Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT HNP

(HERNIA NUCLEUS PULPOSUS) DI HOLISTIC NURSING THERAPY


PROBOLINGGO

Amilia Dwi Indrawati

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
JEMBER
2023

LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 PENGERTIAN

HNP (Hernia Nucleus Pulposus) adalah suatu kondisi di mana sebagian


dari inti pulposus, yang merupakan jaringan lunak yang terdapat di dalam
intervertebral disk, mengalami herniasi melalui ruptur dari anulus fibrosus
yang menyebabkan tekanan pada saraf spinal atau jaringan sekitarnya
(Harahap, 2020). HNP dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih sering terjadi
pada orang dewasa. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri punggung yang
parah, kelemahan, dan kehilangan sensasi pada area yang terkena. HNP dapat
dibagi menjadi dua jenis yaitu HNP degeneratif dan HNP traksi. HNP
degeneratif disebabkan oleh proses penuaan dan kerusakan jaringan yang
terjadi pada disk intervertebral, sedangkan HNP traksi disebabkan oleh
tekanan yang berlebihan pada disk intervertebral.

Pada HNP degeneratif, disk intervertebral yang terkena akan mengalami


penyusutan dan kehilangan elastisitasnya sehingga menyebabkan herniasi inti
pulposus. Sedangkan pada HNP traksi, disk intervertebral yang terkena
mengalami tekanan yang berlebihan yang menyebabkan ruptur pada anulus
fibrosus dan herniasi inti pulposus. HNP dapat menyebabkan nyeri punggung
yang parah, kelemahan, dan kehilangan sensasi pada area yang terkena. Nyeri
dapat dirasakan pada area punggung, perut, atau kaki. Kelemahan dapat terjadi
pada area yang terkena saraf spinal dan kehilangan sensasi dapat terjadi pada
area yang terkena saraf spinal.

1.2 ETIOLOGI

Etiologi HNP dapat disebabkan oleh beberapa faktor (Bagas Wicaksono et al.,
2021), diantaranya adalah:

1. Usia yang semakin tua, seiring dengan proses penuaan, disk intervertebral
dapat mengalami degenerasi dan menyebabkan hernia.
2. Faktor genetik, kerentanan terhadap HNP dapat diturunkan melalui
keturunan.
3. Faktor mekanis, seperti postur tubuh yang salah atau aktivitas yang
berlebihan dapat menyebabkan tekanan pada disk intervertebral dan
menyebabkan hernia.
4. Faktor obesitas, kelebihan berat badan dapat menambah tekanan pada disk
intervertebral dan menyebabkan hernia.
5. Faktor lain, seperti infeksi, trauma, dan penyakit degeneratif seperti
osteoarthritis juga dapat menyebabkan HNP.

1.3 MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis pasien dengan HNP dapat dibagi menjadi beberapa kategori
yaitu :

1. Nyeri punggung : Nyeri punggung adalah gejala utama pasien dengan


HNP. Nyeri ini dapat berupa nyeri lokal pada punggung atau dapat
menyebar ke ekstremitas bawah seperti paha atau kaki. Nyeri ini dapat
bertambah parah saat melakukan aktivitas yang meningkatkan tekanan
pada diskus intervertebral seperti berdiri, duduk, atau berjalan.
2. Kelemahan otot : Pasien dengan HNP dapat mengalami kelemahan otot
pada ekstremitas bawah seperti paha atau kaki. Kelemahan ini dapat
menyebabkan kesulitan dalam berjalan atau berdiri.
3. Gangguan sensasi : Pasien dengan HNP dapat mengalami gangguan
sensasi seperti rasa tidak nyaman, rasa mati rasa, atau kesemutan pada
ekstremitas bawah.
4. Inkontinensia : Inkontinensia merupakan manifestasi klinis yang jarang
terjadi pada pasien dengan HNP. Inkontinensia dapat terjadi karena
kompresi atau kerusakan pada saraf yang mengontrol fungsi buang air
kecil atau buang air besar.

1.4 KLASIFIKASI

Klasifikasi HNP dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Hernia Diskus Intervertebra Servikalis


Biasanya terjadi antar ruang C5-C6 dan C6-C7 ekitar 10%. Nyeri dan
kekakuan dapat terjadi pada leher, bagian pundak daerah scapula. Nyeri
yang dirasa disertai dengan paresthesia dan kebas pada area ekstermitas
atas.
2. Hernia Diskus Lumbal
Biasanya terjadi pada L4-L5 atau ruang antara L5-S1 70%-90%. Hernia
diskus lumbal menimbulkan nyeri punggung bagian bawah disertai dengan
berbagai derajat gangguan sensori dan motoric. Keluhan nyeri beserta
spare otot diikuti dengan penyebaran nyeri ke dalam satu pinggul dan
turun kea rah kaki.

1.5 KOMPLIKASI

Komplikasi HNP terdiri dari :

1. Cedera arteri carotid atau vertebral


2. Perforasi esophagus
3. Retraksi salah satu strutur
4. Radang pada membrane arachnoid
5. Cedera syaraf dan jaringan

1.6 DIAGNOSA BANDING


1. Spondilosis
Spondiloartrosis deformans, bila dilakukan rotgen tanpa adanya rarefikasi
korteks tulang belakang, penyempitan diskus dan osteofit yang
menimbulkan penyempitan dari foramina intervertebral. Nyeri yang
ditimbulkan berupa nyeri radikuler atau rasa pegal di lumbal

2. Stenosis Spinal
Pada stenosis spinal terjadi penyempitan kanalis vertebralis yang dapat
disertai penyempitan foramen intervertebralis akibat proses degenerasi dan
penonjolan tulang,
1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. MRI : Untuk mengetahui dan melokalisasi protusi diskus
2. CT SCAN
3. EMG (elektromiografi) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus
1.8 PENATALAKSANAAN DAN TERAPI
1. Terapi farmakologi
a. Penggunaan obat analgesic untuk pereda nyeri
b. Kortikosteroid oral
c. Muscle relaxant
2. Terapi non-farmakologi
a. Relaksasi nafas dalam. Tehnik relaksasi merupakan suatu kebebasan
dari etegangan dan stress yang dirasakan. Tehnik relaksasi nafas dalam
mampu memberikan individu control diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri yang dirasakan.
b. Tehnik guide imagery merupakan salah satu tehnik distraksi atau
tehnik pengalihan terhadap nyeri akibat kadar kolesterol, glukosa, dan
peningkatan sel (Sumariadi et al., 2021). Dengan guided imagery
menganjurkan pasien untuk mengalihkan pikirannya terhadap sesuatu
yang indah sesuai dengan intruksi perawat sehingga, nyeri yang
dirasakan akan hilang secara perlahan.

1.9 PATOFISIOLOGI
1.10 PATHWAY
1.11 KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien : meliputi informasi seperti nama, usia, jenis
kelamin, status pernikahan, dan alamat
b. Anamnesis : proses mengumpulkan informasi sejarah kesehatan
pasien yang dapat memberikan informasi tentang penyakit yang
diderita saat ini dan sebelumnya
c. Keadaan umum
a) pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan
jantung, paru-paru, perut.
b) Inspeksi
- inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai
posisi dan gerakan untuk evalusi neyurogenik
- Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus
lumbal,adanya angulus, pelvis ya ng miring/asimitris,
muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris,
postur tungkai yang abnormal.
c) palpasi dan perkusi
- Paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau
halus sehingga tidak membingungkan klien
- Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah
yang paling terasanyeri.
- Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan
adanya deviasi ke lateral atau antero-posterior
d. Pemeriksan sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa
getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu
sehingga dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.
e. Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk
memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau untuk
mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
2. DIAGNOSA

a. Nyeri Kronis berhubungan dengan kondisi trauma di tandai dengan


pasien mengatakan nyeri yang diabitkan oleh injak-injak saat nyeri
haid (D.0078)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuluskeletal ditandai dengan kekuatan otot pasien menurun
(D.0054)
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pinggang ditandai
dengan pasien mengeluh sulit tidur, sering terjaga dan tidak puas saat
tidur (D.0055)

3. KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI

NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri kronis Tingkat Nyeri (L.08066) Terapi Akupuntur
berhubungan dengan Tujuan: setelah dilakukan tindakan (I.06210)
kondisi trauma di keperawatan selama 1x30 menit di Tindakan :
tandai dengan pasien harapkan pasien membaik Obsevasi
mengatakan nyeri Kriteria hasil: 1. Periksa riwayat
yang diabitkan oleh Indikator SA ST kesehatan dan
injak-injak saat nyeri pengkajian fisik
haid (D.0078) Keluhan 2 5 sesuai
nyeri kebutuhan
Meringis 2 5 2. Periksa adanya
Sikap 1 5 akupuntur
protektif Terapeutik
Gelisah 1 5 1. Perhatikan
Kesulitan 1 5
tidur prosedur
Pola tidur 2 5 keselamatan
pasien
2. Berikan posisi
yang sesuai dan
buka area yang
akan diterapi
sesuai
kebutuhan
3. Tentukan titik
akupuntur
4. Lakukan
akupuntur sesuai
indikasi
5. Lakukan
manjemen efek
samping
akupuntur
Edukasi
1. Jelaskan
prosedur
akupuntur,
indikasi,
kontraindikasi,
dan
kemungkinan
efek samping
Kolaborasi
Kolaborasi dengan
terapis yang
tersertifikasi

2. Gangguan mobilitas Mobilitas Fisik (L.05042) Terapi Bekam


fisik berhubungan Tujuan: setelah dilakukan tindakan (1.02085)
dengan gangguan keperawatan selama 1x24 jam di harapkan Tindakan :
muskuluskeletal pasien membaik Observasi
ditandai dengan Kriteria hasil: 1. Periksa riwayat
kekuatan otot pasien Indikator SA ST kesehatan
menurun (D.0054) Menurun Meningkat 2. Identifikasi
Pergerakan 2 5 kontaindikasi
ekstermitas terapi bekam
Kekuatan 3 5 3. Lakukan
otot pemeriksaan
nyeri 3 5 fisk
Gerakan 3 5 Terapeutik
terbatas 1. Tentukan titik
Kelemahan 3 5 pembekaman
fisik 2. Tentukan jenis
bekam yang
akan dilakukan
3. Baringkan
pasien
senyaman
mungkin
4. Lakukan
pengekopan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
terapi bekam
2. Anjurkan
berpuasa
sebelum
pembekaman
3. Gangguan pola tidur Pola tidur (L.05045) Terapi Relaksasi
berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Tindakan :
nyeri pinggang keperawatan 1 x 24jam diharapkan kondisi Observasi
ditandai dengan pasien meningkat 1. Identifikasi
pasien mengeluh Kriteria Hasil : Teknik relaksasi
sulit tidur, sering Indikator SA ST yang pernah
terjaga dan tidak efektif
puas saat tidur Kelihan 3 5 2. Periksa
(D.0055) sulit tidur ketegangan otot
Gelisah 3 5 3. Monitor respon
Merintih 2 5 terhadap terapi
Postur tubuh 2 5 relaksasi
Pola tidur 3 5 Terapeutik
1. Ciptakan
lingkungan
tenang
2. Gunakan
pakaian longgar
3. Gunakan nada
suara lembut
Eukasi
1. Jelaskan tujuan
dan manfaat
2. Anjurkan posisi
yang nyaman
DAFTAR PUSTAKA

Bagas Wicaksono, R., Gunarto, U., & Ardi Wicaksono, M. (2021). Korelasi
Intensitas Nyeri Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Hernia Nukleus Pulposus
Lumbal Di Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Correlation of Pain Intensity and
Health-Related Quality of Life in Lumbar Herniated Nucleus Pulposus in Rsud
Prof. Dr. Margono Soekarjo. A Scientific Journal, 14(2), 83–91.
https://doi.org/10.20884/1.mandala.
Harahap, E. S. (2020). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Syaraf Terjepit
Pada Tulang Belakang (HNP) Menerapkan Metode Case Based Reasoning.
Journal of Computer System and Informatics (JoSYC), 1(4), 352–357.

Anda mungkin juga menyukai