jantung )Lateral : pleura mediastinalisSuperior : plane of
sternal angleInferior : diafragma.
4) Mediastinum medium batasnya :Anterior : perikardiumPosterior :
perikardiumLateral : pleura mediastinalisSuperior : plane of sternal angleInferior :
diafragma.
5) Mediastinum posterior, batasnya :Anterior : pericardium, Posterior : corpus
vertebra torakalis 5 - 12Lateral : pleura mediastinalisSuperior : plane of sternal
angleInferior : diafragma.
Batas-batas Thorax.
- Apabila klien telentang, kemungkinan akan terjadi obstruksi jalan napas sebagian
atau total oleh jatuhnya lidah. Hal yang dilakukan adalah kepala
dihiperekstensikan, dagu diangkat, mulut ditutup. Dalam posisi ini kepala nafas
korban bisa dipertahankan. Apabila hidung tersumbat, maka mulut dibuka 1 – 2
cm agar udara bisa masuk lewat mulut.
A. Transportasi
Setelah penderita diletakan diatas tandu (atau Long Spine Board bila diduga patah
tulang belakang) penderita dapat diangkut ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan
dilakukan Survey Primer, Resusitasi jika perlu.
4. Pemindahan Emergensi
a. Tarikan baju
b. Tarikan selimut
c. Tarikan lengan
d. Ekstrikasi cepat
5. Non Emergensi
1. Definisi
Rujukan adalah penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke
pelayanan kesehatan yang lain Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu
system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya
penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik
secara vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten,
terjangkau, rasional,dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi
2. Tujuan
Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam rangka
penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna. Tujuan
system rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelayanan kesehatan secara terpadu Tujuan system rujukan adalah agar pasien
mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI
dan AKB
3. Jenis Rujukan
Rujukan medis yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu
kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih
berwenang dan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medis antara
lain :
a. Transfer of patient konsultasi penderita untuk keperluaan
diagnosis,pengobatan,tindakan operatif dan lain-lain
b. Transfer of specimen pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium
yanglebih lengkap
c. Transfer of knowledge / personal pengiriman tenaga yang lebih kompeten
atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat. Rujukan kesehatan
yaitu hubungan dalam pengiriman,pemeriksaan bahan atau specimen ke
fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang yang
menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup
rujukan teknologi, sarana dan operasional.
4. Jalur Rujukan
Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai
berikut :
a. Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke :
1. Puskesmas
2. Pondok bersalin / bidan desa
3. Puskesmas / puskesmas rawat inap
4. Rumah sakit pemerintah / swasta
b. Dari Posyandu
Dapat langsung merujuk ke :
1. Puskesmas
2. Pondok bersalin / bidan desa
3. Puskesmas / puskesmas rawat inap
4. Rumah sakit pemerintah / swasta
5. Persiapan Rujukan
Persiapan yang harus di perhatikan dalam melakukan rujukan, disingkat
“BAKSOKU”yaitu :
B (bidang) : pastikan pasien di dampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten
danmemiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawat daruratan
A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit,
infus set,tensimeter dan stetoskop
K (keluarga) : beritahu keluarga tentang kondisi terakhir pasien dan alasan
mengapa dirujuk, anggota keluarga harus menerima pasien ke tempat rujukan
S (surat) : beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi pasien, alasan
rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan keperawatan, obat-obatan yang telah
diterima pasien
O (obat) : bawa obat-obatan yang diperlukan selama perjalanan merujuk
K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan pasien
dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu
cepat U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat
rujukan
6. Keuntungan Sistem Rujukan
Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa
pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi
rasa aman pada pasien dan keluarga dengan adanya penataran yang teratur
diharapkan pengetahuan dan keterampilan petugas daerah makin meningkat
sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di daerahnya masing-masing
masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli
7. Mekanisme Rujukan
Menentukan kegawat daruratan pada tingkat kader,bidan desa dan puskesmas
a. Pada tingkat Kader : Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani
sendirimaka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena
mereka belum dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan
b. Pada tingkat bidan desa,puskesmas : Tenaga kesehatan harus dapat
menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan kasus mana
yang boleh ditanganisendiri dan kasus mana yang harus dirujuk
8. Menentukan Tempat Tujuan Rujukan