Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Trauma Medulla Spinalis”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari selaku dosen Keperawatan
Medikal Bedah II. Sesuai dengan tugas yang diberikan. Kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari Ibu serta rekan-
rekan sekalian sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam makalah ini dan
menyempurnakannya sehingga menjadi sumber ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah berperan dalam
penyusunan makalah ini mulai dari awal penyusunan hingga penyelesaian makalah. Semoga
makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan dan dapat menjadi acuan untuk
menghasilkan makalah yang lebih baik lagi.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari trauma medulla spinalis
2. Untuk mengetahui etiologi (penyebab) dari trauma medulla spinalis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari trauma medulla spinalis
4. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi trauma medulla spinalis
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari trauma medulla spinalis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari traum medulla spinalis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada trauma medulla spinalis
8. Untuk mengetahui komplikasi pada trauma medulla spinalis
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada trauma medulla spinalis
10. Untuk Mengetahui pencegahan dari trauma medulla spinalis
11. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan trauma medulla spinalis
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Etiologi
Menurut Arif Mutaqin (2008) penyebab dari Trauma medulla spinalis yaitu :
1. Kecelakaan otomobil, industri
Kecelakaan yang hebat dapat menyebabkan suatu benturan dari organ tubuh salah
satu yang terjadi adalah cidera tulang belakang secara langsung yang mengenai
tulang belakang dan melampui batas kemampuan tulang belakang dalam melindungi
saraf –saraf yang berada didalamnya.
2. Terjatuh, olahraga
Peristiwa jatuh karena suatu kegiatan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya cidera salah satunya karena kegiatan olahraga yang berat
contohnya adalah olahraga motor GP , lari, lompat.
3. Luka tusuk, tembak
Luka tusuk pada abdomen atau tulang belakang dapat dikatakan menjadi faktor
terjadinya cidera karena terjadi suatu perlukaan atau insisi luka tusuk atau luka
tembak.
4. Tumor
Tumor merupakan suatu bentuk peradangan. jika terjadi komplikasi pada daerah
tulang belakang spinal. Ini merupakan bentuk cidera tulang belakang.
5
2.3 Tanda dan Gejala
a. Penderita penyakit trauma medulla spinalis mengeluh nyeri serta terbatasnya
pergerakan leher dan punggung .
b. Kelumpuhan otot ( terjadi kelemahan selama syok spinal ) pada bawah lesi.
c. Kelemahan umum / kelemahan otot ( trauma dan adanya kompresi saraf ).
d. Nyeri / nyeri tekan otot.
e. Mengalami deformitas.
f. Pada pernapasan timbul gejala napas pendek,kekurangan O2,sulit bernapas,dan timbul
tanda pucat,sianosis.
g. Perubahan tanda vital.
Bagian susunan saraf pusat yang terletak di dalam kanalis vetebratalis bersama
ganglio radiks superior yang terdapat pada setiap foramen invetebratalis terletak berpasangan
kanan dan kiri. Organ ini mengurus persyarafan tubuh, anggota badan dan bagian belakang.
Dimulai dari bagian bawah mendula obloganta setinggi korpus vetebrata servikalis I,
memanjang sampai ke korpus vetebrata lumbalis I dan II.
6
Sama halnya dengan otak berada dalam sakus araknoid yang berisi cairan otak, sakus
araknoid berakhir di dalam kanalis vetebratalis dalam tulang sakrum. Dalam mendula spinalis
keluar 31 syaraf, terdiri dari:
- Servikal : 8 pasang
- Torakal :12 pasang
- Lumbal : 5 pasang
- Sakral : 1 pasang
Medula spinalis mengandung zat putih dan zat kelabu yang mengecil pada bagian atas
menuju kebagian bawah sampai servikal dan torakal. Pada bagian ini terdapat pelebaran dari
vetebrata servikal IV samai vetebrata torakal II. Pada daerah lumbal pelebaran ini semakin
kecil disebut konus mendularis. Konus ini berakhir pada vetebrata lumbalis I dan II. Akar
saraf yang berasal dari lumbal bersatu menembus foramen intervertebralis.
Penyebaran semua saraf medula spinalis dimulai dari torakal I sampai lumbal III,
mempunyai cabang-cabang dalam saraf yang akan keluar membentuk pleksus dan ini akan
membentuk saraf tepi (perifer) terdiri dari:
Pleksus servikalis, di bentuk oleh cabang-cabang saraf servikalis anterior, cabang ini
bekerja sama dengan nervus vagus dan nervus aksesorius.
Pleksus brakialis, dibentuk oleh persatuan cabang-cabang anterior dari saraf servikal 4
dan torakal 1, saraf terpenting nervus media. Nervus ulnaris radialis mempersarafi
anggota gerak atas.
Pleksus lumbalis, dibuat oleh serabut saraf dan torakal 12, saraf terbesar yaitu nervus
femoralis dan nervus obturator.
Dibentuk oleh saraf dari lumbal dan sakral, saraf skiatik yang merupakan saraf terbesar
keluar mempersarafi otot anggota gerak bawah.
Sumsum tulang belakang di bungkus oleh tiga selaput yaitu dura meter (selaput luar),
araknoid (selaput jaingan), dan piameter (selaput dalam). Diantara dura materdan araknoid
terdapat lubang disebut kandung dura mater.
Susunan tulang belakang ada dua macam zat yaitu zat putih sebelah luar dan zat kelabu
sebelah dalam. Zat kelabu dibentuk oleh sel saraf (ganglio) berkatup banyak. Di dalamnya
terdapat jaringan penunjang (monoglia). Sebelah kiri-kanan terdapat tiang depan (tanduk
depan) dan tiang belakang (tanduk belakang). Kanalis sentralis (saluran pusat) merupakan
saluran sempit berhubungan dengan lubang yang terdapat di tengah otak. Zat putih (tukal)
terdapat diantara berkas depan kiri dan kanan dari selaput saraf.
7
Fungsi medula spinalis:
Pusat gerakan dari otot-otot tubuh terbesar dari komu motorik atau komu ventralis.
Mengurus kegiatan refleks-refkleks spinalis serta refleks lutut.
Menghantarkan rangsangan koordinasi dari dan sendi ke serebelum.
Sebagai penghubung antar segmen mendula spinalis.
2.5 Patofisiologi
Kerusakan medulla spinalis berkisar dari kamosio sementara (pasien sembuh
sempurna) sampai kontusio, laserasi dan kompresi substansi medulla, (lebih salah satu atau
dalam kombinasi) sampai transaksi lengkap medulla (membuat pasien paralisis).Bila
hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat merembes ke ekstradul subdural
atau daerah suaranoid pada kanal spinal, segera sebelum terjadi kontusio atau robekan pada
Trauma, serabut-serabut saraf mulai membengkak dan hancur.
Sirkulasi darah ke medulla spinalis menjadi terganggu, tidak hanya ini saja tetapi
proses patogenik menyebabkan kerusakan yang terjadi pada Trauma medulla spinalis akut.
Suatu rantai sekunder kejadian-kejadian yang menimbulkan iskemia, hipoksia, edema, lesi,
hemorargi.
Trauma medulla spinalis dapat terjadi pada lumbal 1-5
- Lesi L1 : Kehilangan sensorik yaitu sama menyebar sampai lipat paha dan bagian
daribokong.
- Lesi L2 : Ekstremitas bagian bawah kecuali 1/3 atas dari anterior paha.
- Lesi L3 : Ekstremitas bagian bawah.
- Lesi L4 : Ekstremitas bagian bawah kecuali anterior paha.
- Lesi L5 : Bagian luar kaki dan pergelangan kaki.
8
9
2.6 Manifestasi Klinis
a. Nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena
b. Paraplegia, kelumpuhan yang memengaruhi semua atau sebagian tubuh, tungkai, dan
organ panggul
c. Tingkat neurologic
d. Paralisis sensorik motorik total
e. Kehilangan kontrol kandung kemih (retensi urine, distensi kandung kemih)
f. Penurunan keringat
g. Penurunan fungsi pernafasan
h. Gagal nafas
10
2.8 Komplikasi
a. Neurogenik shock.
b. Hipoksia.
c. Gangguan paru-paru
d. Instabilitas spinal
e. Orthostatic Hipotensi
f. Ileus Paralitik
g. Infeksi saluran kemih
h. Kontraktur
i. Dekubitus
j. Inkontinensia blader
k. Konstipasi
2.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Kedaruratan
Pasien segera ditempat kejadian adalah sangat penting, karena penatalaksanaan yang
tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan kehilangan fungsi neurologik. Korban kecelakaan
kendaraan bermotor atau kecelakaan berkendara , Trauma olahraga kontak, jatuh, atau trauma
langsung pada kepala dan leher.
1) Ditempat kecelakaan, korban harus dimobilisasi pada papan spinal( punggung)
,dengan kepala dan leher dalam posisi netral, untuk mencegah trauma komplit.
2) Salah satu anggota tim harus menggontrol kepala pasien untuk mencegah fleksi, rotasi
atau ekstensi kepala.
3) Tangan ditempatkan pada kedua sisi dekat telinga untuk mempertahankan traksi dan
kesejajaran sementara papan spinal atau alat imobilisasi servikal dipasang.
4) Paling sedikit empat orang harus mengangkat korban dengan hati- hati keatas papan
untuk memindahkan kerumah sakit. Adanya gerakan memutar dapat merusak medula
spinais ireversibel yang menyebabkan fragmen tulang vertebra terputus, patah, atau
memotong medula komplit. Sebaiknya pasien dirujuk ke trauma spinal regional atau
pusat trauma karena personel multidisiplin dan pelayanan pendukung dituntut untuk
menghadapi perubahan dekstruktif yang tejadi beberapa jam pertama setelah trauma.
Memindahkan pasien, selama pengobatan didepartemen kedaruratan dan radiologi,
pasien dipertahankan diatas papan pemindahan . Pemindahan pasien ketempat tidur
menunjukkan masalah perawat yang pasti. Pasien harus dipertahankan dalam posisi
11
eksternal.Tidak ada bagian tubuh yang terpuntir atau tertekuk, juga tidak boleh pasien
dibiarkan mengambil posisi duduk. Pasien harus ditempatkan diatas sebuah stryker
atau kerangka pembalik lain ketika merencanakan pemindahan ketempat tidur.
Selanjutnya jika sudah terbukti bahwa ini bukan Trauma medula, pasien dapat
dipindahkan ketempat tidur biasa tanpa bahaya.Sebaliknya kadang- kadang tindakan
ini tidak benar.Jika stryker atau kerangka pembalik lain tidak tersedia pasien harus
ditempatkan diatas matras padat dengan papan tempat tidur dibawahnya.
b. Medis
Penatalaksanaan medis pada penderita trauma medulla spinalias adalah sebagai
berikut :
Konservatif
Penatalaksanaan konservatif terdiri atas :
1) Penatalaksanaan Perkemihan, yaitu dengan pemasangan kateter urine dengan
tujuan mempertahankan sedikitnya 30 cc/jam.
2) Penatalaksanaan Pernafasan, dengan menggunakan ventilator mekanis,
mengajarkan tehnik batuk efektif untuk membantu membersihkan jalan nafas.
3) Latihan Usus, tujuan dari latihan usus ini adalah untuk mempertahankan dan
mencapai kontinensia usus.
4) Perawatan Kulit, dengan menggunakan krim / lotion, menggunakan alas untuk
mencegah lembabnya kulit di bawah permukaan tubuh, menggunakan sepatu yang
cukup dengan ukuran kaki untuk menghindari benturan dan gesekan kaki,
memakai kaos kaki yang terbuat dari bahan katun dan melakukan masase dengan
teratur.
5) Obat-obatan, Pemberian farmakoterapi pada penderita Trauma Medulla Spinalis
adalah pemberian kortikosteroid dosis tinggi khususnya metil prednison untuk
memperbaiki prognosis dan mengurangi kecacatan bila diberikan dalam 8 jam
cedera. Kemudian pemberian steroid dosis tinggi seperti Mannitol (diberikan
untuk menurunkan edema), Dextran (diberikan untuk mencegah tekanan darah
menurun dan memperbaiki aliran daerah kapiler).
6) Reduksi dan Traksi Skeletal, Penatalaksanaan Trauma medulla spinalis
memerlukan immobilisasi dan reduksi dislokasi (memperbaiki posisi normal) dan
stabilisasi columna vertebra.
12
Operatif
Penatalaksanaan tindakan operatif pada penderita trauma medulla spinalis adalah
Laminectomy. (Hudak and Gall dalam Moellate 2009)
c. Penatalaksanaan Trauma Medula Spinalis ( Fase Akut)
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah Trauma medula spinalis lebih lanjut
dan untuk mengobservasi gejala perkembangan defisit neurologis. Lakukan resusitasi
sesuai kebutuhan dan pertahankan oksigenasi dan kestabilan kardiovaskuler.
2.10 Pencegahan
Faktor – faktor resiko dominan untuk trauma medula spinalis meliputi usia dan jenis
kelamin. Frekuensi dengan mana faktor- faktor resiko ini dikaitkan dengan trauma medula
spinalis bertindak untuk menekankan pentingnya pencegahan primer. Untuk mencegah
kerusakan dan bencana ini , langkah- langkah berikut perlu dilakukan :
1) Menurunkan kecepatan berkendara.
2) Menggunakan sabuk keselamatan dan pelindung bahu.
3) Menggunakan helm untuk pengendara motor dan sepeda.
4) Program pendidikaan langsung untuk mencegah berkendara sambil mabuk.
5) Mengajarkan penggunaan air yang aman.
6) Mencegah jatuh.
7) Menggunakan alat- alat pelindung dan tekhnik latihan.
Personel paramedis diajarkan pentingnya memindahkan korban kecelakaan mobil dari
mobilnya dengan tepat dan mengikuti metode pemindahan korban yang tepat kebagian
kedaruratan rumah sakit untuk menghindari kemungkinan kerusakan lanjut dan menetap pada
medula spinalis.
13
C. Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat trauma yang mengenai tulang belakang akibat dari kecelakaan lalu
lintas, olahraga, jatuh dari pohon atau bangunan, luka tusuk, luka tembak dan
kejatuhan benda keras.
Perlu ditanyakan pada klien atau keluarga yang mengantar klien atau bila klien tidak
sadar tentang penggunaan obat-obatan adiktif dan penggunaan alkohol yang sering
terjadi pada beberapa klien yang suka kebut-kebutan.
D. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit degeneratif pada
tulang belakang, seperti osteoporosis, osteoartritis, spondilitis, spondilolistesis, spinal
stenosis yang memungkinkan terjadinya kelainan pada tulang belakang.
E. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah dalam keluarga px ada yang menderita hipertensi, DM, penyakit jantung
untuk menambah komprehensifnya pengkajian.
F. Riwayat psiko-sosio
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi
klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga.
Apakah ada dampak yang timbul pada klien,yaitu timbul seperti ketakutan akan
kecacatan,rasa cemas, rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktifitas secara
optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah.
G. Pola aktivitas
Aktifitas dan istirahat
Kelumpuhan otot ( terjadi kelemahan selama syok spinal ) pada bawah lesi.
Kelemahan umum / kelemahan otot ( Trauma dan adanya kompresi saraf ).
Makanan / cairan
Mengalami distensi yang berhubungan dengan omentum.
Peristaltik usus hilang ( ileus paralitik ).
Eliminasi
Inkonti nensia defekasi berkemih.
Retensi urine
Hygien
Sangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
14
H. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, TTV, status kesadaran pada klien dengan cidera spinal stabil
tidak mengalami perubahan, tetapi pada klien yang diindikasikan cedera spinal
tidak stabil dapat mengalami perubahan.
Inspeksi adanya deforamitas pada leher / punggung.
Kaji adanya memar ( Pada fase awal cedera ) baik pada leher,muka dan bagian
belakang telinga,tanda memar pada wajah,mata / dagu merupakan salah satu tanda
adanya cedera hiper ekstensi pada leher.
Pemeriksaan reflek
-Reflek patela biasanya melemah karena kelemahan pada otot hamstring.
-Reflek bulbokavernosus didapatkan positif menandakan adanya syok spinal.
-Pemeriksaan s.perkemihan dan pencernaan terdapat incontinensia defekasi dan
mikturisi.
Pemeriksaan lokalis :
a. look ~ adanya perubahan warna kulit,abrasi dan memar pada punggung.
b. feel ~ prosesus spinosus di palpasi untuk mengkaji adanya suatu celah yang
dapat diraba akibat sobeknya ligamentum posterior menandakan cedera yang
tidak stabil sering didapatkan adanya nyeri tekan pada area lesi.
c. move ~ gerakan tulang punggung,spinal tidak boleh dikaji.disfungsi motorik
paling umum adalah kelemahan & kelumpuhan pada seluruh ekstemitas
bawah.
I. Pemeriksaan diagnostik
1. Foto Rontgen posisi AP,lateral dan oblig dilakukan untuk menilai :
Diameter anteroposterior kanal spinal.
Kontur,bentuk dan kesejajaran vertebra.
Pergerakan frogmen tulang dalam kanal spinal.
Keadaan simetris dari pedikel dan prosesus spinosus.
Ketinggian ruangan diskus inter vertebralis.
2. CT scan dan MR 1 untuk menunjukkan tingkat penyumbatan kanalis spinalis.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (1996).
15
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan
neuromuskuler (1973, 1998).
3. Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan sensori motorik (1973).
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut NOC label: Mengelola analgetik
berhubungan Kontrol nyeri (1605) 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
dengan agen cedera Tujuan: kualitas nyeri sebelum pemberian
fisik Setelah dilakukan obat pada pasien
tindakan keperawatan 2. Cek jenis obat, dosis, dan frekuensi
selama … x 24 jam pemberian
pasien dapat 3. Cek adanya riwayat alergi pada
melakukan kontrol pasien
nyeri , dengan kriteria : 4. Evaluasi kemampuan pasien untuk
menggunakan rute analgesic (oral,
Kontrol Nyeri IM, IV, suppositoria)
- Klien mengetahui 5. Monitor vital sign sebelum dan
penyebab nyeri sesudah pemberian analgetik jenis
- Klien mengetahui narkotik
wak-tu timbulnya 6. Evaluasi efektifitas dan efek
nyeri samping yang ditimbulkan akibat
- Klien mengenal pemakaian analgetik.
gejala timbulnya 7. Kolaborasi dengan dokter jika ada
nyeri perubahan advis dalam pemakaian
- analgetik
- Klien menggunakan
analgetik jika diper- Distraksi
lukan 1. Tentukan jenis distraksi yang
sesuai dengan pasien (musik,
televisi, membaca, dll)
2. Ajarkan teknik buka-tutup mata
16
dengan focus pada satu obyek, jika
memungkinkan
3. Ajarkan teknik irama (ketukan jari,
bernafas teratur) jika
memungkinkan
4. Evaluasi dan catat teknik yang
efektif untuk menurunkan nyeri
pasien
Terapi Oksigen
Bersihkan jalan nafas dari secret
Pertahankan jalan nafas tetap
efektif
Berikan oksigen sesuai instruksi
Monitor aliran oksigen, kanul
oksigen, dan humidifier
Beri penjelasan kepada klien
tentang pentingnya pemberian
oksigen
Observasi tanda-tanda hipoventilasi
Monitor respon klien terhadap
pemberian oksigen
Anjurkan klien untuk tetap
memakai oksigen selama aktivitas
dan tidur
Mengatur Posisi
Atur posisi yang nyaman untuk
pasien
17
muskuloskelettal (0300) (menyuapi, mendekatkan alat-alat
dan neuromuskuler Tujuan: dan makanan/minuman)
Setelah dilakukan b. Pertahankan kesehatan dan
tindakan keperawatan kebersihan mulut pasien
selama … x 24 jam 2. Berpakaian
perawatan diri klien a. Bantu pasien mamakai pakaiannya
(ADL) terpenuhi b. Libatkan keluarga dan ajarkan cara
Indikator: memakaikan pakaian pada pasien
1. Makan dan minum 3. Kebersihan diri
adekuat dengan a. Memandikan pasien
bantuan/mandiri b. Libatkan keluarga untuk membantu
2. Berpakaian dengan memandikan pasien
dibantu/mandiri c. Lakukan perawatan mata, rambut,
3. Kebersihan diri kaki, mulut, kuku dan perineum
terpenuhidg 4. Bak/bab
bantuan/mandiri a. Bantu pasien bak/bab
4. Buang air b. Lakukan perawatan inkontinensia
kecil/besar dengan usus
bantuan/mandiri c. Manajemen nutrisi
d. Libatkan keluarga dalam perawatan
18
2. Mampu 6. Masukkan suppositoria uretral jika
menahan/mengontr diperlukan
ol urine 7. Siapkan specimen urine midstream
3. Terbebas dari ISK untuk analisa jika perlu
8. Laporkan ke dokter jika ditemukan
tanda dan gejala ISK
9. Anjurkan pasien minum 8 gelas
sehari saat makan, anatara makan
dan saat pagi hari
10. Bantu pasien mengatur toileting
rutin kalau perlu
11. Anjurkan pasien untuk memeonitor
tanda dan gejala ISK
19
9. Bantu toileting dengan jarak teratur
jika memungkinkan
10. Lakukan kateterisasi untuk residu,
jika perlu
11. Lakukan kateterisasi secara
intermiten jika perlu
12. Rujuk ke ahli urinary Continance
jika perlu
Bladder Training
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
2. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai penilaian diagnosis
keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER merupakan komponen utama dalam catatan
perkembangan yang terdiri atas:
20
S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia.
O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya tanda-tanda
akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.
E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan analisis respons klien
terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria evaluasi tidak tercapai, harus dicari alternatif
intervensiyang memungkinkan kriteria tujuan tercapai.
R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama diagnosis dan tujuan jika
ada indikasi perubahan intervensi atau pengobatan klien. Revisi proses asuhan keperawatan
ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kerangka waktu yang telah ditetapkan.
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Klien bernama Tn. S, umur 35 tahun dan sudah menikah, klien beragama islam,
bersuku melayu, pendidikan terakhir klien hanya tamatan SD saat ini klien bekerja
sebagai seorang penambang emas, klien berasal dari desa nanga menarin, mentebah
kapuas hulu, pada tanggal 06 Juni 2012 klien masuk RSDS dengan no RM 757759
klien di rawat di ruang Bedah Umum Pria (C)
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan ia belum pernah masuk Rumah Sakit, klien hanya menderita
sakit seperti flu dan batuk saja dan hanya membeli obat di warung.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Alasan Masuk Rumah Sakit
Dua puluh hari sebelum masuk rumah sakit RSDS Pontianak klien mengalami
kecelakaan di tempat kerjanya. Saat bekerja klien tertimpa runtuhan tanah
dengan posisi jongkok, dan beberapa saat setelah itu pada kedua kakinya
terasa dingin dan tidak bisa di gerakkan, kondisinya klien saat itu
lemah sehingga klien langsung dibawa ke rumah sakit putusibau dan mendapat
perawatan, karena fasilitas yang belum memadai di rumah sakit
putusibau pada tanggal 06 Juni 2012 klien dirujuk kerumah sakit RSDS
pontianak dalam keadaan sadar penuh ,nyeri pada daerah punggung,
tampak jejas pada punggung bagian lumbalis dan klien mengatakan bagian
kaki terasa dingin.
2) Keluhan Waktu Didata
Pada waktu didata klien mengatakan nyeri pada saat klien: bergerak & diam,
dengan kualitas nyeri terasa ditusuk-tusuk, klien mengatakan bagian
belakangnya (lumbalis) terasa nyeri dengan skala 4-6 (sedang), dan nyeri nya
terjadi secara terus menerus sehingga membuat klien sulit untuk
tidur. Klien juga mengatakan hanya terbaring, aktivitasnya dibantu perawat
22
dan keluarga, sudah 2 hari belum mandi dikarenakan keluarga klien tidak
berani untuk menggerakan klien.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan didalam keluarganya tidak terdapat penyakit keturunan seperti
hipertensi, diabetes melitus, atau asma serta tidak ada pula yang menderita penyakit
menular seperti hepatitis, tbc, dan lain-lain.
4. Data Biologis
a. Pola Nutrisi
Sebelum sakit
Klien makan 3x/ hari dengan menu bervariasi seperti nasi, sayur mayur dan lauk
pauk. Klien tidak adapa ntangan dan alergi terhadap makanan.
Saat sakit
Klien makan 3 kali sehari dengan menu makan yang disediakan oleh pihak rumah
sakit, klien hanya mampu menghabiskan setengah porsi makanan yang disajikan.
b. Pola Minum
Sebelum sakit
Klien minum air putih ± 1000 – 1500 cc / hari. Kadang-kadang klien minum teh
manis atau kopi.
Saat sakit
Klien minum ± 7- 8 gelas /hari Klien minum 1000-1500 cc/hari air putih.
c. Pola Eleminasi
Sebelum sakit
Klien BAK 3-5 kali atau ±1200cc sehari dengan urin kuning jernih tanpa keluhan.
Klien BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi padat berwarna kuning dan tanpa
keluhan.
Saat sakit
Klien terpasang kateter, dan dalam 1 hari ada sekitar 1000cc urine yang keluar.
Klien BAB 1-2x sehari dengan konsistensi padat tetapi klien tidak bisa
mengontrol pola BAB nya sehingga klien tidsak bisa merasakan adanya feses
yang keluar,klien mengatakan klien juga tidak bisa menyadari pada saat BAB dan
tidak bisa merasakan pada saat tinjanya keluar.
d. Pola istirahat Tidur
Sebelum sakit
23
Klien tidur + 7-8 jam/hari dengan penerangan yang cukup, menggunakan bantal,
selimut pada malam hari dan jarang tidur pada siang hari.
Saat sakit
Klien tidak bisa tidur, klien tidur malam hanya 2-3 jam dan tidak pernah tidur
siang.
e. Pola kebersihan
Sebelum sakit
Klien mengatakan mandi 2-3 kali/hari dengan sabun dan shampo serta gosok gigi
pada saat mandi, potong kuku jika panjang.
Saat sakit
Selama di rawat rumah sakit klien tidak pernah mandi, klien juga tidak pernah
diseka oleh keluarganya karena ada cedera pada tulang belakangnya, kaki tangan
dan badan klien tampak kotor.
f. Pola aktifitas
Klien hanya beraktifitas ditempat tidur, karena klien merasakan nyeri pada bagian
belakangnya sehingga klien tidak dapat melakukan pergerakannya.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Saat dilakukan pemeriksaan fisik, keadaan umum klien tampak lemah, tampak
mengatuk, hanya bisa beraktifitas di tempat tidur dan hanya miring kiri dan miring
kanan. Saat dikaji kesadaran klien dalam keadaan kompos mentis, tekanan darah
100/60 mmHg dengan frekuensi nadi 89x/ menit dan frekuensi pernapasan
23x/menit sedangkan suhu tubuhnya 36,3c
b. Kepala leher dan axila
Kepala klien tampak simetris, rambut klien hitam dan agak panjang, leher tidak
ada pembengkakan kelenjar getah bening, tidak adanya lesi, di axilla tidak tampak
lesi, tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba masa.
c. Mata
Mata klien tampak simetris, pupil klien isokor, konjungtiva tidak pucat, terdapat
lingkaran hitam disekitar mata, klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
d. Telinga
Telinga klien tampak simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa dan tidak
ada lesi, tidak ada gangguan pada fungsi pendengaran klien.
e. Hidung
24
Hidung tampak simetris, mukosa hidung lembab, tidak tampak sekret, tidak ada
gangguan pada fungsi penciuman klien.
f. Mulut dan pharing
Mulut tampak simetris, mukosa bibir lembab, gigi klien masih lengkap, tidak ada
gangguan reflek menelan, tidak ada pembesaran tonsil, ovula terlihat kemerahan.
g. Dada
1) Thorak
Saat dilakukan pengkajian Inspeksi bentuk thorak klien simetris, tidak
terdapat lesi, tidak terdapat retraksi interkosta, pergerakan dada simetris, irama
pergerakan reguler,dan ketika di raba tidak terdapat masa, tidak terdapat nyeri,
ekspansi paru simetris, kemudian saat di auskultasi terdengar vesikuler di
permukaan paru, tidak terdengar whezing dan ronchi.
2) Paru paru
Saat di lakukan perkusi terdengar bunyi rensonan pada lapang paru dan ketika
di auskultasi terdengar vesikuler di permukaan paru, tidak terdengar whezing
dan ronchi.
3) Jantung
Saat dilakukan inspeksi pada jantung tidak terlihat adanya iktus kordis pada
ics 4 dan 5 dan teraba iktus kordis saat di palpasi, dsan ketika di perkusi
terdengar dullnes pada daerah jantung, Pada pemeriksaan auskultasi
terdengar bunyi S1 lub dan S2 dup, dan tidak terdengar bunyi tambahan.
4) Payudara
Bentuk simetris, tidak tampak pembengkakan, tidak ada lesi, aerola berwarna
kecoklatan.
h. Abdomen
Saat di inspeksi bentuk abdomen klien simetris tidak terdapat ascites, tidak
terlihat lesi, terdengar bising usus 6x/menit saat di auskultasi, saat di perkusi
terdengar dullnes didaerah hati tidak ada hepatomegali dan splenomegali dan saat
dipalpasi tidak teraba ginjal, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas.
i. Punggung.
Saat diinspeksi pada tulang belakang daerah lumbalis tampak bengkok atau
terjadi deformitas kearah luar pada lumbalis 4-5, terdapart pula massa atau
benjolan, kemerahan. Saat di palpasi terdapat nyeri tekan, teraba benjolan kearah
luar. Saat di tekan pada daerah fraktur klien tampak meringis.
25
j. genetalia dan rectum
Saat di kaji klien terpasang kateter dengan ukuran 16 G, dengan urine yang
tertampung di urine bag sebanyak 200 cc.
k. Ekstremitas
o atas : kekuatan otot pada tangan kanan 5, di tandai dengan klien mampu
melawan tahanan yang diberikan, begitu pula untuk tangan kiri klien kekuatan
ototnya 5 walaupun pada tangan kiri klien terpasang infuse klien masih mampu
melawan tahanan.
o bawah : kekuatan otot kaki kiri 5 yaitu dapat melawan tahanan yang
diberikan,tonus otot padat, klien dapat merasakan nyeri di kaki kiri., sedangkan
untuk kaki kanan, kekuatan ototnya 0 karena kaki kanan klien tak bisa
digerakan dan tidak terdapat kontraksi otot, dan kaki kanan klien juga tidak
bisa merasakan sensasi nyeri yang diberikan.
6. Data Psikologis
a) Status emosi: status emosi klien stabil di tandai dengan klien tampak tenang dan
tabah dalam menghadapi penyakitnya.
b) Konsep diri : klien tidak malu dengan keadaanya sekarang
Ideal diri : klien berharap penyakitnya cepat sembuh
Identitas diri : klien merasa dirinya laki laki dan memiliki istri
Peran diri : klien merasa bertanggung jawab sebagai suami
c) Gaya komunikasi : gaya komunikasi yg klien gunakan terbuka menggunakan
bahasa melayu namun bercampur logat bahasa kapuas hulu
d) Pola interaksi : interaksi klien dengan istri dan sahabt baik dibuktikan dengan
adanya keluarga dan sahabatnya yang mengunjungi
e) Pola koping : pola koping klien dan keluarga baik, apabila ada masalah klien
bermusyawarah dengan keluarganya.
7. Data Sosial
a) Pendidikan dan pekerjaan
Pendidikan terakhir klien adalah SD sekarang klien bekerja sebagai penambang
emas
b) Hubungan sosial : hubungan sosial klien terhadap keluarga baik
c) Faktor sosiokultural : didalam keluarga klien tidak ada tindakakn keperawatan
yang betentangan dengan kebudayaannya
d) Gaya hidup : klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol
26
8. Pengetahuan Tentang Penyakit
Klien mengatakan kurang paham dan bingung dengan penyakitnya dan tindakan yang
mengharuskan klien tidur tanpa kasur. Keluarga sempat protes terhadap perlakuan
terhadap klien yang terbaring tanpa kasur.
9. Data Spiritual
Selama di RS klien tidak beribadah, klien hanya berdoa ditempat tidur.
10. Data Penunjang
a) Hasil lab tanggal 14 juni 2012:
GDS 99 Hexokinase mg/dl 55-150
Ureum 39,7 UV test mg/dl 10-50
Kreatinin 0,7 IFFE mg/dl 0,6-1,3
b) Hasil pemeriksaan Radiologi
Rontgen: dari hasil foto vertebra tampak deformitas pada lumba 4-5.
11. Pengobatan
infus RL : 20 tpm
Intravena :
a. Ranitidine 2x 50mg
b. Ondansentron 3x4 gram
c. Kalnex 3×250 mg
d. Ketorolac 3×30mg
e. Methyi prednisolon 2x12mg
27
3.3 Rencana Keperawatan
28
nyeri nya terjadi
secara terus
menerus sehingg
a membuat klien
sulit untuk tidur.
DO :
- Klien tampak
meringis saat
bergerak dan
diam, dan saat di
tekan tulang
belakangnya,
- tekanan
darah 100/60 m
mHg dengan
frekuensi nadi
89x/ menit dan
frekuensi
pernapasan
23x/menit
sedangkan suhu
tubuhnya 36,3c
- Ada reaksi
penolakan saat
di tekan pada
tulang belakang
29
DS : selama 3x 24 atau Latih kebutuhannya secara mandiri
- Klien jam dengan rentang 4. Air hangat akan memperlancar sirkulasi
mengatakan kriteria hasil: pergerakan sehingga mencegah iskemi
hanya terbaring DS sendi pasif 5. Mengawasi aktifitas klien agar klien
- Klien - Klien 3. Posisikan tidak melakukan aktifitas yang dapat
mengatakan mengatakan tubuh sejajar memperparah keadaannya.
aktivitasnya bertambahnya untuk 6. Kemerahan dan teraba panas pada kulit
dibantu perawat kekuatan dan mencegah menandakan area tesebut mengalami
dan keluarga daya tahan komplikasi tekanan yang dapat menjadi dekubitus
DO : ekstremitas 4. Anjurkan
- Klien terlihat DO: keluarga
lemah - Klien mampu untuk
- Kaki kanan melakukan memandikan
klien tidak dapat aktivitas klien dengan
di gerakkan secara air hangat.
- Kebutuhan bertahap 5. Awasi
klien di bantu sesuai seluruh
oleh keluarga dan toleransi upaya
perawat mobilitas dan
- Klien hanya bantu pasien
beraktifitas di jikadi
tempat tidur dan perlukan.
itu pun hanya 6. Inspeksi
berbaring kulit
- Kekuatan otot terutama
5 4 yang
0 5 bersentuhan
dengan
tempat tidur
30
D. Implementasi Keperawatan
31
Memberikan obat Analgetik ketorolac 30 mg drip via infuse RL
500cc
R: klien menerima tindakan keperawatan
08.15 H: klien tidak meringis kesakitan lagi
Mengkaji ulang skala nyeri yang dialami klien
16 Juni 2012 H : skala nyeri klien 4-6 ( sedang)
07.30 Menganjurkan klien untuk tidak banyak bergerak
07.40 H: nyeri klien sedikit berkurang
Memantau tanda- tanda vital
H:
08.00 TD : 100/60 mmHg
N : 84 x/m
S : 36,6
RR : 20 x/m
Memberikan obat Analgetik ketorolac 30 mg drip via infuse RL
500cc
R: klien menerima tindakan keperawatan
08.15
H: klien tidak meringis kesakitan lagi
32
14 Juni 2012 Mengkaji pola aktifitas klien
08.30 H: klien hanya tampak berbaring
09.30
Mengawasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien jika di
perlukan.
H: pemenuhan kebutuhan klien dibantu keluarga dan perawat
33
No Tanggal & Perkembangan ( S O A P) Nama &
Dx Waktu TTD
Perawat
1 14 Juni 2012 S : Klien mengatakan bagian belakangnya nyeri
13.10 O : Klien tampak meringgis saat bergerak dan diam
TTV:
TD : 100/60 mmHg
N : 89 x/m
S : 36,3c
RR : 23 x/m
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan tindakan keperawatan
- Kaji ulang skala nyeri yang dialami klien
- Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi
- Berikan obat Analgetik ketorolac 30 mg drip via infuse RL
500cc
- Pantau tanda- tanda vital
34
TD : 100/60 mmHg
N : 84 x/m
S : 36,6
RR : 20 x/m
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trauma medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
oleh benturan pada daerah medulla spinalis (Brunner & Suddarth, 2001).Penyebab dari
Trauma medulla spinalis yaitu :kecelakaan otomobil, industri terjatuh, olah-raga, menyelam
,luka tusuk, tembak dan tumor.
Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat merembes ke
ekstradul subdural atau daerah suaranoid pada kanal spinal, segera sebelum terjadi kontusio
atau robekan pada Trauma, serabut-serabut saraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi
darah ke medulla spinalis menjadi terganggu, tidak hanya ini saja tetapi proses patogenik
menyebabkan kerusakan yang terjadi pada Trauma medulla spinalis akut. Suatu rantai
sekunder kejadian-kejadian yang menimbulakn iskemia, hipoksia, edema, lesi, hemorargi.
Penatalaksanaan pasien segera ditempat kejadian adalah sangat penting, karena
penatalaksanaan yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan kehilangan fungsi
neurologik.Pada kepala dan leher dan leher harus dipertimbangkan mengalami Trauma
medula spinalis sampai bukti Trauma ini disingkirkan. Memindahkan pasien, selama
pengobatan didepartemen kedaruratan dan radiologi,pasien dipertahankan diatas papan
pemindahan.
Asuhan Keperawatan yang diberikan pada pasien dengan Trauma medula spinalis berbeda
penanganannya dengan perawatan terhadap penyakit lainnya,karena kesalah dalam
memberikan asuhan keperawatan dapat menyebabkan Trauma semakin komplit dan dapat
menyebabkan kematian.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswa agar dapat menjaga
kesehatannya terutama pada bagian tulang belakang agar Trauma medula spinalis dapat
terhindar. Adapun jika sudah terjadi , mahasiswa dapat melakukan perawatan seperti yang
telah tertulis dalam makalah ini
36
Daftar Pustaka
Batti caca, Mutaqin, Arif .2008 . Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan system
persyarafan.Jakarta : Salemba Medika
Brunner, Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran Volume3
EGC. Jakarta.
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-3_Trauma-
Medulla-Spinalis.pdf. Diakses pada 07 Februari 2020
Setiadi (2012), Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Yogyakarta: Graha Ilmu
37