Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA MEDULLA SPINALIS

Dosen Pengampu : Eva Susanti, S. Kep, Ners, M. Kep


Tingkat : II B
Disusun Oleh :
1. Rido Fachri ( PO.71.20.1.18.074)
2. Siti Rahayu ( PO.71.20.1.18.083)
3. Tiara Audia ( PO.71.20.1.18.087)

DIII Keperawatan Palembang


Poltekkes Kemenkes Palembang
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Trauma Medulla Spinalis”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari selaku dosen Keperawatan
Medikal Bedah II. Sesuai dengan tugas yang diberikan. Kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari Ibu serta rekan-
rekan sekalian sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam makalah ini dan
menyempurnakannya sehingga menjadi sumber ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah berperan dalam
penyusunan makalah ini mulai dari awal penyusunan hingga penyelesaian makalah. Semoga
makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan dan dapat menjadi acuan untuk
menghasilkan makalah yang lebih baik lagi.

Palembang, Februari 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................1


DAFTAR ISI...................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Trauma Medulla Spinalis ..................................................................5
2.2 Etiologi ......................................................................................................................5
2.3 Tanda dan Gejala ......................................................................................................6
2.4 Anatomi Fisiologi .....................................................................................................6
2.5 Patofisiologi ..............................................................................................................8
2.6 Manifestasi Klinis .....................................................................................................10
2.7 Pemeriksaan Diagnostik............................................................................................10
2.8 Komplikasi ................................................................................................................11
2.9 Penatalaksanaan ........................................................................................................11
2.10 Pencegahan .............................................................................................................13
2.11 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan .......................................................................13
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian .................................................................................................................22
3.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................................................27
3.3 Intervensi Keperawatan ............................................................................................28
3.4 Implementasi Keperawatan .......................................................................................31
3.5 Evaluasi Keperawatan ...............................................................................................34
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...............................................................................................................36
4.2 Saran .........................................................................................................................36
Daftar Pustaka .................................................................................................................37

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trauma medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
seringkali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila Trauma itu mengenai daerah L1-2 atau di
bawahnya maka dapat mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensorik serta
kehilangan fungsi defekasi dan berkemih.
Kejadian ini lebih dominan pada pria usia muda sekitar lebih dari 75% dari seluruh
Trauma. Pada usia 45-an fraktur banyak terjadi pada pria di bandingkan pada wanita karena
olahraga, pekerjaan, dan kecelakaan bermotor. Tetapi belakangan ini wanita lebih banyak
dibandingkan pria karena faktor osteoporosis yang di asosiasikan dengan perubahan
hormonal (menopause).
Maka dari itu sebagai perawat merasa perlu untuk dapat membantu dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Trauma medulla spinalis dengan cara
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sehingga masalahnya dapat teratasi dan klien
dapat terhindar dari masalah yang paling buruk. Berdasarkan uraian diatas di harapkan
dengan adanya makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Trauma medulla spinalis”
dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
1. Apa pengertian dari trauma medulla spinalis?
2. Apa etiologi (penyebab) dari trauma medulla spinalis?
3. Apa tanda dan gejala dari trauma medulla spinalis?
4. Apa anatomi dan fisiologi dari trauma medulla spinalis?
5. Apa patofisiologi dari trauma medulla spinalis?
6. Apa manifestasi klinis dari traum medulla spinalis?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang ada pada trauma medulla spinalis?
8. Apa saja komplikasi yang ada pada trauma medulla spinalis?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada trauma medulla spinalis?
10. Bagaimana pencegahan dari trauma medulla spinalis?
11. Apa saja yang terdapat pada konsep dasar keperawatan trauma medulla spinalis?

3
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari trauma medulla spinalis
2. Untuk mengetahui etiologi (penyebab) dari trauma medulla spinalis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari trauma medulla spinalis
4. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi trauma medulla spinalis
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari trauma medulla spinalis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari traum medulla spinalis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada trauma medulla spinalis
8. Untuk mengetahui komplikasi pada trauma medulla spinalis
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada trauma medulla spinalis
10. Untuk Mengetahui pencegahan dari trauma medulla spinalis
11. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan trauma medulla spinalis

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Trauma Medulla Spinalis


Trauma medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
oleh benturan pada daerah medulla spinalis (Brunner & Suddarth, 2001).Trauma medulla
spinalis adalah buatan kerusakan tulang dan sumsum yang mengakibatkan gangguan sistem
persyarafan didalam tubuh manusia yang diklasifikasikan sebagai :
- komplet (kehilangan sensasi dan fungsi motorik total)
- tidak komplet (campuran kehilagan sensori dan fungsi motorik)
Trauma medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
sering kali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila Trauma itu mengenai daerah servikal pada
lengan, badan dan tungkai mata penderita itu tidak tertolong. Dan apabila saraf frenitus itu
terserang maka dibutuhkan pernafasan buatan, sebelum alat pernafasan mekanik dapat
digunakan.

2.2 Etiologi
Menurut Arif Mutaqin (2008) penyebab dari Trauma medulla spinalis yaitu :
1. Kecelakaan otomobil, industri
Kecelakaan yang hebat dapat menyebabkan suatu benturan dari organ tubuh salah
satu yang terjadi adalah cidera tulang belakang secara langsung yang mengenai
tulang belakang dan melampui batas kemampuan tulang belakang dalam melindungi
saraf –saraf yang berada didalamnya.
2. Terjatuh, olahraga
Peristiwa jatuh karena suatu kegiatan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya cidera salah satunya karena kegiatan olahraga yang berat
contohnya adalah olahraga motor GP , lari, lompat.
3. Luka tusuk, tembak
Luka tusuk pada abdomen atau tulang belakang dapat dikatakan menjadi faktor
terjadinya cidera karena terjadi suatu perlukaan atau insisi luka tusuk atau luka
tembak.
4. Tumor
Tumor merupakan suatu bentuk peradangan. jika terjadi komplikasi pada daerah
tulang belakang spinal. Ini merupakan bentuk cidera tulang belakang.
5
2.3 Tanda dan Gejala
a. Penderita penyakit trauma medulla spinalis mengeluh nyeri serta terbatasnya
pergerakan leher dan punggung .
b. Kelumpuhan otot ( terjadi kelemahan selama syok spinal ) pada bawah lesi.
c. Kelemahan umum / kelemahan otot ( trauma dan adanya kompresi saraf ).
d. Nyeri / nyeri tekan otot.
e. Mengalami deformitas.
f. Pada pernapasan timbul gejala napas pendek,kekurangan O2,sulit bernapas,dan timbul
tanda pucat,sianosis.
g. Perubahan tanda vital.

2.4 Anatomi Fisiologi

Bagian susunan saraf pusat yang terletak di dalam kanalis vetebratalis bersama
ganglio radiks superior yang terdapat pada setiap foramen invetebratalis terletak berpasangan
kanan dan kiri. Organ ini mengurus persyarafan tubuh, anggota badan dan bagian belakang.
Dimulai dari bagian bawah mendula obloganta setinggi korpus vetebrata servikalis I,
memanjang sampai ke korpus vetebrata lumbalis I dan II.

6
Sama halnya dengan otak berada dalam sakus araknoid yang berisi cairan otak, sakus
araknoid berakhir di dalam kanalis vetebratalis dalam tulang sakrum. Dalam mendula spinalis
keluar 31 syaraf, terdiri dari:
- Servikal : 8 pasang
- Torakal :12 pasang
- Lumbal : 5 pasang
- Sakral : 1 pasang
Medula spinalis mengandung zat putih dan zat kelabu yang mengecil pada bagian atas
menuju kebagian bawah sampai servikal dan torakal. Pada bagian ini terdapat pelebaran dari
vetebrata servikal IV samai vetebrata torakal II. Pada daerah lumbal pelebaran ini semakin
kecil disebut konus mendularis. Konus ini berakhir pada vetebrata lumbalis I dan II. Akar
saraf yang berasal dari lumbal bersatu menembus foramen intervertebralis.
Penyebaran semua saraf medula spinalis dimulai dari torakal I sampai lumbal III,
mempunyai cabang-cabang dalam saraf yang akan keluar membentuk pleksus dan ini akan
membentuk saraf tepi (perifer) terdiri dari:
 Pleksus servikalis, di bentuk oleh cabang-cabang saraf servikalis anterior, cabang ini
bekerja sama dengan nervus vagus dan nervus aksesorius.
 Pleksus brakialis, dibentuk oleh persatuan cabang-cabang anterior dari saraf servikal 4
dan torakal 1, saraf terpenting nervus media. Nervus ulnaris radialis mempersarafi
anggota gerak atas.
 Pleksus lumbalis, dibuat oleh serabut saraf dan torakal 12, saraf terbesar yaitu nervus
femoralis dan nervus obturator.
 Dibentuk oleh saraf dari lumbal dan sakral, saraf skiatik yang merupakan saraf terbesar
keluar mempersarafi otot anggota gerak bawah.
Sumsum tulang belakang di bungkus oleh tiga selaput yaitu dura meter (selaput luar),
araknoid (selaput jaingan), dan piameter (selaput dalam). Diantara dura materdan araknoid
terdapat lubang disebut kandung dura mater.
Susunan tulang belakang ada dua macam zat yaitu zat putih sebelah luar dan zat kelabu
sebelah dalam. Zat kelabu dibentuk oleh sel saraf (ganglio) berkatup banyak. Di dalamnya
terdapat jaringan penunjang (monoglia). Sebelah kiri-kanan terdapat tiang depan (tanduk
depan) dan tiang belakang (tanduk belakang). Kanalis sentralis (saluran pusat) merupakan
saluran sempit berhubungan dengan lubang yang terdapat di tengah otak. Zat putih (tukal)
terdapat diantara berkas depan kiri dan kanan dari selaput saraf.

7
Fungsi medula spinalis:
 Pusat gerakan dari otot-otot tubuh terbesar dari komu motorik atau komu ventralis.
 Mengurus kegiatan refleks-refkleks spinalis serta refleks lutut.
 Menghantarkan rangsangan koordinasi dari dan sendi ke serebelum.
 Sebagai penghubung antar segmen mendula spinalis.

2.5 Patofisiologi
Kerusakan medulla spinalis berkisar dari kamosio sementara (pasien sembuh
sempurna) sampai kontusio, laserasi dan kompresi substansi medulla, (lebih salah satu atau
dalam kombinasi) sampai transaksi lengkap medulla (membuat pasien paralisis).Bila
hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat merembes ke ekstradul subdural
atau daerah suaranoid pada kanal spinal, segera sebelum terjadi kontusio atau robekan pada
Trauma, serabut-serabut saraf mulai membengkak dan hancur.

Sirkulasi darah ke medulla spinalis menjadi terganggu, tidak hanya ini saja tetapi
proses patogenik menyebabkan kerusakan yang terjadi pada Trauma medulla spinalis akut.
Suatu rantai sekunder kejadian-kejadian yang menimbulkan iskemia, hipoksia, edema, lesi,
hemorargi.
Trauma medulla spinalis dapat terjadi pada lumbal 1-5
- Lesi L1 : Kehilangan sensorik yaitu sama menyebar sampai lipat paha dan bagian
daribokong.
- Lesi L2 : Ekstremitas bagian bawah kecuali 1/3 atas dari anterior paha.
- Lesi L3 : Ekstremitas bagian bawah.
- Lesi L4 : Ekstremitas bagian bawah kecuali anterior paha.
- Lesi L5 : Bagian luar kaki dan pergelangan kaki.

8
9
2.6 Manifestasi Klinis
a. Nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena
b. Paraplegia, kelumpuhan yang memengaruhi semua atau sebagian tubuh, tungkai, dan
organ panggul
c. Tingkat neurologic
d. Paralisis sensorik motorik total
e. Kehilangan kontrol kandung kemih (retensi urine, distensi kandung kemih)
f. Penurunan keringat
g. Penurunan fungsi pernafasan
h. Gagal nafas

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


a. Sinar X spinal
Menentukan lokasi dan jenis Trauma tulan (fraktur, dislokasi), unutk kesejajaran,
reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi.
b. Skan ct
Menentukan tempat luka / jejas, mengevaluasi ganggaun structural.
c. MRI
Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi.
d. Mielografi.
Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor putologisnya
tidak jelas atau dicurigai adannya dilusi pada ruang sub anakhnoid medulla spinalis
(biasanya tidak akan dilakukan setelah mengalami luka penetrasi).
e. Foto ronsen torak, memperlihatkan keadan paru (contoh : perubahan pada diafragma,
atelektasis)
f. Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vita, volume tidal) : mengukur volume inspirasi
maksimal khususnya pada pasien dengan trauma servikat bagian bawah atau pada
trauma torakal dengan gangguan pada saraf frenikus /otot interkostal).
g. GDA : Menunjukan kefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi. (Arif muttaqin
2008).

10
2.8 Komplikasi
a. Neurogenik shock.
b. Hipoksia.
c. Gangguan paru-paru
d. Instabilitas spinal
e. Orthostatic Hipotensi
f. Ileus Paralitik
g. Infeksi saluran kemih
h. Kontraktur
i. Dekubitus
j. Inkontinensia blader
k. Konstipasi

2.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Kedaruratan
Pasien segera ditempat kejadian adalah sangat penting, karena penatalaksanaan yang
tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan kehilangan fungsi neurologik. Korban kecelakaan
kendaraan bermotor atau kecelakaan berkendara , Trauma olahraga kontak, jatuh, atau trauma
langsung pada kepala dan leher.
1) Ditempat kecelakaan, korban harus dimobilisasi pada papan spinal( punggung)
,dengan kepala dan leher dalam posisi netral, untuk mencegah trauma komplit.
2) Salah satu anggota tim harus menggontrol kepala pasien untuk mencegah fleksi, rotasi
atau ekstensi kepala.
3) Tangan ditempatkan pada kedua sisi dekat telinga untuk mempertahankan traksi dan
kesejajaran sementara papan spinal atau alat imobilisasi servikal dipasang.
4) Paling sedikit empat orang harus mengangkat korban dengan hati- hati keatas papan
untuk memindahkan kerumah sakit. Adanya gerakan memutar dapat merusak medula
spinais ireversibel yang menyebabkan fragmen tulang vertebra terputus, patah, atau
memotong medula komplit. Sebaiknya pasien dirujuk ke trauma spinal regional atau
pusat trauma karena personel multidisiplin dan pelayanan pendukung dituntut untuk
menghadapi perubahan dekstruktif yang tejadi beberapa jam pertama setelah trauma.
Memindahkan pasien, selama pengobatan didepartemen kedaruratan dan radiologi,
pasien dipertahankan diatas papan pemindahan . Pemindahan pasien ketempat tidur
menunjukkan masalah perawat yang pasti. Pasien harus dipertahankan dalam posisi
11
eksternal.Tidak ada bagian tubuh yang terpuntir atau tertekuk, juga tidak boleh pasien
dibiarkan mengambil posisi duduk. Pasien harus ditempatkan diatas sebuah stryker
atau kerangka pembalik lain ketika merencanakan pemindahan ketempat tidur.
Selanjutnya jika sudah terbukti bahwa ini bukan Trauma medula, pasien dapat
dipindahkan ketempat tidur biasa tanpa bahaya.Sebaliknya kadang- kadang tindakan
ini tidak benar.Jika stryker atau kerangka pembalik lain tidak tersedia pasien harus
ditempatkan diatas matras padat dengan papan tempat tidur dibawahnya.
b. Medis
Penatalaksanaan medis pada penderita trauma medulla spinalias adalah sebagai
berikut :
 Konservatif
Penatalaksanaan konservatif terdiri atas :
1) Penatalaksanaan Perkemihan, yaitu dengan pemasangan kateter urine dengan
tujuan mempertahankan sedikitnya 30 cc/jam.
2) Penatalaksanaan Pernafasan, dengan menggunakan ventilator mekanis,
mengajarkan tehnik batuk efektif untuk membantu membersihkan jalan nafas.
3) Latihan Usus, tujuan dari latihan usus ini adalah untuk mempertahankan dan
mencapai kontinensia usus.
4) Perawatan Kulit, dengan menggunakan krim / lotion, menggunakan alas untuk
mencegah lembabnya kulit di bawah permukaan tubuh, menggunakan sepatu yang
cukup dengan ukuran kaki untuk menghindari benturan dan gesekan kaki,
memakai kaos kaki yang terbuat dari bahan katun dan melakukan masase dengan
teratur.
5) Obat-obatan, Pemberian farmakoterapi pada penderita Trauma Medulla Spinalis
adalah pemberian kortikosteroid dosis tinggi khususnya metil prednison untuk
memperbaiki prognosis dan mengurangi kecacatan bila diberikan dalam 8 jam
cedera. Kemudian pemberian steroid dosis tinggi seperti Mannitol (diberikan
untuk menurunkan edema), Dextran (diberikan untuk mencegah tekanan darah
menurun dan memperbaiki aliran daerah kapiler).
6) Reduksi dan Traksi Skeletal, Penatalaksanaan Trauma medulla spinalis
memerlukan immobilisasi dan reduksi dislokasi (memperbaiki posisi normal) dan
stabilisasi columna vertebra.

12
 Operatif
Penatalaksanaan tindakan operatif pada penderita trauma medulla spinalis adalah
Laminectomy. (Hudak and Gall dalam Moellate 2009)
c. Penatalaksanaan Trauma Medula Spinalis ( Fase Akut)
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah Trauma medula spinalis lebih lanjut
dan untuk mengobservasi gejala perkembangan defisit neurologis. Lakukan resusitasi
sesuai kebutuhan dan pertahankan oksigenasi dan kestabilan kardiovaskuler.

2.10 Pencegahan
Faktor – faktor resiko dominan untuk trauma medula spinalis meliputi usia dan jenis
kelamin. Frekuensi dengan mana faktor- faktor resiko ini dikaitkan dengan trauma medula
spinalis bertindak untuk menekankan pentingnya pencegahan primer. Untuk mencegah
kerusakan dan bencana ini , langkah- langkah berikut perlu dilakukan :
1) Menurunkan kecepatan berkendara.
2) Menggunakan sabuk keselamatan dan pelindung bahu.
3) Menggunakan helm untuk pengendara motor dan sepeda.
4) Program pendidikaan langsung untuk mencegah berkendara sambil mabuk.
5) Mengajarkan penggunaan air yang aman.
6) Mencegah jatuh.
7) Menggunakan alat- alat pelindung dan tekhnik latihan.
Personel paramedis diajarkan pentingnya memindahkan korban kecelakaan mobil dari
mobilnya dengan tepat dan mengikuti metode pemindahan korban yang tepat kebagian
kedaruratan rumah sakit untuk menghindari kemungkinan kerusakan lanjut dan menetap pada
medula spinalis.

2.11 Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
A. Identitas
Trauma medula spinalis dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin.
B. Keluhan utama
Keluhan utama yang menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan adalah nyeri,
kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas, inkontinensia defekasi dan urine,deformitas
pada daerah trauma.

13
C. Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat trauma yang mengenai tulang belakang akibat dari kecelakaan lalu
lintas, olahraga, jatuh dari pohon atau bangunan, luka tusuk, luka tembak dan
kejatuhan benda keras.
Perlu ditanyakan pada klien atau keluarga yang mengantar klien atau bila klien tidak
sadar tentang penggunaan obat-obatan adiktif dan penggunaan alkohol yang sering
terjadi pada beberapa klien yang suka kebut-kebutan.
D. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit degeneratif pada
tulang belakang, seperti osteoporosis, osteoartritis, spondilitis, spondilolistesis, spinal
stenosis yang memungkinkan terjadinya kelainan pada tulang belakang.
E. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah dalam keluarga px ada yang menderita hipertensi, DM, penyakit jantung
untuk menambah komprehensifnya pengkajian.
F. Riwayat psiko-sosio
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi
klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga.
Apakah ada dampak yang timbul pada klien,yaitu timbul seperti ketakutan akan
kecacatan,rasa cemas, rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktifitas secara
optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah.
G. Pola aktivitas
 Aktifitas dan istirahat
 Kelumpuhan otot ( terjadi kelemahan selama syok spinal ) pada bawah lesi.
 Kelemahan umum / kelemahan otot ( Trauma dan adanya kompresi saraf ).
 Makanan / cairan
 Mengalami distensi yang berhubungan dengan omentum.
 Peristaltik usus hilang ( ileus paralitik ).
 Eliminasi
 Inkonti nensia defekasi berkemih.
 Retensi urine
 Hygien
 Sangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

14
H. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum, TTV, status kesadaran pada klien dengan cidera spinal stabil
tidak mengalami perubahan, tetapi pada klien yang diindikasikan cedera spinal
tidak stabil dapat mengalami perubahan.
 Inspeksi adanya deforamitas pada leher / punggung.
 Kaji adanya memar ( Pada fase awal cedera ) baik pada leher,muka dan bagian
belakang telinga,tanda memar pada wajah,mata / dagu merupakan salah satu tanda
adanya cedera hiper ekstensi pada leher.
 Pemeriksaan reflek
-Reflek patela biasanya melemah karena kelemahan pada otot hamstring.
-Reflek bulbokavernosus didapatkan positif menandakan adanya syok spinal.
-Pemeriksaan s.perkemihan dan pencernaan terdapat incontinensia defekasi dan
mikturisi.
 Pemeriksaan lokalis :
a. look ~ adanya perubahan warna kulit,abrasi dan memar pada punggung.
b. feel ~ prosesus spinosus di palpasi untuk mengkaji adanya suatu celah yang
dapat diraba akibat sobeknya ligamentum posterior menandakan cedera yang
tidak stabil sering didapatkan adanya nyeri tekan pada area lesi.
c. move ~ gerakan tulang punggung,spinal tidak boleh dikaji.disfungsi motorik
paling umum adalah kelemahan & kelumpuhan pada seluruh ekstemitas
bawah.
I. Pemeriksaan diagnostik
1. Foto Rontgen posisi AP,lateral dan oblig dilakukan untuk menilai :
 Diameter anteroposterior kanal spinal.
 Kontur,bentuk dan kesejajaran vertebra.
 Pergerakan frogmen tulang dalam kanal spinal.
 Keadaan simetris dari pedikel dan prosesus spinosus.
 Ketinggian ruangan diskus inter vertebralis.
2. CT scan dan MR 1 untuk menunjukkan tingkat penyumbatan kanalis spinalis.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (1996).

15
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan
neuromuskuler (1973, 1998).
3. Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan sensori motorik (1973).

3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut NOC label: Mengelola analgetik
berhubungan Kontrol nyeri (1605) 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
dengan agen cedera Tujuan: kualitas nyeri sebelum pemberian
fisik Setelah dilakukan obat pada pasien
tindakan keperawatan 2. Cek jenis obat, dosis, dan frekuensi
selama … x 24 jam pemberian
pasien dapat 3. Cek adanya riwayat alergi pada
melakukan kontrol pasien
nyeri , dengan kriteria : 4. Evaluasi kemampuan pasien untuk
menggunakan rute analgesic (oral,
Kontrol Nyeri IM, IV, suppositoria)
- Klien mengetahui 5. Monitor vital sign sebelum dan
penyebab nyeri sesudah pemberian analgetik jenis
- Klien mengetahui narkotik
wak-tu timbulnya 6. Evaluasi efektifitas dan efek
nyeri samping yang ditimbulkan akibat
- Klien mengenal pemakaian analgetik.
gejala timbulnya 7. Kolaborasi dengan dokter jika ada
nyeri perubahan advis dalam pemakaian
- analgetik
- Klien menggunakan
analgetik jika diper- Distraksi
lukan 1. Tentukan jenis distraksi yang
sesuai dengan pasien (musik,
televisi, membaca, dll)
2. Ajarkan teknik buka-tutup mata

16
dengan focus pada satu obyek, jika
memungkinkan
3. Ajarkan teknik irama (ketukan jari,
bernafas teratur) jika
memungkinkan
4. Evaluasi dan catat teknik yang
efektif untuk menurunkan nyeri
pasien

Terapi Oksigen
 Bersihkan jalan nafas dari secret
 Pertahankan jalan nafas tetap
efektif
 Berikan oksigen sesuai instruksi
 Monitor aliran oksigen, kanul
oksigen, dan humidifier
 Beri penjelasan kepada klien
tentang pentingnya pemberian
oksigen
 Observasi tanda-tanda hipoventilasi
 Monitor respon klien terhadap
pemberian oksigen
 Anjurkan klien untuk tetap
memakai oksigen selama aktivitas
dan tidur

Mengatur Posisi
 Atur posisi yang nyaman untuk
pasien

Kerusakan mobilitas NOC label: Tindakan Keperawatan:


fisik berhubungan Perawatan diri 1. Makan-minum
dengan kerusakan (Activity Daily Living) a. Bantu pasien makan dan minum

17
muskuloskelettal (0300) (menyuapi, mendekatkan alat-alat
dan neuromuskuler Tujuan: dan makanan/minuman)
Setelah dilakukan b. Pertahankan kesehatan dan
tindakan keperawatan kebersihan mulut pasien
selama … x 24 jam 2. Berpakaian
perawatan diri klien a. Bantu pasien mamakai pakaiannya
(ADL) terpenuhi b. Libatkan keluarga dan ajarkan cara
Indikator: memakaikan pakaian pada pasien
1. Makan dan minum 3. Kebersihan diri
adekuat dengan a. Memandikan pasien
bantuan/mandiri b. Libatkan keluarga untuk membantu
2. Berpakaian dengan memandikan pasien
dibantu/mandiri c. Lakukan perawatan mata, rambut,
3. Kebersihan diri kaki, mulut, kuku dan perineum
terpenuhidg 4. Bak/bab
bantuan/mandiri a. Bantu pasien bak/bab
4. Buang air b. Lakukan perawatan inkontinensia
kecil/besar dengan usus
bantuan/mandiri c. Manajemen nutrisi
d. Libatkan keluarga dalam perawatan

3. Kerusakan eliminasi NOC label: Lakukan manajemen eliminasi urin


urin berhubungan Eliminasi urine 1. Monitor eliminasi urine (frekuensi,
dengan kerusakan Tujuan: konsistensi, bau, volume, warna)
sensori motorik Setelah dilakukan 2. Monitor tanda dan gejala retensi
tindakan keperawatan Urine
selama … x 24 jam 3. Ajarkan pada pasien tanda dan
kebutuhan eliminasi gejala ISK
urine pasien terpenuhi 4. Catat waktu urinal terakhir jika
Indikator: diperlukan
1. Pengosongan 5. Libatkan pasien/keluarga untuk
kandung kemih mencatat urine output jika
komplit diperlukan

18
2. Mampu 6. Masukkan suppositoria uretral jika
menahan/mengontr diperlukan
ol urine 7. Siapkan specimen urine midstream
3. Terbebas dari ISK untuk analisa jika perlu
8. Laporkan ke dokter jika ditemukan
tanda dan gejala ISK
9. Anjurkan pasien minum 8 gelas
sehari saat makan, anatara makan
dan saat pagi hari
10. Bantu pasien mengatur toileting
rutin kalau perlu
11. Anjurkan pasien untuk memeonitor
tanda dan gejala ISK

Perawatan Retensi Urin


1. Berikan prifasi untuk eliminasi urin
2. Gunakan kekuatan sugesti dengan
aliran air untuk memancing
eliminasi
3. Stimulasi reflek kandung kencing
dengan pemberian kompres dingan
pada abdomen atau dengan
mengalirkan air
4. Berikan waktu yang cukup untuk
me-ngosongkan kandung kencing
(10 menit)
5. Gunakan manuver Crede jika
diperlukan
6. Masukkan kateter urin jika
diperlukan
7. Monitor intake dan output cairan
8. Monitor adanya distensi kandung
kencing dengan palpasi atau perkusi

19
9. Bantu toileting dengan jarak teratur
jika memungkinkan
10. Lakukan kateterisasi untuk residu,
jika perlu
11. Lakukan kateterisasi secara
intermiten jika perlu
12. Rujuk ke ahli urinary Continance
jika perlu

Bladder Training

4. Implementasi Keperawatan

Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan,


implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan.

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan,


Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan
dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.

Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut.

1. Kartu SOAP(data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan)


dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang.

2. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai penilaian diagnosis
keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER merupakan komponen utama dalam catatan
perkembangan yang terdiri atas:

20
S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia.

O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya tanda-tanda
akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.

A (Analisis/assessment) : masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis/dikaji dari


data subjektif dan data objektif. Karena status klien selalu berubah yang mengakibatkan
informasi/data perlu pembaharuan, proses analisis/assessment bersifat diinamis. Oleh karena
itu sering memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan diagnosis, rencana,
dan tindakan.

P (Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan


keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang (hasil modifikasi rencana
keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan
kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang telah ditentukan.

I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk memecahkan atau


menghilangkan masalah klien. Karena status klien selalu berubah, intervensi harus
dimodifikasi atau diubah sesuai rencana yang telah ditetapkan.

E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan analisis respons klien
terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria evaluasi tidak tercapai, harus dicari alternatif
intervensiyang memungkinkan kriteria tujuan tercapai.

R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama diagnosis dan tujuan jika
ada indikasi perubahan intervensi atau pengobatan klien. Revisi proses asuhan keperawatan
ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kerangka waktu yang telah ditetapkan.

21
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Klien bernama Tn. S, umur 35 tahun dan sudah menikah, klien beragama islam,
bersuku melayu, pendidikan terakhir klien hanya tamatan SD saat ini klien bekerja
sebagai seorang penambang emas, klien berasal dari desa nanga menarin, mentebah
kapuas hulu, pada tanggal 06 Juni 2012 klien masuk RSDS dengan no RM 757759
klien di rawat di ruang Bedah Umum Pria (C)
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan ia belum pernah masuk Rumah Sakit, klien hanya menderita
sakit seperti flu dan batuk saja dan hanya membeli obat di warung.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Alasan Masuk Rumah Sakit
Dua puluh hari sebelum masuk rumah sakit RSDS Pontianak klien mengalami
kecelakaan di tempat kerjanya. Saat bekerja klien tertimpa runtuhan tanah
dengan posisi jongkok, dan beberapa saat setelah itu pada kedua kakinya
terasa dingin dan tidak bisa di gerakkan, kondisinya klien saat itu
lemah sehingga klien langsung dibawa ke rumah sakit putusibau dan mendapat
perawatan, karena fasilitas yang belum memadai di rumah sakit
putusibau pada tanggal 06 Juni 2012 klien dirujuk kerumah sakit RSDS
pontianak dalam keadaan sadar penuh ,nyeri pada daerah punggung,
tampak jejas pada punggung bagian lumbalis dan klien mengatakan bagian
kaki terasa dingin.
2) Keluhan Waktu Didata
Pada waktu didata klien mengatakan nyeri pada saat klien: bergerak & diam,
dengan kualitas nyeri terasa ditusuk-tusuk, klien mengatakan bagian
belakangnya (lumbalis) terasa nyeri dengan skala 4-6 (sedang), dan nyeri nya
terjadi secara terus menerus sehingga membuat klien sulit untuk
tidur. Klien juga mengatakan hanya terbaring, aktivitasnya dibantu perawat
22
dan keluarga, sudah 2 hari belum mandi dikarenakan keluarga klien tidak
berani untuk menggerakan klien.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan didalam keluarganya tidak terdapat penyakit keturunan seperti
hipertensi, diabetes melitus, atau asma serta tidak ada pula yang menderita penyakit
menular seperti hepatitis, tbc, dan lain-lain.
4. Data Biologis
a. Pola Nutrisi
Sebelum sakit
Klien makan 3x/ hari dengan menu bervariasi seperti nasi, sayur mayur dan lauk
pauk. Klien tidak adapa ntangan dan alergi terhadap makanan.
Saat sakit
Klien makan 3 kali sehari dengan menu makan yang disediakan oleh pihak rumah
sakit, klien hanya mampu menghabiskan setengah porsi makanan yang disajikan.
b. Pola Minum
Sebelum sakit
Klien minum air putih ± 1000 – 1500 cc / hari. Kadang-kadang klien minum teh
manis atau kopi.
Saat sakit
Klien minum ± 7- 8 gelas /hari Klien minum 1000-1500 cc/hari air putih.
c. Pola Eleminasi
Sebelum sakit
Klien BAK 3-5 kali atau ±1200cc sehari dengan urin kuning jernih tanpa keluhan.
Klien BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi padat berwarna kuning dan tanpa
keluhan.
Saat sakit
Klien terpasang kateter, dan dalam 1 hari ada sekitar 1000cc urine yang keluar.
Klien BAB 1-2x sehari dengan konsistensi padat tetapi klien tidak bisa
mengontrol pola BAB nya sehingga klien tidsak bisa merasakan adanya feses
yang keluar,klien mengatakan klien juga tidak bisa menyadari pada saat BAB dan
tidak bisa merasakan pada saat tinjanya keluar.
d. Pola istirahat Tidur
Sebelum sakit

23
Klien tidur + 7-8 jam/hari dengan penerangan yang cukup, menggunakan bantal,
selimut pada malam hari dan jarang tidur pada siang hari.
Saat sakit
Klien tidak bisa tidur, klien tidur malam hanya 2-3 jam dan tidak pernah tidur
siang.
e. Pola kebersihan
Sebelum sakit
Klien mengatakan mandi 2-3 kali/hari dengan sabun dan shampo serta gosok gigi
pada saat mandi, potong kuku jika panjang.
Saat sakit
Selama di rawat rumah sakit klien tidak pernah mandi, klien juga tidak pernah
diseka oleh keluarganya karena ada cedera pada tulang belakangnya, kaki tangan
dan badan klien tampak kotor.
f. Pola aktifitas
Klien hanya beraktifitas ditempat tidur, karena klien merasakan nyeri pada bagian
belakangnya sehingga klien tidak dapat melakukan pergerakannya.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Saat dilakukan pemeriksaan fisik, keadaan umum klien tampak lemah, tampak
mengatuk, hanya bisa beraktifitas di tempat tidur dan hanya miring kiri dan miring
kanan. Saat dikaji kesadaran klien dalam keadaan kompos mentis, tekanan darah
100/60 mmHg dengan frekuensi nadi 89x/ menit dan frekuensi pernapasan
23x/menit sedangkan suhu tubuhnya 36,3c
b. Kepala leher dan axila
Kepala klien tampak simetris, rambut klien hitam dan agak panjang, leher tidak
ada pembengkakan kelenjar getah bening, tidak adanya lesi, di axilla tidak tampak
lesi, tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba masa.
c. Mata
Mata klien tampak simetris, pupil klien isokor, konjungtiva tidak pucat, terdapat
lingkaran hitam disekitar mata, klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
d. Telinga
Telinga klien tampak simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa dan tidak
ada lesi, tidak ada gangguan pada fungsi pendengaran klien.
e. Hidung
24
Hidung tampak simetris, mukosa hidung lembab, tidak tampak sekret, tidak ada
gangguan pada fungsi penciuman klien.
f. Mulut dan pharing
Mulut tampak simetris, mukosa bibir lembab, gigi klien masih lengkap, tidak ada
gangguan reflek menelan, tidak ada pembesaran tonsil, ovula terlihat kemerahan.
g. Dada
1) Thorak
Saat dilakukan pengkajian Inspeksi bentuk thorak klien simetris, tidak
terdapat lesi, tidak terdapat retraksi interkosta, pergerakan dada simetris, irama
pergerakan reguler,dan ketika di raba tidak terdapat masa, tidak terdapat nyeri,
ekspansi paru simetris, kemudian saat di auskultasi terdengar vesikuler di
permukaan paru, tidak terdengar whezing dan ronchi.
2) Paru paru
Saat di lakukan perkusi terdengar bunyi rensonan pada lapang paru dan ketika
di auskultasi terdengar vesikuler di permukaan paru, tidak terdengar whezing
dan ronchi.
3) Jantung
Saat dilakukan inspeksi pada jantung tidak terlihat adanya iktus kordis pada
ics 4 dan 5 dan teraba iktus kordis saat di palpasi, dsan ketika di perkusi
terdengar dullnes pada daerah jantung, Pada pemeriksaan auskultasi
terdengar bunyi S1 lub dan S2 dup, dan tidak terdengar bunyi tambahan.
4) Payudara
Bentuk simetris, tidak tampak pembengkakan, tidak ada lesi, aerola berwarna
kecoklatan.
h. Abdomen
Saat di inspeksi bentuk abdomen klien simetris tidak terdapat ascites, tidak
terlihat lesi, terdengar bising usus 6x/menit saat di auskultasi, saat di perkusi
terdengar dullnes didaerah hati tidak ada hepatomegali dan splenomegali dan saat
dipalpasi tidak teraba ginjal, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas.
i. Punggung.
Saat diinspeksi pada tulang belakang daerah lumbalis tampak bengkok atau
terjadi deformitas kearah luar pada lumbalis 4-5, terdapart pula massa atau
benjolan, kemerahan. Saat di palpasi terdapat nyeri tekan, teraba benjolan kearah
luar. Saat di tekan pada daerah fraktur klien tampak meringis.
25
j. genetalia dan rectum
Saat di kaji klien terpasang kateter dengan ukuran 16 G, dengan urine yang
tertampung di urine bag sebanyak 200 cc.
k. Ekstremitas
o atas : kekuatan otot pada tangan kanan 5, di tandai dengan klien mampu
melawan tahanan yang diberikan, begitu pula untuk tangan kiri klien kekuatan
ototnya 5 walaupun pada tangan kiri klien terpasang infuse klien masih mampu
melawan tahanan.
o bawah : kekuatan otot kaki kiri 5 yaitu dapat melawan tahanan yang
diberikan,tonus otot padat, klien dapat merasakan nyeri di kaki kiri., sedangkan
untuk kaki kanan, kekuatan ototnya 0 karena kaki kanan klien tak bisa
digerakan dan tidak terdapat kontraksi otot, dan kaki kanan klien juga tidak
bisa merasakan sensasi nyeri yang diberikan.
6. Data Psikologis
a) Status emosi: status emosi klien stabil di tandai dengan klien tampak tenang dan
tabah dalam menghadapi penyakitnya.
b) Konsep diri : klien tidak malu dengan keadaanya sekarang
Ideal diri : klien berharap penyakitnya cepat sembuh
Identitas diri : klien merasa dirinya laki laki dan memiliki istri
Peran diri : klien merasa bertanggung jawab sebagai suami
c) Gaya komunikasi : gaya komunikasi yg klien gunakan terbuka menggunakan
bahasa melayu namun bercampur logat bahasa kapuas hulu
d) Pola interaksi : interaksi klien dengan istri dan sahabt baik dibuktikan dengan
adanya keluarga dan sahabatnya yang mengunjungi
e) Pola koping : pola koping klien dan keluarga baik, apabila ada masalah klien
bermusyawarah dengan keluarganya.
7. Data Sosial
a) Pendidikan dan pekerjaan
Pendidikan terakhir klien adalah SD sekarang klien bekerja sebagai penambang
emas
b) Hubungan sosial : hubungan sosial klien terhadap keluarga baik
c) Faktor sosiokultural : didalam keluarga klien tidak ada tindakakn keperawatan
yang betentangan dengan kebudayaannya
d) Gaya hidup : klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol
26
8. Pengetahuan Tentang Penyakit
Klien mengatakan kurang paham dan bingung dengan penyakitnya dan tindakan yang
mengharuskan klien tidur tanpa kasur. Keluarga sempat protes terhadap perlakuan
terhadap klien yang terbaring tanpa kasur.
9. Data Spiritual
Selama di RS klien tidak beribadah, klien hanya berdoa ditempat tidur.
10. Data Penunjang
a) Hasil lab tanggal 14 juni 2012:
GDS 99 Hexokinase mg/dl 55-150
Ureum 39,7 UV test mg/dl 10-50
Kreatinin 0,7 IFFE mg/dl 0,6-1,3
b) Hasil pemeriksaan Radiologi
Rontgen: dari hasil foto vertebra tampak deformitas pada lumba 4-5.
11. Pengobatan
infus RL : 20 tpm
Intravena :
a. Ranitidine 2x 50mg
b. Ondansentron 3x4 gram
c. Kalnex 3×250 mg
d. Ketorolac 3×30mg
e. Methyi prednisolon 2x12mg

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan Terputusnya kontinuitas jaringan tulang
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur lumbalis

27
3.3 Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan& Rencana Rasional


No Keperawatan Kriteria Intervensi
hasil
1 Nyeri akut Nyeri akut 1. Kaji nyeri 1. perubahan nyeri pada klien akan
dapat yang dialami menetukan rencana lebih lanjut
berhubungan
klien
dengan Terputus berkurang 2. ketakutan, keletihan, ketidaktahuan,
setelah 2. kaji faktor monoton, dan ketidakpercayaan orang
nya kontinuitas
dilakukan yang lain sering menyebabkan penurunan
jaringan menurunkan
tindakan toleransi terhadap nyeri, sehingga
tulang.ditandai toleransi
keperawatan nyeri persepsi terhadap nyeri akan meningkat
dengan
selama 3x24 3. ketakutan, keletihan, ketidaktahuan,
DS : 3. kurangi
jam dengan monoton, dan ketidakpercayaan orang
atau
- Pada waktu kriteria shasil: lain merupakan faktor yang dapat
hilangkan
didata klien Ds: faktor yang meningkatkan persepsi nyeri
mengatakan nye - klien meningkatka 4. Peningktan tanda-tanda vital seperti
n nyeri
ri pada saat mengatakan tekanan darah, nadi menandakan
klien:bergerak nyerinya sudah 4. Pantau peningkatan nyeri
berkurang tanda- tanda 5. relaksasi dan distraksi merupakan
& diam dengan
vital
skala (1-3) metode nonfarmakologis yang mengubah
kualitas nyeri
Do: 5. Ajarkan proses fikir terhadap nyeri
terasa ditusuk-
- klien tidak tekhnik 6. Analgetik berfungsi dalam menghambat
tusuk, distraksi dan
meringis impuls nyeri
klien relaksasi
kesakitan lagi
mengatakan - TTV dalam 6. Berikan
bagian obat
batas normal
Analgetik
belakangnya TD: 120/ 80 ketorolac
(lumbalis) terasa mmHg
nyeri dengan N: 80x/ menit
skala 4-6 RR: 20x/

(sedang), dan menit


S: 36,5 C

28
nyeri nya terjadi
secara terus
menerus sehingg
a membuat klien
sulit untuk tidur.
DO :
- Klien tampak
meringis saat
bergerak dan
diam, dan saat di
tekan tulang
belakangnya,
- tekanan
darah 100/60 m
mHg dengan
frekuensi nadi
89x/ menit dan
frekuensi
pernapasan
23x/menit
sedangkan suhu
tubuhnya 36,3c
- Ada reaksi
penolakan saat
di tekan pada
tulang belakang

Hambatan Hambatan 1. Kaji pola 1. Dengan mengetahui pola aktifitas klien


2 mobilitas fisik mobilitas fisik aktifitas maka akan mengetahui seberapa mampu
berhubungan teratasi setelah klien klien untuk beraktifitas.
dengan fraktur dilakukan 2. Tingkatka 2. Mobilitas rentang gerak yang optimal
lumbalis di tandai tindakan n mobilitas Mencegah kekakuan pada sendi klien
dengan : keperawatan ekstremitas 3. Mempermudah pasien untuk memenuhi

29
DS : selama 3x 24 atau Latih kebutuhannya secara mandiri
- Klien jam dengan rentang 4. Air hangat akan memperlancar sirkulasi
mengatakan kriteria hasil: pergerakan sehingga mencegah iskemi
hanya terbaring DS sendi pasif 5. Mengawasi aktifitas klien agar klien
- Klien - Klien 3. Posisikan tidak melakukan aktifitas yang dapat
mengatakan mengatakan tubuh sejajar memperparah keadaannya.
aktivitasnya bertambahnya untuk 6. Kemerahan dan teraba panas pada kulit
dibantu perawat kekuatan dan mencegah menandakan area tesebut mengalami
dan keluarga daya tahan komplikasi tekanan yang dapat menjadi dekubitus
DO : ekstremitas 4. Anjurkan
- Klien terlihat DO: keluarga
lemah - Klien mampu untuk
- Kaki kanan melakukan memandikan
klien tidak dapat aktivitas klien dengan
di gerakkan secara air hangat.
- Kebutuhan bertahap 5. Awasi
klien di bantu sesuai seluruh
oleh keluarga dan toleransi upaya
perawat mobilitas dan
- Klien hanya bantu pasien
beraktifitas di jikadi
tempat tidur dan perlukan.
itu pun hanya 6. Inspeksi
berbaring kulit
- Kekuatan otot terutama
5 4 yang
0 5 bersentuhan
dengan
tempat tidur

30
D. Implementasi Keperawatan

No Tanggal & Waktu Catatan Tindakan


1 14 Juni 2012  Mengkaji nyeri yang dialami klien
07.30 H : skala nyeri klien 4-6 ( sedang)
 Mengkaji faktor yang menurunkan toleransi nyeri
07.45 H: pergerakan klien mempengaruhi tingkat nyeri klien
 Mengurangi atau menghilangkan faktor yang meningkatkan nyeri
08.00 H: mengurangi atau meminimalkan pergerakan klien
 Memantau tanda- tanda vital
08.15 H:
 TD : 100/60 mmHg
 N : 89 x/m
 S : 36,3c
 RR : 23 x/m
 Melakukan pemasangan infus
R: klien menerima tindakan keperawatan
08.30
H: klien terpasang infus RL 20 tpm di tangan kirinya.
 Mengkolaborasikan obat Analgetik ketorolac 30mg drip via
infuse RL 500cc
R: klien menerima tindakan keperawatan
08.50
H: klien tidak meringis kesakitan lagi
 Mengkaji ulang skala nyeri yang dialami klien
15 Juni 2012
H : skala nyeri klien 4-6 ( sedang)
07.30
 Mengajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi
07.45
R: klien mau mengikuti apa yang di ajarkan perawat
H: klien bisa mempraktekan apa yang di ajarkan perawat
 Memantau tanda- tanda vital
H:
08.00
 TD : 110/60 mmHg
 N : 84 x/m
 S : 36,5 c
 RR : 22 x/mnt

31
 Memberikan obat Analgetik ketorolac 30 mg drip via infuse RL
500cc
R: klien menerima tindakan keperawatan
08.15 H: klien tidak meringis kesakitan lagi
 Mengkaji ulang skala nyeri yang dialami klien
16 Juni 2012 H : skala nyeri klien 4-6 ( sedang)
07.30  Menganjurkan klien untuk tidak banyak bergerak
07.40 H: nyeri klien sedikit berkurang
 Memantau tanda- tanda vital
H:
08.00  TD : 100/60 mmHg
 N : 84 x/m
 S : 36,6
 RR : 20 x/m
 Memberikan obat Analgetik ketorolac 30 mg drip via infuse RL
500cc
R: klien menerima tindakan keperawatan
08.15
H: klien tidak meringis kesakitan lagi

32
14 Juni 2012 Mengkaji pola aktifitas klien
08.30 H: klien hanya tampak berbaring

08.40  Tingkatkan mobilitas ekstremitas atau Latih rentang pergerakan


sendi pasif
R: klien mau mengikuti anjuran perawat
H: klien mau tangannya digerakkan oleh perawat

15 Juni 2012  menginspeksi kulit terutama yang bersentuhan dengan tempat


08.30
tidur
08.45 H: tidak ada tanda- tanda dekubitus
 Posisikan tubuh sejajar untuk mencegah komplikasi
R: klien menerima tindakan perawat
16 Juni 2012 H: klien baring dalam posisi terlentang
08.00  Menganjurkan keluarga untuk memandikan klien dengan air
hangat.
R: keluarga menerima anjuran perawat
H: klien tampak bersih setelah setelah dimandikan

09.30
 Mengawasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien jika di
perlukan.
H: pemenuhan kebutuhan klien dibantu keluarga dan perawat

33
No Tanggal & Perkembangan ( S O A P) Nama &
Dx Waktu TTD
Perawat
1 14 Juni 2012 S : Klien mengatakan bagian belakangnya nyeri
13.10 O : Klien tampak meringgis saat bergerak dan diam
TTV:
 TD : 100/60 mmHg
 N : 89 x/m
 S : 36,3c
 RR : 23 x/m
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan tindakan keperawatan
- Kaji ulang skala nyeri yang dialami klien
- Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi
- Berikan obat Analgetik ketorolac 30 mg drip via infuse RL
500cc
- Pantau tanda- tanda vital

15 Juni 2012 S : Klien mengatakan nyeri bagian belakangnya masih terasa


13.10 - Skala nyeri (4-6)
O : Klien masih tampak meringis
TTV:
 TD : 110/60 mmHg
 N : 84 x/m
 S : 36,5 c
 RR : 22 x/m
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjtkan intervensi
- Kaji ulang skala dan karakteristik nyeri klien
- pantau TTV
- Anjurkan klien untuk tidak banyak bergerak
- berikan obat analgetik ketorolac 30mg drip via infuse RL
500cc

S : Klien mengatakan nyeri di bagian belakangnya


16 Juni 2012 O : Klien masih tampak meringis saat bergerak dan diam
13.10 - Skala nyeri (4-6)
- TTV:

34
 TD : 100/60 mmHg
 N : 84 x/m
 S : 36,6
 RR : 20 x/m

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjtkan intervensi
- Kaji skala dan karakteristik nyeri klien
- pantau TTV
- Ajarkan kembali tekhnik relaksasi
- berikan obat analgetik ketorolac 30mg drip via infuse RL
500cc
2 14 Juni 2012 S : Klien mengatakan hanya beraktifitas di tempat tidur
13.40 O : Klien tampak hanya beraktifitas di tempat tidur
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- menginspeksi kulit terutama yang bersentuhan dengan
tempat tidur
- Posisikan tubuh sejajar untuk mencegah komplikasi

15 Juni 2012 S : Klien mengatakan hanya beraktifitas di tempat tidur


13.40 O : Klien tampak hanya beraktifitas di tempat tidur
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan tindakan keperawatan
- Awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien jika di
perlukan.
- Anjurkan keluarga untuk memandikan klien dengan air
hangat

16 Juni 2012 S : Klien mengatakan hanya beraktifitas di tempat tidur


13.40 O : Klien tampak hanya beraktifitas di tempat tidur
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan tindakan keperawatan
- tingkatkan kembali mobilitas dan pergerakan yang optimal.

35
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Trauma medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
oleh benturan pada daerah medulla spinalis (Brunner & Suddarth, 2001).Penyebab dari
Trauma medulla spinalis yaitu :kecelakaan otomobil, industri terjatuh, olah-raga, menyelam
,luka tusuk, tembak dan tumor.
Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat merembes ke
ekstradul subdural atau daerah suaranoid pada kanal spinal, segera sebelum terjadi kontusio
atau robekan pada Trauma, serabut-serabut saraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi
darah ke medulla spinalis menjadi terganggu, tidak hanya ini saja tetapi proses patogenik
menyebabkan kerusakan yang terjadi pada Trauma medulla spinalis akut. Suatu rantai
sekunder kejadian-kejadian yang menimbulakn iskemia, hipoksia, edema, lesi, hemorargi.
Penatalaksanaan pasien segera ditempat kejadian adalah sangat penting, karena
penatalaksanaan yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan kehilangan fungsi
neurologik.Pada kepala dan leher dan leher harus dipertimbangkan mengalami Trauma
medula spinalis sampai bukti Trauma ini disingkirkan. Memindahkan pasien, selama
pengobatan didepartemen kedaruratan dan radiologi,pasien dipertahankan diatas papan
pemindahan.
Asuhan Keperawatan yang diberikan pada pasien dengan Trauma medula spinalis berbeda
penanganannya dengan perawatan terhadap penyakit lainnya,karena kesalah dalam
memberikan asuhan keperawatan dapat menyebabkan Trauma semakin komplit dan dapat
menyebabkan kematian.

4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswa agar dapat menjaga
kesehatannya terutama pada bagian tulang belakang agar Trauma medula spinalis dapat
terhindar. Adapun jika sudah terjadi , mahasiswa dapat melakukan perawatan seperti yang
telah tertulis dalam makalah ini

36
Daftar Pustaka

Nurafif, Amin Huda.2015.NANDA NIC NOC. Jogjakarta : Mediaction.

Batti caca, Mutaqin, Arif .2008 . Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan system
persyarafan.Jakarta : Salemba Medika

Brunner, Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran Volume3
EGC. Jakarta.

Fuad. 2017. Asuhan Keperawatan pada Medulla Spinalis.


http://perawatbukittinggi.blogspot.com/2017/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan_18.html. Diakses pada tanggal 07 Februari 2020

https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-3_Trauma-
Medulla-Spinalis.pdf. Diakses pada 07 Februari 2020

Anonim. 2012. Sehat sakit. http://sehat-sakit-stikes.blogspot.com/2012/07/askep-trauma-


medula-spinalis.html. Diakses pada 07 Februari 2020

Setiadi (2012), Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Yogyakarta: Graha Ilmu

37

Anda mungkin juga menyukai