Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


OSRTEOPOROSIS, OSTEOMEILITIS, DAN FRAKTUR

DISUSUN OLEH :

Rizki Samsul Kurnia


C1AA20098

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2022
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN OSTEOPOROSIS
A. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
1. Identitas klien
Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomor register,
tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlumengidentifikasi adanya :
a) Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher,dan pinggang
b) Berat badan menurun
c) Biasanya diatas 45 tahun
d) Jenis kelamin sering pada wanita
e) Pola latihan dan aktivitas
3. Riwayat penyakit dahulu
Dalam pengkajian Merupakan riwayat penyakit yang pernah diderita pasien sebelum
diagnosis osteoporosis muncul seperti reumatik, Diabetes Mellitus, hipertiroid,
hiperparatiroid dan lain sebagainya.
4. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan keluhan-keluhan yang dirasakan pasien sehingga ia dibawa ke Rumah
Sakit, seperti nyeri pada punggung.
5. Riwayat penyakit keluarga
Dalam pengkajian, kita juga perlu mengkaji riwayat penyakit keluarga pasien, yaitu
apakah sebelumnya ada salah satu keluarga pasien yang memiliki penyakit yang sama.

b. Pengkakjian bio-psiko-sosisal dan spiritual


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a) Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit
b) Kebiasaan minum alkohol, kafein
c) Riwayat keluarga dengan osteoporosis
d) Riwayat anoreksia nervosa, bulimia
e) Penggunaan steroid jangka panjang
2. Pola nutrisi metabolik
a) Inadekuat intake kalsium
3. Pola aktivitas dan latihan
a) Fraktur
b) Badan bungkuk
c) Jarang berolah raga
4. Pola tidur dan istirahat
a) Tidur terganggu karena adanya nyeri
5. Pola persepsi kognitif
a) Nyeri pada punggung
b) Pola reproduksi seksualitas
a) Menopause
6. Pola mekanisme koping terhadap stres
a) Stres, cemas karena penyakitnya

c. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing).
Inspeksi : ditemukan ketidak simetrisan rongga dada Dan tulang belakang.
Palpasi : Taktil Fremitus seimbang kanan Dan kiri.
Perkusi : suara resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : pada kasus lansia biasanya didapatkan suara ronki.
2. B2 (Blood).
Sering terjadi keringat dingin dan pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi
gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitanngan efek obat.
3. B3 (Brain).
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh
pusing dan gelisah.
a) Kepala Dan Wajah : terdapat sianosis
b) Mata : skelera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
c) Leher : biasanya JVP dalam batas normal.
4. B4 (Bladder).
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system
perkemihan
5. B5 (bowel).
Pada kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi, namun juga penting dikaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses
6. B6 (Bone).
Pada Inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering
menunjukkan kifosis atau ngibbus (dowager’s hump) Dan penurunan tinggi badan Dan
berat badan. Ada gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality, Dan nyeri
spinal. Lokasi fraktur sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 Dan lumbalis 3.

B. DIAGNOSA KEPERWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebrae spasme otot
deformitas tulang
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder terhadap
perubahan skletal (kiposis), nyeri sekunder atau frkatur baru.
3. Risiko injury (cedera) berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skletal
dan ketidakseimbangan tubuh.

C. RENCANA KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN/KRITERI INTERVENSI RASIONAL


O A HASIL
1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Pantau tingkat nyeri 1. Tulang
dengan dampak tindakan keperawatan pada punggung, dalam
sekunder dari diharapkan nyeri terlokalisisr atau peningkatan
fraktur vertebrae berkurang dengan nyeri menyebar pada jumlah
spasme otot Kriteria : abdomen atau trabekuler,
deformitas tulang 1. Klienakan pinggang pembatasan
mengekspresikan gerak spinal.
perasaan nyerinya 2. Ajarkan pada klien 2. Laternatif
2. Klien dapat tenang tentang alternatif lain lain untuk
dan istirahat yang untuk mengatasi dan mengatasi
cukup mengurangi rasa nyeri
3. Klien dapat mandiri nyerinya. pengaturan
dalam perawatan posisi,
kompres
dan penanganannya hangat dan
secara sederhana sebagainya.
3. Kaji obat-obatan 3. Keyakinan
untuk mengatasi klien tidak
nyeri dapat
mentolelir
akan obat
yang
adequaty
atau tidak
adequat
untuk
mengatasi
nyerinya.

4. Kelelahan
4. Rencanakan pada dan
klien tentang periode keletihan
istirahat adequat dapat
dengan berbaring menurunkan
dengan posisi minat untuk
terlentang selam aktivitas
kurang lebih 15 sehari-hari.
menit
2 Hambatan Setelah diberi 1. Pantau tingkat nyeri 1. Tulang
mobilitas fisik tindakan keperawatan pada punggung, dalam
berhubungan diharapkan klien terlokalisisr atau peningkatan
dengan disfungsi mampu melakukan nyeri menyebar jumlah
sekunder terhadap mobilitas fisik, pada abdomen atau trabekuler,
perubahan skletal dengan kriteria hasil : pinggang pembatasan
(kiposis), nyeri 1. Klien dapat gerak spinal.
sekunder atau meningkatkan
frkatur baru. mobilitas fisik
2. Klien mampu 2. Ajarkan pada klien 2. Laternatif
melakukan ADL tentang alternatif lain untuk
secara lain untuk mengatasi
independent mengatasi dan nyeri
mengurangi rasa pengaturan
nyerinya. posisi,
kompres
hangat dan
sebagainya.
3. Kaji obat-obatan 3. Keyakinan
untuk mengatasi klien tidak
nyeri. dapat
mentolelir
akanb obat
yang
adequate
atau tidak
adequat
untuk
mengatasi
nyerinya.
4. Rencanakan pada 4. Kelelahan
klien tentang dan
periode istirahat keletihan
adequat dengan dapat
berbaring dengan menurunkan
posisi terlentang minat untuk
selam kurang lebih aktivitas
15 menit sehari-hari.
3 Risiko injury setelah dilakukan 1. Ciptakan 1. Menciptkan
(cedera) berhubu tindakan keperawata lingkungan yang be lingkungan
ngan Injury (cedera) tidak bas dari bahaya : yang aman
dengan danmengura
dampak sekunder
perubahan skletal terjadi dengan criteria a. Tempatkan klien ngi resiko
dan hasil : pada tetmpat tidur terjadinya
ketidakseimbanga 1. Klien tidak jatuh rendahAmati lantai kecelakaan.
n tubuh dan fraktur tidak yang
terjadi membahayakan
2. Klien dapat klien
menghindari b.Berikanpenerangan
aktivitas yang yang cukup
mengakibatkan c. Tempatkan klien
fraktur pada ruangan yang
tertutup dan mudah
untuk diobservasi
d.Ajarkan klien
tentang pentingnya
menggunakan alat
pengaman di
ruangan 2. Ambulasi
2. Berikan support yang
ambulasi sesuai dilakukan
dengan kebutuhan : tergesa-gesa
a. Kaji kebutuhan dapat
untuk berjalan menyebabk
b. Konsultasi an mudah
dengan ahli jatuh.
terapis
c. Ajarkan klien
untuk meminta
bantuan bila
diperlukan
d. Ajarkan klien
waktu berjalan
dan keluarg
ruangan
3. Bantu klien untuk 3. Penarikan
melakukan ADL yang
secara hati-hati terlaluk
keras
akanmenye
bakan
terjadinya
fraktur.
4. Ajarkan pad aklien 4. Pergerakan
untuk berhenti secara yang cepat
pelan-pelan, tidak akan lebih
naik tangga dan mudah
mengangkat beban terjadinya
berat. fraktur
kompresi
vertebrae
pada klien
dengan
osteoporosis
.
5. Ajarkan pentingnya 5. Diit calsium
diit untuk mencegah dibutuhkan
osteoporosis : untuk
a. Rujuk klien pada mempertahn
ahli gizi kan kalsium
b. Ajarkan diit yang dalm serum,
mengandung mencegah
banyak kalsium bertambah
c. Ajarkan klien nya
untuk akehilangan
mengurangi atau tulang.
berhenti Kelebihan
kafein akan
menggunakan meningkatk
rokok atau kopi an
kehilangan
kalsium
dalam urine.
Alkohorl
akan
meningkatk
an
asioddosis
yang
meningkatk
an resorpsi
tulang.
6. Rokok
6. Ajarkan efek dari dapat
rokok terhadap meningkatk
pemulihan tulang. an
terjadinya
asidosis
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN OSTEOMIELITIS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa medis.

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang


Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala akut
(misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat
menggunakan metode PQRST.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan
sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti trauma tulang,
infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun
biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.

3. Psikososisl

Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh,


takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat
perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan
keluarga, pekerjaan atau sekolah.

4. Pemeriksaan fisik

1) Kaji gelaja akut seperti nyeri lokal, pembengkakan,eritema, demam, dan


keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
2) Kaji adanya faktor risiko (misalnya lansia, diabetes, terapikortikosteroid
jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya,
3) Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemikinfeksi (pada
osteomilitis akut).
4) Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata,dan adanya cairan
purulen.
5) Identifikasi peningkatan suhu tubuh.
6) Kaji area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek
bila di palpasi. (Istianah umi. 2018).
5. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon
a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti bahwa
penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya. Perawat perlu
mengkaji bagaimana klien memandang penyakit yang dideritanya, apakah klien
tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
b. Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan
karena demam yang ia diderita.
c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena pasien
mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
d. Aktivitas – Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan
aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan
e. Istirahat – Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena
rasa nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.
f. Kognitif – Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan kognitif
dan persepsinya.
g. Persepsi Diri – Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri,
mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak,
menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
h. Peran – Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit
yang dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan
klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan baik.
i. Seksual – Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam
masalah seksual.
j. Koping – Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng berat karena
kondisinya saat itu.
k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien
agar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di
RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien
biasanya mengalami gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan menahan beban berat badan.
3. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

N0 Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionl


1 Nyeri Tujuan: Setelah Mandiri
berhubungan diberikan tindakan — Mengkaji — Untuk mengetahui
dengan keperawatan karakteristik nyeri tingkat rasa nyeri
inflamasi dan diharapkan nyeri : lokasi, durasi, sehingga dapat
pembengkak dapat berkurang intensitas nyeri menentukan jenis
an atau terkontrol dan dengan tindakannya.
rasa nyaman menggunakan — Mencegah pergeseran
meningkat. skala nyeri (0-10) tulang dan penekanan
Kriteria hasil: — Mempertahankan pada jaringan yang
im-mobilisasi luka.
 Tidak terjadi (back slab) — Peningkatan vena
nyeri return, menurunkan
 Napsu makan — Berikan sokongan edem, dan mengurangi
menjadi (support) pada nyeri
normal, ektremitas yang — Untuk mengetahui
 ekspresi wajah luka penyimpangan –
rileks dan penyimpangan yang
 suhu tubuh — Amati perubahan terjadi
normal suhu setiap 4 jam — Mengurangi rasa nyeri
dan memberikan rasa
nyaman
— Kompres air — Mengurangi rasa nyeri
hangat
Koaborasi

— Pemberian obat-
obatan analgesik

2 Gangguan Tujuan: setelah Mandiri


mobilisasi diberikan tindakan — Pertahankan tirah — Agar gangguan
fisik keperawatan baring dalam mobilitas fisik dapat
berhubungan diharapkan posisi yang di berkurang
dengan nyeri, Gangguan programkan — Dapat meringankan
alat mobilitas fisik — Tinggikan masalah gangguan
imobilisasi dapat berkurang ekstremitas yang mobilitas fisik yang
dan sakit, instruksikan dialami klien
keterbatasan Kriteria hasil: klien / bantu
menahan  Meningkatkan dalam latihan
beban berat mobilitas pada rentang gerak pada
badan. tingkat paling ekstremitas yang — Dapat meringankan
tinggi yang sakit dan tak sakit masalah gangguan
mungkin — Beri penyanggah mobilitas yang dialami
 Mempertahank pada ekstremitas klien
an posisi yang sakit pada — Agar klien tidak
fungsional saat bergerak banyak melakukan
 Meningkatkan — Jelaskan gerakan yang dapat
/ fungsi yang pandangan dan membahayakan
sakit keterbatasan — Mengurangi terjadinya
 Menunjukkna dalam aktivitas penyimpangan –
teknik mampu penyimpangan yang
melakukan — Berikan dorongan dapat terjadi
aktivitas pada klien untuk
melakukan AKS
dalam lingkup
keterbatasan dan — Mengurangi gangguan
beri bantuan mobilitas fisik
sesuai kebutuhan
— Ubah posisi secara — Mengurangi gangguan
periodik mobilitas fisik
Kolabortasi
— Fisioterapi /
aoakulasi terapi
3. Resiko Tujuan: setelah Mandiri
terhadap diberikan tindakan — Pertahankan — Mencegah pemasukan
perluasan keperawatan system kateter bakteri dari infeksi/
infeksi diharapkan Tidak steril; berikan sepsis lanjut.
berhubungan terjadi resiko perawatan kateter
dengan perluasan infeksi regular dengan
pembentukan yang dialami sabun dan air,
abses tulang berikan salep
Kriteria hasil: antibiotic disekitar
sisi kateter.
 Mencapai
— Ambulasi dengan — Menghindari refleks
waktu
kantung drainase balik urine, yang dapat
penyembuhan
dependen. memasukkan bakteri
kedalam kandung
kemih.
— Awasi tanda vital, — Pasien yang
perhatikan demam mengalami sistoskopi/
ringan, menggigil, TUR prostate beresiko
nadi dan untuk syok bedah/
pernapasan cepat, septic sehubungan
gelisah, peka, dengan manipulasi/
disorientasi. instrumentasi
— Adanya drain, insisi
— Observasi drainase suprapubik
dari luka, sekitar meningkatkan resiko
kateter untuk infeksi, yang
suprapubik. diindikasikan dengan
eritema, drainase
purulen.

— Balutan basah
menyebabkan kulit
iritasi dan memberikan
— Ganti balutan media untuk
dengan sering pertumbuhan bakteri,
(insisi supra/ peningkatan resiko
retropublik dan infeksi luka.
perineal), — Memberikan
pembersihan dan perlindungan untuk
pengeringan kulit kulit sekitar,
sepanjang waktu mencegah ekskoriasi
dan menurunkan
— Gunakan resiko infeksi.
pelindung kulit — Mungkin diberikan
tipe ostomi secara profilaktik
sehubungan dengan
peningkatan resiko
infeksi pada
Kolaborasi: prostatektomi.
— Berikan antibiotic
sesuai indikasi
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pada daerah Fraktur, Kondisi fisik yang lemah, tidak bisa melakukan banyak
aktivitas, mual, muntah, dan nafsu makan menurun, (Brunner & suddarth, 2002)
b. Riwayat Penyakit dahulu
Ada tidaknya riwayat DM pada masa lalu yang akan mempengaruhi proses
perawatan post operasi, (Sjamsuhidayat & Wim Dejong)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Fraktur bukan merupakan penyakit keturunan akan tetapi adanya riwayat keluarga
dengan DM perlu di perhatikan karena dapat mempengaruhi perawatan post operasi
2. Pola Kebiasan
a. Pola Nutrisi : Tidak mengalami perubahan, namun beberapa kondisi dapat
menyebabkan pola nutrisi berubah, seperti nyeri yang hebat, dampak hospitalisasi
b. Pola Eliminasi : Pasien dapat mengalami gangguan eliminasi BAB seperti
konstipasi dan gangguan eliminasi urine akibat adanya program eliminasi
c. Pola Istirahat : Kebutuhan istirahat atau tidur pasien tidak mengalami perubahan
yang berarti, namun ada beberapa kondisi dapat menyebabkan pola istirahat
terganggu atau berubah seperti timbulnya rasa nyeri yang hebat dan dampak
hospitali
d. Pola Aktivitas : Hampir seluruh aktivitas dilakukan ditempat tidur sehingga
aktivitas pasien harus dibantu oleh orang lain, namun untuk aktivitas yang sifatnya
ringan pasien masih dapat melakukannya sendiri,
e. Personal Hygiene : Pasien masih mampu melakukan personal hygienenya, namun
harus ada bantuan dari orang lain, aktivitas ini sering dilakukan pasien ditempat
tidur.
f. Riwayat Psikologis : Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas, selain itu dapat
juga terjadi ganggguan konsep diri body image, psikologis ini dapat muncul pada
pasien yang masih dalam perawatan dirumah sakit.
g. Riwayat Spiritual : Pada pasien post operasi fraktur tibia riwayat spiritualnya tidak
mengalami gangguan yang berarti
h. Riwayat Sosial : Adanya ketergantungan pada orang lain dan sebaliknya pasien
dapat juga menarik diri dari lingkungannya karena merasa dirinya tidak berguna
i. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan setelah riwayat
kesehatan dikumpulkan, pemeriksaan fisik yang lengkap biasanya dimulai secara
berurutan dari kepala sampai kejari kaki.
3. Inspeksi : Pengamatan lokasi pembengkakan, kulit pucat, laserasi, kemerahan mungkin
timbul pada area terjadinya faktur adanya spasme otot dan keadaan kulit.
4. Palpasi : Pemeriksaan dengan perabaan, penolakan otot oleh sentuhan kita adalah nyeri
tekan, lepas dan sampai batas mana daerah yang sakit biasanya terdapat nyeri tekan
pada area fraktur dan di daerah luka insisi.
5. Perkusi : Perkusi biasanya jarang dilakukan pada kasus fraktur.
6. Auskultasi ; Pemeriksaan dengan cara mendengarkan gerakan udara melalui struktur
berongga atau cairan yang mengakibatkan struktur solit bergerak. Pada pasien fraktur
pemeriksaan ini pada areal yang sakit jarang dilakukan, (Brunner & Suddarth, 2002)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan fraktur
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur,
kerusakan rangka neuromuskuler

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan
keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut NOC : Managemen Nyeri
berhubungan dengan v Pain Level
- Kaji nyeri secara komprehensif
agen cedera fisik v Pain control
termasuk lokasi, karakteristik,
v Comfort level
durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
Kriteria Hasil :
- Observasi reaksi nonverbal dari
· Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan

nyeri.
· Mampu - Ajarkan tentang teknik non
menggunakan tehnik farmakologi, tehnik relaksasi
nonfarmakologi - Berikan analgetik untuk
untuk mengurangi mengurangi nyeri
nyeri, mencari - Kolaborasikan dengan dokter
bantuan) jika ada keluhan dan tindakan
· Melaporkan bahwa nyeri tidak berhasil
nyeri berkurang - Atur posisi pasien yang
dengan nyaman
menggunakan
manajemen nyeri
· Wajah rileks
· Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
· Tanda vital dalam
rentang normal
2. Kerusakan NOC : NIC :
integritas Tujuan: kerusakan - Kaji ulang integritas luka dan
jaringan berhubunga integritas jaringan dapat observasi terhadap tanda infeksi
n dengan fraktur diatasi setelah tindakan atau drainage
perawatan. - Monitor suhu tubuh
· Kriteria hasil: - Lakukan perawatan kulit, dengan
Penyembuhan sering pada patah tulang yang
luka sesuai waktu menonjol
· Tidak ada - Lakukan alih posisi,
laserasi, integritas pertahankan kesejajaran tubuh
kulit baik - Kolaborasi pemberian
antibiotic

Kerusakan mobilitas NOC : NIC :


fisik berhubungan Tujuan : kerusakan - Pertahankan tirah baring
dengan cedera mobilitas fisik dapat dalam posisi yang diprogramkan
jaringan sekitar berkurang setelah - Tinggikan ekstrimitas yang
fraktur, kerusakan dilakukan tindakan sakit
rangka neuromuskuler keperaawatan - Instruksikan klien/bantu
Kriteria hasil dalam latihan rentang gerak
NOC : pada ekstrimitas yang sakit dan
· Meningkatkan tak sakit
mobilitas pada - Beri penyangga pada
tingkat paling tinggi ekstrimit yang sakit diatas dan
yang mungkin dibawah fraktur ketika bergerak
· Mempertahankan - Jelaskan pandangan dan
posisi fungsinal keterbatasan dalam aktivitas
Meningkaatkan
kekuatan /fungsi yang
sakit
· Menunjukkan
tehnik mampu
melakukan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim editor, 2006. Buku ajar penyakit dalam. Pusat penerbit


depertemen IPD, fakultaskedokteran UI. Jakarta
2. Nency E.lane DKK, 2001. Osteoporosis PT raja grafindo persada : jakarta.

3. Anonim.OSTEOPOROSIS(AskepOsteoporosis.pdf).
http://www.4shared.com/office/rBkkM-fK/Askep_Osteoporosis.html,
diakses pada 10September 2013 13.20 WITA.
4. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

5. Lane, Nancy E. 2001. Lebih Lengkap Tentang:


Osteoporosis. Jakarta: FajarInterpratama Offset.
6 Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi6 Volume 2. Jakarta: EGC.
7. Sain, Iwan S.Kep. ASKEP Pada Klien Dengan Gangguan Metabolime
Tulang :OSTEOPOROSIS(41_2.pdf).

Anda mungkin juga menyukai