DISUSUN OLEH :
c. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing).
Inspeksi : ditemukan ketidak simetrisan rongga dada Dan tulang belakang.
Palpasi : Taktil Fremitus seimbang kanan Dan kiri.
Perkusi : suara resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : pada kasus lansia biasanya didapatkan suara ronki.
2. B2 (Blood).
Sering terjadi keringat dingin dan pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi
gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitanngan efek obat.
3. B3 (Brain).
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh
pusing dan gelisah.
a) Kepala Dan Wajah : terdapat sianosis
b) Mata : skelera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
c) Leher : biasanya JVP dalam batas normal.
4. B4 (Bladder).
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system
perkemihan
5. B5 (bowel).
Pada kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi, namun juga penting dikaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses
6. B6 (Bone).
Pada Inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering
menunjukkan kifosis atau ngibbus (dowager’s hump) Dan penurunan tinggi badan Dan
berat badan. Ada gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality, Dan nyeri
spinal. Lokasi fraktur sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 Dan lumbalis 3.
B. DIAGNOSA KEPERWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebrae spasme otot
deformitas tulang
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder terhadap
perubahan skletal (kiposis), nyeri sekunder atau frkatur baru.
3. Risiko injury (cedera) berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skletal
dan ketidakseimbangan tubuh.
C. RENCANA KEPERAWATAN
4. Kelelahan
4. Rencanakan pada dan
klien tentang periode keletihan
istirahat adequat dapat
dengan berbaring menurunkan
dengan posisi minat untuk
terlentang selam aktivitas
kurang lebih 15 sehari-hari.
menit
2 Hambatan Setelah diberi 1. Pantau tingkat nyeri 1. Tulang
mobilitas fisik tindakan keperawatan pada punggung, dalam
berhubungan diharapkan klien terlokalisisr atau peningkatan
dengan disfungsi mampu melakukan nyeri menyebar jumlah
sekunder terhadap mobilitas fisik, pada abdomen atau trabekuler,
perubahan skletal dengan kriteria hasil : pinggang pembatasan
(kiposis), nyeri 1. Klien dapat gerak spinal.
sekunder atau meningkatkan
frkatur baru. mobilitas fisik
2. Klien mampu 2. Ajarkan pada klien 2. Laternatif
melakukan ADL tentang alternatif lain untuk
secara lain untuk mengatasi
independent mengatasi dan nyeri
mengurangi rasa pengaturan
nyerinya. posisi,
kompres
hangat dan
sebagainya.
3. Kaji obat-obatan 3. Keyakinan
untuk mengatasi klien tidak
nyeri. dapat
mentolelir
akanb obat
yang
adequate
atau tidak
adequat
untuk
mengatasi
nyerinya.
4. Rencanakan pada 4. Kelelahan
klien tentang dan
periode istirahat keletihan
adequat dengan dapat
berbaring dengan menurunkan
posisi terlentang minat untuk
selam kurang lebih aktivitas
15 menit sehari-hari.
3 Risiko injury setelah dilakukan 1. Ciptakan 1. Menciptkan
(cedera) berhubu tindakan keperawata lingkungan yang be lingkungan
ngan Injury (cedera) tidak bas dari bahaya : yang aman
dengan danmengura
dampak sekunder
perubahan skletal terjadi dengan criteria a. Tempatkan klien ngi resiko
dan hasil : pada tetmpat tidur terjadinya
ketidakseimbanga 1. Klien tidak jatuh rendahAmati lantai kecelakaan.
n tubuh dan fraktur tidak yang
terjadi membahayakan
2. Klien dapat klien
menghindari b.Berikanpenerangan
aktivitas yang yang cukup
mengakibatkan c. Tempatkan klien
fraktur pada ruangan yang
tertutup dan mudah
untuk diobservasi
d.Ajarkan klien
tentang pentingnya
menggunakan alat
pengaman di
ruangan 2. Ambulasi
2. Berikan support yang
ambulasi sesuai dilakukan
dengan kebutuhan : tergesa-gesa
a. Kaji kebutuhan dapat
untuk berjalan menyebabk
b. Konsultasi an mudah
dengan ahli jatuh.
terapis
c. Ajarkan klien
untuk meminta
bantuan bila
diperlukan
d. Ajarkan klien
waktu berjalan
dan keluarg
ruangan
3. Bantu klien untuk 3. Penarikan
melakukan ADL yang
secara hati-hati terlaluk
keras
akanmenye
bakan
terjadinya
fraktur.
4. Ajarkan pad aklien 4. Pergerakan
untuk berhenti secara yang cepat
pelan-pelan, tidak akan lebih
naik tangga dan mudah
mengangkat beban terjadinya
berat. fraktur
kompresi
vertebrae
pada klien
dengan
osteoporosis
.
5. Ajarkan pentingnya 5. Diit calsium
diit untuk mencegah dibutuhkan
osteoporosis : untuk
a. Rujuk klien pada mempertahn
ahli gizi kan kalsium
b. Ajarkan diit yang dalm serum,
mengandung mencegah
banyak kalsium bertambah
c. Ajarkan klien nya
untuk akehilangan
mengurangi atau tulang.
berhenti Kelebihan
kafein akan
menggunakan meningkatk
rokok atau kopi an
kehilangan
kalsium
dalam urine.
Alkohorl
akan
meningkatk
an
asioddosis
yang
meningkatk
an resorpsi
tulang.
6. Rokok
6. Ajarkan efek dari dapat
rokok terhadap meningkatk
pemulihan tulang. an
terjadinya
asidosis
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN OSTEOMIELITIS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan
3. Psikososisl
4. Pemeriksaan fisik
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan menahan beban berat badan.
3. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
— Pemberian obat-
obatan analgesik
— Balutan basah
menyebabkan kulit
iritasi dan memberikan
— Ganti balutan media untuk
dengan sering pertumbuhan bakteri,
(insisi supra/ peningkatan resiko
retropublik dan infeksi luka.
perineal), — Memberikan
pembersihan dan perlindungan untuk
pengeringan kulit kulit sekitar,
sepanjang waktu mencegah ekskoriasi
dan menurunkan
— Gunakan resiko infeksi.
pelindung kulit — Mungkin diberikan
tipe ostomi secara profilaktik
sehubungan dengan
peningkatan resiko
infeksi pada
Kolaborasi: prostatektomi.
— Berikan antibiotic
sesuai indikasi
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pada daerah Fraktur, Kondisi fisik yang lemah, tidak bisa melakukan banyak
aktivitas, mual, muntah, dan nafsu makan menurun, (Brunner & suddarth, 2002)
b. Riwayat Penyakit dahulu
Ada tidaknya riwayat DM pada masa lalu yang akan mempengaruhi proses
perawatan post operasi, (Sjamsuhidayat & Wim Dejong)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Fraktur bukan merupakan penyakit keturunan akan tetapi adanya riwayat keluarga
dengan DM perlu di perhatikan karena dapat mempengaruhi perawatan post operasi
2. Pola Kebiasan
a. Pola Nutrisi : Tidak mengalami perubahan, namun beberapa kondisi dapat
menyebabkan pola nutrisi berubah, seperti nyeri yang hebat, dampak hospitalisasi
b. Pola Eliminasi : Pasien dapat mengalami gangguan eliminasi BAB seperti
konstipasi dan gangguan eliminasi urine akibat adanya program eliminasi
c. Pola Istirahat : Kebutuhan istirahat atau tidur pasien tidak mengalami perubahan
yang berarti, namun ada beberapa kondisi dapat menyebabkan pola istirahat
terganggu atau berubah seperti timbulnya rasa nyeri yang hebat dan dampak
hospitali
d. Pola Aktivitas : Hampir seluruh aktivitas dilakukan ditempat tidur sehingga
aktivitas pasien harus dibantu oleh orang lain, namun untuk aktivitas yang sifatnya
ringan pasien masih dapat melakukannya sendiri,
e. Personal Hygiene : Pasien masih mampu melakukan personal hygienenya, namun
harus ada bantuan dari orang lain, aktivitas ini sering dilakukan pasien ditempat
tidur.
f. Riwayat Psikologis : Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas, selain itu dapat
juga terjadi ganggguan konsep diri body image, psikologis ini dapat muncul pada
pasien yang masih dalam perawatan dirumah sakit.
g. Riwayat Spiritual : Pada pasien post operasi fraktur tibia riwayat spiritualnya tidak
mengalami gangguan yang berarti
h. Riwayat Sosial : Adanya ketergantungan pada orang lain dan sebaliknya pasien
dapat juga menarik diri dari lingkungannya karena merasa dirinya tidak berguna
i. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan setelah riwayat
kesehatan dikumpulkan, pemeriksaan fisik yang lengkap biasanya dimulai secara
berurutan dari kepala sampai kejari kaki.
3. Inspeksi : Pengamatan lokasi pembengkakan, kulit pucat, laserasi, kemerahan mungkin
timbul pada area terjadinya faktur adanya spasme otot dan keadaan kulit.
4. Palpasi : Pemeriksaan dengan perabaan, penolakan otot oleh sentuhan kita adalah nyeri
tekan, lepas dan sampai batas mana daerah yang sakit biasanya terdapat nyeri tekan
pada area fraktur dan di daerah luka insisi.
5. Perkusi : Perkusi biasanya jarang dilakukan pada kasus fraktur.
6. Auskultasi ; Pemeriksaan dengan cara mendengarkan gerakan udara melalui struktur
berongga atau cairan yang mengakibatkan struktur solit bergerak. Pada pasien fraktur
pemeriksaan ini pada areal yang sakit jarang dilakukan, (Brunner & Suddarth, 2002)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan fraktur
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur,
kerusakan rangka neuromuskuler
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan
keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut NOC : Managemen Nyeri
berhubungan dengan v Pain Level
- Kaji nyeri secara komprehensif
agen cedera fisik v Pain control
termasuk lokasi, karakteristik,
v Comfort level
durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
Kriteria Hasil :
- Observasi reaksi nonverbal dari
· Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri.
· Mampu - Ajarkan tentang teknik non
menggunakan tehnik farmakologi, tehnik relaksasi
nonfarmakologi - Berikan analgetik untuk
untuk mengurangi mengurangi nyeri
nyeri, mencari - Kolaborasikan dengan dokter
bantuan) jika ada keluhan dan tindakan
· Melaporkan bahwa nyeri tidak berhasil
nyeri berkurang - Atur posisi pasien yang
dengan nyaman
menggunakan
manajemen nyeri
· Wajah rileks
· Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
· Tanda vital dalam
rentang normal
2. Kerusakan NOC : NIC :
integritas Tujuan: kerusakan - Kaji ulang integritas luka dan
jaringan berhubunga integritas jaringan dapat observasi terhadap tanda infeksi
n dengan fraktur diatasi setelah tindakan atau drainage
perawatan. - Monitor suhu tubuh
· Kriteria hasil: - Lakukan perawatan kulit, dengan
Penyembuhan sering pada patah tulang yang
luka sesuai waktu menonjol
· Tidak ada - Lakukan alih posisi,
laserasi, integritas pertahankan kesejajaran tubuh
kulit baik - Kolaborasi pemberian
antibiotic
3. Anonim.OSTEOPOROSIS(AskepOsteoporosis.pdf).
http://www.4shared.com/office/rBkkM-fK/Askep_Osteoporosis.html,
diakses pada 10September 2013 13.20 WITA.
4. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.