Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

B DENGAN KASUS TRAUMA


MUSKOLOSKELETAL
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Pengampu : Ahmad Mudatsir, S.Kep., Ns., M. HPE

Di Susun Oleh :
Kelompok 2
Nama :

PUTRI KIRANA (P201801044)


SUCI AYUNI LESTARI (P201801076)
SITI SULASTRI (P201801058)
NURMAWATI (P201801053)
ADITYA HARTOYO (P201801056)
NURLISA MAALIMI (P201801079)
SANDRINA SARDIN (P201801056)
FEBRIYANTI PUTRI J.S (P201801048)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES MANDALA WALUYA KENDARI
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Atas segala taufik dan
hidayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
tentang ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA MUSKULOSKELETAL ini tanpa
adanya halangan dan hambatan yang berarti. Sholawat serta salam tidak lupa juga
saya panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Saya berharap tugas ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
menjadi gambaran bagi pembaca mengenai ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA
MUSKULOSKELETAL yang berhubungan dengan adanya kelainan pada jantung.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi sempurnanya hasil tugasini. Kami hanya dapat berharap agar hasil tugas ini
dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha
kami selama ini.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................6


A. Definisi Mekanisme Trauma Muskulosteletal........................................6
B. Etiologi....................................................................................................6
C. Menifestasi Klinis...................................................................................7
D. Patway.....................................................................................................9
E. Penatalaksanaan......................................................................................10

BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................12


A. Pengkajian...............................................................................................12
B. Diagnosa..................................................................................................13
C. Intervensi.................................................................................................14
D. Implementasi...........................................................................................16
E. Evaluasi...................................................................................................18

BAB IV PENUTUP ..............................................................................................19


A. Simpulan .................................................................................................19
B. Saran .......................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma muskuloskeletal adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
cedera pada tulang, sendi dan otot karena salah satu sebab. Kecelakaan lalu lintas,
olahraga dan kecelakaan industri merupakan penyebab utama dari trauma
muskuloskeletal.
Seorang perawat dituntut untuk mengetahui bagaimana perawatan klien
dengan trauma muskuluskoletal yang mungkin dijumpai di jalanan maupun
selama melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit. Pengangan untuk klien
dengan trauma muskuloskeletal memerlukan peralatan serta ketrampilan khusus
yang tidak semuanya dapat dilakukan oleh perawat.
Trauma muskuloskeletal biasanya menyebabkan difungsi struktur
disekitarnya dan struktur pada bagian yang dilindungi atau disanggahnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Mekanisme Trauma Muskulosteletal ?
2. Bagaimana Etiologi ?
3. Bagaimana Menifestasi Klinis ?
4. Bagaimana Patway ?
5. Bagaimana Penatalaksanaan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahu Definisi Mekanisme Trauma Muskulosteletal
2. Untuk mengetahui Etiologi
3. Untuk mengetahui Menifestasi Klinis
4. Untuk mengetahui Patway
5. Untuk mengetahui Penatalaksanaan

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Mekanisme cedera mengacu pada bagaimana proses orang mengalami cedera.
Cedera mungkin disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh,
tembakan dan sebagainya. Kemampuan menganalisa mekanisme cedera akan
membantu anda memperkirakan keadaan dan tingkatan dari cedera sebagai
prioritas keputusan anda untuk melakukan pengkajian lanjutan, pengangan
kegawat daruratan transportasi.
 Kinetika trauma
Trauma sebagian besar disebabkan oleh hasil benturan dua obyek atau
tubuh dengan yang lainnya. Kinetis, adalah “ cabang dari ilmu mekanika
mengenai pergerakan daru suatu benda atau badan “. Jadi mengerti akan
proses kinetis sangat membantu dalam memahami mekanisme cedera dan
trauma. Seberapa parah cedera seseorang
Tergantung pada kekuatan dan dengan benda apa ia berbenturan atau sesuatu
yang membenturnya. Kekuatan ini tergantung pada energi yang ada benda
atau tubuh yang bergerak. Energi yang terdapat pada tubuh yang bergerak
disebut sebagai energi kinetis.
 Massa dan kecepatan
Besarnya energi kinetis pada tubuh yang bergerak tergantung pada dua
faktor : massa ( berat ) tubuh dan kecepatan tubuh.
 Biomekanik trauma adalah proses / mekanisme terjadi kecelakaan pada
sebelum, saat dan setelah kejadian.
a. Akselerasi
Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab
trauma.
b. Deselarasi
Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselarasi dari jaringan.
 Mekanisme trauma tumpul

5
a. Trauma kompresi atau crush injury terhadap organ viscera akibat
pukulan langsung.
b. Trauma tarikan ( shearing injury ) terhadap organ viscera sebenarnya
adalah crush injury yang terjadi bila suatu alat pengaman tidak
digunakan dengan benar
c. Trauma decelarasi pada tabrakan motor dimana terjadi pergerakan yang
terfiksir dan bagian yang bergerak, dengan ligamennya ( organ yang
terfiksir)
 Trauma thoraks
Trauma thoraks terdiri atas trauma tajam dan trauma tumpul. Trauma tajam
terdapat luka pada jaringan kutis dan subkutis, mungkin lebih mencapai
jaringan otot ataupun lebih dalam lagi hingga melukai pleura perietalis atau
perikardium perietalis. Dan juga menembus lebih dalam lagi sehingga
merusak jaringan paru.
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot dan tendon. Secara
fisiologis, sistem muskuloskeletal memungkinkan perubahan pada pergerakan dan
posisi. Otot terbagi atas tiga bagian yaitu ; otot rangka, otot jantung dan otot
polos. (Joyce M Black, 2014). Trauma muskuloskeletal adalah suatu keadaan
ketika seseorang mengalami cedera pada tulang, sendi dan otot karena salah satu
sebab. Kecelakaan lalu lintas, olahraga dan kecelakaan industri merupakan
penyebab utama dari trauma muskuloskeletal.

Sedangkan tulang dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya, yaitu :


 Tulang panjang
Merupakan tulang yang lebih panjang dari lebarnya dan ditemukan di
ekstermitas atas dan bawah. Seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia,
fibula, metatarsal, metakarpal dan falangs merupakan tulang panjang.
 Tulang pendek
Misalnya karpal dan tarsal yang tidak memiliki axis yang panjang serta
berbentuk kubus.
 Tulang pipih

6
Misalnya rusuk, kranium, skapula dan mbeberapa bagian dari pelvis girdle
dimana tulang ini melindungi bagian tubuh yang lunak dan memberikan
permukaan yang luas untuk melekatnya otot.
 Tulang iregular
Memiliki berbagai macam bentuk, seperti tulang belakang, osikel telinga,
tulang wajah dan pelvis. Tulang ireguler mirip dengan tulang lain dalam
struktur dan komposisi. (Joyce M Black, 2014)

Ada beberapa jenis dari trauma muskuloskeletal dimana tergantung letak dari
trauma. Trauma muskuloskeletal yang umum terjadi yaitu fraktur, strain, sprain,
dislokasi dan amputasi.
1. Fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut serta keadaan tulang dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap
atau tidak lengkap. Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari
suatu tulang. Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak disekitarnya juga akan
terganggu. (Joyce M Black, 2014)
 Fraktur terbuka
Fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas cedera tulang. Fraktur
terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar
melalui luka pada kulit dan jaringan lunak sehingga terjadi kontaminasi
bakteri
 Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur dimana okulit tidak ditembus oleh fragmen
tulang. Jadi pada fraktur tertutup kulit masih utuh diatas lokasi cedera.
(Brunner, 2001)
2. Strain
Strain merupakan suatu puntiran atau tarikan, robekan otot dan tendon. Strain
adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan atau
stres yang berlebihan. (Brunner, 2001)

7
3. Sprain
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan
mengepit atau memutar. Fungsi ligamen adalah menjaga stabilitas namun masih
menmungkinkan mobilitas. Ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan
stabilitasnya. Sprain merupakan peregangan atau robekan ligamen, fibrosa dari
jaringan ikat yang menggabungkan ujung satu tulang dengan tulang lainnya.
(Joyce M Black, 2014)

B. Etiologit
Penyebab umum dari truma muskuloskeletal adalah kecelekaan lalu lintas,
olahraga, jatuh dan kecelakaan industri.
1. Fraktur
Etiologi atau penyebab dari fraktur adalah kelebihan beban mekanis pada
suatu tulang, saat tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan
yang mampu ditanggunya. (Joyce M Black, 2014)
 Trauma langsung
Tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan
misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang
radius dan ulna.
 Trauma tidak langsung
Trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur dimana
pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. Misalnya, jatuh
bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius
distal patah.
2. Strain
Penyebab dari strain bisa dari trauma langsung maupun tidak langsung
misalnya (jatuh dan tumbukan pada badan) yang mendorong sendi keluar dari
posisinya kemudian meregang. (Joyce M Black, 2014)
3. Sprain
Penyebab sprain sama dengan strain yaitu trauma langsung dan trauma tidak
langsung. (Joyce M Black, 2014)

8
C. Manifestasi klinis
1. Fraktur
 Deformitas
Pembengkakkan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas
pada lokasi fraktur. Deformitas adalah perubahan bentuk, pergerakan
tulang jadi memendek karena kuatnya tarikan otot-otot ekstermitas. (Joyce
M Black, 2014)
 Nyeri
Nyeri biasanya terus menerus menigkat jika fraktur tidak diimobilisasi.
(Brunner, 2001)
 Pembengkakkan atau edema
Edema terjadi akibat akumulasi cairan serosa pada lokasi fraktur serta
ekstravasasi cairan serosa pada lokasi fraktur ekstravasi darah ke jaringan
sekitar.
 Hematom atau memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
 Kehilangan fungsi dan kelainan gerak. (Joyce M Black, 2014)
2. Strain
 Nyeri
 Kelemahan otot
 Pada sprain parah, otot atau tendon mengalami ruptur secara parsial atau
komplet bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan pasien akibat hilangya
fungsi otot. (Joyce M Black, 2014)
3. Sprain
 Adanya robekan pada ligamen
 Nyeri
 Hematoma atau memar. (Joyce M Black, 2014)

9
D. Patofisiologi

Trauma tidak langsung

fraktur

Diskontinuitas tulang Pergeseran fragmen tulang

Perubahan jaringan
Nyeri akut
sekitar

Deformitas

Gangguan fungsi
ekstremitas

Hambatan mobilitas fisik

E. Penatalaksanaan
1. Fraktur
a. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksternal dan internal
mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu
dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan dan gerakan.
Perkiraan waktu untuk imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan

10
tulang yang mengalami fraktur adalah sekitar 3 bulan. (Amin Huda
Nurarif, 2015).
Alat imobilisasi yang sering digunakan, antara lain :
 Bidai
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan
atau fiksasi tulang yang patah. Tujuan pemasangan bidai untuk
mencegah pergerakan tulang yang patah. Syarat pemasangan bidai
dimana dapat mempertahankan kedudukan 2 sendi tulang didekat
tulang yang patah dan pemasangan bidai tidak boleh terlalu kencang
atau ketat, karena akan merusak jaringan tubuh. (Yanti Ruly
Hutabarat, 2016)
 Gips
Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan tulang. Gips
memiliki sifat menyerap air dan bila itu terjadi akan timbul reaksi
eksoterm dan gips akan menjadi keras.
b. Reduksi
Langkah pertama pada penanganan fraktur yang bergeser adalah
reduksi. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi. Reduksi merupakan manipulasi tulang
untuk mengembalikan kelerusan, posisi dan panjang dengan
mengembalikan fragmen tulang sedekat mungkin serta tidak semua
fraktur harus direduksi. (Joyce M Black, 2014). Reduksi terbagi atas
dua bagian, yaitu :
 Reduksi tertutup
Pada banyakan kasus fraktur, reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya
saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Reduksi
tertutup harus segera dilakukan setelah cedera untuk menimilkan
efek deformitas dari cedera tersebut. (Brunner, 2001)
 Reduksi terbuka

11
Reduksi terbuka merupakan prosedur bedah dimana fragmen
fraktur disejajarkan. Reduksi terbuka sering kali dikombinasikan
dengan fiksasi internal untuk fraktur femur dan sendi. Alat fiksasi
internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan
logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang
dalam posisinya sampai penyembuhan tulang. (Brunner, 2001).
c. Traksi
Traksi adalah pemberian gaya tarik terhadap bagian tubuh yang
cedera, sementara kontratraksi akan menarik ke arah yang berlawanan.
Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya trasi disesuaikan dengan spasme otot yang
terjadi. (Brunner, 2001)k
2. Strain
 Istirahan, kompres dengan air dingin dan elevasi (RICE) untuk 24-48
jam pertama
 Perbaikan bedah mungkin diperlukan jika robekan terjadi pada
hubungan tendon-tulang
 Pemasangan balut tekan
 Selama penyembuhan (4-6 minggu) gerakan dari cedera harus
diminimalkan. (Joyce M Black, 2014)
3. Sprain
 Istirahat akan mencegah cedera tambahan dan mempercepat
penyembuhan
 Meniggikan bagian yang sakit akan mengontrol pembengkakkan
 Kompres air dingin, diberikan secara intermiten 20-30 menit selama
24-48 jam pertama setelah cedera. Kompres air dingin menyebabkan
vasokontriksi akan mengurangi perdarahan dan edema (Jangan
berlebihan nanti akan mengakibatkan kerusakan kulit). (Brunner,
2001)

12
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus
Tn. B berusia 25 thn datang ke RS. Citra indah dengan keluhan
mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengalami patah tulang, terlihat memar,
pembengkakan didaerah ekstremitas bawah bagian tarsal dan patella. TD : 130/ 80
mmHg, N : 70x/ menit, RR : 20x/ menit. S : 36 ᵒc.

A. Pengkajian
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
Usia : 25 thn
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Teratai
2. Riwayat kesehatan saat ini
klien mengeluh mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengalami patah tulang
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan pernah mengalami jatuh tetapi tidak menyebabkan patah
tulang
4. Pengkajian Fisik (TTV)
TD : 130/ 80 mmHg N : 70x/ menit
RR : 20x/ menit S : 36 ᵒc.
5. Pemeriksaan penunjang
a. X-ray menentukan lokasi atau luasnya fraktur
b. Scan tulang : mempelihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
c. Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler pada perdarahan; penigkatan lekosit sebagai respon terhadap
peradangan
d. Kretinin : trauma otot menigkatkan beban kretinin untuk kliens ginjal

13
e. Profil koagulas : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
darah atau cedera.

Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
DS : Klien mengatakan mengalami Agen cedera Nyeri Akut
kecelakaan lalu lintas dan mengalami patah fisik
tulang
1. DO : klien tampak meringis saat bagian
pembengkakan ditekan dan daerah tarsal,
patela terlihat mema
P : akibat benturan kecelakaan
Q : Sedang
R : Daerah tarsal dan patella
S : Skala 5
T : Sejak terjadinya kecelakaan lalu lintas
DS : - Kerusakan Hambatan
DO : terlihat memar dan pembengkakan integritas mobilitas
didaerah tarsal dan patella struktur tulang fisik
TD : 130/ 80 mmHg
RR : 20x/ menit
N : 70x/ menit
S : 36 ᵒc.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik d.d DS : Klien mengatakan
mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengalami patah tulang DO : klien
tampak meringis saat bagian pembengkakan ditekan
P : akibat benturan kecelakaan
Q : Sedang
R : Daerah tarsal dan patella
S : Skala 5

14
T : Sejak terjadinya kecelakaan lalu lintas
2. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang d.d DS :
- DO : terlihat memar dan pembengkakan didaerah tarsal dan patella
TD : 130/ 80 mmHg
RR : 20x/ menit
N : 70x/ menit
S : 36 ᵒc

C. Intervensi
Diagnosa NOC NIC
2. Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen nyeri
pencedera fisik d.d 1x24 jam diharapkan a. Ajarkan
DS : Klien Nyeri Akut dapat teratasi penggunaan
mengatakan dengan ekspetasi teknik non
mengalami meningkat dengan KH : farmakologi
kecelakaan lalu lintas 1. Kontrol nyeri (seperti,
dan mengalami patah Indikator Aw Akhi biofeed-back,
tulang DO : klien al r TENS,
tampak meringis saat Mengenali 2 4 hypnosis,
bagian pembengkakan kapan relaksasi,
ditekan dan daerah nyeri bimbingan
tarsal, patela terlihat terjadi antisipatif,
Melaporka 2 4
memar terapi musik
n nyeri
P :akibat benturan b. Ajarkan
terkontrol
kecelakaan metode
Q : Sedang farmakologi
R : Daerah tarsal dan untuk
patella menurunkan
S : Skala 5 nyeri
T : Sejak terjadinya c. Kolaborasi
kecelakaan lalu dengan pasien,

15
lintas orang terdekat
dan tim
kesehatan
lainnya dan
mengimplemen
tasikan
tindakan
penurunan
nyeri non
farmakologi
sesuai
kebutuhan
d. Evaluasi
keefektifan dari
tindakan
pengontrol
nyeri yang
dipakai selama
pengkajian
nyeri
dilakukan.
2. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Terapi latihan :
fisik b/d kerusakan 1x24 jam diharapkan mobilitas
integritas struktur Hambatan mobilitas fisik ( pergerakan )
tulang d.d DS : - DO dapat teratasi dengan KH : sendi
: terlihat memar dan 1. Pergerakan a. Monitor
pembengkakan indikator Aw Ak lokasi dan
didaerah tarsal dan al hir kecenderunga
patella Keseimb 2 5 n adanya
TD : 130/ 80 mmHg angan nyeri dan
RR : 20x/ menit ketidaknyama

16
N : 70x/ menit Cara 1 4 nan selama
S : 36 ᵒc berjalan pergerakan /
aktivitas
2. Ambulansi : kursi b. Tentukan
roda batasan
Indikat Aw Akhi pergerakan
or al r sendi dan
Perpind 2 4
efeknya
ahan ke
terhadap
dan
fungsi sendi
dari
c. Bantu untuk
kursi
melakukan
roda
pergerakan
Menjal 2 5
sendi yang
ankan
ritmis dan
kursi
teratur sesuai
roda
kadar nyeri
dengan
yang bisa
aman
ditoleransi,
ketahanan
dan
pergerakan
sendi
d. Kolaborasi
dengan ahli
terapi fisik
dalam
mengembang
kan dan
menerapkan
sebuah

17
program
latihan

D. Implementasi
Nama Klien/umur : Tn. B/25 tahun
No. Kamar/ruang : 08/arafah
Diagnosa medis : Fraktur Tulang
No Hari /Tanggal Implementasi
.
Dx
1. minggu, 15 Mandiri :
November 1. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
2020 (seperti, biofeed-back, TENS, hypnosis, relaksasi,
10.00 wita bimbingan antisipatif, terapi musik
2. Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan
nyeri
3. Monitor lokasi dan kecenderungan adanya nyeri
dan ketidaknyamanan selama pergerakan/aktivitas
4. Tentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya
terhadap fungsi sendi
5. Bantu untuk melakukan pergerakan sendi yang
ritmis dan teratur sesuai kadar nyeri yang bisa
ditoleransi, ketahanan dan pergerakan sendi

11.00 wita Kolaborasi :


13.00 wita 1. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan
tim kesehatan lainnya dan mengimplementasikan
tindakan penurunan nyeri non farmakologi
sesuai kebutuhan.

18
2. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik dalam
mengembangkan dan menerapkan sebuah
program latihan
1. Senin, 16 Mandiri :
November 1. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
2020 (seperti, biofeed-back, TENS, hypnosis,
10.00 wita relaksasi, bimbingan antisipatif, terapi musik
2. Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan
nyeri
3. Monitor lokasi dan kecenderungan adanya nyeri
dan ketidaknyamanan selama
pergerakan/aktivitas
4. Tentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya
terhadap fungsi sendi
5. Bantu untuk melakukan pergerakan sendi yang
ritmis dan teratur sesuai kadar nyeri yang bisa
ditoleransi, ketahanan dan pergerakan sendi

11.00 wita Kolaborasi :


13.00 wita 1. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan
tim kesehatan lainnya dan mengimplementasikan
tindakan penurunan nyeri non farmakologi
sesuai kebutuhan.
2. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik dalam
mengembangkan dan menerapkan sebuah
program latihan

E. Evaluasi
Nama Klien/umur : Tn. B/25 tahun

19
No. Kamar/ruang : 08/arafah
Diagnosa medis : fraktur tulang
No Hari / Tanggal Evaluasi
.
Dx
1. Minggu, 15 S : Klien mengatakan mengalami kecelakaan lalu
November 2020 lintas dan mengalami patah tulang
O : klien tampak meringis saat bagian
pembengkakan ditekan dan daerah tarsal,
patela terlihat memar
A : tujuan tercapai, masalah belum teratasi.
P : lanjut intervensi
2. Senin, 25 oktober S : Klien mengatakan mengalami kecelakaan lalu
2020 lintas dan mengalami patah tulang
O : klien tampak meringis saat bagian
pembengkakan ditekan dan daerah tarsal,
patela terlihat memar
A : tujuan tercapai, masalah belum teratasi.
P : lanjut intervensi

BAB IV
PENUTUP

20
A. Kesimpulan
Mekanisme cedera mengacu pada bagaimana proses orang mengalami cedera.
Cedera mungkin disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh,
tembakan dan sebagainya. Kemampuan menganalisa mekanisme cedera akan
membantu anda memperkirakan keadaan dan tingkatan dari cedera sebagai
prioritas keputusan anda untuk melakukan pengkajian lanjutan, pengangan
kegawat daruratan transportasi.
Etiologit
Penyebab umum dari truma muskuloskeletal adalah kecelekaan lalu lintas,
olahraga, jatuh dan kecelakaan industri.
Manifestasi klinis
1. Fraktur
 Deformitas
Pembengkakkan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas
pada lokasi fraktur. Deformitas adalah perubahan bentuk, pergerakan
tulang jadi memendek karena kuatnya tarikan otot-otot ekstermitas. (Joyce
M Black, 2014)
 Nyeri
Nyeri biasanya terus menerus menigkat jika fraktur tidak diimobilisasi.
(Brunner, 2001)
 Pembengkakkan atau edema
Edema terjadi akibat akumulasi cairan serosa pada lokasi fraktur serta
ekstravasasi cairan serosa pada lokasi fraktur ekstravasi darah ke jaringan
sekitar.
 Hematom atau memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
 Kehilangan fungsi dan kelainan gerak. (Joyce M Black, 2014)
2. Strain
 Nyeri

21
 Kelemahan otot
 Pada sprain parah, otot atau tendon mengalami ruptur secara parsial atau
komplet bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan pasien akibat hilangya
fungsi otot. (Joyce M Black, 2014)
3. Sprain
 Adanya robekan pada ligamen
 Nyeri
 Hematoma atau memar. (Joyce M Black, 2014)

B. Saran
Demikian ASKEP TRAUMA MUSKULOSKELETAL yang kami buat,
semoga dapat bermanfaat. Kami menyadari bahwa askep kami belum begitu
sempurna apabila terdapat kesalahan mohon di maafkan dan di maklumi karna
kami masih dalam proses belajar. Maka dari itu kami meminta saran dan kritik
yang membangun kepada teman-teman dan Bapak dosen guna penyempurnaan
askep kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

22
Nanda. 2015. Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
NANDA NIC-NOC Jilid 3. Jogyakarta : MedicAction.
Nanda – I. 2018-2020. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi
edisi 1. Jakarta : EGC
NIC. Nursing interventions classification edisi keenam. Yogyakarta :
Elsivier
NOC. Nursing outcomes classification edisi keenam. Yogyakarta : Elsivier
Burner dan Sudarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah.
Jakarta; EGC
Herdman Heather T dan Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda Internasional
Defining The Knowledge Of Nursing Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015- 2017. Edisi 10. Jakarta: EGC
M Black Joyce dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medical
Bedah Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan. Jakarta; CV Pentasada
Media Edukasi
Nuririf Huda Amin dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 2.
Jogjakarta; Medication Jogja
Yanti Ruly Hutabarat dan Chandra syah Putra. 2016. Asuhan Keperawatan
Kegawatdaruratan. Bogor; IN MEDIA
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3. No 2 Desember 2015

23

Anda mungkin juga menyukai