Oleh :
1941312009
Dosen Pembimbing:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
Sirosis hepatis merupakan penyakit kronis yang ditandai oleh obstruksi difus dan
regenerasi fibrotic sel-sel hepar. Karena jaringan yang nekrotik menghasikan fibrosis,
maka penyakit ini akan merusak jaringan hati serta pembuluh darah yang normal,
mengganggu aliran darah serta cairan limfe, dan pada akhirnya menyebabkan insufisiensi
hati. Sirosis hepatis ditemukan pada laki-laki dengan insidensi dua kali lebih sering
dibandingkan pada wanita dan khususnya prevalen di antara para penderita malnutrisi usia
di atas 50 tahun dengan alkoholisme kronis. Angka mortalitasnya tinggi dan banyak pasien
meninggal dalam lima tahun sejak awitan sirosis tersebut (Kowalak, 2011). Sedangkan
menurut (Price, Wilson, & Carty, 2006), Penyakit hati kronis ini dicirikan dengan destorsi
arsetektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi
sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal.
Menurut (Sudoyo, 2009), Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan
stadium akhir fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi
dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenerative. Sedangkan menurut (McPhee
& Ganong, 2010). Sirosis hati adalah penyakit kronis progresif dicirikan dengan fibrosis
luas (jaringan parut) dan pemberntukan nodul. Sorosis terjadi ketika aliran normal darah,
empedu dan metabolism hepatic diubah oleh fibrosis dan perubahan di dalam hepatosit,
duktus empedu, jalur vaskuler dan sel retikuler.
Sumber : Leanerhelp Image Liver
Untuk perbedaan hati yang sehat dengan yang sirosis dapat dilihat pada gambar berikut
2. Etiologi
Penyebab sirosis belum teridentifikasi jelas, meskipun hubungan antara sirosis dan minum
alkhol berlebihan telah ditetapkan dengan baik. Negara-negara dengan insidensi sirosis
tertinggi memiliki konsumsi alcohol per kapita terbesar. Kecenderungan keluarga dengan
predisposisi genetic, juga hipersensitivitas terhadap alcohol, tampak pada sirosis
alkoholik (McPhee & Ganong, 2010).
Menurut (Kowalak, 2011),sirosis hati dapat terjadi karenan berbagai macam penyakit.
Tipe klinis sirosis berikut ini mencerminkan etiooginya yang bergam.
Sirosis pasca nekrotik terdapat pada 10% hingga 30% pasien sirosis dan berasal dari
berbagai tipe hepatis (seperti hepatis virus tipe A, B, C, D) atau terjasi karena
intoksikasi.
Sirosis Laennec yagn juga dinamakan sirosis portal, sirosis nutrisional, atau sirosis
alcoholic merupakan tipe yang paling sering ditemukan dan terutama disebabkan oleh
hepatitis C serta alkoholisme. Kerusakan hati terjadi karena malnutrisi (khususnya
kekurangan protein dari makanan) dan kebiasaan minum alcohol yang menahun.
Jaringan fibrosis terbentuk di daerah porta dan di sekitar vena sentralis
Penyakit autoimun, sesperti sarkoidosis atau penyakit usus inflamatorik, yang kronis
dapat menyebabkan sirosis hepatis.
b. Penyakit kolestalik. Kelompok ini meliputi penyakit pada percabangan bilier (sirosis
bilier terjadi karena penyakit pada saluran empedu yang menekan aliran empedu) dan
kolangitis sklerosis
c. Penyakit metabolic. Kelompok ini meliputi gangguan seperti penyakit Wilson, alfa, -
antitripsin, dan hemokromatosis (sirosis pigmen).
d. Tipe sirosi lain. Tip sirosis hepatis yang meliputi sindrom Budd-Chiari (nyeri
epigastrium, pembesaran hati, dan asites akibat obstruksi vena hepatika) sirosis jantung
dan sirosis kriptogenik. Sirosis jantung merupakan penyakit yang langka; kerusakan hai
terjadikarena gagal jantung kanan. Kriptogenik berarti sirosis dengan etiologi yang
tidak diketahui.
3. Patofisiologi
Sirosis hepatis dimulai dengan pembentukan jaringan parut atau fibrosis. Parut atau
sikatriks ini berawal sebgai peningkatan komponen matrik ekstrasel, yaitu kolegen yang
membenruk fibril, proteoglikan, fibronektin, dan asam hialuronat. Lokasi pengendapan
kolagen bervariasi menurut penyebabnya. Fungsi hepatosis akhirnya akan terganggu
karena terjadi perubahan matriks. Sel-sel yangmenyimpan lemak diyakini sebagai sumber
pembentukan komponen matriks yang baru. Pengerutan sel-sel ini juga dpat turut
menimbulkan disrupsi arsitektur lobules hati dan obstruksi aliran darah ataupun getah
empedu. Perubahan seluler yang menghasilkan pita jaringan parut juga menghancurkan
struktur lobulus (Kowalak, 2011).
4. Manefestasi Klinis
Berikut ini merupakan tanda dan gejala menurut (Kowalak, 2011):
a. Respirasi-efusi pleura, ekspansi toraks yang terbatas karena terdapat asites dalam
rongga perut; gangguan pada efisiensi pertukaran gas sehingga terjadi hipoksia
b. System saraf pusat-tanda dan gejala ensafalopati hepatic yang berlangsung
progresif dan meliputi letargi perubahan mental, bicara pelo, asteriksi, neuritis
perifer, paranoia, halusinasi, somnolensia berat dan koma, yang semua terjadi
sekunder karena terganggunya proses perubahan ammonia menjadi ureum dan
sebagai akibatnya, senyawa ammonia yang toksik itu akan terbawa kedalam otak
c. Hematologic-kecenderungan berdarah (epistaksis, gejala mudah memar, gusi yang
mudah berdarah), splenomegali, anemia yan gdisebabkan oleh trombositopenia
(terjadi sekunder karena splenomegali serta penrunan absorbs vitamin K), dan
hipertensi porta
d. Endokrin-atrofi testis, ketidakteraturan haid, ginekomastia dan bulu dada serta
ketiak rontok akibat penurunan metabolism hormone
e. Kulit-pigmentasi yang abnormal, spider angioma (spider naevi), eritema
palmarum, dan gejala ikterus yang berhubungan dennga kerusakan fungsi hati;
pruritus hebat yang terjadi sekunder karena ikterus akibat hiperbilirubinemia,
kekeringan kulit yang ekstrem dan turgor jaringan yang buruk, yang semua ini
berhubungan dengan malnutrisi
5. Klasifikasi
Sirosis hepatis dapat disebabkan oleh intrahepatik dan ekstrahepatik, kolestasis, hepatitis
virus, dan hepatotolsin. Alkoholisme dan malnutrisi adalah dua factor pencetus utama
untuk sirosis Laennec. Sirosis pascanekrotik akibat hepatotoksin adalah sirosis yang paling
seing dijumpai. Ada empat macam sirosis yaitu:
a. Sirosis Laennec. Sirosis ini disebabkan ileh alkoholisme dan malnutrisi. Pada tahap
awal sirosis ini, hepar membesar dan mengeras. Namun, pada tahap akhir, hepar
mengecil dan nodular
b. Sirosis pascanekrotik. Terjadi nekrosis yang berat pada sirosis ini karena hepatotoksin
biasanya berasal dari hepatitis virus. Hepar mengecil denganbanyak nocul dan jaringan
fibrosa
c. Sirosis bilier. Penyebabnya adalah obstruksi empedu dalam hepar dan duktus koledukus
komunis (duktus sistikus)
d. Sirosis jantung. Penyebabnya adalah gagal jantung sisi kanan (gagal jantung kongestif)
e. (Mary Baradero, Mary Wilfrid Dayrit, & Yakobus Siswadi, 2008).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fungsi hepar abnormal:
Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT, dan AST (akibat dari destruksi jaringan
hepar)
Peningkatan kadar ammonia darah (akibat dari kerusakan metabolism protein)
PT memanjang (akibat kerusakan sintesis protombin dan factor pembekuan)
b. Biopsy hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan pemeriksaan
radiologis tidak dapat menyimpulkan
c. Scan CT, atau MRT di lakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dari
aliran darah hepatic
d. Elektrolit serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan hiponatremia (disebabkan
oleh peningkatan skresi aldosteron pada respons terhadap kekurangan volume cairan
ekstraseluler sekunder terhadap asites)
e. TDL menunjukkan penurunan SDM, hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan SDP
(hasil dari depresi sumsum sekunder terhadap kegagalan ginjal dan kerusakan
metabolisme nutrient)
f. Urinalisis menunjukkan bilirubinuria
g. SGOT, SGPT, LDH (meningkat)
h. Endoskopi retrograde kolangiopankreatografi (ERCP) obstruksi duktus koledukus
i. Esofagoskopi (varises) dengan barium esofagografi
j. Biopsy hepar & ultrasonografi
k. (Nurarif & Kusuma, 2015)
7. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi spesifik untuk sirosis. Tindakan medis diarahkan pada faktor-faktor
penyebab, seperti menangani alkoholisme, malnutrisi, obstruksi bilier, toksin, masalah
jantung, dan sebagainya. Tindakan medis yang lain disesuaikan pada tanda-tanda yang
timbul, misalnya:
Nama, tanggal lahir, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, alamat, nama ayah,
tanggal MICU, tanggal MRS, tanggal pengkajian, diagnosa medis, no.register,
b. Riwayat kesehatan :
i. Keluhan Utama
Keluhan utama biasanya klien datang dengannyeri pada abdomen, sesak na
pas, gangguan BAB dan BAK, keluhan dan dapat juga dengan atau tanpagej
ala klinik yang jelas. Keluhan yang akan timbul adalah kelemahan badan, ra
sa cepat payah yang makin menghebat, nafsu makan menurun, penurunan b
erat badan, badan menguning (ikterus), demam ringan, sembab tungkai dan
pembesaran perut (asites).
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat sekuder terhadap anoreksia.
4. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Ketidakefektifan pola NOC NIC
nafas berhubungan Rerpiratory status : Airway Management
dengan penurunan ventilation -Posiskan pasien untuk
ekspansi paru Respiratory status : memaksimalkan ventilasi
Airway patency -Auskultasi suara nafas, catat
Vital sign status adanya suara tambahan
-Atur intake untuk cairan
Criteria hasil mengoptimalkan
Mendemonstrasikan keseimbangan
batuk efektif dan -Monitor respirasi dan status
suara nafas yang o2
bersih, tidak ada -Pertahankan jalan nafas
sianosis dan dyspneu yang paten
Menunjukkan jalan -Atur peralatan oksigenasi
nafas yang paten -Monitor aliran oksigen
(klien tidak merasa -Pertahankan posisi pasien
tercekik, irama nafas, -Observasi adanya tanda-
frekuensi pernafasan tanda hipoventilasi
dalam rentang
normal, tidak ada Vital sign Monitoring
suara nafas abnormal) -Monitor TD, nadi, shu, dan
Tanda-tanda vital RR
dalam rentang normal -Monitor pola pernafasan
abnormal
-Monitor suhu, warna, dan
kelembapan kulit
2. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari tubuh Nutritional status Nutritional Management
berhubungan dengan Nutritional status : -Kaji adanya alergi makanan
intake yang tidak food and fluid -Kolaborasi dengan ahli gizi
adekuat sekuder Intake untuk menentukan jumlah
terhadap anoreksia Nutritional status : kalori dan nutrisi yang
nutrient intake dibutuuhkan pasien
Weight control -Anjurkan pasien untuk
meningakatkan protein dan
Criteria hasil vitamin c
Adanya peningkatan -Monitor jumlah nutrisi dan
berat badan sesuai kandungan kalori
dengan tujuan -Berikan informasi tentang
Berat badan ideal kebutuhan nutrisi
sesuai dengan tinggi
badan Nutritional Monitoring
Mempu -Monitor adanya penurunan
mengidentifikasi berat badan
kenutuhan nutrisi -Monitoring lingkungan
Tidak ada tanda-tanda selama makan
malnutrisi -Monitoring kulit kering dan
Menunjukkan perubahan pigmentasi
peningkatan fungsi -Monitor turgor kulit
pengecapan dari -Monitor mual dan muntah
menelan
Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti
3. Kelebihan volume cairan NOC NIC
berhubungan dengan Elekcttrolit and acid Fluid management
hipertensi portal base balance -Pertahankan catatan intake
sekunder terhadap sirosis Fluid balance dan output yang akurat
hepatis Hydration -Monitor hasi Hb yang
sesuai dengan retensi cairan
Criteria hasil (BUN, Hmt, osmolaritas
Terbebas dari edema, urin)
efusi anaskara -Monitor status
Bunyi nafas berish, hemodinamik termasuk
tidak ada CVP, MAP, PAP,dan PCWP
dyspneu/ortopneu -Kaji lokasi dan luas edema
Terbebas dari distensi - Monitor status nutrisi
vena jugularis, refleks -Kolaborasi pemberian
hepatojogular (+) diuretic sesuai intruksi
Memelihara tekanan -Kolaborasi dokter jika tanda
vena sentral, tekanan cairan berlebihan muncul
kapiler paru, output memburuk
jantung dan vital sign
dalam batas normal Fluid monitoring
Terbebas dari -Tentukian riwayat jumlah
kelelahan, kecemasan dan tipe intake cairan dan
atau kebingungan eliminasi
Menjelaskan indicator -Monitor berar badan
kelebihan cairan
4. Nyeri akut berhubungan NOC NIC
dengan inflamasi akut Pain level Pain management
Pain control - Lakukan pengkajian nyeri
Confort level secara komperhensif
termasuk lokasi,
Criteria hasil karakteristik, durasi,
Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan factor
nyeri (tahu penyebab presipitasi
nyeri, mampu -Observasi reaksi non verbal
menggunakan tehnik dari ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk -Control lingkungan yang
mengurangi nyeri, dapat mempengaruhi nyeri
mencari bantuan) seperti suhu ruangan,
Melaporkan bahwa pencahayaan dan kebisingan
nyeri berkurang -Kaji tipe nyeri dan sumber
dengan menggunakan nyeri untuk menentukan
manajemen nyeri intervensi
Mampu mengenali -Ajarkan teknik
nyeri (skala, intensita, nonfarmakologi
frekuensi dan tanda -Berikan analgetik untuk
nyeri) mengurangi nyeri
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri Analgesic administration
berkurang -Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosisi dan
frekuensi
-Cek riwayat alergi
5. Kerusakan integritas NOC NIC
kulit berhubungan Tissue integrity : skin Pressure management
dengan imobilitas and mucous -Anjurkan pasien untuk
sekunder terhadap Membranes menggunaan pakaian yang
kelemahan Hemodyalis akses longgar
-Hindari kerutan pada tempat
Criteria hasil tidur
Integritas kulit yang -Jaga kebersihan kulit afar
baik bisa tetap bersih dan lembut
dipertahankan -Mobilisasi pasien (ubah
(sensasi, elastisitas, posisi pasien) setiap dua jam
temperature, hidrasi, sekali
pigmentasi -Monitor kulit akan adanya
Tidak ada luka/lesi kemerahan
pada kulit -Oleskan lotion atau
Perfusi jaringan baik minyak/bay oil pada daerah
Menunjukkan yang tertekan
pemahaman dalam -Memandikan pasien dengan
proses perbaikan kulit sabun dan air hangat
dan mencegah
terjadinya cedera Insision site care
berulang -Monitor proses kesembuhan
Mampu melindungi area insisi
kulit dan -Gunakan preparat antiseptic,
mempertahankan sesuai program
kelembapan kulit
DAFTAR PUSTAKA
M.Black, J., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Mary Baradero, S. M., Mary Wilfrid Dayrit, S. M., & Yakobus Siswadi, M. (2008). Klien
Gangguan Hati : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Nurdjanah, S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
Price, S. A., Wilson, & Carty, L. M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart Edisi 8
Sudoyo, A. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publising.