DISUSUN OLEH
20317066
5. MANIFESTASI KLINIK
1) Antara C1-C5 : respiratoris paralisis dan kuadriplegi, biasanya pasien
meninggal.
2) Antara C5 dan C6 : paralisis kaki tangan, pergelangan, abduksi bahu dan
fleksi siku yang lemah, kehilangan reflek brachioradialis.
3) Antara C6 dan C7 : paralisi kaki, pergelangan dan tangan. Tapi pergerakan
bahu dan fleksi siku masih bisa dilakukan, kehilangan reflek bisep.
4) Antara C7 dan C8: paralisis kaki dan tangan
5) C8 sampai T1 : horner’s syndrome (ptosis,myotic pupil, facial anhidrosis)
paralisis kaki.
6) Antara T11 dan T12 : paralisis otot-otot kaki di atas dan bawah lutut.
7) T12 sampa L1 : paralisis di bawah lutut.
8) Cauda equine : hiporeflex atau paresis extremitas bawah, biasanya nyeri
dan sangat sensitive terhadap sensasi, kehilangan control bowel dan
bladder.
9) S3 sampai S5 atau conus medullaris pada L1 : kehilangan control bowel
dan bladder secara total.
( PSYSICAL ASSASSMENT )
BIODATA PASIEN
1. Nama : Ny. T
2. Umur : 42 Tahun
3. Jenis Kelamin :P
6. Status : menikah
1. ANAMNESE
A. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
Saat Masuk Rumah Sakit : pasien mengatakan tidak bisa berjalan sejak jatuh di
depan rumah 4 bulan yang lalu. Pasien juga sudah tidak bisa menahan BAK. Nyeri pada
pinggang dan menjalar ke paha sebelah kanan. Kaki sebelah kanan juga tidak bisa
digerakkan.
B. Riwayat Penyakit Sekarang : pasien mengatakan tidak bisa berjalan sejak jatuh di
depan rumah 4 bulan yang lalu. Pasien juga sudah tidak bisa menahan BAK. Nyeri pada
pinggang dan menjalar ke paha sebelah kanan. Kaki sebelah kanan juga tidak bisa
digerakkan.
Lauk : Lauk :
ayam,ikan ayam,daging,ikan
kadang daging
Sayur : sayur bening
Sayur : sayur
sop,capcay Minum/ Infus
:kurang lebih 4 gelas
Minum : air air putih, infus
putih kurang ringer laktat :
lebih 5 gelas aminofluid 1;1/24jam
sehari
b. Pola Eliminasi
Eliminasi BAB
/BAK
Siang : Siang :
Malam : Malam :
Bak jernih
Bak cair
Hygiene
e. Aktivitas Lain
b. Ekonomi
2. PEMERIKSAAN FISIK
B. KEADAAN UMUM
1. Integument
1. Tipe Primer
2. Tipe Sekunder
2.Pemeriksaan Rambut
3. Pemeriksaan Kuku
a. Inspeksi dan palpasi, warna agak pucat , bentuk normal, kuku panjang
dan kotor hitam.
1. Pemeriksaan Kepala
2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
b. Ekssoftalmus ( - ), Endofthalmus ( - )
luka (- ), benjolan (- )
d. Bulu mata : tidak rontok
g. Pemeriksaan Visus
3 Pemeriksaan Telinga
a. Inspeksi dan palpasi
Amati bagian telinga luar: bentuk normal, Ukuran normal, Warna sesuai warna
kulit, lesi ( - ), nyeri tekan ( - ), peradangan ( - ), penumpukan serumen ( - ).
4. Pemeriksaan Hidung
6. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien : tegang, Warna dan kondisi wajah
klien : sesuai warna kulit sawo matang, Struktur wajah klien : normal, Kelumpuhan
otot-otot fasialis ( - )
7. Pemeriksaan Leher
Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan Px. Kepala, wajah, leher : tidak ada
a. Inspeksi
b. Palpasi
tidak ada
a. Inspeksi
Bentuk torak (Normal), susunan ruas tulang belakang (normal), bentuk dada
(simetris ), keadaan kulit baik
b. Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama )
c. Perkusi
d. Auskultasi
1. Suara nafas
2. Suara Ucapan
3. Suara tambahan
4. Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : tidak
ada
6 PEMERIKSAAN JANTUNG
a. Inspeksi
Ictus cordis ( - )
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
tidak ada
7 PEMERIKSAAN ABDOMEN
a. Inspeksi
Massa/Benjolan ( - ), Kesimetrisan ( + ),
b. Auskultasi
c. Palpasi
Palpasi Hepar :
Palpasi Lien :
Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney . nyeri tekan ( - ), nyeri
lepas ( - ), nyeri menjalar kontralateral ( - ).
Palpasi Ginjal :
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Abdomen : tidak nafsu makan
Masalah Keperawatan : nausea
8 PEMERIKSAAN GENETALIA
1. Pada Wanita
Inspeksi
9 PEMERIKSAAN ANUS
a. Inspeksi
b. Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus ( - ) pemeriksaan Rectal Toucher tidak diperiksa
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Anus :tidak ada
a. Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri ( tidak simetris ), deformitas (-), fraktur (-)
b. Palpasi
14
Lakukan uji kekuatan otat :
11 PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Penigkatan suhu tubuh (-), nyeri kepala (-), kaku kuduk (-), mual –muntah ( - / -)
kejang ( -) penurunan tingkat kesadaran (-)
Ukuran otot (tidak simetris), atropi (-) gerakan-gerakan yang tidak disadari oleh
klien (-), kaki kanan tidak bisa digerakan.
Kepekaan saraf perifer : benda tumpul normal benda tajam normal Menguji
sensasi panas / dingin normal, minyak wangi normal
1. Reflek fisiologis
a. Reflek bisep ( + )
b. Reflek trisep ( + )
c. Reflek brachiradialis ( + )
d. Reflek patella ( + )
e. Reflek achiles ( + )
2. Reflek Pathologis
a. Reflek babinski ( -)
b. Reflek chaddok ( -)
c. Reflek schaeffer ( -)
d. Reflek oppenheim ( -)
e. Reflek Gordon ( -)
f. Reflek bing ( -)
g. Reflek gonda ( -)
Keluhan lain yang terkait dengan Px. Neurologis : kaki kanan tidak bisa digerakan,
kelemahan (+).
V. RIWAYAT PSIKOLOGIS
● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
merasa nyeri
c. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien : merasa sedih, Tingkah laku yang
menonjol tidak ada, Suasana yang membahagiakan klien : jika anak datang
menjenguk, Stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman : tidak ada
d. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara (ya), apakah pola komunikasinya
( lambat ), apakah klien menolak untuk diajak komunikasi ( tdk ), Apakah
komunikasi klien jelas ( ya ), apakah klien menggunakan bahasa isyarat ( tdk ).
e. Pola Interaksi
Kepada siapa klien berespon : keluarga dan perawat, Siapa orang yang dekat dan
dipercaya klien : suami dan anak-anak.
f. Pola Pertahanan
J.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
A. DARAH LENGKAP :
Haematokrit : 33 ( N : 35.0 – 50 gr / dl )
B. KIMIA DARAH :
Ureum : 21 mg/dl ( N : 10 – 50 mg / dl )
SGPT : tidakdiperiksa ( N : 3 – 19 )
Tidak diperiksa
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
A. Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG,CT-Scan,
MRI, Endoscopy dll.
Pemeriksaan x ray Cranium AP lateral : tak tampak jelas lesi litik patologis,
hipertrofi conca nasalis kanan kiri.
J. DATA FOKUS
1. 1.
tidak bisa digerakan dan berjalan, nyeri di paha
kanan berkurang.
3. DS : pasien
mengatakan tidak bisa menahan BAK, ngompol 3.inkontinensia urine
terus, kecing tidak terasa. berlanjut
DO : pasien selalu memakai pampers dan pampers
selalu basah.
FORMAT
Edukasi
Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
3 D.0109 L.11103 I.11352 Dukungan
Perawatan Diri : mandi
Kategori : perilaku Setelah dilakukan
intervensi selama Observasi
Subkategori : 2x24jam Perawatan Diri
kebersihan diri meningkat dengan Identifikasi jenis bantuan
yang dibutuhkan
Deficit perawatan kriteria hasil :
Monitor kebersihan tubuh
diri :mandi,oral hygiene
Kemampuan mandi (rambut,mulut, kulit,kuku)
dan berhias
meningkat
Mempertahankan Terapeutik
kebersihan diri Sediakan peralatan mandi
meningkat
Sediakan lingkungan yang
Mempertahankan aman dan nyaman
kebersihan mulut
Fasilitasi menggosok gigi,
meningkat
sesuai kebutuhan
Fasilitasi mandi sesuai
kebutuhan
Edukasi
Ajarkan kepada keluarga
cara memandikan
pasien,jika perlu
CATATAN PERKEMBANGAN
Kalium 2.8
mmol/L
Klorida 85
mmol/L
A : 1,2,3 belum
teratasi timbul
masalah baru
penurunan
kapasitas adaptif
intracranial
TAHUN 2012
JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
Disusunoleh:
Telah disetujui:
Penguji DosenPembimbing
Ketua Penguji
ABSTRAK
Latar belakang : Penggunaan ventilator mekanik pada penderita di ICU berpotensi
terhadap terjadinya komplikasi yaitu Ventilator Associated Pneumonia (VAP). VAP
dapat dicegah dengan menggunakan antibiotik dan antiseptik sebagai dekontaminasi
oral. Pencegahan dengan dekontaminasi oral salah satunya adalah dengan
meggunakanchlorhexidine.
Metode : Sampel terdiri atas 15 penderita yang memakai ventilator mekanik di ICU
RSUP Dr. Kariadi Semarang yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi,
kemudian diberikan masing-masing diberikan chlorhexidine 0,2% sebanyak 25 ml
tiap 12 jam selama 48 jam. Tiap sampel diambil sekret dari orofaring sebelum dan
sesudah perlakuan, untuk kemudian dilakukan pemeriksaan hitung jumlah dan jenis
bakteriorofaring.
Hasil : Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan paired t-test menunjukkan
perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada jumlah bakteri orofaring sebelum dan
sesudah perlakuan. Dari analisis data dapat diketahui bahwa terjadi penurunan jumlah
bakteri orofaring sebesar 140 76,625(p=0,000).
Kata kunci : chlorhexidine, ventilator mekanik, jumlah bakteri orofaring, oral hygiene.
ABSTRACT
Method: The sample consisted of 15 patients using the mechanical ventilator in the
ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang that meet the inclusion and exclusion criteria then
each was given chlorhexidine 0,2% as much as 25 ml every 12 hours for 48 hours.
Every sample is taken secretions from oropharynx before and after treatment, for
later examination in counting the number and types of oropharyngealbacteria.
Results: The result of statistical analysis test with paired t-test showed significant
difference (p<0,05) in the number of oropharyngeal bacteria.before and after
treatment. From the analysis of the data can be seen that there is a decrease the
number of oropharyngeal bacteria of 140 ± 76.625 (p = 0.000).
Conclusion: There is a decrease in the number of bacteria in the oropharynx in the use
ofchlorhexidine.
PENDAHULUAN
ventilasi bagi pasien dengan indikasi gangguan pernafasan dan penyakit kritis
lainnya. Sayangnya, dalam penggunaan ventilator mekanik ini dapat timbul berbagai
mulut yang menurun akibat sakit kritis atau karena penggunaan ventilator mekanik,
pipa endotrakhea dan pipa orofaring pada pasien kritis yang terintubasi, dapat
tepat, maka dapat terjadi kolonisasi mikroorganisme pada orofaring oleh flora yang
yang dapat menyebabkan VAP antara lain usia, jenis kelamin, trauma, dan lama
pemakaian ventilator. Bakteri patogen ini biasanya muncul menggantikan flora normal
orofaring dalam waktu kurang lebih 48 jam dan berkolonisasi di saluran napas. 2
dan gusi (Clark, 1993). Oral hygiene dengan penggunaan antibiotik ataupun
antiseptikdiharapkandapatmenurunkanpertumbuhanbakteridiorofaring,sehingga
antiseptik lebih dianjurkan daripada penggunaan antibiotik. Hal ini disebabkan karena
bakteri penyebabVAP.4
dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi. Akan tetapi chlorhexidine memiliki
toksisitas oral yang rendah sehingga sampai sekarang pun masih digunakan sebagai
antiseptik di berbagai negara terutama di rumah sakit. Toksisitas oral yang rendah ini
METODE
rancangan penelitian yang digunakan adalah pre test dan post test one group design.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Januari 2012.
Kariadi yang telah dirawat minimal selama 2 hari, orang dewasa, tidak alergi
penderita denganHIV
dilakukan pada penelitian ini, dimana nantinya subjek akan mendapat chlorhexidine
0,2% sebagai obat antiseptik oral, dilakukan penyikatan dengan sikat gigi pada 4
kuadran gigi diberikan setelah terpasang ventilator mekanik, dengan besar pemberian
Data yang terkumpul diedit, dikoding, dan di entry ke dalam file komputer
serta dilakukan cleaning data. Dilakukan uji normalitas pada kelompok chlorhexidine
dengan menggunakan uji saphiro wilk karena jumlah sampel 15 pasien (n<50).
dengan melakukan uji pair t-test . Hasil statistik disajikan dalam bentuk tabel dan
HASIL PENELITIAN
jumlah bakteri orofaring pada 15 sampel penderita yang dirawat di ICU setelah
20-29 2 13,33 %
30-39 2 13,33 %
40-49 4 26,66 %
50-59 0 0%
60-69 5 33,33 %
70 2 13,33 %
Total 15 100 %
Laki-laki 8 53,33 %
Perempuan 7 46,67 %
Total 15 100 %
Kelima belas pasien tersebut dihitung jumlah bakteri orofaring sebelum dan
ini.
300
250
200
150
100
50
Sebelum perlakuan(juta)
Kelompok
jumlah sampel ≤50. Dari hasil yang ada dapat dilihat bahwa jumlah bakteri orofaring
sebelum dan sesudah pemberian heparin intravena menunjukkan nilai normal, dimana
pemberianchlorhexidine.
Variabel p
Pre Post
Setelah didapat distribusi data yang normal, maka selanjutnya dilakukan uji
analisis Pair T-test. Dari hasil uji analisis Pair T-test didapatkan hasil yang tidak
bermakna (p>0,05), hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
chlorhexidine
Variabel MeanSD p
Sebelumperlakuan 300 0,0
Sesudahperlakuan 160 76,625
0,000*
PEMBAHASAN
gigi, dan gusi. Oral hygiene dengan penggunaan antibiotik ataupun antiseptik
terjadinya VAPmenurun.4
rongga mulut, disebabkan adanya interaksi antara muatan positif dan molekul-
optimal.5
jamur, protozoa, alga, dan virus, serta sangat sensitif pada beberapa spesies
kuman seperti pseudomonas spp, proteus spp, haemophilus spp, diptheroid spp,
dan actinomyces spp. Akan tetapi ada juga beberapa kuman gram-negatif yang
oral hygiene terhadap jumlah bakteri orofaring pada penderita dengan ventilator
ini dapat dilihat bahwa chlorhexidine efektif dalam menurunkan jumlah bakteri
bekerja pada spektrum luas, bekerja cepat, mempunyai aktivitas residu, absorbsi
yang minimal serta mempunyai aktivitas pada darah atau jaringan yang
sangatbaik.
KESIMPULAN
SARAN
Penulis mengucapkan terima kasih kepada : Dr. dr. Moh. Sofyan Harahap
mengarahkan dalam pelaksanaan penelitian ini, dr. Heru Dwi Jatmiko Sp.An
KAKV-KAP sebagai penguji artikel KTI, Dr. dr. Winarto DMM, Sp.MK,
Sp.M(K) sebagai ketua penguji artikel KTI, seluruh pasien yang turut serta dalam
penelitian ini dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang
Daftar Pustaka