Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY.T DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN

SPINAL CORD INJURY

DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS STATE

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

DISUSUN OLEH

IKE PUDJI WAHYUNINGSIH

20317066

PROGAM STUDI PROFESI NERS NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YATSI TANGERANG
TAHUN 2020
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Trauma medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan seringkali oleh kecelakaan, apabila trauma ini mengenai Lumbal1-
Lumbal12 dan atau dibawahnya maka dapat mengakibatkan hilangnya fungsi
motoric dan sensorik serta kehilangan fungsi defekasi dan berkemih. Cedera
medulla spinalis adalah adalah cedera yang mengenai servikal vertebralis dan
lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang belakang.
Trauma medulla spinalis atau spinal cord injury (SCI) didefinisikan
sebagai cedera atau kerusakan pada medulla spinalis yang menyebabkan
perubahan fungsional, baik secara mental maupun permanen pada fungsi
motoric, sensorik dan otonom.
Spinal cord injury merupakan trauma pada sumsum tulang belakang yang
dapat mengenai elemen tulang, jaringan lunak, dan sturktur saraf pada
cervicalis, vertebraalis dan lumbalis menyebabkan ketidakstabilan kolumna
vertebral (fraktur atau pergeseran satu atau lebih tulang belakang) sehingga
mengakibatkan gangguan fungsi neurologis.
2. ETIOLOGI
1) Kecelakaan lalu lintas
2) Olahraga
3) Luka tembak atau tikam
4) Kelainan tulang : myelitis, osteoporosis, tumor
3. KLASIFIKASI
Berdasarkan sifat fraktur yang terjadi :
1) Cedera Stabil
Bila kemampuan fragmen tulang tidak mempengaruhi kemampuan untuk
bergeser lebih jauh selain yang terjadi saat cedera. Komponen arkusneural
intak serta ligament yang menghubungkan ruas tulang belakang, terutama
ligament longitudinal posterior tidak robek.
a. Fleksi
Cedera fleksi akibat fraktur kompresi baji dari
vertebratorakolumbal umum ditemukan dan stabil. Kerusakan
neurologis tidak lazim ditemukan. Cedera ini menimbulkan rasa
sakit dan penatalaksanaannya terdiri atas perawatan di rumah sakit
selama beberapa hari istirahat total di tempat tidur dan observasi
terhadap paralitik ileus sekunder terhadap keterlibatan ganglia
simpatik. Jika baji lebih besar dari 50 persen, brace atau gips dalam
ekstensi dianjurkan. Jika tidak, analgetik, korset dan ambulasi dini
diperlukan.
b. Fleksi ke lateral dan ekstensi
Cedera ini jarang ditemukan pada torakolumbal. Cedera ini stabil
dan deficit neurologis jarang terjadi. Terapi yang dapat diberikan
adalah pemakaian korset dan analgetik.
c. Kompresi vertical

2) Cedera Tidak Stabil


Fraktur mempengaruhi kemampuan bergeser lebih jauh. Hal ini disebabkan
oleh adanya elemen rotasi terhadp cedera fleksi atau ekstensi yang cukup
untuk merobek ligament longitudinal posterior.
a. Cedera rotasi-fleksi
b. Fraktur “potong”
c. Cedera fleksi-rotasi
4. PATHWAY

5. MANIFESTASI KLINIK
1) Antara C1-C5 : respiratoris paralisis dan kuadriplegi, biasanya pasien
meninggal.
2) Antara C5 dan C6 : paralisis kaki tangan, pergelangan, abduksi bahu dan
fleksi siku yang lemah, kehilangan reflek brachioradialis.
3) Antara C6 dan C7 : paralisi kaki, pergelangan dan tangan. Tapi pergerakan
bahu dan fleksi siku masih bisa dilakukan, kehilangan reflek bisep.
4) Antara C7 dan C8: paralisis kaki dan tangan
5) C8 sampai T1 : horner’s syndrome (ptosis,myotic pupil, facial anhidrosis)
paralisis kaki.
6) Antara T11 dan T12 : paralisis otot-otot kaki di atas dan bawah lutut.
7) T12 sampa L1 : paralisis di bawah lutut.
8) Cauda equine : hiporeflex atau paresis extremitas bawah, biasanya nyeri
dan sangat sensitive terhadap sensasi, kehilangan control bowel dan
bladder.
9) S3 sampai S5 atau conus medullaris pada L1 : kehilangan control bowel
dan bladder secara total.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajian fisik didasarkan pada pemeriksaan neurologis, kemungkinan
didapati deficit motoric dan sensorik di bawah area yang terkena : syok spinal,
nyeri, perubahan fungsi kandung kemih,perusakan fungsi seksual pada pria,
perubahan fungsi defekasi. Pertahankan prinsip ABC agar kondisi pasien tidak
memburuk.
Tes diagnostic dapat dengan CT Scan maupun MRI dari tulang belakang.
Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat perlu dilakukan
pemeriksaan radiografi tulang belakang servikal.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pola napas tidak efektif b.d kelumpuhan otot diagfragma, kelemahan
dengan paralisis otot abdominal dan intercostal.
2) Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular.
3) Nyeri akut b.d adanya cedera.
4) Gangguan eliminasi alvi/konstipasi b.d gangguan neuromuscular.
5) Perubahan pola eliminasi urine b.d kelumpuhan syaraf perkemihan,
ketidakmampuan untuk berkemih spontan.
6) Gangguan integritas kulit b.d tirah baring lama, kehilangan sensori,
mobilitas.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

no Diagnosa Tujuan, kriteria hasil Intervensi


1 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Airway managemen
selama <24jam pasien Posisikan pasien untuk
menunjukan keefektifan memaksimalkan ventilasi
pola napas, dibuktikan Pasang mayo bila perlu
dengan kriteria hasil Lakukan fisioterapi dada
menunjukan jalan napas bila perlu
yang paten Auskultasi suara napas
Tanda-tanda vital dalam catat adanya suara
rentang normal tambahan
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
Monitor respirasi dan
saturasi oksigen
Monitor vital sign
2 Kerusakan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Activity daily living
keperawatan selama 3x24 Kaji kemampuan pasien
jam gangguan mobilitas dalam mobilisasi
fisik teratasi ditandai Latih pasien dalam
dengan kriteria hasil pemenuhan kebutuhan
Klien meningkat dalam ADL secara mandiri
aktivitas fisik Damping dan bantu
Mengerti tujuan dari pasien saat mobilisasi
peningkatan mobilitas Libatkan keluarga dan
Memverbalisasikan ajarkan cara memakaikan
perasaan dalam pakaian pasien
meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
Memperagakan alat bantu
untuk mobilisasi
3 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain managemen
keperawatan selama Lakukan pengkajian nyeri
3x24jam pasien tidak secara komprehensif
mengalami nyeri dengan Observasi rekasi
kriteria hasil nonverbal
Mampu mengontrol nyeri Bantu pasien dan
Melaporkan bahwa nyeri keluarga untuk mencari
berkurang dengan dan menemukan
managemen nyeri dukungan
Mampu mengenali nyeri Control lingkungan
Mengatakan rasa nyaman Kurangi factor yang
setelah nyeri berkurang memperberat nyeri
Ttv dalam rentang normal Ajarkan tentang teknik
Tidak memiliki gangguan nonfarmakologis
tidur

FORMAT PEMERIKSAAN FISIK PASIEN DEWASA

( PSYSICAL ASSASSMENT )

BIODATA PASIEN

1. Nama : Ny. T

2. Umur : 42 Tahun

3. Jenis Kelamin :P

4. No. Register : 00241102

5. Alamat : kepulauan seribu

6. Status : menikah

5. Keluarga terdekat : Tn.A (suami)

6. Diaqnosa Medis : spinal cord injury

7. Tanggal Pengkajian : 9-3-2021

1. ANAMNESE
A. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :

Saat Masuk Rumah Sakit : pasien mengatakan tidak bisa berjalan sejak jatuh di
depan rumah 4 bulan yang lalu. Pasien juga sudah tidak bisa menahan BAK. Nyeri pada
pinggang dan menjalar ke paha sebelah kanan. Kaki sebelah kanan juga tidak bisa
digerakkan.

Saat Pengkajian : pasien mengatakan kaki kanan lemas tidak bisa


digerakkan dan berjalan. Nyeri di paha berkurang. Masih tidak bisa menahan kencing,
kencing tidak terasa.

B. Riwayat Penyakit Sekarang : pasien mengatakan tidak bisa berjalan sejak jatuh di
depan rumah 4 bulan yang lalu. Pasien juga sudah tidak bisa menahan BAK. Nyeri pada
pinggang dan menjalar ke paha sebelah kanan. Kaki sebelah kanan juga tidak bisa
digerakkan.

C. Riwayat Penyakit Yang Lalu : Hipertensi

D. Riwayat Kesehatan Keluarga : tidak ada

POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN

a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi :

No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit


Makan/Minum

1 Jumlah / Pagi : 1 piring Pagi : ½ porsi


Waktu
Siang : 1 piring Siang : ½ porsi

Malam : kadang Malam : -


makan, kadang
tidak

2 Jenis Nasi : nasi putih Nasi : bubur

Lauk : Lauk :
ayam,ikan ayam,daging,ikan
kadang daging
Sayur : sayur bening
Sayur : sayur
sop,capcay Minum/ Infus
:kurang lebih 4 gelas
Minum : air air putih, infus
putih kurang ringer laktat :
lebih 5 gelas aminofluid 1;1/24jam
sehari

3 Pantangan Dier rendah Diet rendah garam


garam
4 Kesulitan Tidak ada Tidak nafsu makan
Makan /
Minum

5 Usaha-usaha Tidak ada Minum obat


mengatasi lambung
masalah

Masalah Keperawatan : Nausea

b. Pola Eliminasi

No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit

Eliminasi BAB
/BAK

1 Jumlah / Waktu Pagi : Pagi :

Siang : Siang :

Malam : Malam :

Bab 1x Sejak dirawat


sehari waktu belum bab
tidak tentu
Tidak bisa
Tidak bisa menahan BAK,
menahan ngompol terus
BAK,
ngompol
terus.

2 Warna Bab kuning Bak kekuningan

Bak jernih

3 Bau khas Khas

4 Konsistensi Bab normal -

Bak cair

5 Masalah eliminasi Tidak dapat Tidak bisa


menahan menahan BAK,
BAK, ngompol terus
ngompol
terus

6 Cara Mengatasi Tidak ada Tidak ada


Masalah

Masalah Keperawatan : inkontinensia urine berlanjut

c. Pola istirahat tidur

No Pemenuhan Istirahat Di Rumah Di Rumah Sakit


Tidur

1 Jumlah / Waktu Siang : jarang Siang : kurang


tidur siang lebih 1-2 jam

Malam : Malam : kurang


kurang lebih 8 lebih 8 jam
jam

2 Gangguan Tidur Tidak ada Tidak ada

3 Upaya Mengatasi Tidak ada Tidak ada


Gangguan tidur

4 Hal Yang Memper- Tidak ada Tidak ada


mudah Tidur

5 Hal Yang Memper- Suara berisik Suara berisik


mudah bangun

Masalah Keperawatan : tidak ada

d. Pola kebersihan diri / Personal Hygiene :

No Pemenuhan Personal Di Rumah Di Rumah Sakit

Hygiene

1 Frekuensi Mencuci 1x sehari Belum keramas


Rambut

2 Frekuensi Mandi 2x sehari Sehari sekali di


lap saja

3 Frekuensi Gosok 2x sehari Belum gosok gigi


Gigi selama di rawat

4 Keadaan Kuku Bersih Panjang dan


kotor

Masalah Keperawatan : deficit perawatan diri :oral hygiene,berhias

e. Aktivitas Lain

No Aktivitas Yang Di Rumah Di Rumah Sakit


Dilakukan
Tidak ada Tidak ada

f. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

a. Latar belakang social, budaya dan spiritual klien

Kegiatan kemasyarakatan : tidak ada

Konflik social yang dialami klien : tidak ada

Ketaatan klien dalam menjalankan agamanya : shalat dalam keadaan


berbaring semenjak sakit.

Teman dekat yang senantiasa siap membantu : suami dan anak

Masalah Keperawatan : tidak ada

b. Ekonomi

Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat :Bpjs

Apakah ada masalah keuangan dan bagaimana mengatasinya :Tidak ada

Masalah Keperawatan : tidak ada

2. PEMERIKSAAN FISIK

A. PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

a. Tensi : 159/111 mmHg e. BB : 48 kg

b. Nadi : 104x/menit f. TB : 155 cm

c. RR : 20x/menit g. Setelah dihitung berdasar rumus


Borbowith

d. Suhu : 36,50C Pasien termasuk : (ideal )

B. KEADAAN UMUM

Pasien terlihat sakit sedang

C. PEMERIKSAAN INTEGUMENT, RAMBUT DAN KUKU

1. Integument

Inspeksi : Adakah lesi ( - ), Jaringan parut ( - )

Warna Kulit : pucat

Bila ada luka bakar lokasi : tidak ada

Palpasi : Tekstur (kasar ), Turgor / Kelenturan ( baik ), Struktur ( normal ),


Lemak subcutan ( sedikit ) Nyeri tekan ( + ) pada daerah paha kanan
Identifikasi luka / lesi pada kulit

1. Tipe Primer

Makula ( - ), Papula ( - ) Nodule ( - ) Vesikula ( - )

2. Tipe Sekunder

Pustula ( - ), Ulkus ( - ), Crusta ( - ), Exsoriasi ( - ), Sear (-), Lichenifikasi ( - )

Kelainan- kelainan pada kulit :

Naevus Pigmentosus ( - ), Hiperpigmentasi ( - ), Vitiligo/Hipopigmentasi ( - ), Tatto


( - ),

Haemangioma ( - ), Angioma/toh ( - ), Spider (-), Naevi ( - ), Strie ( - )

2.Pemeriksaan Rambut

a. Ispeksi dan Palpasi :

Penyebaran rambut merata, Bau (+) rontok ( - ), warna hitam, Alopesia ( - ),


Hirsutisme ( - ),

3. Pemeriksaan Kuku

a. Inspeksi dan palpasi, warna agak pucat , bentuk normal, kuku panjang
dan kotor hitam.

4. Keluhan yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan

Px. Kulit : tidak ada

Masalah Keperawatan : tidak ada

D. PEMERIKSAAN KEPALA, WAJAH DAN LEHER

1. Pemeriksaan Kepala

Inspeksi : bentuk kepala ( bulat ), kesimetrisan (+). Hidrochepalu(- ),


Luka (- ), darah (-), Trepanasi (- ).

Palpasi : Nyeri tekan (- ), fontanella / pada bayi (cekung / tidak)

2. Pemeriksaan Mata

Inspeksi :

a. Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + )

b. Ekssoftalmus ( - ), Endofthalmus ( - )

c. Kelopak mata / palpebra : oedem ( - ), ptosis ( - ), peradangan


(-)

luka (- ), benjolan (- )
d. Bulu mata : tidak rontok

e. Konjunctiva dan sclera : konjungtiva sedikit anemis, sklera


normal

f. Warna iris cokelat kehitaman, reaksi pupil terhadap cahaya


(miosis ) isokor ( + )

Kornea : warna putih, Nigtasmus ( - ), Strabismus ( - )

g. Pemeriksaan Visus

Dengan Snelen Card : tidak dikaji

Tanpa Snelen Card : Ketajaman Penglihatan ( Kurang )

h. Pemeriksaan lapang pandang Normal

i. Pemeriksaan tekanan bola mata

dengan palpasi taraba normal

3 Pemeriksaan Telinga
a. Inspeksi dan palpasi

Amati bagian telinga luar: bentuk normal, Ukuran normal, Warna sesuai warna
kulit, lesi ( - ), nyeri tekan ( - ), peradangan ( - ), penumpukan serumen ( - ).

Uji kemampuan kepekaan telinga :

- Tes bisik terdengar

- Dengan arloji terdengar

4. Pemeriksaan Hidung

a. Inspeksi dan palpasi

Septum nasi normal

Amati meatus : perdarahan (- ), Kotoran ( - ), Pembengkakan ( - ), pembesaran /


polip ( - )

5.Pemeriksaan Mulut dan Faring

a. Inspeksi dan Palpasi

Amati bibir : bentuk bibir normal

warna bibir normal, lesi (- ), Bibir pecah ( + )

Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries ( + ),

Kotoran ( + ), Gigi palsu ( + ), Gingivitis ( - ),

Warna lidah : merah muda, Perdarahan ( - ) dan abses ( - ).


Bau mulut : ada

uvula ( simetris ), Benda asing : ( tidak )

Adakah pembesaran tonsil, T 0 / T 1 / T 2 / T 3 / T 4 tidak ada

Perhatikan suara klien : ( normal )

6. Pemeriksaan Wajah

Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien : tegang, Warna dan kondisi wajah
klien : sesuai warna kulit sawo matang, Struktur wajah klien : normal, Kelumpuhan
otot-otot fasialis ( - )

7. Pemeriksaan Leher

Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :

a. Bentuk leher (simetris ), peradangan ( - ), jaringan parut ( -


), perubahan warna ( - ), massa ( - )

b. Kelenjar tiroid, pembesaran ( - )

c. Vena jugularis, pembesaran ( - )

Palpasi : pembesaran kelenjar limfe ( - ), kelenjar tiroid ( - ), posisi trakea


(simetris)

Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan Px. Kepala, wajah, leher : tidak ada

Masalah Keperawatan : tidak ada

4 PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK

a. Inspeksi

Ukuran payudara kecil, bentuk (simetris), pembengkakan (-).

Kulit payudara : sesuai warna kulit sawo matang, lesi ( - ), Areola :


perubahan warna ( - )

Putting : cairan yang keluar ( - ), ulkus ( - ), pembengkakan ( - )

b. Palpasi

Nyeri tekan ( - ), dan kekenyalan (lunak), benjolan massa ( - )

c. Keluhan lain yang terkait dengan Px. Payudara dan ketiak :

tidak ada

Masalah Keperawatan : tidak ada

5 PEMERIKSAAN TORAK DAN PARU

a. Inspeksi
Bentuk torak (Normal), susunan ruas tulang belakang (normal), bentuk dada
(simetris ), keadaan kulit baik

Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta (-), retraksi suprasternal ( - ),


Sternomastoid ( - ), pernafasan cuping hidung ( - ).

Pola nafas : ( normal reguler )

Amati : cianosis (- ), batuk (tidak ada).

b. Palpasi

Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama )

c. Perkusi

Area paru : ( sonor )

d. Auskultasi

1. Suara nafas

Area Vesikuler : ( bersih ) , Area Bronchial : ( bersih ) Area Bronkovesikuler


( bersih )

2. Suara Ucapan

Terdengar : Bronkophoni ( - ), Egophoni ( - ), Pectoriloqy ( - )

3. Suara tambahan

Terdengar : Rales ( - ), Ronchi ( - ), Wheezing ( - ), Pleural fricion rub ( - )

4. Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : tidak
ada

6 PEMERIKSAAN JANTUNG

a. Inspeksi

Ictus cordis ( - )

b. Palpasi

Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Kuat )

c. Perkusi

Batas-batas jantung normal adalah :

Batas atas : normal. ( N = ICS II )

Batas bawah : normal ( N = ICS V)


Batas Kiri : normal. ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)

Batas Kanan : normal. ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)

d. Auskultasi

BJ I terdengar (tunggal), ( lemah ), ( reguler)

BJ II terdengar (tunggal ), (lemah), ( reguler)

Bunyi jantung tambahan : BJ III ( - ), Gallop Rhythm (-), Murmur (- )

e. Keluhan lain terkait dengan jantung :

tidak ada

7 PEMERIKSAAN ABDOMEN

a. Inspeksi

Bentuk abdomen : ( cekung )

Massa/Benjolan ( - ), Kesimetrisan ( + ),

Bayangan pembuluh darah vena ( - )

b. Auskultasi

Frekuensi peristaltic usus 20x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi (- )

c. Palpasi

Palpasi Hepar :

Nyeri tekan ( - ), pembesaran ( - ), perabaan (tidak teraba), permukaan (tidak teraba


), tepi hepar (tidak teraba ) ( N = hepar tidak teraba.

Palpasi Lien :

Tidak ada nyeri tekan

Palpasi Appendik : tidak teraba

Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney . nyeri tekan ( - ), nyeri
lepas ( - ), nyeri menjalar kontralateral ( - ).

Palpasi dan Perkusi Untuk Mengetahui ada Acites atau tidak :

Shiffing Dullnes ( - ) Undulasi ( - )

Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.

Palpasi Ginjal :

Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( - ), pembesaran ( - ). (ginjal tidak teraba).

Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Abdomen : tidak nafsu makan
Masalah Keperawatan : nausea

8 PEMERIKSAAN GENETALIA

1. Pada Wanita

Inspeksi

Kebersihan rambut pubis ( kotor ), lesi ( - ),eritema ( - ), keputihan ( - ), peradangan


( - ) Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( - )

Masalah Keperawatan : deficit perawatan diri

9 PEMERIKSAAN ANUS

a. Inspeksi

Atresia ani ( - ), tumor ( - ), haemorroid ( - ), perdarahan ( - )

Perineum : jahitan ( - ), benjolan ( - )

b. Palpasi

Nyeri tekan pada daerah anus ( - ) pemeriksaan Rectal Toucher tidak diperiksa

Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Anus :tidak ada

Masalah Keperawatan : tidak ada

10 PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL ( EKSTREMITAS )

a. Inspeksi

Otot antar sisi kanan dan kiri ( tidak simetris ), deformitas (-), fraktur (-)

b. Palpasi

Oedem : tidak ada

Lingkar lengan : 22cm


55

14
Lakukan uji kekuatan otat :

Masalah Keperawatan : gangguan mobilitas fisik

11 PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )

1. Menilai respon membuka mata 4

2. Menilai respon Verbal 5

3. Menilai respon motorik 6


Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan : (Compos Mentis )

b. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak

Penigkatan suhu tubuh (-), nyeri kepala (-), kaku kuduk (-), mual –muntah ( - / -)
kejang ( -) penurunan tingkat kesadaran (-)

c. Memeriksa nervus cranialis

Nervus I , Olfaktorius (pembau ) normal

Nervus II, Opticus ( penglihatan ) normal

Nervus III, Ocumulatorius normal

Nervus IV, Throclearis normal

Nervus V, Thrigeminus : - Cabang optalmicus : normal

- Cabang maxilaris : normal

- Cabang Mandibularis : normal

Nervus VI, Abdusen normal

Nervus VII, Facialis normal

Nervus VIII, Auditorius normal

Nervus IX, Glosopharingeal normal

Nervus X, Vagus normal

Nervus XI, Accessorius normal

Nervus XII, Hypoglosal normal

d. Memeriksa fungsi motorik

Ukuran otot (tidak simetris), atropi (-) gerakan-gerakan yang tidak disadari oleh
klien (-), kaki kanan tidak bisa digerakan.

e. Memeriksa fungsi sensorik

Kepekaan saraf perifer : benda tumpul normal benda tajam normal Menguji
sensasi panas / dingin normal, minyak wangi normal

f. Memeriksa reflek kedalaman tendon

1. Reflek fisiologis

a. Reflek bisep ( + )

b. Reflek trisep ( + )

c. Reflek brachiradialis ( + )
d. Reflek patella ( + )

e. Reflek achiles ( + )

2. Reflek Pathologis

Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.

a. Reflek babinski ( -)

b. Reflek chaddok ( -)

c. Reflek schaeffer ( -)

d. Reflek oppenheim ( -)

e. Reflek Gordon ( -)

f. Reflek bing ( -)

g. Reflek gonda ( -)

Keluhan lain yang terkait dengan Px. Neurologis : kaki kanan tidak bisa digerakan,
kelemahan (+).

V. RIWAYAT PSIKOLOGIS

a. Status Nyeri : nyeri ringan

1. Menurut Skala Intensitas Numerik

● ● ● ● ● ● ● ● ● ●

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2. Menurut Agency for Health Care Policy and Research

No Intensitas Nyeri Diskripsi

1 □ Tidak Nyeri Pasien mengatakan tidak

merasa nyeri

2 □ Nyeri ringan Pasien mengatakan sedikit nyeri


atau ringan.

Pasien nampak gelisah

3 v Nyeri sedang Pasien mengatakan nyeri masih


bisa ditahan atau sedang

Pasien nampak gelisah

Pasien mampu sedikit


berparsitipasi dalam perawatan

4 □ Nyeri berat Pasien mangatakan nyeri tidak


dapat ditahan atau berat.

Pasien sangat gelisah

Fungsi mobilitas dan perilaku


pasien berubah

5 □ Nyeri sangat Pasien mengatan nyeri tidak


berat tertahankan atau sangat berat

Perubahan ADL yang mencolok

( Ketergantungan ), putus asa.

Masalah Keperawatan : nyeri akut

c. Status Emosi

Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien : merasa sedih, Tingkah laku yang
menonjol tidak ada, Suasana yang membahagiakan klien : jika anak datang
menjenguk, Stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman : tidak ada

Masalah Keperawatan : tidak ada

d. Gaya Komunikasi

Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara (ya), apakah pola komunikasinya
( lambat ), apakah klien menolak untuk diajak komunikasi ( tdk ), Apakah
komunikasi klien jelas ( ya ), apakah klien menggunakan bahasa isyarat ( tdk ).

Masalah Keperawatan : tidak ada

e. Pola Interaksi

Kepada siapa klien berespon : keluarga dan perawat, Siapa orang yang dekat dan
dipercaya klien : suami dan anak-anak.

Bagaimanakah klien dalam berinteraksi ( pasif ), Apakah tipe kepribadian klien


(tertutup ).

Masalah Keperawatan : tidak ada

f. Pola Pertahanan

Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasi masalahnya : pasien merasa


sedih karena sakit.

Masalah Keperawatan : tidak ada

g. Dampak di Rawat di Rumah Sakit


Apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis selama klien di rawat di RS :
tidak ada

Masalah Keperawatan : tidak ada

L. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL DAN SPIRITUAL

1. Kondisi emosi / perasaan klien

- Apa suasana hati yang menonjol pada klien ( sedih )

- Apakah emosinya sesuai dengan ekspresi wajahnya ( ya )

Masalah Keperawatan : tidak ada

2. Kebutuhan Spiritual Klien :

- Kebutuhan untuk beribadah ( terpenuhi )

- Masalah- masalah dalam pemenuhan kebutuhan spiritual : shalat dalam


keadaan berbaring.

Masalah Keperawatan : tidak ada

- Upaya untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan spiritual : tidak


ada

Masalah Keperawatan : tidak ada

3. Tingkat Kecemasan Klien :

Komponen Yang Cemas Cemas Cemas Panik


No dikaji
Ringan Sedang Berat

1 Orintasi terhadap □ Baik √ □ Menurun □ Salah □ Tdk

Orang, ada reaksi


tempat,waktu

2 Lapang persepsi □ Baik √ □ Menurun □ Menyempit □ Kacau

3 Kemampuan □ Mampu √ □ Mampu □Tidak □Tdk


menyelesaikan dengan bantuan mampu
masalah ada tanggapan

4 Proses Berfikir □ Mampu □ Kurang □Tidak □Alur fikiran


berkonsentr mampu mampu kacau
asi dan mengingat dan mengingat
mengingat berkonsentrasi √ dan
dengan baik berkonsentras
i

5 Motivasi □ Baik □ Menurun √ □ Kurang □ Putus asa

4. Konsep diri klien:

b. Identitas diri : baik

c. Ideal diri : baik

d. Gambaran diri : baik

e. Harga diri : baik

f. Peran : sesuai usia

Masalah Keperawatan : tidak ada

J.PEMERIKSAAN LABORATORIUM

A. DARAH LENGKAP :

Leukosit : 9.3 ( N : 3.500 – 10.000 / µL )

Eritrosit : 4.2 juta ( N : 1.2 juta – 1.5 juta µL )

Trombosit : 387.000 ( N : 150.000 – 350.000 / µL )

Haemoglobin : 11.2 ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl )

Haematokrit : 33 ( N : 35.0 – 50 gr / dl )

Masalah Keperawatan : dalam batas normal

B. KIMIA DARAH :

Ureum : 21 mg/dl ( N : 10 – 50 mg / dl )

Creatinin : 0.6 mg/dl ( N : 0,7 – 1.5 mg / dl )

SGOT : tidak diperiksa ( N : 2 – 17 )

SGPT : tidakdiperiksa ( N : 3 – 19 )

BUN : tidak diperiksa ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )

Bilirubin : tidak diperiksa ( N : 1,0 mg / dl )

Total Protein : tidak diperiksa ( N : 6.7 – 8.7 mg /dl )

Masalah Keperawatan : dalam batas normal


C. ANALISA ELEKTROLIT :

Natrium : 132 ( N : 136 – 145 mmol / l )

Kalium : 3.1 ( N ; 3,5 – 5,0 mmol / l )

Clorida : 96 ( N : 98 – 106 mmol / l )

Calsium : 1.18 ( N : 7.6 – 11.0 mg / dl )

Phospor : tidak diperiksa ( N : 2.5 – 7.07 mg / dl )

Masalah Keperawatan : ketidakseimbangan elektrolit

D. ANALISA GAS DARAH

Saturasi Oksigen :96% (N : >90%)

PH : tidak diperiksa (N :7,35-7,45)

PaO2 : tidak diperiksa (N : 80 - 100)

PaCo2 : tidak diperiksa (N : 35-45mmHg)

Hco3 : tidak diperiksa (N : 22 – 26 mEq/L)

Be : tidak diperiksa (N : 2/+2)

Tidak diperiksa

K. PEMERIKSAAN PENUNJANG :

A. Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG,CT-Scan,
MRI, Endoscopy dll.

Pemeriksaan thorax AP/PA : pneumonia dd metastasis

Pemeriksaan x ray Cranium AP lateral : tak tampak jelas lesi litik patologis,
hipertrofi conca nasalis kanan kiri.

Pemeriksaan vertebra lumbosacral AP lateral : Straigt lumbalis susp ec muscle


spams, gambaran spondilitis lumbalis, tak tampak jelas kompresi lumbalis.

Pemeriksaan xray pelvis AP : taktampak adanya fraktur komplit maupun dislokasi


pada ossa pelvis, multiple superior acetabullar spur formation serta inferior pubic
rami whiskering, sclerotic bone lession, III defined, tak tampak jelas periosteal
rection padatuberositas femur.

Masalah Keperawatan : gangguan mobilitas fisik

I. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN : (indikasi, kontra indikasi,efek samping,


sinonim)

Paracetamol tablet 3x500mg

Omeprazole tablet 2x20mg


Ksr tablet 3x1 tab

Farbion injeksi 1x1 ampul

Ondansentron injeksi 3x8mg

Candesartan tablet 1x16 mg

Amlodipin tablet 1x10 mg

J. DATA FOKUS

Data fokus Problem

1. 1.
tidak bisa digerakan dan berjalan, nyeri di paha
kanan berkurang.

DO : pasien berbaring terus, kekuata otot kaki


kanan 1, keadaan fisik lemah. Skala nyeri 2/10 2.defisit perawatan diri mandi
2.DS : suami pasien mengatakan sejak dirawat berhias oral hygiene
pasien belum gosok gigi dan keramas.
DO : rambut berbau tak sedap (+), kuku panjang
dan kotor hitam, gigi kotor sisa makanan (+) bibir
kering (+), nafsu berbau tak sedap (+).

3. DS : pasien
mengatakan tidak bisa menahan BAK, ngompol 3.inkontinensia urine
terus, kecing tidak terasa. berlanjut
DO : pasien selalu memakai pampers dan pampers
selalu basah.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI)

1. Inkontinensia urine berlanjut

2. Gangguan mobilitas fisik

3. Deficit perawatan diri :mandi,berhias, oral hygiene

FORMAT

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien :Ny.T Nama Mahasiswa :Ike Pudji Wahyuningsih

Ruang :Jati NIM :20317066

No. M.R :00241102

Diagnosa medis : spinal cord injury


No SDKI SLKI SIKI

1. D.0042 L.04036 I.04163 Kontinensia Urine

Kategori :fisiologis Setelah dilakukan Observasi


intervensi keperawatan
Subkategori: eliminasi selama 3x24 jam maka Identifikasi penyebab
inkontinensia urine
Inkontinensia urine kontinensia urine
membaik dengan kriteria Monitor kebiasaan BAK
berlanjut
hasil :
Terapeutik
 Kemampuan berkemih Bersihkan genital dan kulit
meningkat sekitar secara rutin
 Residu volume urine
setelah berkemih Edukasi
menurun Anjurkan membatasi
 Dribbling menurun konsumsi cairan 2-3jam
 Sensasi berkemih sebelum tidur
membaik Anjurkan minum minimal
1500ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi

2 D.0054 L.05042 I.05173 dukungan


Mobilisasi
Kategori : fisiologis Setelah dilakukan
intervensi selama Observasi
Sub kategori : 3x24jam mobilitas fisik
aktivitas/istirahat meningkat dengan  Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya
Gangguan mobilitas kriteria hasil :
 Identifikasi toleransi fisik
fisik
 Pergerakan ekstermitas melakukan pergerakan
meningkat
 Kekuatan otot Terapeutik
meningkat  Fasilitasi aktivitas
 Nyeri menurun mobilisasi dengan alat bantu
 Gerakan terbatas  Fasilitasi melakukan
menurun pergerakan,jika perlu
 Kelemahan fisik  Libatkan keluarga untuk
menurun membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan

Edukasi
 Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
3 D.0109 L.11103 I.11352 Dukungan
Perawatan Diri : mandi
Kategori : perilaku Setelah dilakukan
intervensi selama Observasi
Subkategori : 2x24jam Perawatan Diri
kebersihan diri meningkat dengan Identifikasi jenis bantuan
yang dibutuhkan
Deficit perawatan kriteria hasil :
Monitor kebersihan tubuh
diri :mandi,oral hygiene
Kemampuan mandi (rambut,mulut, kulit,kuku)
dan berhias
meningkat
Mempertahankan Terapeutik
kebersihan diri Sediakan peralatan mandi
meningkat
Sediakan lingkungan yang
Mempertahankan aman dan nyaman
kebersihan mulut
Fasilitasi menggosok gigi,
meningkat
sesuai kebutuhan
Fasilitasi mandi sesuai
kebutuhan

Edukasi
 Ajarkan kepada keluarga
cara memandikan
pasien,jika perlu

CATATAN PERKEMBANGAN

(Catatan perkembangan dibuat setiap hari)

Nama klien : Ny.T

Diagnose medis : Spinal Cord Injury

Ruang rawat : Jati

Tanggal Diagnos Implementasi Evaluasi Paraf


a
Jam (SOAP)

10/3/2021 1,2  Mengidentifikasi penyebab Jam 14.00 Ike


inkontinensia urine
Jam 08.00- S:pasien
Hasil : kerusakan medulla
10.00 mengatakan kaki
spinalis
kanan masih lemas
 Membersihkan genital dan
tidak bisa berjalan,
kulit sekitar
belum bisa duduk
Hasil : genital dan kulit sekitar
ditempat tidur
sedikit merah dan lecet
sendiri. BAK
 Memonitor TTV,nyeri dan
keluhan lain masih tidak terasa
Hasil : tekanan darah 174/116
mmHg, Nadi O : skala nyeri
108x/menit,respirasi 2/10, kekuatan otot
22x/menit,suhu 36,9oC. skala kaki kanan 1,
nyeri di paha 2/10 gerakan masih
terbatas. Tekanan
 Melakukan identifikasi
darah
toleransi fisik dalam melakukan
158/100mmHg,
pergerakan
Nadi 98x/menit,
Hasil : pasien bisa miring kanan
suhu 36oC,
kiri, duduk di tempat tidur
respirasi 22x/menit
dengan bantuan
 Mengajarkan mobilisasi Volume residu
sederhana urine setalh
Hasil : miring kanan kiri tanpa berkemih masih
bantuan, duduk ditempat tidur ada
tanpa bantuan
 Memonitor kebersihan tubuh A:1. Belum
Hasil : rambut lepek, teratasi
kukupanjang hitam, mulut 2.
berbau, sisa makanan menempel 3.
di gigi bibir kering P:1.anjurkan
 Melakukan oral hygiene membatasi minum
Hasil : sisa kotoran di gigi 2-3 jam sebelum
berkurang tidur
2.libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
3.ajarkan keluarga
cara memandikan
pasien

11/3/2021 1,2,3  memonitor TTV Jam 14.00 Ike


hasil : tekanan darah
08.00- S:suami pasien
175/98mmHg, nadi 100x/menit,
11.00 mengatakan kaki
respirasi 20x/menit, suhu 36oC,
kanan istrinya
kesadaran apatis
masih lemas dan
 membantu melakukan
tidak bisa
pergerakan pasien
digerakan. Suami
hasil : pasien masih tidak bisa
pasien mengatakan
menggerakan kaki kanan sendiri,
sejak semalam
miring kanan masih dengan
pasien tidak
bantuan
mengenali dirinya
 menganjurkan keluarga untuk
melakukan mika miki kepada
pasien tiap 2 jam O: kesadaran
hasil : pasien masih dibantu jika apatis. Gcs 12
ingin miring kiri keadaan umum
 mengajarkan keluarga pasien sedang
cara memandikan dan
Td :
menggosok gigi pasien
180/100mmHg
hasil : keluarga mengerti bahwa
selama sakit harus tetap Nadi : 100x/menit
menjaga kebersihan diri, daerah
kulit sekitar genital masih Respirasi :
merah iritasi karena pemakaian 22x/menit
pampers
Suhu :360C, pasien
gelisah. Natrium
131mmol/L

Kalium 2.8
mmol/L

Klorida 85
mmol/L

A : 1,2,3 belum
teratasi timbul
masalah baru
penurunan
kapasitas adaptif
intracranial

12/03/202 1,2,3 DS : Suami pasien mengatakan Intervensi di


1 ingin pasien dirawat dirumah hentikan
saja. Pasien APS
09.00 DO : surat persetujuan APS
sudah di Tandatangani suami
pasien
Nama Mahasiswa : IKE PUDJI WAHYUNINGSIH

PENGARUH PEMBERIAN CHLORHEXIDINE SEBAGAI ORAL


HYGIENE TERHADAP JUMLAH BAKTERI OROFARING
PADA PENDERITA DENGAN VENTILATOR MEKANIK
JURNAL

MEDIA MEDIKA MUDA

Diajukan sebagai persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana


Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

DIBYO MUKTI WIJAYA G2A


008 058

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

TAHUN 2012
JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

PENGARUH PEMBERIAN CHLORHEXIDINE SEBAGAI ORAL HYGIENE


TERHADAP JUMLAH BAKTERI OROFARING PADA PENDERITA DENGAN
VENTILATOR MEKANIK

Disusunoleh:

DIBYO MUKTI WIJAYA


G2A 008 058

Telah disetujui:

Semarang, Juli 2012

Penguji DosenPembimbing

dr.HeruDwiJatmiko,Sp.An,KAKV,KAP Dr. dr.Moh.SofyanHarahap,Sp.An,KNA

NIP 1962 0718 1989111002 NIP 1964 0906 199 5091001

Ketua Penguji

Dr. dr. Winarto, DMM, Sp.MK, Sp.M(K)


NIP 1949 0617 197 802 1001

ABSTRAK
Latar belakang : Penggunaan ventilator mekanik pada penderita di ICU berpotensi
terhadap terjadinya komplikasi yaitu Ventilator Associated Pneumonia (VAP). VAP
dapat dicegah dengan menggunakan antibiotik dan antiseptik sebagai dekontaminasi
oral. Pencegahan dengan dekontaminasi oral salah satunya adalah dengan
meggunakanchlorhexidine.

Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh pemberian chlorhexidine sebagai oral hygiene

terhadap jumlah bakteri orofaring dengan ventilator mekanik.

Metode : Sampel terdiri atas 15 penderita yang memakai ventilator mekanik di ICU
RSUP Dr. Kariadi Semarang yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi,
kemudian diberikan masing-masing diberikan chlorhexidine 0,2% sebanyak 25 ml
tiap 12 jam selama 48 jam. Tiap sampel diambil sekret dari orofaring sebelum dan
sesudah perlakuan, untuk kemudian dilakukan pemeriksaan hitung jumlah dan jenis
bakteriorofaring.

Hasil : Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan paired t-test menunjukkan
perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada jumlah bakteri orofaring sebelum dan
sesudah perlakuan. Dari analisis data dapat diketahui bahwa terjadi penurunan jumlah
bakteri orofaring sebesar 140 76,625(p=0,000).

Kesimpulan : Terdapat penurunan jumlah bakteri orofaring padapenggunaan


chlorhexidine.

Kata kunci : chlorhexidine, ventilator mekanik, jumlah bakteri orofaring, oral hygiene.

ABSTRACT

Background: The use of mechanical ventilation in intensive care unit in patients


potentially occurrence of complications of Ventilator Associated Pneumonia (VAP).
VAP can be prevented by using the antibiotic and antiseptic as oral decontamination.
One of the prevention with oral decontamination is using chlorhexidine.

Objective: To discover the effect of chlorhexidine as oral hygiene on the number of


oropharyngeal bacteria in patients with mechanical ventilator.

Method: The sample consisted of 15 patients using the mechanical ventilator in the
ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang that meet the inclusion and exclusion criteria then
each was given chlorhexidine 0,2% as much as 25 ml every 12 hours for 48 hours.
Every sample is taken secretions from oropharynx before and after treatment, for
later examination in counting the number and types of oropharyngealbacteria.

Results: The result of statistical analysis test with paired t-test showed significant
difference (p<0,05) in the number of oropharyngeal bacteria.before and after
treatment. From the analysis of the data can be seen that there is a decrease the
number of oropharyngeal bacteria of 140 ± 76.625 (p = 0.000).

Conclusion: There is a decrease in the number of bacteria in the oropharynx in the use
ofchlorhexidine.

Keywords: chlorhexidine, a mechanical ventilator, the number of oropharyngeal


bacteria, oral hygiene.

PENDAHULUAN

Ventilator mekanik merupakan alat yang berperan sebagai pengganti fungsi

ventilasi bagi pasien dengan indikasi gangguan pernafasan dan penyakit kritis

lainnya. Sayangnya, dalam penggunaan ventilator mekanik ini dapat timbul berbagai

komplikasi pada paru, sistem kardiovaskuler, sistem saraf pusat, sistem


gastrointestinal dan psikologi. Biasanya komplikasi ini disebabkan oleh kesehatan

mulut yang menurun akibat sakit kritis atau karena penggunaan ventilator mekanik,

pipa endotrakhea dan pipa orofaring pada pasien kritis yang terintubasi, dapat

menjadi vektor untuk migrasi kumanpatogen. 1

Bila pemasangan ventilator mekanik tidak ditunjang dengan perawatan yang

tepat, maka dapat terjadi kolonisasi mikroorganisme pada orofaring oleh flora yang

berpotensi patogen seperti Staphylococcus auereus, Streptococcus pneumoniae, atau

bakteri gram-negatif bentuk batang. Keadaan tersebut sangat beresiko terjadinya

pneumonia terkait ventilator/ventilator associated pneumonia (VAP). Faktor resiko

yang dapat menyebabkan VAP antara lain usia, jenis kelamin, trauma, dan lama

pemakaian ventilator. Bakteri patogen ini biasanya muncul menggantikan flora normal

orofaring dalam waktu kurang lebih 48 jam dan berkolonisasi di saluran napas. 2

Oral Hygiene adalah tindakan membersihkan dan menyegarkan mulut, gigi,

dan gusi (Clark, 1993). Oral hygiene dengan penggunaan antibiotik ataupun

antiseptikdiharapkandapatmenurunkanpertumbuhanbakteridiorofaring,sehingga

insiden terjadinya VAP menurun. Tetapi dekontaminasi oral dengan penggunaan

antiseptik lebih dianjurkan daripada penggunaan antibiotik. Hal ini disebabkan karena

penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat meningkatkan resiko terjadinya resistensi

bakteri penyebabVAP.4

Penggunaan antiseptik pada tindakan oral hygiene pada penderita dengan

ventilator mekanik dapat dilakukan dengan chlorhexidine. Sebagai antiseptic,

chlorhexidine dapat melawan aktivitas perkembangan mikroorganisme gram positif,

seperti Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dan Vancomisin- resistant


Enterococcus (VRE). Akan tetapi dalam melawan mikroorganisme gram negatif,

efektivitas chlorhexidine menjadi kurangoptimal.5

Efek samping penggunaan chlorhexidine dalam penggunaan jangka panjang

dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi. Akan tetapi chlorhexidine memiliki

toksisitas oral yang rendah sehingga sampai sekarang pun masih digunakan sebagai

antiseptik di berbagai negara terutama di rumah sakit. Toksisitas oral yang rendah ini

disebabkan karena chlorhexidine kurang diserap di saluran pencernaan. 6

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain eksperimental. Bentuk

rancangan penelitian yang digunakan adalah pre test dan post test one group design.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Januari 2012.

Populasi penelitian ini adalah : Penderita dengan ventilator mekanik di ICUDr.

Kariadi yang telah dirawat minimal selama 2 hari, orang dewasa, tidak alergi

terhadap chlorhexidine 0,2% bukan penderita dengan penyakit keganasan, bukan

penderita denganHIV

Berdasarkan perhitungan didapatkan jumlah subyek dalam penelitian ini

sebanyak 15 sampel, pemilihan subyek dilakukan dengan cara consecutive sampling.

Subyek penelitian sebelumnya diberi penjelasan tentang prosedur yang akan

dilakukan pada penelitian ini, dimana nantinya subjek akan mendapat chlorhexidine

0,2% sebagai obat antiseptik oral, dilakukan penyikatan dengan sikat gigi pada 4

kuadran gigi diberikan setelah terpasang ventilator mekanik, dengan besar pemberian

25 ml setiap hari setiap 12jam.

Data yang terkumpul diedit, dikoding, dan di entry ke dalam file komputer

serta dilakukan cleaning data. Dilakukan uji normalitas pada kelompok chlorhexidine
dengan menggunakan uji saphiro wilk karena jumlah sampel 15 pasien (n<50).

Setelah didapatkan distribusi data penelitian yang normal (p>0,05), dilanjutkan

dengan melakukan uji pair t-test . Hasil statistik disajikan dalam bentuk tabel dan

penghitungan statistika menggunakanSPSS.

HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh chlorhexidine 0,2% terhadap

jumlah bakteri orofaring pada 15 sampel penderita yang dirawat di ICU setelah

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi tertentu.

Tabel Karakteristik umum subyek pada masing-masing kelompok.

Umur (tahun) Frekuensi %

20-29 2 13,33 %

30-39 2 13,33 %

40-49 4 26,66 %

50-59 0 0%

60-69 5 33,33 %

70 2 13,33 %
Total 15 100 %

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki-laki 8 53,33 %

Perempuan 7 46,67 %

Total 15 100 %

Kelima belas pasien tersebut dihitung jumlah bakteri orofaring sebelum dan

sesudah pemberian chlorhexidine. Pemberian chlorhexidine menunjukkan jumlah

bakteri orofaring pada kelompok chlorhexidine sebelum perlakuan dan sesudah

perlakuan mengalami penurunan. Hasil selengkapnya disajikan dalam grafik dibawah

ini.

300

250

200
150

100

50

Sebelum perlakuan(juta)

Kelompok

Sesudah perlakuan (juta)

Gambar jumlah bakteri orofaring sebelum dan sesudah pemberian chlorhexidine.

Distribusi data dilakukan dengan melihat hasil uji Saphiro-Wilk, karena

jumlah sampel ≤50. Dari hasil yang ada dapat dilihat bahwa jumlah bakteri orofaring

sebelum dan sesudah pemberian heparin intravena menunjukkan nilai normal, dimana

p>0,05. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada table di bawahini.

Tabel Uji normalitas jumlah bakteri orofaring sebelum dan sesudah

pemberianchlorhexidine.

Variabel p
Pre Post

Jumlahbakteri 0,676 0,676

Setelah didapat distribusi data yang normal, maka selanjutnya dilakukan uji

analisis Pair T-test. Dari hasil uji analisis Pair T-test didapatkan hasil yang tidak

bermakna (p>0,05), hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel analisis jumlah bakteri orofaring sebelum dan sesudah pemberian

chlorhexidine

Variabel MeanSD p
Sebelumperlakuan 300 0,0
Sesudahperlakuan 160 76,625
0,000*

Keterangan : Signifikan p<0,05, uji dengan paired t-test

PEMBAHASAN

Oral Hygiene adalah tindakan membersihkan dan menyegarkan mulut,

gigi, dan gusi. Oral hygiene dengan penggunaan antibiotik ataupun antiseptik

diharapkan dapat menurunkan pertumbuhan bakteri di orofaring, sehingga insiden

terjadinya VAPmenurun.4

Secara empirik terbukti bahwa antibiotik cukup efektif dalam pencegahan

VAP, namun karena pemakaian antibiotik dapat meningkatkan risiko terjadinya

resistensi kuman maka penggunaannya tidak dianjurkan secara rutin, sehingga

penggunaan zat anti septik menjadi alternatifpilihan.

Chlorhexidine pada pH fisiologis dapat mengikat bakteri dipermukaan

rongga mulut, disebabkan adanya interaksi antara muatan positif dan molekul-

molekul Chlorhexidine dengan dinding sel bakteri yang menyebabkan terjadinya

penetrasi kedalam sitoplasma dan pada akhirnya menyebabkan kematian

mikroorganisme. Streptokokus tertentu dapat terikat oleh Chlorhexidine pada

media polisakarida diluar sel, sehingga dapat meningkatkan sensifitas

streptokokus dalam rongga mulut terhadapChlorhexidine.15

Sebagai antiseptic, chlorhexidine dapat melawan aktivitas perkembangan

mikroorganisme gram positif, seperti Methicillin-resistant Staphylococcus aureus


(MRSA) dan Vancomisin-resistant Enterococcus (VRE). Akan tetapi dalam

melawan mikroorganisme gram negatif, efektivitas chlorhexidine menjadi kurang

optimal.5

Chlorhexidine bersifat bakteriostatik untuk kuman gram-negatif, ragi,

jamur, protozoa, alga, dan virus, serta sangat sensitif pada beberapa spesies

kuman seperti pseudomonas spp, proteus spp, haemophilus spp, diptheroid spp,

dan actinomyces spp. Akan tetapi ada juga beberapa kuman gram-negatif yang

resisten terhadap chlorhexidine.14,16

Penelitian yang dilakukan ini adalah mengetahui manfaat chlorhexidine sebagai

oral hygiene terhadap jumlah bakteri orofaring pada penderita dengan ventilator

mekanik. Pada penelitian ini digunakan 15 subyek penelitian dengan karakteristik

umur dan jenis kelamin.

Hasil uji statistic yang dilakukan menggunakan paired t-test pada

kelompok chlorhexidine menunjukkan bahwa jumlah bakteri orofaring sebelum

perlakuan dan setelah perlakuan berbeda bermakna (p = 0,000). Dalam penelitian

ini dapat dilihat bahwa chlorhexidine efektif dalam menurunkan jumlah bakteri

orofaring, karena hasil penelitian menunjukkan jumlah bakteri orofaring pada

kelompok chlorhexidine sebelum perlakuan 3000,0 dan setelah perlakuan

16076,625, yang berarti mengalami penurunan sebesar 14076,625 (p =0,000)


Hasil ini dapat dihubungkan dengan kemampuan chlorhexidine yang

bekerja pada spektrum luas, bekerja cepat, mempunyai aktivitas residu, absorbsi

yang minimal serta mempunyai aktivitas pada darah atau jaringan yang

sangatbaik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan

bahwa pengaruh pemberian Chlorhexidine 0,2% sebagai oral hygiene, adalah

menurunkan jumlah bakteri orofaring pada penderita dengan ventilatormekanik.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan

bahwa pengaruh pemberian Chlorhexidine 0,2% sebagai oral hygiene, adalah

menurunkan bakteri orofaring pada penderita dengan ventilatormekanik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada : Dr. dr. Moh. Sofyan Harahap

Sp.An KNA sebagai dosen pembimbing yang telah mendampingi dan

mengarahkan dalam pelaksanaan penelitian ini, dr. Heru Dwi Jatmiko Sp.An
KAKV-KAP sebagai penguji artikel KTI, Dr. dr. Winarto DMM, Sp.MK,

Sp.M(K) sebagai ketua penguji artikel KTI, seluruh pasien yang turut serta dalam

penelitian ini dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang

tidak bisa disebutkan satupersatu.

Daftar Pustaka

Pdfcoffe.com.(2010.).laporan pendahuluan spinal cord injury.diakses pada 9/03/2021


dari https://pdfcoffee.com/qdownload/lp-trauma-medulla-spinalis-pdf-free.html
Docplayer.info.(2012).laporan pendahuluan spinal cord injury.diakses pada
9/03/2021 dari https://docplayer.info/72925716-Laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan-pada-pasien-dengan-spinal-cord-injury-oleh-tony-hady-purwanto-s-kep-
nim.html

Scribd.com.(2020).pathway spinal cord injury.diakses pada 9/03/2021 dari


https://www.scribd.com/doc/147699380/Asuhan-Keperawatan-Spinal-Cord-Injury

Scribd.com.(2020).asuhan keperawatan spinal cord injury. Dikases pada 9/03/2021


dari https://www.scribd.com/doc/147699380/Asuhan-Keperawatan-Spinal-Cord-
Injury

Anda mungkin juga menyukai