Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TRAUMA VERTEBRA
Untuk Memenuhi Tugas Departemen Surgical

Oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STIKES KENDEDES MALANG
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DIII PRODI KEPERAWATAN POLTEKES KEMENKES MALANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


RUMAH SAKIT UMUM DR. SAIFUL ANWAR MALANG
2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik penyuluhan

: Trauma Vertebra

Hari/Tanggal

: Kamis, 1 September 2016

Waktu

: 30 menit/ 12.30-13.00 WIB

Tempat

: Ruang 13 RSSA

Sasaran

: Keluarga pasien yang menjalani perawatan di ruang 13

Penyuluh

: UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STIKES KENDEDES MALANG
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DIII PRODI KEPERAWATAN POLTEKES KEMENKES MALANG

I.

LATAR BELAKANG
Susunan tulang pada manusia terdiri dari berbagai macam tulang di antaranya
tulang vertebra (servikal, torakal, lumbal, sakral, koksigis). Tulang servikalis terdiri
dari 7 tulang yaitu C1 atau atlas, C2 atau axis, C3, C4, C5, C6 dan C7. Apabila
cidera pada bagain servikal akan mengakibatkan terjadinya trauma servikal.di
mana trauma servikal merupakan keadaan cidera pada tulang bekalang servikal
dan medulla spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, sublukasi atau frakutur
vertebra servikalis dan di tandai kompresi pada medulla spinal daerah servikal.
Trauma medula spinalis terjadi pada 30.000 pasien setiap tahun di Amerika
serikat. Insidensi pada negera berkembang berkisar antara 11,5 hingga 53,4
kasus dalam 1.000.000 populasi. Umumnya terjadi pada remaja dan dewasa
muda.2 Penyebab tersering adalah kecelakaan lalu lintas (50%), jatuh (25%) dan
cedera yang berhubungan dengan olahraga (10%). Sisanya akibat kekerasan
dan kecelakaan kerja. Hampir 40%-50% trauma medulla spinalis mengakibatkan
defisit neurologis, sering menimbulkan gejala yang berat, dan terkadang
menimbulkan kematian. Walaupun insidens pertahun relatif rendah, tapi biaya
perawatan dan rehabilitasi untuk cedera medulla spinalis sangat besar, yaitu
sekitar US$ 1.000.000 / pasien. Angka mortalitas diperkirakan 48% dalam 24 jam
pertama, dan lebih kurang 80% meninggal di tempat kejadian (Emma, 2011).
Di Indonesia kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah
penyakit jantung, kanker, dan stroke, tercatat 50 meningkat per 100.000
populasi tiap tahun, 3% penyebab kematian ini karena trauma langsung medulla

spinalis, 2% karena multiple trauma. Insiden trauma pada laki-laki 5 kali lebih
besar dari perempuan, 40% spinal cord injury disebabkan kecelakaan lalu lintas,
20% jatuh, 40% luka tembak, sport, kecelakaan kerja. Lokasi fraktur atau fraktur
dislokasi cervical paling sering pada C2 diikuti dengan C5 dan C6 terutama pada
usia dekade 3.
Dampak

trauma servikal

mengakibatkan

syok

neurogenik,

syok

spinal,

hipoventilasi, hiperfleksia autonomic, gangguan pada pernafasan, gangguan


fungsi saraf pada jari-jari tangan, otot bisep, otot trisep, dan otot- otot leher.
Akibat atau dampak lebih lanjut dari trauma servikal yaitu kematian.
Peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan guna
mencengah komplikasi pada klien dan memberikan pendidikan kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang trauma servikal.
II.

TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga pasien di ruang 13
RSSA mengetahui tentang Trauma vertebra

III. TUJUAN KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit keluarga pasien mampu :
1.

Mengetahui pengertian Trauma vertebra

2.

Mengetahui faktor resikoTrauma vertebra

3.

Memahami tanda dan gejala vertebra

4.

Mengetahui penanganan Trauma vertebra

5.

Mengetahui komplikasi Trauma vertebra

IV. MATERI

V.

1.

Pengertian Trauma vertebra

2.

Faktor resikoTrauma vertebra

3.

Tanda dan gejala Trauma vertebra

4.

Penanganan Trauma vertebra

5.

Komplikasi Trauma vertebra

METODE
Ceramah dan Tanya Jawab

VI. MEDIA
1.

Powerpoint

2.

Leaflet

VII. SETTING TEMPAT


Keterangan:
Presenter

Pembimbing Klinik

Moderator

Audience

Observer

Layar LCD

Fasilitator

VIII. JOB DESK


1) Moderator
Job Description:
a) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
b) Memperkenalkan diri
c)

Menjelaskan tujuan dari penyuluhan

d) Menyebutkan materi yang akan diberikan


e) Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu penyuluhan
f)

Menulis pertanyaan yang diajukan peserta penyuluhan.

g) Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi.


h) Mengatur waktu kegiatan penyuluhan
2) Presenter
Job Description:
a) Menggali pengetahuan keluarga tentang hepatitis
b) Menjelaskan materi mengenai hepatitis
c) Menjawab pertanyaan peserta
3) Fasilitator
Job Description:
a)

Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan

b)

Mengatur teknik acara sebelum dimulainya penyuluhan

c)

Memotivasi keluarga klien agar berpartisipasi dalam penyuluhan

d)

Memotivasi keluarga untuk mengajukan pertanyaan saat moderator


memberikan kesempatan bertanya

e)

Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta

f)

Membagikan leaflet kepada peserta di akhir penyuluhan

4) Observer
Job Description:
a)

Mengobservasi jalannya proses kegiatan

b)

Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan


penyuluhan berlangsung

c)

Memberikan penjelasan kepada pembimbing tentang evaluasi hasil


penyuluhan

IX. KEGIATAN PENYULUHAN


No
1

Tahapan waktu
Pembukaan

Kegiatan pembelajaran
1. Mengucapkan

(5 menit)

salam
2.
3.

Kegiatan peserta
1. Menjawab
2. Mendengarkan dan

Memperkenalkan

memperhatikan

diri

3. Menyetujui

Kontrak waktu dan

4. Mendengarkan dan

aturan PKRS
4.

memperhatikan

Menjelaskan
tujuan
pembelajaran

5.

Mengali
pengetahuan awal
tentang Trauma

Kegiatan Inti
( 20 menit )

vertebra
1. Menjelaskan

1.

tentang pengertian
Trauma vertebra

memperhatikan
2.

2. Menjelaskan faktor
resiko Trauma

Mendengarkan dan
memperhatikan

3.

vertebra
3. Menjelaskan

Mendengarkan dan

Mendengarkan dan
memperhatikan

4.

Mendengarkan dan

tentang tanda dan


gejala Trauma

memperhatikan
5.

vertebra

Mendengarkan dan
memperhatikan

4. Menjelaskan
tentang

6.

Peserta bertanya

penanganan
Trauma vertebra
5. Menjelaskan
komplikasi Trauma
vertebra
6. Memberikan
kesempatan
peserta untuk
3

Penutup

bertanya
1. Kesimpulan dari

1. Mendengarkan dan

5 menit

pembelajaran

memperhatikan

2. Salam penutup

2. Mendengarkan.

X. EVALUASI
a.

Struktural
1.

Peserta hadir di tempat penyuluhan

2.

Penyelenggaraan Penyuluhan dilakukan di Ruang tunggu R.13

3.

Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan 1 hari


sebelumnya (Satuan Acara Penyuluhan)

4.

Tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum


penyuluhan selesai

b.

Proses
1.

Masing-masing anggota tim bekerja sesuai dengan tugas

2.

Peserta antusias terhadap materi penyuluhan, serta peserta yang


terlibat aktif dalam penyuluhan 50% dari yang hadir

c.

Hasil
Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh
penyuluh yaitu sesuai dengan tujuan khusus.

MATERI PENYULUHAN
1. PENGERTIAN FRAKTUR VERTEBRA
Medulla spinalis (spinal cord) merupakan bagian susunan saraf pusat yang terletak
di dalam kanalis vertebralis dan menjulur dari foramen magnum ke bagian atas region
lumbalis. Trauma pada medulla spinalis dapat bervariasi dari trauma ekstensi fiksasi
ringan yang terjadi akibat benturan secara mendadak sampai yang menyebabkan
transeksi lengkap dari medulla spinalis dengan quadriplegia (Fransiska B. Batticaca
2008).
Cedera torako-lumbal bisa disebabkan oleh trauma langsung pada torakal atau
bersifat patologis seperti pada kondisi osteoporosis yang akan mengalami fraktur
komprresi akibat keruntuhan tulang belakang (Arif Muttaqin 2008).
Cidera medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
oleh benturan pada daerah medulla spinalis (Brunner & Suddarth 2008).
2. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko trauma tulang belakang adalah sebagai berikut:
a) Kecelakaan
Kebanyakan fraktur cedera karena kecelakaan lalu lintas (Revees, 2000)
b) Cidera olahraga
Saat melakukan olahraga yang berat tapa pemanasan sehingga terjadi cidera
olahraga yang menyebabkan fraktur (Revees, 2000)
c) Osteoporosis
Lebih sering terjadi pada wanita usia diatas 45 tahun karena terjadi perubaha
hormon meopause (Revees, 2000)
d) Malnutrisi
Pada orang yang malnutrisi terjadi defifit kalsium pada tulang sehingga tulang rapuh
dan sangat beresiko sekali terjadi fraktur(Revees, 2000)
e) Pekerjaan
Kecerobohan di tempat kerja biasa terjadi dan dapat meyebabka fraktur (Revees,
2000).
f) Luka jejas, tajam, tembak pada daerah vertebra (Harsono, 2000).
g) Gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil atau kondisi patologis yang
menimbulkan penyakit tulang atau melemahnya tulang.
(Harsono, 2000).

h) Kecelakaan otomobil, industri


Kecelakaan yang hebat dapat menyebabkan suatu benturan dari organ tubuh salah
satu yang terjadi adalah cidera tulang belakang secara langsung yang mengenai
tulang
i)

belakang

dan

melampui

batas

kemampuan

tulang

belakang

dalam melindungi saraf saraf yang berada didalamnya (Arif Mutaqin 2008).
Terjatuh, olahraga
Peristiwa jatuh karena suatu kegiatan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya cidera salah satunya karena kegiatan olahraga yang berat

j)

contohnya adalah olahraga motor GP , lari, lompat (Arif Mutaqin 2008).


Luka tusuk, tembak
Luka tusuk pada abdomen atau tulang belakang dapat dikatakan menjadi faktor
terjadinya cidera karena terjadi suatu perlukaan atau insisi luka tusuk atau luka

tembak (Arif Mutaqin 2008).


k) Tumor
Tumor merupakan suatu bentuk peradangan. jika terjadi komplikasi pada daerah
tulang belakang spinal. Ini merupakan bentuk cidera tulang belakang (Arif
Mutaqin 2008).
3. TANDA DAN GEJALA
a) Nyeri terus menerus da bertambah berat sampai fragmen tulang di imobilisasi
b) Deformitas adalah pergeseran fragmen pada fraktur
c) Terjadi pemendeka tulang akibat kontraksi otot yang melekat diatas da dibawah
tempat fraktur
d) Krepitus adalah derik tulang yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan yang lainnya
e) Pembengkakan da perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan perubahan yang mengikuti fraktur
4. PENANGANAN
Pertolongan pertama dan penanganan darurat trauma spinal terdiri atas: penilaian
kesadaran, jalan nafas, sirkulasi, pernafasan, kemungkinan adanya perdarahan dan
segera mengirim penderita ke unit trauma spinal (jika ada). Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan klinik secara teliti meliputi pemeriksaan neurology fungsi motorik, sensorik
dan reflek untuk mengetahui kemungkinan adanya fraktur pada vertebra.
Prinsip Penatalaksanaan fraktur menurut Appley dan Solomon (1995) dikenal
sebagai 4R yaitu :
a)

Rekognisi yaitu suatu cara mengenali , mendiagnosa, dan menilai sebuah

fraktur. Rekognisi digunakan untuk menentukan jenis fraktur dan keparahan fraktur yang

terjadi. Tindakan seperti pengkajian fisik dan pengkajian medis seperti x-ray dapat
dilakukan saat rekognisi.
b)

Reduksi yaitu suatu cara merestorasi fragmen fraktur sehingga didapatkan

posisi yang stabil dan senormal mungkin. Reduksi dilakukan dengan tiga cara yaitu
dengan manipulasi tertutup, traksi mekanik dengan atau tanpa manipulasi, atau operasi
terbuka. Reduksi manipulasi merupakan standar dari pelaksanaan proses reduksi pada
sebagian besar kasus fraktur. Reduksi manipulasi biasanya dilakukan di bawah anestes
baik local maupun regional. Tujuan tindakan ini guna mengurangi dampak patahan
tulang melukai jaringan lunak di sekitarnya, mengurangi tingkat keparahan dari patahan,
serta mengembalikan posisi tulang mendekati posisi yang normal seperti sebelum
fraktur. Reduksi menggunakan traksi mekanik digunakan ketika patahan melukai atau
berdampak pada kontraksi otototot besar sehingga fragmen yang patah harus disangga
sedemikian rupa hingga posisi senormal mungkin. Teknik reduksi ini biasa digunakan
pada fraktur femur dan fraktur/ dislokasi pada tulang servikal.
c)

Retensi merupakan suatu cara melakukan imobilisasi bagian yang fraktur dan

dilakukan setelah reduksi dimanafragmen tulang dipertahankan pada posisi sejajar.


Tujuan retensi adalah untuk mencegah pergeseran fragmen, mencegah perpindahan
tulang sehingga merusak proses penulangan, serta mengurangi nyeri. Proses retensi
biasa dilakukan dengan menggunakan plester atau eksternal splint/brace, traksi, fiksasi
eksternal, fiksasi internal.
d)

Rehabilitasi

merupakan

suatu program

untuk mengembalikan

aktivitas

fungsional pasien setelah dilakukan tindakan pada fraktur yang diderita. Rehabilitasi
biasanya dilakukan segera setelah fraktur diberikan tindakan definitif. Tujuan rehabilitasi
yaitu menjaga fungsi skeletal segera setelah fraktur mengalami penulangan dan
mengembalikan fungsi ke arah normal ketika prose penulangan selesai. Dua hal yang
biasa dilakukan saat rehabilitasi yaitu aktif menggunakan bagian yang fraktur dan
melakukan latihan secara rutin. Aktif menggunakan bagian yang fraktur merupakan
kondisi dimana pasien harus mulai membiasakan diri menggunakan bagian tubuh yang
terluka perlahan-lahan sesuai kemampuan dan tidak kontradiksi dengan pengobatan
yang dilakukan. Meskipun pada beberapa jenis cedera membutuhkan waktu beberapa
hari atau minggu untuk aktif bergerak seperti sebelum cedera, namun memulai aktivitas
bergerak kembali sesegera mungkin setelah diperbolehkan. Sedangkan latihan secara
rutin dilakukan pada otot dan sendi guna menjaga kekuatan otot terutama pada bagian

yang telah diimobilisasi selama beberapa waktu. Tindakan latihan ini dapat berupa
latihan rentang gerak, latihan berjalan, dan lain sebagainya.
5. KOMPLIKASI
1.
2.
3.
4.
5.

Infeksi
Syok hipovolemik atau traumatik
Sindrom emboli lemak
Sindrom kompartemen
Koagulasi intravaskuler diseminata

Anda mungkin juga menyukai