OLEH :
KELOMPOK 13
KELAS 6B
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang
“Keperawatan Kritis : Trauma Tulang Belakang” Dalam penyusunan makalah
ini, kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Ners Made Martini, S.Kep. M.Kep. selaku dosen pembimbing matakuliah
keperawatan Kritis
2. Orang tua yang selalu memberikan bantuan dan dorongan baik materiil
maupun spiritual.
3. Teman-teman keperawatan kelas 6B yang selalu memberikan kritik
dasarannya.
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
sempurnanya makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi kami maupun
bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui konsep dasar fundamental patofisiologi dari Trauma
Tulang Belakang
2. Dapat melakukan pengkajian pada penderita Trauma Tulang Belakang
3. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada penderita Trauma Tulang
Belakang
4. Dapat membuat intervensi pada penderita Trauma Tulang Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.3 ETIOLOGI
Menurut Harsono (2010) trauma tulang belakang dapat disebabkan oleh :
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Kompresi atau tekanan pada tulang belakang akibat jatuh dari ketinggian
3. Kecelakaan sebab olahraga (penunggang kuda, pemain sepak bola,
penyelam, dll
4. Luka jejas, tajam, tembak, pada daerah vertebra
5. Gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil atau kondisi patologis
yang menimbulkan penyakit tulang atau melemahnya tulang
Menurut Ducker dan Perrot dalam dr. Iskandar Japardi (2002), melaporkan :
2.1.4 KLASIFIKASI
2.1.6 PATOFISIOLOGI
Tulang belakang yang mengalami gangguan trauma (kecelakaan mobil,
jatuh dari ketinggian, cedera olahraga, dan penyebab lainya ) atau penyakit
(Transverse Myelitis, Polio, Spina Bifida, Friedreich dari ataxia,) dapat
menyebabkan kerusakan pada medula spinalis, tetapi lesi traumatic pada medula
spinalis tidak selalu terjadi karena fraktur dan dislokasi. Efek trauma yang tidak
langsung bersangkutan tetapi dapat menimbulkan lesi pada medula spinalis disebut
“whiplash”/trauma indirek. Whiplash adalah gerakan dorsafleksi dan anterofleksi
berlebihan dari tulang belakang secara cepat dan mendadak. Trauma whiplash
terjadi pada tulang belakang bagian servikalis bawah maupun torakalis bawah
misal; pada waktu duduk dikendaraan yang sedang berjalan cepat kemudian
berhenti secara mendadak, atau pada waktu terjun dari jarak tinggi, menyelam yang
dapat mengakibatkan paraplegia.
Trauma tidak langsung dari tulang belakang berupa hiperekstensi,
hiperfleksi, tekanan vertikal (terutama pada T.12 sampai L.2), rotasi. Kerusakan
yang dialami medula spinalis dapat bersifat sementara atau menetap. akibat trauma
terhadap tulang belakang, medula spinalis dapat tidak berfungsi untuk sementara
(komosio medula spinalis), tetapi dapat sembuh kembali dalam beberapa hari.
Gejala yang ditimbulkan adalah berupa edema, perdarahan peri vaskuler dan infark
disekitar pembuluh darah. Pada kerusakan medula spinalis yang menetap, secara
makroskopis kelainannya dapat terlihat dan terjadi lesi, contusio, laserasio dan
pembengkakan daerah tertentu di medulla spinalis.
Laserasi medula spinalis merupakan lesi berat akibat trauma tulang belakang
secara langsung karena tertutup atau peluru yang dapat mematahkan/menggeserkan
ruas tulang belakang (fraktur dan dislokasi). lesi transversa medulla spinalis
tergantung pada segmen yang terkena (segmen transversal, hemitransversal,
kuadran transversal). hematomielia adalah perdarahan dlam medulla spinalis yang
berbentuk lonjong dan bertempat disubstansia grisea.trauma ini bersifat “whiplash “
yaitu jatuh dari jarak tinggi dengan sifat badan berdiri, jatuh terduduk, terdampar
eksplosi atau fraktur dislokasi. kompresi medula spinalis terjadi karena dislokasi,
medulla spinalis dapat terjepit oleh penyempitan kanalis vertebralis.
Suatu segmen medula spinalis dapat tertekan oleh hematoma ekstra meduler
traumatic dan dapat juga tertekan oleh kepingan tulang yang patah yang terselip
diantara duramater dan kolumna vertebralis.gejala yang didapat sama dengan
sindroma kompresi medula spinalis akibat tumor, kista dan abses didalam kanalis
vertebralis.
Akibat hiperekstensi dislokasi, fraktur dan whislap radiks saraf spinalis
dapat tertarik dan mengalami jejas/reksis. pada trauma whislap, radiks colmna 5-7
dapat mengalami hal demikian, dan gejala yang terjadi adalah nyeri radikuler
spontan yang bersifat hiperpatia, gambaran tersbut disebut hematorasis atau
neuralgia radikularis traumatik yang reversible. jika radiks terputus akibat trauma
tulang belakang, maka gejala defisit sensorik dan motorik yang terlihat adalah
radikuler dengan terputusnya arteri radikuler terutama radiks T.8 atau T.9 yang akan
menimbulkan defisit sensorik motorik pada dermatoma dan miotoma yang
bersangkutan dan sindroma sistem anastomosis anterial anterior spinal.
2.1.7 WOC
Cacat bawaan
Kecelakaan olahraga tumor
gangguan spinal
lalu lintas
2.1.8 PEMERIKSAAN FISIK
Untuk semua pasien trauma, pemeriksaan awal dimulai dengan penilaian
kondisi jalan napas (airway), pernapasan (breathing) dan peredaran darah
(circulation). Selain itu, adanya riwayat penyakit kardiopulmonal harus diketahui
melalui anamnesis, karena memengaruhi fungsi paru.
Pemeriksaan fisik seperti pasien trauma, evaluasi klinis awal dimulai
dengan survey - ABCDE. SCI (Spinal Cord Injury) harus dilakukan secara
bersamaan. Masing-masing pemeriksaannya adalah:
Fungsi paru - Respiration rate, sianosis, distress
pernapasan, kesimetrisan dada, suara tambahan, ekspansi
dada, gerakan dinding perut, batuk, dan cedera paru.
Analisis gas darah arteri dan oksimetri.
Disfungsi respirasi pada akhirnya akan tergantung pada
keadaan paru yang sudah ada, tingkat SCI, cedera paru-
paru.
2.1.8.1.Hal-hal yang mungkin terganggu dalam pengaturan SCI:
2.1.8.1.1. Hilangnya fungsi otot ventilasi akibat adanya
cedera dada
2.1.8.1.2. Cedera paru, seperti pneumothoraks, hemotoraks,
atau contusio paru.
2.1.8.1.3. Penurunan pengaturan ventilasi berhubungan
dengan cedera kepala atau efek eksogen alkohol
dan obat-obatan.
2.1.8.1.4. CVS – nadi dan volume, tekanan darah
(hemoragik atau shock neurogenik).
2.1.8.1.5. Suhu – hipotermia – shock spinal.
2.1.8.1.6. Pemeriksaan neurologis.
2.1.9. Menentukan tingkat cedera yang dialami, complete atau
incomplete.
2.1.9.1.Tes motorik – dilakukan bersamaan, tes tonus otot,
kekuatan otor, refleks otot, koordinasi, pemeriksaan refleks
tendon dalam dan evaluasi perineal sangat penting. Ada
atau tidaknya prognosis sparingis sakral, indikator evaluasi
sakral. Hal-hal yang dievaluasi dapat didokumentasikan
sebagai berikut:
2.1.9.1.1. .Sensai perineum terhadap sentuhan ringan dan
cocokan peniti
2.1.9.1.2. Refleks bulbocavernous (S3 atau S4)
2.1.9.1.3. Kedipan mata (S5)
2.1.9.1.4. Retensi urine atau inkontinensia
2.1.9.1.5. Priapisme
2.1.12. Imaging
2.1.12.1. Sinar x spinal
Menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau
dislok)
2.1.12.2. CT-scan
CT-scan untuk untuk menentukan tempat luka/jejas
2.1.12.3. X-Ray
standar untuk mendapatkan gambaran X-ray:
2.1.12.3.1. Antero-posterior
2.1.12.3.2. Gambaran lateral
2.1.12.3.3. Gambaran odontoid-membuka mulut
2.1.12.4. Gambaran oblique termasuk gambaran penekanan bahu
Direkomendasikan gambaran antero-posterior dan
lateral dada serta lumbal
Radiografi leher harus menyertakan C7-T1
2.1.12.5. MRI
MRI baik untuk kecurigaan adanya lesi sumsum tulang
belakang, ligamentum atau kondisi lainnya. MRI dapat
digunakan untuk mengevaluasi hematoma tulang belakang
seperti ekstra dural, abses atau tumor, dan hemoragi tulang
belakang, memar, dan/atau edema.
2.1.12.6. Foto rongent thorak
Untuk mengetahui keadaan paru
2.1.12.7. AGD
Untuk menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya
ventilasi
2.1.10 PENATALAKSANAAN
2.1.10.1. Lakukan tindakan segera pada cedera medula spinalis.
Tujuannya adalah mencegah kerusakan lebih lanjut pada medula
spinalis. sebagian cedera medula spinalis diperburuk oleh penanganan
yang kurang tepat,efek hipotensi atau hipoksia pada jaringan saraf yang
sudah terganggu.
a. Letakkan pasien pada alas yang keras dan datar untuk pemindahan.
b. Beri bantal,guling atau bantal pasir pada sisi pasien u/ mencegah
pergeseran.
c. tutup dengan selimut untuk menghindari hawa panas badan.
d. pindahkan pasien ke RS yang memiliki fasilitas penanganan kasus
cedera medula spinalis.
2.1.10.2. Perawatan khusus
Kontusio / transeksi / kompresi medula spinalis.
a metil prednisolon 30 mg / kg BB bolus intra vena selama 15 menit
dilanjutkan dg 5,4mg/kg BB/ jam, 45 menit.setelah bolus ,selama 23
jam hasil optimal bila pemberian dilakukan < 8 jam onset.
b Tambahkan profilaksis stres ulkus : antasid / antagonis H2
2.1.10.3.Tindakan operasi diindikasikan pada :
a Fraktur servikal dg lesi parsial medula spinalis
b Cedera terbuka dg benda asing / tulang dlm kanalis spinalis.
c Lesi parsial medula spinalis dg hematomielia yang progresif.
2.1.11 KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer, Arif, et al. 2010 trauma tulang belakang bisa
mengakibatkan berbagai macam komplikasi, diantaranya
2.1.11.6. Paralisis
Paralisis adalah hilangnya fungsi sensorik dan motorik
volunter.Pada transeksi korda spinal,paralisis bersifat
permanen.Paralisis ekstremitas atas dan bawah terjadi pada
transeksi korda setinggi C6 atau lebih tinggi dan disebut
kuadriplegia.Paralisis separuh bawah tubuh terjadi pada transeksi
korda dibawah C6 dan disebut paraplegia.Apabila hanya separuh
korda yang mengalami transeksi maka dapat terjadi hemiparalisis.
Persentase terjadinya komplikasi pada individu dengan tetraplegia
komplit adalah sebagai berikut :
pneumonia (60,3 %),
ulkus akibat tekanan (52,8 %),
trombosis vena dalam (16,4 %),
emboli pulmo (5,2 %),
infeksi pasca operasi (2,2 %).
2.2.1. PENGKAJIAN
2.2.1.1.Identitas
Trauma medula spinalis dapat terjadi pada semua usia dan jenis
kelamin.
2.2.1.2.Keluhan utama
Keluhan utama yang menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
adalah nyeri,kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas,inkontinensia
defekasi dan urine,deformitas pada daerah trauma.
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN DAN
KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan O: 1. observasi
pola napas b.d asuhan 1.pantau kecepatan, pernapasan
trauma medulla keperawatan irama,kedalaman bertujuan untuk
spinalis d/d inervansi selama ... x ... jam dan upaya menentukan efektif
otot intercostal diharapkan pola pernapasan atau tdaknya pola
napas kembali 2. pantau pola napas
efektif. pernafasan dan
suara napas
DENGAN
KRITERIA HASIL N: 2. posisi semi
: 1. berika klien fowler
1. Klien posisi semifowler membemberikan
menunjukkan pola 2. berikan oksigen perasaan dan dapat
penapasan yang melegakan
efektif. E: pernapasan
2. tidak ada suara 1. anjurkan napas 3.bernapas melalui
napas tambahan. dalam melalui abdomen dapat
3. RR dalam abdomen selama dapat mengurangi
rentanf normal periode gawat sesak.
napas
C: 4. memastikan
1.kolaborasikan klien mendapat
dengan ahli terapi penanganan yang
pernapasan untk tepat dengan
memastikan berkolaborasi
keadekuatan fungsi bersama dokter dan
ventilator mekanis. ahli pernapasan.
2. kolaborasikan
pemberian obat
untk mengurangi
sesak
2 Nyeri yang Setelah dilakukan O: 1.pengkajian nyeri
berhubungan dengan asuhan 1. Kaji nyeri PQRST dapat
agen injury biologis keperawatan menggunakan menentukkan
selama ... x ... jam pengkajian nyeri management nyeri
diharapkan nyeri PQRST yang tepat.
berkurang.
N:
DENGAN 1. Berikan kompres 2.kompres air
KRITERIA HASIL air hangat hangat dapat
1.skala nyeri 2.berikan posisi menguangi nyeri
menurun (<3) nyaman.
2. klien tampak
tenang E:
1. anjurkan 3. keterlibatan
keluarga dalam keluarga dapat
management nyeri. memberikan rasa
nyaman sehingga
nyeri dapat
dikurangi.
C:
1. kolaborasikan 4.berkolaborasi
dalam pemberian dengan dokter
obat analgetik berguna untuk
2. kolaborasikan pemberian
tindakan bedah jika analgetik yang
diperlukan. tepat
Masalah Keperawatan:
Nadi : Teraba
Tekanan Darah : 120/80mmHg
Pucat : Ya
Sianosis : Ya
CRT : > 2 detik
CIRCULATION
Deformitas : Tidak
Contusio : Tidak
Abrasi : Tidak
Penetrasi : Tidak
Laserasi : Tidak
Edema : Ya Lokasi : punggung
Luka Bakar : Tidak
Grade : -
Jika ada luka/ vulnus, kaji:-
Luas Luka : -
Warna dasar luka: -
Kedalaman : -
Masalah Keperawatan: -
Nyeri : Ada
Problem : trauma medula spinalis
Qualitas/ Quantitas : nyeri seperti tertimpa alat berat
GIVE COMFORT
f. Telinga : normal
g. Leher : normal
h. Dada : normal
i. Abdomen dan Pinggang nyeri tekan disimpisis
j. Punggung : oedem
k. Pelvis dan Perineum : normal
l. Ekstremitas : hangat
Masalah Keperawatan: -
Jejas : Tidak
INSPEKSI BACK/ POSTERIOR
Deformitas : Tidak
Tenderness : Tidak
SURFACE
Crepitasi : Tidak
Laserasi : Tidak
Masalah Keperawatan:-
Data Tambahan :
1). Pengkajian Bio : klien mengalami trauma medulla
spinalis
2). Psiko : klien merasa sangat tidak nyaman atas nyeri yang
dirasakannya
3). Sosio : klien berinteraksi kurang baik karena nyeri yang
dirasakannya
4). Ekonomi : klien memiliki tingkat ekonomi menengah
5). , Spritual : klien sebelum sakit klen rutin sembahyang
setiap hai
Terapi Medis :
1. pemberian analgetik
2. pemberian O2
3. operasi bedah
ANALISA DATA
DO:
1. RR : 40x/m Kerusakan T1-12
2. terdebgar suara napas
tambahan wheezing
Kehilangan
inervasi otot
intercostal
Iskemia hipoksia
Sesak
Retensi urine
3 DS: Trauma medula Nyer akut
1. Klien mengatakan nyeri di spinalis
punggung
1). Ketidakefektifan pola napas b.d trauma medulla spinalis d/d inervansi otot
intercostal
2. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Tn. B No. RM : 51111
Umur : 55 tahun Diagnosa medis : Trauma Medula
Spinalis
Ruang rawat : ICU Alamat : desa seririt
No Tgl/
Implementasi Respon Paraf
jam
1 8 O: S:
MARE 1. Mamantau kecepatan, 1. klien mengatakan
T 2019 irama,kedalaman dan upaya sesak
JAM pernapasan O:
12.00 2. memantau pola 1. pola napas tidak
pernafasan dan suara napas efektif
2. terdenga suara napas
tambahan wheezing
3. RR : 40X/M
S:
1. klien mengatakan
sesak berkurang
O:
1. klien sudah diposisian
N: semifowler
1. memberika klien posisi 2. oksigen sudah
No Tgl/
Implementasi Respon Paraf
jam
semifowler diberikan dengan kadar
2. berikan oksigen 4l/m menggunakan kanul
S:
1. klien mengatakan akan
bernapas dalam melalui
abdomen
O:
1. klien tapak bernapas
dalam melalui abdomen
S:-
E: O: klien sementara
1.menganjurkan napas dianjurkan menggunakan
dalam melalui abdomen O2 Sambil Menunggu
selama periode gawat napas perkembangan kliemn
C:
No Tgl/
Implementasi Respon Paraf
jam
1.berkolaborasikan dengan
ahli terapi pernapasan untk
memastikan keadekuatan
fungsi ventilator mekanis.
2.berkolaborasikan
pemberian obat untk
mengurangi sesak
4. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Tahap Pre-Interaksi
a. Mengecek dokumentasi/data klien
b. Mencuci tangan
c. menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam kepada paien, siapa nama pasien dan memperkenalkan
diri
b. Memberitahu klien tujuan dan prosedur tindakan
c. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
3. Tahap Kerja
a. Memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
b. Menanyakan keluhan utama klien
c. Memeriksa bagian tubuh yang akan dibalut, cedera dengan inspeksi dan
palpasi gerakan
d. Melakukan tindakan pra-pembalutan (membersihkan luka, mencukur,
memberi desinfektan, kasa steril)
e. Memilih jenis pembalutan yang tepat
f. Cara pembalutan dilakukan dengan benar (posisi dan arah balutan)
4. Tahap terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan (subyektif dan obyektif), hasil
pembalutan : mudah lepas, menggangu peredaran darah, mengganggu gerakan
lain)
b. Berikan reinforcement positif pada klien
c. Kontrak pertemuan selanjutnya (waktu, kegiatan, tampat)
d. Merapikan dan kembalikan alat
e. Mencuci tangan
f. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Sumber:
Materi Keperwatan Akper Purworejo
3.3. PEMBIDAIAN
3.3.1. Definisi pembidaan
Bidai adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat
tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang
yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi
rasa sakit.
Pembidaian adalah tindakan memfixasi/mengimobilisasi bagian
tubuh yangmengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku
maupun fleksibel sebagai fixator/imobilisator.
3.3.2. Tujuan pembidaian
3.3.2.1. Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang yang
patah.
3.3.2.2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang
patah.
3.3.2.3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
3.3.2.4. Mengurangi rasa nyeri.
3.3.2.5. Mempercepat penyembuhan.
3.3.2.6. Mengurangi perdarahan
3.3.3. Jenis Bidai
Beberapa macam jenis bidai berdasar bahan :
3.3.3.1. Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton,
plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada
dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan
sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah
mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh: bidai kayu, bidai udara, bidai vakum
3.3.3.3.Bidai improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan
ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat
tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong. Contoh: majalah, koran,
karton dan lain-lain.
3.3.3.4.Gendongan/Belat dan bebat.
3.3.3.5. Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya
dipakai mitela(kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh
penderita sebagai sarana untuk menghentikan
pergerakan daerah cedera.Contoh: gendongan lengan.
Jenis Pembidaian berdasarkan pemasangan bidai
3.1 Kesimpulan
Cidera tulang belakang adalah cidera mengenai cervicalis, vertebralis dan
lumbalis akibat trauma jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas,
kecelakakan olah raga dsb yang dapat menyebabkan fraktur atau pergeseran
satu atau lebih tulang vertebra sehingga mengakibatkan defisit neurologi.
Gambaran klinik tergantung pada lokasi dan besarnya kerusakan yang terjadi.
3.2 Saran
Semoga apa yang kami sajikan dalam makalah ini terkait dengan penyakit
tentang kasus yang kami buat ini dapat menjadi sebuah pelajaran untuk
mahasiswa maupun pembaca.
Daftar Pustaka
Arif Muttaqin. 2016. pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sitem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Brunner & Suddarth, 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume
3, EGC, Jakarta
Haryani dan Siswandi, 2014, Nursing Diagnosis: A Guide To Planning Care,
available on:www.Us.Elsevierhealth.com
Japardi, Iskandar dr.Cervical Injury. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas
Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1957/1/bedah-
iskandar%20japardi7.pdf
Jong, W, 2017, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC Jakarta