Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERAN PERAWAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA


Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bencana

Oleh: Heni Wulandari


NIM : 130317458

Dosen Pengampu: drg. Emmelia Kristina Hutagaol, MARS

INSTITUT MEDIKA Drg. SUHERMAN


PROGRAM STUDI NERS
Tahun 2019/2020
Jalan Raya Industri, Pasirgombong, Jababeka, Cikarang – Bekasi
Telepon. (021)89111110. Fax. (021)8905196
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan
Bencana tentang Peran Perawat Dalam Penanggulangan Bencana

Meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya mengucapkan terima
kasih kepada Ibu drg. Emmelia Kristina Hutagaol, MARS. selaku dosen mata kuliah ini yang
telah memberikan tugas ini kepada saya. saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan saya. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah akan dibuat dimasa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Bekasi 6 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 . Latar Belakang ..................................................................................1

1.2 . Rumusan Masalah .............................................................................2

1.3. Manfaat Penulisan..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 . Definsi Peran perawat......................................................................... 3

2.2 . Definisi Bencana ................................................................................ 3


2.3 Peranan Perawat Dalam Penanggulangan Bencana ..............................4

BAB III PENUTUP...................................................................................................8


3.1Kesimpulan ............................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang tergolong rawan terhadap kejadian
bencana alam, Secara geografis dan samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur
Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari pulau
Sumatera-Jawa- Nusa-Tenggara-Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik
dan dataran rendah yang sebagian besar didominasi oleh rawa – rawa. Kondisi
tersebut sangat berpotensi sekaligus terjadinya rawan bencana seperti letusan gunung
berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor (Alzahrani & Kyratsis, 2017).
Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di
Amerika Serikat (Arnold, 1986 dalam Alzahrani & Kyratsis, 2017) Wilayah
Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim, yaitu musim panas dan
musim hujan dengan cirinya adanya cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim.
Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan
batuan yang relatif beragam baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan kondisi
tanah yang subur (Labrague, Yboa, McEnroe-Petitte, Lobrino, & Brennan, 2016).
Sebaliknya, kondisi ini dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia
seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran
hutan dan kekeringan (Al-rousan, Rubenstein, & Wallace, 2014). Bencana alam
adalah peristiwa luar biasa yang dapat menimbulkan penderitaan luar biasa pula bagi
yang mengalaminya, hal tersebut akan menimbulkan luka, cedera, dan dampak
psikologis atau kejiwaan (Chopra & Venkatesh, 2015).
Bencana menjadi topik perbincangan banyak kalangan saat ini. Bencana
merupakan peristiwa yang disebabkan oleh faktor alam dan non alam yang merusak
fungsi sosial, material dan lingkungan serta menimbulkan korban jiwa sehingga
dibutuhkan bantuan penanganan (CRED, 2014 ; WHO, 2013 ; UU No 24 tahun
2007). Sampai saat ini bencana baik di indonesia maupun di dunia belum mampu
dikendalikan sehingga angka kejadian bencana ini selalu meningkat.

1
2

Kejadian bencana membutuhkan penanggulangan untuk meminimalisir kerugian


bencana. Penanggulangan bencana adalah upaya sistematis dan terpadu untuk
mengelola bencana dan mengurangi dampak diantaranya. penetapan kebijakan dalam
bencana, pengelolaan resiko berupa usaha pencegahan bencana, mitigasi dan
kesiapsiagaan serta upaya pemulihan berupa rehabilitasi dan rekontruksi (Veenema,
2016 ; Loke, 2014 ; KPBD, 2005).
Penanggulangan bencana akan maksimal apabila dilakukan upaya kesiapsiagaan
yang terus menerus dalam bencana. Bidang kesehatan menjadi salah satu disipin ilmu
yang mempersiapkan pelayanan kesehatan dalam kesiapsiagaan bencana. Pelayanan
kesehatan pada saat bencana merupakan faktor yang sangat penting untuk mencegah
terjadinya kematian, kecacatan dan kejadian penyakit akibat bencana.
Sharma (2016) menyebutkan kesiapsiagaan bidang kesehatan adalah persiapan
untuk menangani korban akibat bencana.
Magnaye (2011) menyebutkan kesiapsiagaan kesehatan adalah garda utama
melawan hilangnya nyawa manusia akibat bencana. Sedangkan Depkes (2006)
menyatakan kesiapsiagaan kesehatan adalah upaya untuk meminimalkan jumlah,
penderitaan, masalah kesehatan dan pemulihan yang cepat pada korban.
Jadi kesiapsiagaan dalam kesehatan adalah pengembangan rencana bidang
kesehatan untuk meminimalisir terjadinya kematian, kecacatan dan kejadian penyakit
akibat bencana. Untuk memaksimalkan kesiapsiagaan bidang kesehatan, pelayanan
kesehatan harus mempersiapkan tenaga kesehatan yang profesional dalam
kesiapsiagaan bencana.
1.2 Rumusan Masalah
a. Pengertian bagaimana peran perawat?
b. Bagaimana definisi bencana ?
c. Bagaimana peran perawat dalam penganggulangan bencana ?
1.3 Manfaat Penulisan
 Untuk memahami para pembaca tentang peran perawat terhadap
penanggulangan bencana
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Peran Perawat
Pengertian Peran Peran pada dasarnya adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu
sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar yang
besifat stabil (Kozier dan Barbara, 1995).
Peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk
menjalankan tugas dan fungsinya sesuai kompetensi yang dimilikinya (Gaffar, 2005).
Menurut (Lokakarya Nasional,1996) Peran perawat adalah sebagai pelaksana
pelayanan keperawatan, pengelola pelayanan keperawatan dan institusi
pendidikan,sebagai pendidik dalam keperawatan, peneliti dan pengembangan
keperawatan. atau peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat
dalam praktek, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya diakui.
Setiap peran memiliki 3 elemen, yaitu (Blais, 2006) :
a. Peran ideal
Peran ideal mengacu pada hak dan tanggung jawab terkait peran yang secara
sosial dianjurkan atau disepakati.
b. Peran yang dipersepsikan
Peran yang mengacu pada bagaimana penerimaan peran (orang yang
menerima peran) percaya dirinya harus berperilaku dalam peran tersebut.
c. Peran yang ditampilkan
Peran yang mengacu pada apa yang sebenarnya dilakukan oleh penerima
peran.
2.2 Definisi Bencana
Menurut UU No. 24 tahun 2007, pengertian bencana adalah Peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Toha, 2007).

3
4

Pengertian bencana menurut International Strategy for Disaster Reduction (2004)


adalah suatu gangguan serius terhadap aktivitas di masyarakat yang menyebabkan
kerugian luas pada kehidup-an manusia dari segi materi, ekonomi atau ling-kungan
dan melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan
menggunakan sumber daya mereka sendiri. World Health Organization (WHO),
mendefinisi-kan bencana adalah Kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan
kerusakan ekologi, kerugi-an kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang ber-makna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari
pihak luar. Sedangkan Hodgetts & Jones (2002) mendefinisikan bencana dengan
istilah “Major Incident”. “In health service terms a major incident can be defined as
any incident where the location, number, severity, or type of live casualties requires
extraordinary resources”.
Tahapan Bencana Disaster atau bencana dibagi beberapa tahap yaitu : tahap pra-
disaster, tahap serangan atau saat terjadi bencana (impact), tahap emergency dan
tahap rekonstruksi. Tahapan Pra Disaster Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra
bencana, durasi waktunya mulai saat sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan
atau impact. Tahap ini dipandang oleh para ahli sebagai tahap yang sangat strategis
karena pada tahap pra bencana ini masyarakat perlu dilatih tanggap terhadap bencana
yang akan dijumpainya kelak. Latihan yang diberikan kepada petugas dan masyarakat
akan sangat berdampak kepada jumlah besarnya korban saat bencana menyerang
(impact), peringatan dini dikenalkan kepada masyarakat pada tahap pra bencana.
2.3 Peran Perawat Dalam penanggulangan Bencana
Perawat sebagai tenaga kesehatan terbesar mempunyai peran yang sangat penting
dalam kesiapsiagaan bencana. Veenema (2016) menyebutkan perawat merupakan
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dalam penanggulangan bencana yang
terangkum dalam disaster nursing. Rokkas (2014) menyebutkan perawat sebagai
tenaga kesehatan memiliki peran sebagai first responden dalam menangani korban
bencana. Selanjutnya International Council of Nurses (2009) menyatakan perawat
memiliki kompetensi dalam keperawatan bencana untuk memberi tindakan
keperawatan pada individu, keluarga dan masyarakat dalam setiap fase bencana. Jadi,
perawat memiliki kompetensi dalam memberikan tindakan keperawatan yang
5

terangkum dalam keperawatan bencana. Peran perawat dalam kompetensi


keperawatan bencana salah satunya adalah kesiapsiagaan.
Kesiapsiagaan perawat secara profesional dalam penanggulangan bencana
menjadi hal yang penting. Ada delapan aspek kesiapsiagaan bagi perawat
diantaranya :
1. kesiapsiagaan dalam tindakan keselamatan,
2. kesiapsiagaan dalam komando bencana di rumah sakit,
3. kesiapsiagaan mengakses sumber kritis,
4. kesiapsiagaan dalam support psikologis yaitu kemampuan perawat dalam
menangani psikologis korban,
5. kesiapsiagaan dalam komunikasi,
6. kesiapsiagaan dalam deteksi agen biologis,
7. kesiapsiagaan dalam isolasi dan dekontaminasi dan kesiapsiagaan dalam
pengambilan keputusan klinis kepada korban (Georgino, 2015 ; Baack,
2011 ; Depkes, 2006).
Jadi peran perawat dalam kesiapsiagaan ini adalah mempersiapkan
kemampuan diri sebagai upaya dalam menangani permasalahan kesehatan
korban bencana. Untuk itu, kesiapsiagaan perawat penting untuk
menghadapi kedaruratan bencana.
 Peran tenaga kesehatan dalam fase Pra Disaster adalah:

a. Tenaga kesehatan mengikuti pelatihan dan pendidikan yang


berhubungan dengan penanggulangan ancaman bencana untuk tiap
fasenya.

b. Tenaga kesehatan ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah,


organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun lembagalembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi bencana kepada masyarakat.

c. Tenaga kesehatan terlibat dalam program promosi kesehatan untuk


meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang
meliputi hal-hal berikut ini:
6

1. Usaha pertolongan diri sendiri ketika ada bencana

2. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong


anggota keluarga yang lain

3. Tenaga kesehatan dapat memberikan beberapa alamat dan


nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit dan
ambulance

 Tahapan Bencana (Impact)


Pada tahap serangan atau terjadinya bencana (Impact phase), waktunya
bisa terjadi beberapa detik sampai beberapa minggu atau bahkan bulan. Tahap
serangan dimulai saat bencana menyerang sampai serang berhenti. Waktu
serangan yang singkat misalnya: serangan angin puting beliung, serangan
gempa di Jogyakarta atau ledakan bom, waktunya hanya beberapa detik saja
tetapi kerusakannya bisa sangat dahsyat.
Peran tenaga kesehatan pada fase Impact adalah
a. Bertindak cepat
b. Do not promise, tenaga kesehatan seharusnya tidak menjanjikan apapun
secara pasti dengan maksud memberikan harapan yang besar pada korban
selamat
c. Berkonsentrasi penuh terhadap apa yang dilakukan
d. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan untuk setiap kelompok
yang menanggulangi terjadinya bencana
 Tahapan Emergency
Tahap emergensi dimulai sejak berakhirnya serangan bencana yang
pertama, bila serangan bencana terjadi secara periodik. Tahap emergensi bisa
terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada tahap emergensi ini,
korban memerlukan bantu-an dari tenaga medis spesialis, tenaga kesehatan
gawat darurat, awam khusus yang terampil dan tersertifikasi.
Peran tenaga kesehatan ketika fase emergency adalah :
a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan
sehari-hari
7

b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan ketenaga kesehatan harian


c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus
bayi, peralatan kesehatan
f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan
lingkungannya.
g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas,
depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi
diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue,
mual muntah, dan kelemahan otot)
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat
dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog
dan psikiater
j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.
 Tahap Rekonstruksi

Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum seperti
sekolah, sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga. Pada
tahap rekonstruksi ini yang dibangun tidak saja kebutuhan fisik tetapi yang
lebih utama yang perlu kita bangun kembali adalah budaya.

Peran tenaga kesehatan pada fase rekonstruksi adalah:

a. tenaga kesehatanan pada pasien post traumatic stress disorder(PTSD)

b. tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait


bekerjasama dengan unsur lintas sector menangani masalah kesehatan
masyarakat pasca gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan
(Recovery) menuju keadaan sehat dan aman.
8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam Penanggulangan bencana perawat harus mempunyai kemampuan dalam


penanganan .Peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat
untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai kompetensi yang dimilikinya. Disamping
itu, perawat perlu mempersiapkan diri dengan memiliki pengetahuan dasar serta
keterampilan untuk menghadapi bencanan serta pengalaman merupakan sumber
pengetahuan dan juga merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,
Dengan demikian, perawat bertanggung jawab untuk mencapai peran dan kompetensi
mereka dalam semua tahap bencana, terutama pada fase respon atau tanggap darurat yang
meliputi peringatan, mobilisasi, dan evakuasi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Munandar Arif . 2018. Kesiapsiagaan Perawat Dalam Penatalaksanaan Aspek


Psikologis kibat Bencana Alam. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Vol. 9 no 2

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/download/5311/5602

Putra Ardia, dkk. 2013. Peran dan Kepemimpinan Perawat Dalam Manajemen Bencana
Pada Fase Tanggap Darurat. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Vol VI no. I

https://core.ac.uk/download/pdf/292075951.pdf

Ari Mizam. 2012. Peran Tenaga Kesehatan Dalam Penanganan Manajemen Bencana.
STIKES Widyagma Husada. Vol. 1 no 1

https://ojs.widyagamahusada.ac.id/index.php/JIK/article/download/87/63

Jumairah Tini. 2017. Peran Perawat Dalam Melaksanakan Perawatan Kesehatan


Masyarakat (Perkesmas). Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju. Jakarta. Vol 7 no 1

http://journals.stikim.ac.id/index.php/jiiki/article/view/233/170

Wijaya Agung. 2015. BAB II. Peran Kebencanaan. Universitas Muhammadiyah.

http://repository.ump.ac.id/256/3/Agung%20Wijaya_BAB%20II.pdf

Sepriani Mery. 2017. BAB II. Pengetahuan Keterampilan dan Kesiapan Perawat.
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

http://scholar.unand.ac.id/29854/2/BAB%20PENDAHULUAN.pdf

Machmud Rizanda. 2014. Peran Petugas Kesehatan Dalam Penanggilangan Bencana


Alam. Universitas Andalas.

https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/JIKP/article/view/142/113

Kartika Kalpana, dkk. 2018. Hubungan Pengetahuan Perawat Kemampuan Kebijakan


RS. Fase Respon Bencana IGD RS,. Yarsi Bukittinggi. STIKES Parintis Padang. Vol 1 no 1

https://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika/article/download/166/pdf

10

Anda mungkin juga menyukai