TRAUMA VERTEBRA
Untuk Memenuhi Tugas Departemen Surgical
Oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STIKES KENDEDES MALANG
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DIII PRODI KEPERAWATAN POLTEKES KEMENKES MALANG
: Trauma Vertebra
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat
: Ruang 13 RSSA
Sasaran
Penyuluh
: UNIVERSITAS BRAWIJAYA
STIKES KENDEDES MALANG
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DIII PRODI KEPERAWATAN POLTEKES KEMENKES MALANG
I.
LATAR BELAKANG
Susunan tulang pada manusia terdiri dari berbagai macam tulang di antaranya
tulang vertebra (servikal, torakal, lumbal, sakral, koksigis). Tulang servikalis terdiri
dari 7 tulang yaitu C1 atau atlas, C2 atau axis, C3, C4, C5, C6 dan C7. Apabila
cidera pada bagain servikal akan mengakibatkan terjadinya trauma servikal.di
mana trauma servikal merupakan keadaan cidera pada tulang bekalang servikal
dan medulla spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, sublukasi atau frakutur
vertebra servikalis dan di tandai kompresi pada medulla spinal daerah servikal.
Trauma medula spinalis terjadi pada 30.000 pasien setiap tahun di Amerika
serikat. Insidensi pada negera berkembang berkisar antara 11,5 hingga 53,4
kasus dalam 1.000.000 populasi. Umumnya terjadi pada remaja dan dewasa
muda.2 Penyebab tersering adalah kecelakaan lalu lintas (50%), jatuh (25%) dan
cedera yang berhubungan dengan olahraga (10%). Sisanya akibat kekerasan
dan kecelakaan kerja. Hampir 40%-50% trauma medulla spinalis mengakibatkan
defisit neurologis, sering menimbulkan gejala yang berat, dan terkadang
menimbulkan kematian. Walaupun insidens pertahun relatif rendah, tapi biaya
perawatan dan rehabilitasi untuk cedera medulla spinalis sangat besar, yaitu
sekitar US$ 1.000.000 / pasien. Angka mortalitas diperkirakan 48% dalam 24 jam
pertama, dan lebih kurang 80% meninggal di tempat kejadian (Emma, 2011).
Di Indonesia kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah
penyakit jantung, kanker, dan stroke, tercatat 50 meningkat per 100.000
populasi tiap tahun, 3% penyebab kematian ini karena trauma langsung medulla
spinalis, 2% karena multiple trauma. Insiden trauma pada laki-laki 5 kali lebih
besar dari perempuan, 40% spinal cord injury disebabkan kecelakaan lalu lintas,
20% jatuh, 40% luka tembak, sport, kecelakaan kerja. Lokasi fraktur atau fraktur
dislokasi cervical paling sering pada C2 diikuti dengan C5 dan C6 terutama pada
usia dekade 3.
Dampak
trauma servikal
mengakibatkan
syok
neurogenik,
syok
spinal,
TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga pasien di ruang 13
RSSA mengetahui tentang Trauma vertebra
2.
3.
4.
5.
IV. MATERI
V.
1.
2.
3.
4.
5.
METODE
Ceramah dan Tanya Jawab
VI. MEDIA
1.
Powerpoint
2.
Leaflet
Pembimbing Klinik
Moderator
Audience
Observer
Layar LCD
Fasilitator
b)
c)
d)
e)
f)
4) Observer
Job Description:
a)
b)
c)
Tahapan waktu
Pembukaan
Kegiatan pembelajaran
1. Mengucapkan
(5 menit)
salam
2.
3.
Kegiatan peserta
1. Menjawab
2. Mendengarkan dan
Memperkenalkan
memperhatikan
diri
3. Menyetujui
4. Mendengarkan dan
aturan PKRS
4.
memperhatikan
Menjelaskan
tujuan
pembelajaran
5.
Mengali
pengetahuan awal
tentang Trauma
Kegiatan Inti
( 20 menit )
vertebra
1. Menjelaskan
1.
tentang pengertian
Trauma vertebra
memperhatikan
2.
2. Menjelaskan faktor
resiko Trauma
Mendengarkan dan
memperhatikan
3.
vertebra
3. Menjelaskan
Mendengarkan dan
Mendengarkan dan
memperhatikan
4.
Mendengarkan dan
memperhatikan
5.
vertebra
Mendengarkan dan
memperhatikan
4. Menjelaskan
tentang
6.
Peserta bertanya
penanganan
Trauma vertebra
5. Menjelaskan
komplikasi Trauma
vertebra
6. Memberikan
kesempatan
peserta untuk
3
Penutup
bertanya
1. Kesimpulan dari
1. Mendengarkan dan
5 menit
pembelajaran
memperhatikan
2. Salam penutup
2. Mendengarkan.
X. EVALUASI
a.
Struktural
1.
2.
3.
4.
b.
Proses
1.
2.
c.
Hasil
Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh
penyuluh yaitu sesuai dengan tujuan khusus.
MATERI PENYULUHAN
1. PENGERTIAN FRAKTUR VERTEBRA
Medulla spinalis (spinal cord) merupakan bagian susunan saraf pusat yang terletak
di dalam kanalis vertebralis dan menjulur dari foramen magnum ke bagian atas region
lumbalis. Trauma pada medulla spinalis dapat bervariasi dari trauma ekstensi fiksasi
ringan yang terjadi akibat benturan secara mendadak sampai yang menyebabkan
transeksi lengkap dari medulla spinalis dengan quadriplegia (Fransiska B. Batticaca
2008).
Cedera torako-lumbal bisa disebabkan oleh trauma langsung pada torakal atau
bersifat patologis seperti pada kondisi osteoporosis yang akan mengalami fraktur
komprresi akibat keruntuhan tulang belakang (Arif Muttaqin 2008).
Cidera medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
oleh benturan pada daerah medulla spinalis (Brunner & Suddarth 2008).
2. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko trauma tulang belakang adalah sebagai berikut:
a) Kecelakaan
Kebanyakan fraktur cedera karena kecelakaan lalu lintas (Revees, 2000)
b) Cidera olahraga
Saat melakukan olahraga yang berat tapa pemanasan sehingga terjadi cidera
olahraga yang menyebabkan fraktur (Revees, 2000)
c) Osteoporosis
Lebih sering terjadi pada wanita usia diatas 45 tahun karena terjadi perubaha
hormon meopause (Revees, 2000)
d) Malnutrisi
Pada orang yang malnutrisi terjadi defifit kalsium pada tulang sehingga tulang rapuh
dan sangat beresiko sekali terjadi fraktur(Revees, 2000)
e) Pekerjaan
Kecerobohan di tempat kerja biasa terjadi dan dapat meyebabka fraktur (Revees,
2000).
f) Luka jejas, tajam, tembak pada daerah vertebra (Harsono, 2000).
g) Gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil atau kondisi patologis yang
menimbulkan penyakit tulang atau melemahnya tulang.
(Harsono, 2000).
belakang
dan
melampui
batas
kemampuan
tulang
belakang
dalam melindungi saraf saraf yang berada didalamnya (Arif Mutaqin 2008).
Terjatuh, olahraga
Peristiwa jatuh karena suatu kegiatan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya cidera salah satunya karena kegiatan olahraga yang berat
j)
fraktur. Rekognisi digunakan untuk menentukan jenis fraktur dan keparahan fraktur yang
terjadi. Tindakan seperti pengkajian fisik dan pengkajian medis seperti x-ray dapat
dilakukan saat rekognisi.
b)
posisi yang stabil dan senormal mungkin. Reduksi dilakukan dengan tiga cara yaitu
dengan manipulasi tertutup, traksi mekanik dengan atau tanpa manipulasi, atau operasi
terbuka. Reduksi manipulasi merupakan standar dari pelaksanaan proses reduksi pada
sebagian besar kasus fraktur. Reduksi manipulasi biasanya dilakukan di bawah anestes
baik local maupun regional. Tujuan tindakan ini guna mengurangi dampak patahan
tulang melukai jaringan lunak di sekitarnya, mengurangi tingkat keparahan dari patahan,
serta mengembalikan posisi tulang mendekati posisi yang normal seperti sebelum
fraktur. Reduksi menggunakan traksi mekanik digunakan ketika patahan melukai atau
berdampak pada kontraksi otototot besar sehingga fragmen yang patah harus disangga
sedemikian rupa hingga posisi senormal mungkin. Teknik reduksi ini biasa digunakan
pada fraktur femur dan fraktur/ dislokasi pada tulang servikal.
c)
Retensi merupakan suatu cara melakukan imobilisasi bagian yang fraktur dan
Rehabilitasi
merupakan
suatu program
untuk mengembalikan
aktivitas
fungsional pasien setelah dilakukan tindakan pada fraktur yang diderita. Rehabilitasi
biasanya dilakukan segera setelah fraktur diberikan tindakan definitif. Tujuan rehabilitasi
yaitu menjaga fungsi skeletal segera setelah fraktur mengalami penulangan dan
mengembalikan fungsi ke arah normal ketika prose penulangan selesai. Dua hal yang
biasa dilakukan saat rehabilitasi yaitu aktif menggunakan bagian yang fraktur dan
melakukan latihan secara rutin. Aktif menggunakan bagian yang fraktur merupakan
kondisi dimana pasien harus mulai membiasakan diri menggunakan bagian tubuh yang
terluka perlahan-lahan sesuai kemampuan dan tidak kontradiksi dengan pengobatan
yang dilakukan. Meskipun pada beberapa jenis cedera membutuhkan waktu beberapa
hari atau minggu untuk aktif bergerak seperti sebelum cedera, namun memulai aktivitas
bergerak kembali sesegera mungkin setelah diperbolehkan. Sedangkan latihan secara
rutin dilakukan pada otot dan sendi guna menjaga kekuatan otot terutama pada bagian
yang telah diimobilisasi selama beberapa waktu. Tindakan latihan ini dapat berupa
latihan rentang gerak, latihan berjalan, dan lain sebagainya.
5. KOMPLIKASI
1.
2.
3.
4.
5.
Infeksi
Syok hipovolemik atau traumatik
Sindrom emboli lemak
Sindrom kompartemen
Koagulasi intravaskuler diseminata