Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

OLEH :

AMITA VANIA PAKABU’

C1714201004

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STELLA MARIS MAKASSAR
TAHUN AJARAN
2020/2021
soal

1. Pengkajian Kognitif9MMSE/CDR)

2. Pengkajian Kemandiriian (Indeks Bartel

3. Pengkajian Resiko Jatuh (MFS)

4. Pengkajian Status Nutrisi (MNA)

5. Pengkajian Status Keseimbangan

6. Pengkajian kwalitas HidUP Lansia (PSQI)

7. Pengkajian depresi (GDS)

1. Pengkajian kognitif MMSE/CDR

Pemeriksaan Status Mental Mini ( MMSE)

Tujuan

MMSE dirancang sebagai media pemeriksaan status mental singkat serta


standarisasi yang memungkinkan untuk membedakan antara gangguan organik dan
fungsional pada pasien psikiatri.Mini-mental state exam(MMSE) menguji aspek kognitif
dari fungsi mental: orientasi,regristrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali, dan
bahasa. Nilai kemungkinan adalah 30, dengan nilai 21 atau kurang biasanya indikasi
adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut. Pemeriksaan
memerlukan hanya beberapa menit untuk melengkapi dan dengan mudah dinilai, tetapi
tidak dapat digunakan sendiri untuk tujuan dianostik, karena pemeriksaan mini mental
mengukur beratnya kerusakan kognitif dan mendemonstrasikan perubahan kognitif
pada waktu dan dengan tindakan, ini suatu alat yang berguna untuk mengkaji kemajuan
klien yang berhibungan dengan intervensi. Alat pengukur status afektif digunakan untuk
membedakan jenis depresi serius yang mempengaruhi fungsi-fungsi dari suasana hati
rendah umum pada banyak orang. Instrumen yang digunakan yaitu lembar wawancara.

Pelaksanaan MMSE

MMSE dapat dilaksanakan selama kurang lebih 5-10 menit. Tes ini dirancang
agar dapat dilaksanakan dengan mudah oleh semua profesi kesehatan atau tenaga
terlatih manapun yang telah menerima instruksi untuk penggunaannya.

Penggunaan Klinis

MMSE merupakan pemeriksaan status mental singkat dan mudah diaplikasikan


yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang dapat dipercaya serta valid untuk
mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan
penyakit neurodegeneratif. Hasilnya, MMSE menjadi suatu metode pemeriksaan status
mental yang digunakan paling banyak di dunia. Tes ini telah diterjemahkan ke beberapa
bahasa dan telah digunakan sebagai instrumen skrining kognitif primer pada beberapa
studi epidemiologi skala besar demensia. Tes ini juga digunakan secara luas pada
praktik klinis dan kecermelangannya sebagai instrumen skrining kognitif telah dibukt
ikan dengan pencatuman bersama dengan Diagnostic Interview Schedule (DIS), dalam
studi National Institute of Mental Health ECA dan oleh daftarnya yang menyebutkan
MMSE sebagai penilai fungsi kognitif yang direkomendasikan untuk kriteria diagnosis
penyakit Alzheimer dikembangkan oleh konsorsium National Institute of Neurological
and Communication Disorders and Stroke and the Alzheimer’s Disease and Related
Disorders Association (McKhann dkk, 1984).

Data psikometri luas MMSE menunjukkkan bahwa tes ini memiliki tes retest dan
reliabilitas serta validitas sangat baik berdasarkan diagnosis klinis independen
demensia dan penyakit Alzheimer. Karena performance pada MMSE dapat dibiaskan
oleh pengaruh status pendidikan rendah pada pasien yang sehat, beberapa pemeriksa
merekomendasikan untuk menggunakan ambang skor berdasarkan umur dan status
pendidikan untuk mendeteksi demensia.
Kelemahan terbesar MMSE yang banyak disebutkan ialah batasannya atau
ketidakmampuannya untuk menilai beberapa kemampuan kognitif yang terganggu di
awal penyakit Alzheimer atau gangguan demensia lain (misalnya terbatasnya item
verbal dan memori dan tidak adanya penyelesaian masalah atau judgment), MMSE
juga relatif tak sensitif terhadap penurunan kognitif yang sangat ringan (terutama pada
individual dengan status pendidikan tinggi). Walaupun batasan- batasan ini mengurangi
manfaat MMSE, tes ini tetap menjadi instrumen yang sangat berharga untuk penilaian
penurunan kognitif (Rush, 2000).

-Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. ORIENTASI

a Sekarang (tahun),( musim),( bulan),( tanggal) dan (hari) apa ?

b. Kita berada dimana ? ( negara), ( provinsi), (kota)

c. (rumah sakit ), (lantai/kamar).

•Normal : Berorientasi terhadap orang tempat, dan waktu.

•Penyimpangan : Tidak mampu memberikan data biografi akurat (nama, alamat,


tanggal lahir), tidak mampu mengidentifikasi tahun musi, tanggal.

(catatan : bila tidak mampu mengingat tanggal, tentukan petunjuk


yang secara normal ada apa pada lingkungan klien untuk
orientasi).

2. REGISTRASI

Sebutkan 3 buah nama benda ( apel, meja, koin ) tiap benda 1detik, pasien disuruh
mengulangi ketiga nama benda tersebut dengan benar dan catat jumlah pengulangan.

3. ATENSI DAN KALKULASI


Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5
jawaban atau suruh mengeja terbalik”WAHYU” ( nilai diberikan pada huruf yang benar
sebelum kesalahan, misalnya nyahw = 2 nilai.

4. MENGINGAT KEMBALI

Pasien disuruh mengingat kembalai 3 nama benda diatas.

5. BAHASA

a. Pasien disuruh menyebutkan nama benda ditunjukkan ( pensil, buku).

b. Pasien disuruh mengulang kata-kata : “namun”, “tanpa”, “bila”.

c. Pasien disuruh melakukan perintah : “Ambil kertas ini dengan tangan anda, lipatlah
menjadi dua dan letakkan dilantai”.

d. Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah “pejamkan mata anda”.

e. Pasien disuruh menulis dengan spontan.

f. Pasien disuruh menggambarkan sesuatu bentuk.

Mini-Mental State Exam ( MMSE )

Nama
: (L / P)
(Initial)
Umur :
Aspek Nilai Nilai
No. Kriteria
kognitif Maksimal Klien
Menyebutkan dengan benar :
1. Tahun
2. Musim
1 Orientasi 5
3. Tanggal
4. Hari
5. Bulan
Dimana sekarang kita berada ?
1. Negara
2. Propinsi
3. Kabupaten
5 4. Kecamatan
5. Desa
Orientasi
2 Sebutkan tiga nama Objek
Registrasi
(Kursi , Meja, Kertas) kemudian
3 ditanyakan kepada Klien
,menjawab ;
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
Meminta Klien berhitung dari 100,
Perhatian dan kemudian dikurangi 7 sampai lima
3 5
Kalkulasi tingkat
o 100, 93, 86 , ..
Meminta klien untuk mengulangi 3
objek pada Poin 2
4 Mengingat 3 1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
Menanyakan kepada klien
tentang benda (Sambil menunjuk
benda tersebut)
1. Jendela
2. Jam dinding
Meminta klien untuk mengulangi
kata berikut “tak ada jika , dan
,atau ,tetapi” Klien menjawab _
“dan , atau , tetapi”.
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri dari
tiga langkah :
“Ambil bulpoint di tangan anda,
5 Bahasa 9
ambil kertas , menulis saya
mau tidur”.
1. Ambil bolpen
2. Ambil kertas
3. ..
Perintahkan Klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai 1 point)
“Tutup mata anda”
1. Klien menutup mata
Perintahkan pada klien untuk
menulis kalimat atau menyalin
gambar
Total 30 ...
Skor Nilai 24-30 : Normal

Nilai 17-23 : Probable Gangguan Kognitif

Nilai 0-16 : Definitif Gangguan Kognitif


2. Pengkajian kemandirian ( Indeks barrel)

Pengertian Kemandirian

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi yang


masih aktif. Seorang lansia yang menolak untuk melakukan fungsi dianggap sebagai
tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu ( Maryam, 2010).

Ketergantungan lanjut usia terjadi ketika mereka mengalami menurunnya fungsi


luhur/pikun atau mengidap berbagai penyakit. Ketergantungan lanjut usia yang tinggal
di perkotaan akan di bebankan kepada anak, terutama anak perempuan (Herwanto,
2010). Anak perempuan umumnya sangat di harapkan untuk dapat membantu atau
merawat mereka ketika orang sudah lanjut usia. Anak perempuan sesuai dengan citra
dirinya yang memiliki sikap kelembutan, ketelatenan dan tidak adanya unsur “sungkan”
untuk minta di layani. Tekanan terjadi apabila lanjut usia tidak memiliki anak atau anak
pergi urbanisasi ke kota. Mereka mengharapkan bantuan dari kerabat dekat, kerabat
jauh, dan kemudian yang terakhir adalah panti wredha. Lanjut usia yang mempunyai
tingkat kemandirian tertinggi adalah pasangan lanjut usia yang secara fisik
kesehatannya prima. Dilihat dari aspek sosial ekonomi dapat di katakan cukup
memadai dalam memenuhi segala macam kebutuhan hidup, baik lanjut usia yang
memiliki anak maupun yang tidak memiliki anak. Tingginya tingkat kemandirian mereka
diantaranya karena orang lanjut usia telah terbiasa menyelesaikan pekerjaan di rumah
tangga yang berkaitan dengan pemenuhan hayat hidupnya. Kemandirian orang lanjut
usia dapat dilihat dari kualitas kesehatan mental. Ditinjau dari kualitas kesehatan
mental, dapat di kemukakan hasil kelompok ahli dari WHO pada tahun 2010
(Hardywinoto, 2014) yang menyatakan bahwa mental yang sehat mempunyai ciri – ciri
sebagai berikut :
(1) dapat menyesuaikan diri secara konstruktif dengan kenyataan/relitas, walau realitas
tadi buruk

(2) memperoleh kepuasan dari perjuangannya

(3) merasa lebih puas untuk memberi daripada menerima,

(4) secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas,

(5) berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan,

(6) menerima kekecewaan untuk di pakai sebagai pelajaran untuk hari depan

, (7) menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatisf dan konstruktif,

(8) mempunyai daya kasih sayang yang besar.

Selain itu kemandirian bagi orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas hidup.
Kualitas hidup orang lanjut usia dapat di nilai dari kemampuan melakukan aktivitas
kehidupan sehari – hari. Salah satu kriteria orang mandiri adalah dapat mengaktualisasi
dirinya tidak menggantungkan kepuasan-kepuasan utama pada lingkungan dan kepada
orang lain. Mereka lebih tergantung pada potensi – potensi mereka sendiri bagi
perkembangan dan kelangsungan pertumbuhannya. Adapun kriteria orang yang
mandiri adalah mempunyai (1) kemantapan relatif terhadap stressor, goncangan
goncangan atau frustasi (2) kemampuan mempertahankan ketenangan jiwa (3) kadar
arah yang tinggi (4) agen yang merdeka (5) aktif dan (6) bertanggung jawab. Lanjut usia
yang mandiri dapat menghindari diri dari kehormatan, status, prestise dan popularitas
kepuasan yang berasal dari luar mereka anggap kurang penting di bandingkan dengan
pertumbuhan diri. Seorang lansia menurut R. Boedhi Darmojo dalam Buku Ilmu
Penyakit Dalam, FKUI (2015) adalah mampu mengidentifikasi 10 kebutuhan dasar
sebagi berikut :

a. Makanan cukup dan sehat (Healthy food)

b. Pakaian dan kelengkapannya (cloth and common accesories)

c. Perumahan/ tempat tinggal/ tempat berteduh (Homes, a place to stay)


d. Perawatan dan pengawasan kesehatan (Health care, facilities)

e. Bantuan teknis praktis sehari – hari/ bantuan hukum (Technical, Judicial assistance).

f. Transportasi umum bagi lansia (Facilities for public transpotation)

g. Kunjungan, teman bicara/informasi (visits, companies, information)

h. Rekreasi dan hiburan sehat yang lain (recreational activities, picnics)

i. Rasa aman dan tentram (safety feeling)

j. Bantuan alat-alat panca indera seperti kacamata, hearing old (other

assistance/aid). Kesinambungan bantuan dan fasilitas (continuation of subsidies and


facilities).

Indeks Bartel

Indeks barthel (modifikasi Collin C, Wade DT) adalah suatu alat/ instrument ukur status
fungsional dasar berupa kuisioner yang berisi atas 10 butir pertanyaan terdiri atas
mengendalikan rangsang buang air besar,mengendalikan rangsang buang air kecil,
membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka),
penggunaan toilet-masuk dan keluar WC (melepas, memakai celana, membersihkan/
menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan
sebaliknya, mobilitas/ berjalan, berpakaian, naik-turun tangga dan mandi

Tabel Aktivitas Dasar Lansia menurut Bartel Indeks

DENGAN
NO KRITERIA MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN
1. Makan 5 10
2. Minum 5 10
3. Berpindah dari kursi roda 5 - 10 15
ke tempat tidur, sebaliknya
4. Personal toilet ( cuci muka, 0 5
menyisir rambut, gosok
gigi)
5. Keluar masuk toilet 5 10
(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6. Mandi 5 15
7. Jalan di permukaan datar 0 5
8. Naik turun tangga 5 10
9. Mengenakan pakaian 5 10
10. Kontrol Bowel (BAB) 5 10
11. Kontrol Blader (BAK) 5 10
12. Olah Raga 5 10
13. Rekreasi/ pemanfaatan 5 10
waktu

Keteranagan : a. 130 : Mandiri


b. 65- 125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan Total

3. Pengkajian resiko jatuh (MFS)

MORSE FALL SCALE (MFS)/ SKALA JATUH DARI MORSE

Nama Lansia :

Umur :

Tangal :

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET


1 Riwayat jatuh apakah lansia pernah jatuh Tidak 0
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
2 Diagnosa sekunder apakah lansia Tidak 0
Ya 15
memiliki lebih dari satu penyakit?
3 Alat bantu jalan:
-bed rest/dibantu perawat 0
-kruk/tongkat/walker 15
Berpegangan pada benda di sekitar 30
4 Terapi kintrafena:apakah saat ini lansia Tidak 0
Ya 20
terpasang infus?
5 Gaya berjalan/cara berpindah:
-Normal/bed rest/immobile(tidak dapat 0
bergerak sendiri)
-Lemah/tidak bertenaga Tidak 10
Gangguan tidak normal/pincang diseret Ya 20
6 Status mental
-lansia meyadari kondisi dirinya 0
-lansia mengalami keterbatasan daya 15
ingat

Total Nilai

Pemeriksa

( )

Keterangan

Tingkatan resiko Nilai MFS Tindakan


Tidak berisiko 0-24 Perawatan dasar
Risiko rendah 25-50 Pelaksanaan interfensi
pencegahan jatuh standar
Risiko tinggi >51 Pelaksanaan interfensi
jatuh risiko tinggi

4.Pekajian status nutrisi pada lansia (MNA)

Menilai status gizi pada lansia memerlukan metode pengukuran yang sesuai
dengan perubahan yang terjadi pada struktur tubuh, komposisi tubuh serta penurunan
fungsi organ-organ tubuh. Metode yang bisa dilakukan pada pengukuran status gizi
pada lansia adalah dengan menggunakan Mini Nutritional Assessment (MNA). Pada
pengukuran dengan menggunakan MNA ini, pengukuran antropometri menjadi poin
yang diukur. Selain dengan menggunakan MNA, pemeriksaan klinis, dan biokimia juga
dapat dilakukan untuk pengukuran status gizi. Gibson (1999).

1. Mini Nutritional Assessment (MNA)


Mini Nutritional Assessment (MNA) merupakan salah satu alat ukur yang digunakan
untuk menskrining status gizi pada lansia. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
seorang lansia mempunyai resiko mengalami malnutrisi akibat penyakit yang diderita
dan atau perawatan di rumah sakit. MNA ini banyak digunakan karena sangat
sederhana dan mudah dalam pelaksanaannya. Darmojo (2010) dalam penelitian yang
dilakukan pada 200 pasien preoperasi gastrointestinal menunjukkan bahwa MNA dapat
dilakukan oleh klinisi terlatih, mempunyai reprodusibilitas tinggi dan dapat menskrining
pasien yang mempunyai resiiko malnutrisi.
Mini Nutritional Asessment (MNA) didesain dan telah dibuktikan bagus sebagai alat
kajian tunggal dan cepat untuk menilai status gizi pada lansia. MNA ini merupakan
kuesioner dalam bahasa Indonesia dan sudah diuji validasnya untuk menskrining status
gizi lansia. Banyak penelitian-penelitian yang telah dilakukan menggunakan MNA
sebagai alat ukur untuk menilai status gizi lansia. Diantaranya Agustiana (2007)
melakukan penelitian hubungan Mini Nutritional Asessment (MNA) dengan albumin
serum pasien usia lanjut dimana hasilnya menunjukkan melalui skor MNA diketahui
risiko malnutrisi (MNA skor 17-23,5) 84,6% dan sebesar 46,2% mengalami malnutrisi
berat jika dilihat dari albumin <2,8 mg/dl. Skor MNA ini dapat menggambarkan kadar
albumin serum.
Penelitian lain Wulandari (2010) mengenai resiko malnutrisi berdasarkan Mini
Nutritional Asessment (MNA) terkait dengan kadar hemoglobin pasien lansia yang
menunjukkan hasil bahwa resiko malnutrisi berdasarkan MNA memiliki keterkaitan
dengan kadar Hb. Hardini (2005) hubungan status gizi (Mini Nutritional Assessment)
dengan outcome hasil perawatan penderita di divisi geriatri Rumah Sakit Dokter Kariadi
Semarang dimana hasilnya menunjukkan 50% lansia yang dirawat di RS jumlah asupan
dan konsumsi protein kurang serta kehilangan nafsu makan dan mengalami
stress/penyakit akut. Asupan makanan yang secara kuantitatif rendah mendukung
temuan malnutrisi dan risiko malnutrisi yang diukur dengan skor MNA. Darmojo (2010)
dalam studinya mengemukakan bahwa Mini Nutritional Assessment (MNA) ini meliputi
wawancara dan pengamatan mengenai berat badan dan perubahan berat badan 6
bulan atau 2 minggu terakhir, ada tidaknya gangguan gastrointestinal, ada tidaknya
ggangguan fungsional, status metabolik dari penyakit,ada tidaknya muscle wasting dan
edema. ,Kuesioner MNA terdiri atas 18 pertanyaan yang terbagi dalam empat
komponen: penilaian antropometri, penilaianasupan makanan, penilaian secara umum
mengenai gaya hidup dan penilaian secara subjektif. Skor MNA bersifat reliabel dan
dapat diandalkan untuk mendeteksi risiko terjadinya malnutrisi yang kemudian
dihubungkan ke dalam penilaian kualitas hidup dari lansia (Agustiana, 2007).
Kesimpulan pemeriksaan Mini Nutritional Assesment (MNA) adalah menggolongkan
pasien atau lansia dalam keadaan status gizi baik, beresiko malnutrisi ataukah
malnutrisi berat. MNA mempunyai dua bagian besar yaitu screening dan assessment,
dimana penjumlahan semua skor akan menentukan seorang lansia pada status gizi
baik, beresiko malnutrisi, atau beresiko underweight (Darmojo, 2010). Dalam
pengukuran MNA ini, pengukuran antropometri menjadi salah satu yang diukur untuk
menilai status gizi lansia.

5. Penkajian Status Keseimbangan

Keseimbangan merupakan proses kompleks yang melibatkanpenerimaan dan


integrasi input sensorik serta perencanaan dan pelaksanaan gerakan untuk mencapai
tujuan yang membutuhkanpostur tegak. Keseimbangan juga dapat didefinisikan
sebagai suatukemampuan untuk mengontrol pusat gravitasi agar tetap berada diatas
landasan penopang (Setiati & Laksmi, 2009)

Pemeriksaan Keseimbangan Ada beberapa pemeriksaan untuk mengevaluasi


fungsi mobilitassehingga dapat mendeteksi perubahan klinis yang menyebabkan
seseorang mengalami ketidakseimbangan postural dan beresikountuk jatuh. Tidak ada
gold standar untuk mengukur keseimbanga dan mobilitas fungsional, namun telah
dikembangkan berbagai alat ukur untuk mengukur kemampuan keseimbangan dan
mobilitas. Ujifungsional tersebut antara lain: the timed up and go test (TUG), uji
mengggapain fungsional (functional reach test), dan uji keseimbangan berg (the Berg
Balance sub-scale of the mobility index) (Setiati & Laksmi, 2009).

a. Tes keseimbangan Romberg

Tes Romberg dapat mempresentasikan tanda hilangnya kontrol postural akibat tidak
adanya input visual dari defisit proprioseptif di tungkai bawah (Findlay et al., 2009). Tes
romberg digunakan pada pemeriksaan fungsi keseimbangan statis dan
ketidakmampuan untuk menjaga postur berdiri tegak dengan mata yang terbuka atau
tertutup ketika kedua kaki dirapatkan (Fauci et al., 2012). Tes Romberg yang dipertajam
(Sharpened Romberg Test/SRT) digunakan untuk memeriksa fungsikeseimbangan dan
digunakan sebagai pengganti tes Romberg karena lebih sensitif. Tes ini dilakukan
dengan posisi kaki head to toe dengan mata terbuka dan tertutup (Johnson et al.,
2005).

Fungsi keseimbangan diperiksa dengan tes Romberg dan tes Romberg yang
dipertajam. Subjek berdiri tegak pada permukaan lantai yang datar tanpa menggunakan
alas kaki. Tes Romberg dilakukan dengan berdiri dengan kedua kaki yang dirapatkan
sambil kedua tangan dilipat pada depan dada. Kemudian responden diminta untuk
menutup matanya. Tes Romberg yang dipertajam dilakukan dengan responden berdiri
dalam posis tandem yaitu meletakkan tumit kaki yang tidak dominan di depan kaki yang
lain dengan posisi lengan yang sama dengan tes Romberg. Setelah merasa nyaman
dengan posisinya, subjek diminta untuk menutup matanya. Posisi ini dipertahankan
selama 30 detik.pemeriksa berada di sisi subjek. Tes Romberg negatif bila responden
dapat mempertahakan keseimbangannya. Tes Romberg positif bila responden tidak
mampu mempertahankan posisi seimbang saat mata tertutup yang ditandai dengan
adanya peningkatan goyangan, gerakan tangan atau kaki yang berpindah atau subjek
membbuka matanya pada salah satu baik pada pemeriksaan dengan tes Romberg atau
tes Romberg yangbdipertajam (Johnson et al., 2005; Steffen et al., 2002).
b. Time Up and Go Test (TUG)

Uji Time Up and Go Test (TUG) merupakan modifikasi dari ujibget up and go (GUG)
untuk menghilangkan unsur subyektivitasbdalam penilaian uji GUG. Pada uji GUG
subyek diminta untuk bangkit dari kursi, dan duduk kembali. Oleh pemeriksa dinilai cara
berjalan dan ada tidaknya gangguan gaya berjalan subyek, kemudian diberikan nilai
berskala 1-5. Nilai 1 berarti normal, sedangkan nilai 5 menunjukkan abnormalitas berat.
TUG jugadigunakan untuk menilai kemampuan seseorang dalam mempertahakan
keseimbangan dalam kondisi dinamis serta mengetahui resiko jatuh. TUG merupakan
pemeriksaan yang kompleks yang juga melibatkan kemampuan kognitif (Herman et al.,
2011).

c. Uji Keseimbangan Berg (Berg Balance Scale/BBS)

Berg Balance Scale digunakan sebagai pengukuran yang berorientasi pada


keseimbangan lansia. BBS menilai keseimbangan dari dua dimensi, yaitu kemampuan
untuk mempertahankan postur tegak dan penyesuaian yang tepat pada gerakan yang
dikehendaki (gerakan volunter). Uji ini merupakan uji aktivitas dan keseimbangan
fungsional yang menilai penampilan mengerjakan 14 tugas, diberikan angka 0 (tidak
mampu melakukan) sampai 4 (mampu mengerjakan dengan

normal sesuai dengan waktu dan jarak yang ditentukan) dengan skor maksimum
56 (Setiati & Laksmi, 2009). Skor dimulai dari 0 sampai 20 mewakili gangguan
keseimbangan, 21-40 mewakili keseimbangan diterima, dan 41-56 mewakili
keseimbangan yang baik. BBS mengukur aspek keseimbangan statis dan
dinamis.Kemudahan yang BBS dapat diberikan membuat ukuran yang menarik untuk
dokter; melibatkan peralatan minimal (kursi,stopwatch, penggaris, langkah) dan ruang
dan tidak memerlukan pelatihan khusus. Perlu dicatat, bagaimanapun, bahwa BBS
hanya harus dikelola oleh profesional perawatan kesehatan dengan pengetahuan
tentang cara aman memobilisasi pasiendengan stroke (Blum & Korner-Bitensky, 2008).
BBS memiliki tingkat kepercayaan 95% dalam mendeteksi perubahan signifikan secara
klinis pada keseimbangan, walaupun pada beberapa orang yang mengalami perubahan
keseimbangan tingkat sedang tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan ini (Downs et
al., 2013).

d. Uji Menggapai Fungsional (Functional Reach Test)

Functional Reach Test (FRT) merupakan pemeriksaan yang menilai kontrol postural
dinamis dengan mengukur jarak terjauh seseorang yang berdiri mampu menggapai
atau mencondongkanbbadannya ke depan tanpa melangkah. Pada individu yang
berusia 70 tahun atau lebih, nilai 6 inci kurang berhubungan dengan kecepatan berjalan
dan resiko jatuh. Uji ini mudah dilakukan,namun hanya mengukur satu komponem
keseimbangan dinamik (Setiati & Laksmi, 2009).

Prosedur pemeriksaan FRT yaitu pasien diminta duduk dengan kaki jarak nyaman
terpisah, di belakang garis tegak lurus dan berdekatan dengan dinding. Anjurkan pasien
untuk mengangkat tangan yang paling dekat dengan dinding setinggi bahu; kemudian
mengukur posisi buku jari jari tengah itu. Berikutnya, meminta pasien (dengan kaki rata
di lantai) untuk bersandar ke depan sejauh mungkin tanpa kehilangan keseimbangan,
jatuh ke depan, atau mengambil langkah. Merekam posisi buku jari jari tengah itu pada
titik terjauh dari jangkauan; kemudian menentukan perbedaan antara pengukuran.
Memiliki pasien melakukan tes tiga kali, dan menentukan rata-rata (Ponce, 2012).

6. Pengkajian kualitas tidur lansia ( PSSI)

QUISIONER PENELITIAN PSQI (PIRTZBURG SLEEP QUALITY INDEX)

Nama :

Umur :

Jenis kelamin:

Tekanan darah :

Selama sebulan ini :


Jam berapa anda tidur malam hari?

Berapa menit anda perlukaan sampai anda tidur di malam hari?

Jam berapa anda bangun di pagi hari?

Berapa jam anda tidur pulas di malam hari?

Dalam sebulan inui berapa Tidak Kurang Sekali atau 3 atau


sering anda mengalami pernah sekali 2 kali lebuh
masalah tidur seminggu seminggu dalam
(0)
seminggu
(1) (2)
(3)

Tidak dapat tidur dalam 30


menit

Bangun ditengah malam atau


dini hari

Sering bangun untuk ke


kamar kecil

Tidak dapat bernafas dengan


baik

Batuk atau mendengkur


secara nyaring

Merasa terlalu dingin

Merasa terlalu panas

Mengalami mimpi buruk

Merasa sakit

Berapa sering kamu


mengalami masalah tidur
Selama sebulan ini berapa
sering kau menggunakan obat
obatan untuk membuat kamu
tidur

Dalam sebulan ini berapa


sering kamu mengalami
masalah dalam mengemudi,
makan, ataupun aktivitas
sosial

Dalam sebulan ini berapa


banyak masalah yang
membuat anda tidak antusias
untuk menyelesaikannya

Dalam sebulan ini bagaimana Sangat baik Baik(1) Buruk(2) Sangat


kualitas tidurmu secara (0) Buruk (3)
keseluruhan

7 Komponen penilaian =

Pertanyaan 9 = jumlah skor

Pertanyaan 2 skor (<15 menit =0), (16-30 menit=1) (31-60 menit=2) (>60 menit=3)

ditambah pertanyaan 5 jika jumlahnya sama dengan 0=0, 1-2=1, 3-4=2, 5-6=3

Pertanyaan 4 skor >7=0, 6-7=1, 5-6=2,<5=3

Jumlah jam tidur pulas/ jumlah jam di tempat tidur dikali 100, >85%=0,, 75-84%=1, 65-
74%=2, <65%=3

Jumlah skor 5b hingga 5j (0=0, 1-9=1, 10-18=2, 19-27=3)

Pertanyaan 6 jumlah skor


Pertanyaan 7 ditambah pertanyaan 8(0=0, 1-2=1,3-4=2, 5-6=3)

Interpretasi=

Skor > 5 kualitas tidur buruk

Skor ≤ 5 kualitas tidur baik

7.pengkajain depresi ( GDS)

Gangguan Depresi merupakan masalah dalam kesehatan Geriatri. Usia bukan


merupakan faktor untuk menjadi Depresi tetapi suatu keadaan penyakit medis kronis
dan masalah-masalah yang dihadapi populasi Geriatri yang membuat mereka Depresi.
Selain itu bertambahnya usia sering diiringi oleh hilangnya fungsi sosial dasar yang
mendukungnya, karena kematian pasangan, pensiun,karena kesempatan mereka
dalam kondisi dan fakta yang mengharapkan mereka untuk menahan diri.

Definisi

Depresi keadaan gangguan psikologis yang ditandai dengan adanya gejala utama dan
gejala lain yang menyertainya (PPDGJ-III) :

Gejala utama Gejala lain

Afek Depresi Konsentrasi dan perhatian berkurang

Kehilangan minat Kurang percaya diri


Berkurangnya energi (mudah lelah) Sering merasa bersalah

Pesimis

Ide bunuh diri

Gangguan tidur

Gangguan nafsu makan

Adanya gangguan daam bentuk penurunan aktivitas kerja dan fungsi sosial

Kriteria Depresi

1. Depresi ringan :2 gejala utama + 2 gejala lain+ aktivitas terganggu

2. Depresi sedang : 2 gejala utama + 3 gejala lain+ aktivitas terganggu

3. Depresi berat :3 gejala utama + 4 gejala lain+ aktivitas sangat terganggu

Untuk episode Depresif dari ketiga tingkatan keparahan diperlukan waktu


sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menegakkan dioagnosa untuk episode Depresi
tunggal. Episode Depresi berikutnya diklasifikasi sebagai gangguan Depresi berulang.
Episode Depresi berulang masing-masing rata-rata sekitar 6 bulan dan minimal 2
episode telah berlangsung dengan masing-masing selama minimal 2 minggu.

Diagnosis gangguan mental ke-4 ada 9 kriteria Depresi : Gangguan mood,


gangguan tidur, minat menurun untuk aktivitas, merasa bersalah dan tidak berharga,
kurang tenaga (tidak berdaya), tidak konsentrasi, sulit membuat keputusan, anoreksia
atau berat badan turun, gerakan psikomotor dan keinginan bunuh diri. Penapisan pada
Depresi lanjut usia dilakukan dengan GDS (Geriatric Depression Scale).

Keterpaduan dalam perawatan kesehatan dan pelayanan kesehatan mental


telah membuat sistim yang tidak komprehensif pada pasien Geriatri dengan Depresi.
Masalah medis yang multikompleks pada Geriatri, sering memperburuk tingkat
impairment/ ketidakmampuan. Geriatri dengan Depresi sering menampilkan gejala
spesifik, seperti insomnia, anoreksia, keluhan somatik dan fatigue atau kelelahan.2

Pengkajian Depresi pada Geriatri di lakukan dengan menyelesaikan kuesioner


Geriatric Depression Scale

Tabel 1. GDS (Geriatric Depression Scale)3

Skala Depresi Geriatri (Geriatric Depression Scale / GDS) Ya Tidak

1 Apakah Anda pada dasarnya puas dengan kehidupan 0 1


anda?

2 Apakah Anda tidak dapat melakukan sebagian besar 1 0


kegiatan Anda?

3 Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda tidak berguna? 1 0

4 Apakah Anda sering merasa bosan? 1 0

5 Apakah Anda hampir selalu bersemangat tinggi? 0 1

6 Apakah Anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada 1 0


Anda?

7 Apakah Anda merasa bahagia hampir sepanjang waktu? 0 1

8 Apakah Anda sering merasa bahwa tidak ada yang 1 0


membantu Anda?

9 Apakah Anda lebih memilih untuk diam di rumah daripada 1 0


keluar rumah dan mencoba hal-hal baru?

10 Apakah Anda mera sa memiliki lebih banyak masalah 1 0


dengan ingatan Anda dibanding biasanya?

11 Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda saat ini 0 1


menyenangkan?

12 Apakah Anda merasa tidak berharga dengan keadaan 1 0


Anda saat ini?
13 Apakah Anda merasa sangat kuat / bertenaga? 0 1

14 Apakah Anda merasa bahwa situasi Anda tanpa harapan? 1 0

15 Apakah Anda merasa bahwa kebanyakan orang lebih baik 1 0


daripada Anda?

Total

Nilai : 3 atau lebih pada GDS 15 mendeteksi adanya kasus Depresi ( 100%
sensitivitas)

Skor: hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal

Setiap jawaban bercetak tebal mempunyai nilai 1.

Penapisan Depresi dapat juga dilakukan dengan menggunakan Kriteria Depresi


menurut DSM IV-R :5

1. Suasana jiwa murung

2. Hilangnya perasaan gembira dan perhatian

3. Perasaan salah dan tidak berharga

4. Pikiran / percobaan bunuh diri

5. Tidak dapat mengambil keputusan

6. Agitasi

7. Lelah / hilang energi

8. Gangguan tidur

9. Perubahan nafsu makan

Kedua gejala teratas adalah esensial dan salah satu harus terdapat di dalam 3–5 gejala
tersebut minimal selama 2 minggu.

Anda mungkin juga menyukai