Anda di halaman 1dari 88

UNIVERSITAS INDONESIA

Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan


Masyarakat Di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD)
Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

YUDI ELYAS, S.Kep.


1006823620

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Kesehatan


Masyarakat Di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD)
Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Ners Keperawatan

YUDI ELYAS, S.Kep


1006823620

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Yudi Elyas, iS.Kep


Universitas Indonesia
NPM : 1006823620
Tanda Tangan :

Tanggal : 4 Juli 2013


HALAMAN PENGESAHAN

KIA-N ini diajukan oleh :


Nama : Yudi Elyas, S.Kep
NPM : 1006823620
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul KIA : Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan
Masalah Kesehatan Masyarakat Di Perkotaan:
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Mel
Atas RSUP Persahabatan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diter


sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleeh gelar
Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Il
Keperawatan, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Efy Afifah, S.Kp., M.Kes (

NIP : 196805111993032002

Penguji : Ns. O. Rohana, S.Kep (


NIP : 196303111983032002

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 4 Juli 2013

ii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penulisan karya ilmiah akhir
ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas
akhir dalam mencapai gelar Ners Ilmu Keperawatan. Saya menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai
penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyele saikan
karya ilmiah akhir ners ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih ke pada:
1. Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan F akultas
Ilmu Keperawatan;
2. Ibu Efi Afifah, S.Kp., M.Kes selaku dosen pembimbing karya ilmiah akh ir ners
yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan arahan serta masukan dalam
penyusunan karya ilmiah akhir ners ini
3. Bpk. I Made Kariasa S.Kp, M.Kep, Sp KMB selaku dosen pembi mbing
pemintana keperawatan medikal bedah yang telah menyediakan waktu, tenaga,
pikiran dan arahan serta masukan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ne rs ini;
4. Bapak Ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia yang telah berkontribusi memberikan materi selama perkuliahan dan
praktikum berlangsung.
5. Teman sepembimbing dan seperjuangan dan kelompok KKMP peminatan KMB
di Rumah sakit persahabatan khususnya di Ruang melati Atas yang sen antiasa
bersama selama proses bimbingan karya ilmiah akhir ners, saling memberikan
dukungan dan bertukar informasi selama penyusunan karya ilmiah akhir ne rs ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ners ini dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, 4 Juli 2013


Penulis

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Yudi Elyas S.Kep
NPM : 1006823620
Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi p engembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Unive


rsitas
Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya
ilmiah
saya yang berjudul:

Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan Masyara


kat Di
Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati Atas RSUP Persaha
batan

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eklus
if ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam
bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selam
a tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 4 Juli 2013


Yang menyatakan,

(Yudi Elyas S.Kep)

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


ABSTRAK

Nama : Yudi Elyas S.Kep


Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Kesehatan Masyarakat
Di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati Atas
RSUP.Persahabatan

Dema m berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit masyarakat di per kotaan.
DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Manifestasi klinis infek si virus
dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam de ngue,
demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai oleh
empat manifestasi klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan (terutama kulit),
hepato megali, dan tanda kegagalan sirkulasi. Karya ilmiah ini merupakan laporan ilmiah
mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan masyarakat perkotaan ;
DBD. mplementasi
I dilakukan pada Klien yang dirawat selama 8 hari di ruang rawat penyakit
dalam Melati Atas RSUP Persahabatan. Jumlah masalah keperawatan yang diangkat adalah
pening katan suhu tubuh, risiko defisit volume cairan, risiko perdarahan dan risiko gangguan
pemen uhan kebutuhan nutrisi. Masalah keperawatan tersebut teratasi sampai hari ke-8
perawatan.

Kata kunci: Wilayah Endemik DBD, Vektor, Pejamu, Lingkungan.


ABSTRACT

Name : Yudi Elyas S.Kep


Study Program : Nursing
Title : Nursing Care In Client With Dengue Hemorrhagic Fever at Public
Health Problem In Urban Communities, Melati Atas RSUP. Persahabatan

Deng ue hemorrhagic fever (DHF) is a disease in urban communities. Dengue is an inf ectious
diseasecaused by the dengue virus. Clinical manifestations of dengue virus infection m ay be
asymptomatic or may not be a typical fever, dengue fever, dengue hemorrhagic fever or dengue
shock syndrome. Dengues hemorrhagic fever is characterized by four major clinical
manifestations are high fever, hemorrhagic manifestations (especially the skin), hepato megaly,
and a sign of circulatory failure. This paper discuss about the nursing care to clients with health
proble ms of urban communities; DHF. Implementation is done on client who were treate td for 8
days aMelati Atas ward, Persahabatan Hospital. Number of nursing problems ar e body
temperature is increased, the risk of fluid volume deficit, risk of bleeding and the risk of
impaired nutritional needs. Nursing problem is solved until the 8th day care.

Keywords: Endemic dengue region, vector, host, environment.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
HALAMAN PENGESAHAN . iii
KATA PENGANTAR... iv
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFT AR ISI. viii

BAB1 : PENDAHULUAN...........................................................................
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Tujuan Penulisan.... 3
1.3 Metode Penulisan.............3
1.4 Sistematika Penulisan. 3

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................


2.1 Letak Demografis Indonesia...... 5
2.2 Epidemiologi dan Masalah Kesehatan di masyarakat
Indonesia........ 5
2.3 Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue (DBD)... 9
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Demam Berdarah
Dengue ...................23

BAB 3 : TINJAUAN KASUS...........................................................................36


3.1 Kasus Pemicu.................................................................................36
3.1..............................................................Pengkajian Keperawatan. 36
3.2..................................................................................Analisa Data 39
3.3..................................................................Diagnosa Keperawatan 40
3.4................................................................Intervensi Keperawatan. 41
3.5..................................................................Evaluasi Keperawatan. 46

BAB 4 : PEMBAHASAN....... 66
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN.... 74
DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat terjadi pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam (Soeparman, 2006). DBD disebabkan oleh
Arbovirus (Arthropodborn Virus) melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes
Albopictus dan Aedes Aegepty). Tanda dan gejala penyakit DBD adalah :
meningkatnya suhu tubuh, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri, sesak nafas, batuk,
epistaksis, nafsu makan menurun, mual, muntah, petekie, ekimosis, purpura,
perdarahan gusi, hematemesis, hematuria masif, melena dan syok.

Penyebaran DBD sangat mudah dan dapat menjadi wabah di suatu lingkun gan
tertentu. Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik b arat
dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh
wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100. 000
penduduk. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk ge nus
Aedes. Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan
tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.

Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah keseh atan
masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderita dan
penyebarannya yang sejalan dengan arus transfortasi dan kepadatan pendu duk.
Data dari Depkes RI tahun 2010 mencantumkan peningkatan jumlah kasus D BD,
pada tahun 2008 137.469 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009 dan
sekitar 140.000 kasus di Indonesia pada tahun 2010. Peningkatan dan penyebaran
kasus DBD tersebut kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang
tinggi, perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan
dan distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya yang masih
memerlukan penelitian lebih lanjut (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


Jakarta merupakan kota ke-dua setelah Bali yang menyumbang angka kejadian
DBD tertinggi di Indonesia. Intensitas hujan serta cuaca yang tak menentu di
wilayah DKI Jakarta, menyebabkan tingginya angka potensi gangguan kesehatan
bagi masyarakat, terutama penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD). Kepala
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Safarudin mengungkapkan, hingga
pertengahan Februari 2013, telah mendapat laporan dari rumah sakit bahwa
terdapat 433 pasien DBD di Jakarta Timur. Dua pasien di antaranya diketahui
meninggal dunia. Jumlah tersebut melonjak lebih dari 20 persen dari periode
angy
sama pada tahun 2012 lalu, yakni sebanyak 355 pasien. (Compas.c om, KI
D di kni KI
26 Februari 2013). Berdasarkan incidence rate secara nasional, Provinsi apaiD
Jakarta berada di peringkat kedua setelah Provinsi Bali. Incidence rate DB
DKI Jakarta sebesar 202,4 per 100.000 penduduk atau jauh dari target, ya
kurang dari 150 per 100.000 penduduk. Namun, dilihat dari jumlah kasus, D
Jakarta lebih tinggi. Pada tahun 2010, jumlah kasus di DKI Jakarta menc
18.006 dan kasus ditemukan hampir di seluruh wilayah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus DBD gan yaitu perkemban


lim, ram ebih mas
wilayah perkotaan, peningkatan mobilitas, kepadatan penduduk, perubahan ik aya erta ang atan
lian
kurangnya peran serta masyarakat, dan termasuk lemahnya upaya prog
pengendalian DBD, sehingga upaya program pengendalian DBD perlu l
mendapat perhatian terutama pada tingkat Kabupaten/Kota dan Puskes
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Peran serta masyarakat dalam up
penanggulangan DBD menjadi fakor penting dalam penularan DBD. Peran s
masyarakat dapat meningkatkan peran dan kemandirian masyarakat dalam bid
kesehatan. Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan derajat keseh
masyarakat. Upaya pemberantasan DBD salah satunya dengan pengenda
vektor melalui surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992,
bahwa kegiatan PSN dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir
oleh RT/RW dalam bentuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan pesan
inti 3M Plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur pada
keberadaan vektor yaitu dengan mengukur Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila

Universitas Indonesia
ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau
dikurangi (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Kegiatan mengukur keberadaan
vektor dilakukan oleh peran serta masyarakat yang telah dikoordinir oleh RT/RW
dan tenaga kesehatan yang telah dilantik menjadi kader.

Penatalaksanaan DBD membutuhkan penanganan yang tepat dalam rangka


mengatasi penyebaran DBD. Asuhan keperawatan yang dilakukan tidak hanya
berfokus kepada masalah saat klien sakit dan dirawat namun juga melihat aspek
lingkungan dan pola kebiasaan di rumah seperti kebersihan lingkungan, tem pat-
tempat yang menyebabkan genangan air serta kebiasaan menggantungkan baju
sembarangan. Asuhan keperawatan diawali dengan cara sistematis dan
berkesinambungan untuk memperoleh data dasar yang akurat. Hasil pengkajian
yang dilakukan diperlukan untuk menyelesaikan masalah keperawatan dan
kesembuhan bagi klien dengan DBD. Setelah pengkajian maka ditegakkan
diagosa keperawatan lalu menyusun rencana tindakan (intervensi) seb agai
panduan dalam melakukan tindakan keperawatan (implementasi). Proses
keperawatan berikutnya adalah evaluasi keperawatan untuk menilai keberhasilan
dari asuhan keperawatan yang dilakukan kepada klien.

2. Tujuan Penulisan Laporan


a. Tujuan umum
Memberikan gambaran secara umum asuhan kepererawatan pasien den gan
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan laporan ini adalah memberikan gambaran :
1) Mengenai konsep dasar Demam Berdarah Dengue
2) Mengenai hubungan penyakit DBD dengan masalah
kesehatan di perkotaan
3) Mengenai konsep asuhan keperawatan pada klien Demam
Berdarah Dengue.
4) Mengenai tinjauan kasus asuhan keperawatan pada klien
Demam Berdarah Dengue.

Universitas Indonesia
3. Metode Penulisan
Dalam makalah ini penulis menggunakan metode penulisan deskritif melalui
pendekatan studi kepustakaan atau literatur dengan mencari sumber sumber
data dan melakukan pengkajian dari berbagai referensi mengenai Demam
Berdarah Dengue.

4. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 4 (empat) BAB :
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Tinjauan Pustaka
BAB III : Tinjauan Kasus
BAB IV : Penutup / Kesimpulan
Daftar Pustaka

Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Letak Demografis Indonesia

Iklim di indonesia ditentukan oleh letak geografisnya yang diapit oleh benua
eurasian di sebelah utara dan benua Australia di sebelah Selatan. Selain itu
dibatasi juga oleh samudra Pasifik di sebelah timur dan samudera Hindia di
sebelah Barat, sehingga sangat berperan pentig dalam variabilitas dari ikli m di
Indonesia.

Iklim dan cuaca juga memiliki peranan yang penting baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap penyebaran, pemencaran dan perilaku serangga.
Salah satu dari serangga adalah Aedes Agepty. Sehingga iklim dan cuaca
berpengaruh terhadap penyebaran / distribusi penyakit DBD.

2.2. Epidemiologi dan Masalah Kesehatan di Masyarakat

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan
sub-tropis, dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Terhitung sejak tahun 1968 hingga
tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit DBD
sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama di Indonesia, karena jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Universitas Indonesia
semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh wilayah
tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk.
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes.
Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.

Faktor yang berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu :

1. Vector; perkembang biakan vector, kebiasaan menggigit, kepadatan vecto r di


lingkungan, transportasi vector dari satu tempat ke tempat lain
2. Pejamu; terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan pap aran
nyamuk, usia dan jenis kelamin.
3. Lingkungan; curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.

Faktor Agent (Penyebab)


Agent yaitu semua unsure atau elemen hidup dan mati yang kejadiran atau
ketidakhadirannya, apabila diikuti dengan kontak yang efektif dengan man usia
rentan dalam keadaan yang memungkinkan akan menjadi stimulus untuk mengisi
dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Dalam hal ini yang men jadi
agent dalam penyebaran DBD adalah virus dengue.
Factor host (penjamu)
Faktor host atau penjamu yang dimaksud adalah manusia yang kemugkinan
terpapar terhadap penyakit DBD. Factor host antara lain umur, ras, social
ekonomi, cara hidup, ststus perkawinan, hereditas, nutrisi dan imunitas. Dalam
penularan DBD factor manusia erat kaitannya dengan perilaku dan mobi litas
penduduk.

a. Kelompojk umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan


penyakit. Beberapa penelitian menunujukkan bahwa kelompok umur yang
paling banyak diserang DBD adalah kelompok umur < 15 tahun (depkes RI
1992), yang semakin besar adalah usia sekolah.

Universitas Indonesia
b. Kondisi social ekonomi akan mempengaruhi perilaku dalam
mempercepat penularan penyakit DBD. Seperti kurangnya pendingin (AC)
di dalam rumah sehingga membuat masyarakat terbiasa untuk duduk-
duduk dui luar rumah pada pagi dan sore hari yang merupakan waktu
yang pas nyamuk Aedes Aegepty mencari mangsanya (Gubler,1988).
c. Tingkat kepadatan penduduk akan memudahkan penularan DBD
karena berkaitan dengan jarak terbang nyamuk sebagai vektornya. Dari
beberapa
hasil penelitian menunjukkan kejadian epidemic DBD banyak terjadi p ada
daerah yang berpenduduk padat.
d. Imunitas adalah daya tahan tubuh terhadap benda asing atau system
kekebalan. Jika system kekebalan tubuh rendah atau menurun, maka dengan
mudah tubuh akan terkena penyakit.
e. Ststus gizi diperoleh dari nutrient yangdiberikan. Secara umum kekurangan
gizi akan berpengaruh terhadap daya tahan dan resp[on imunologis terhadap
penyakit
Faktor lingkungan
Factor lingkungan diklasifikasikan menjadi lingkungan fisik, lingkungan kim ia,
lingkungan biologi dan lingkungan social ekonomi.
1) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik mencakup keadaa iklim yang terdiri dari curah hujan,uhu
s
ban
udara, kelembaban udara sehingga nyamuk sangat rentan terhadap kelemba
dap ring
rendah. Spesies nyamuk yang mempunyai habitat hutan lebih rentan terha
perubahan kelembaban daripada spesies yang mempunyai habitat iklim ke
(Sukowati,2004).
2) Sinar matahari
Pada umumnya sinar matahari berpengaruh terhadap aktivitas nyamuk da lam

mencari makan dan beristirahat. Spesien nyamuk mempunyai variasi dalam


pilihan intensitas cahaya untuk aktivitas terbang, menggigit dan pilihan tempat
istirahat (sukowati, 2004).
3) Angin
Kecepatan angin secara tidak langsung mempengaruhi suhu udara. Sedangkan
pengaruh langsung dari kecepatan angin yaitu kemampuan terbang. Apabila

Universitas Indonesia
kecepatan angin 11-14 m/ detik akan menghambat aktivitas terbang nyamuk
(Vanleeuwen,1999). Nyamuk aedes aegepty mempunyai jarak terbang yang
paling efektif 50-100 mil atau 81-161 Km (Brown,1983).
4) Lingkungan kimia
Air adalah materi yang sangat penting dalam kehidupan. Air merupakan habitat
nyamuk pradewasa dan berperan penting dalam proses perkembangbiakan
nyamuk. Penyakit dapat dipengaruhi oleh perubahan penyediaan air. Salah satu
diantaranya adalah infeksi yang ditularkan oleh serangga yang bergantung pada
air seperti aedes aegepty dapat berkembang biak pada air denagn PH normal
6,5 9 (Sudrajat,1990)
5) Lingkungan biologi
Lingkungan biologi berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit menular.Hal
enis
yang berpengaruh antara lain jenis parasit, ststus kekebalan tubuh penduduk, j ang
dan populasi serta potensi vector dana adanya predator dan populasi hewan y
ada (Sukowati,2004).
6) Lingkungan social ekonomi
Secara umum faktor yang berkaitan dengan lingkungan social ekonomi adalah :
a) Kepadatan penduduk akan mempengaruhi terhadap ketersediaan makanan dan
kemudahan dalam penyebaan penyakit
b) Kehidupan social seperti perkumpulan olahearaga, fasilitas kesehatan, fasi litas
pendidikan, fasilitas ibadah dan lain sebagaianya
c) Stratifikasi social berdasarakan tingkat pendidikan, pekerjaan, etnis dan
sebagaianya
d) Kemiskinan, biasanya berkairtan dengan malnutrisi, fasilitas sanitasi y ang
tidak memadai yang secara langsung merupakan factor peninjang da lam
proses penyebaran penyakit menular
e) Keberadaan dan ketersediaan fasilitas kesehatan.

Keberhasilan pemberantasan DBD di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor


antara lain perilaku penduduk, tenaga kesehatan, sistem peringatan dini oleh
pemerintah, resistensi nyamuk terhadap insektisida, serta alokasi dana. Dalam
perilaku penduduk, Sebagian besar penduduk Indonesia belum menyadari
pentingnya memelihara kebersihan lingkungan. Salah satu masalah yang umum
Universitas Indonesia
ditemukan adalah rendahnya kesadaran penduduk untuk menjaga agar tidak
terdapat wadah-wadah yang dapat menampung air di lingkungan tempat
tinggalnya. Hal itu terutama menjadi masalah pada musim hujan. Akibatnya,
terjadi peningkatan kasus DBD selama musim hujan. Kebiasaan lain yang turut
menghambat pemberantasan DBD adalah tidak menguras bak mandi secara benar
dan teratur. Pengurasan umumnya hanya dilakukan dengan mengganti air tanpa
menyikat dinding bak mandi. Cara tersebut tidak efektif karena telur Aedes
aegypti tetap melekat di dinding bak mandi. Telur Aedes aegypti dapat bertahan
hingga enam bulan sehingga jika tidak dihilangkan akan terus melanjutkan siklus
hidupnya.

Menurut Departemen Kesehatan RI, tempat penampungan yak air yang ban
digunakan adalah bak mandi, tempayan, drum dan tangki air, ada buatgelas
tempat dan pukai alah mik. kan
idak
dispenser. Umumnya, penduduk Indonesia menggunakan bak mandi yang ter
dari semen. Dinding bak mandi yang terbuat dari semen bersifat kasar, gelap,
mudah menyerap air. Dinding tempat penampungan air seperti itu sangat dis
Aedes aegypti. Tempat penampungan air yang tidak disukai Aedes aegypti ad
yang dindingnya licin, tidak menyerap air dan terang misalnya kera
Berdasarkan hal tersebut masyarakat perlu diberikan informasi agar mengguna
tempat penampungan air yang dindingnya licin, berwarna terang (putih) dan t
menyerap air (Sungkar, 2007).

2.3 Konsep dasar Demam Berdarah Dengue (DBD)


2.3.1 Pengertian
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut y ang
disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes
gan
albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam rin
sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian,
hingga perdarahan spontan (WHO, 2010).

2.3.2 Penyebab
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam
genus flavavirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam
6
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x10 .

Universitas Indonesia
1

Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Ke-
empat serotip ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotip
terbanyak.

2.3.3 Manifestasi klinis dan perjalanan penyakit

Asimptomatik Simptomatik

Differentiated Dengue Fever Dengue haemorragic feve


Fever Syndrome

Without haemorrahage with Haemorrahage No shock DSS

Dengue Fever DHF

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik, atau d


berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue
sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai oleh empat manifest
klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan (terutama ku
hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi (World Health Organisation, 19
Yang membedakan DBD dengan demam dengue (DD) adalah, pada D
ditemukan permeabilitas pembuluh darah yang tinggi, hipovolem
hipotensi,trombositopenia dan diathesis hemoragik.

Fase prarenjatan diawali dengan nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi se
hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah dan berkeringat. Muntah dan nyeri abdo
persisten meski tidak masuk kriteria WHO juga perlu diwaspadai. Sering
terdapat perubahan dari demam menjadi hipotermia disertai berkeringat serta
perubahan status mental (somnolen atau iritabilitas).

Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan 2 atau lebih
manifestasi klinis berikut :
1. Nyeri kepala

Universitas Indonesia
2. Nyeri retro orbital
3. Mialgia/atralgia
4. Ruam kulit
5. Manifestasi perdarahan (petekie/uji bendung positif)
6. Leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif

Demam berdarah dengue


Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila hal dibawah ini
dipenuhi :
Demam, riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :
- Uji bendung positif
- Petekie, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa
- Hematemesis atau melena
Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul)
Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
- Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar usia dan jenis kelami n
- Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan, dibanding kan
dengan nilaihematokrit sebelumnya.
- Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.

Dengue Shock Syndrom (DSS)


Sindrom Renjatan Dengue (SRD) atau dengue shock syndrome (DSS) adalah
manifestasi renjatan yang terjadi pada penderita DBD derajat III dan IV (Worl
Health Organisation, 1997). Kebanyakan pasien memasuki fase SRD pada d
saat
atau setelah demamnya turun yaitu antara hari ke 3-7 setelah onset gejala. Pada
saat tersebut penderita dapat mengalami hipovolemi hingga lebih dari 30% dan
dapat berlangsung selama 24-48 jam.

Disamping ditemukannya demam, manifestasi perdarahan, trombositipenia, dan


tanda perembesan plasma, pada penderita DBD yang mengalami renjatan juga
terdapat tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab dan dingin, sianosis

Universitas Indonesia
sirkumoral, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi rendah, hipotensi, serta penurunan
status mental. Pada keadaan ini curah jantung menurun dan menyebabkan iskemia
jaringan, sehingga menimbulkan hipoksia jaringan bersangkutan.

Metabolisme anaerob yang terjadi selanjutnya, mengakibatkan akumulasi asam


laktat dan berujung pada keadaan asidosis metabolik. Asidosis yang tidak segera
mendapat koreksi akan segera memicu terjadinya pembekuan intravaskuler
menyeluruh (PIM) atau DIC (Robbins dan Kumar, 1995).

2.3.4 Klasifikasi DBD menurut WHO


DD/
Derajat Gejala Laboratorium
DBD
DD Demam disertai 2 atau lebih Leukopenia Serologi
tanda : sakit kepala, nyeri Trombositopenia, tidak dengue
retro orbital, mialgia, ditemukan kebocoran positif
artralgia. plasma
DBD I Gejala diatas ditambah uji Trombositopenia Serologi
bendung positif (<100.000/ul), bukti dengue

ada kebocoran plasma positif

Trombositopenia
DBD II Gejala diatas ditambah (<100.000/ul), bukti Serologi

perdarahan spontan ada kebocoran plasma dengue


positif
Trombositopenia
DBD III Gejala diatas ditambah (<100.000/ul), bukti Serologi

kegagalan sirkulasi (kulit dengue


ada kebocoran plasma
dingin, lembab serta positif
Trombositopenia
gelisah)

DBD IV Syok berat disertai dengan (<100.000/ul), bukti Serologi


tekanan darah dan nadi ada kebocoran plasma dengue
tidak terukur positif

Universitas Indonesia
2.3.5 Patofisiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplement sehingga terjadi komplek
imun Antibodi virus. Pengaktifan tersebut akan membentuk dan melepaskan zat
(3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2
di Hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi instabil yaitu hipertermia yang
akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovole mi.
Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pemb uluh
darah menyebabkan kebocoran palsma.

Adanya komplek imun antibodi virus juga menimbulkan Agregasi trombosit


sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga
hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock
dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis
metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang
akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun
jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.

Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama
dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan
tubuh manusia sebagai reaksi terhadap infeksi dan terjadi : (1) aktivasi sistem
komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan
peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang
intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan
ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan
terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel
endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler;
(2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan
kuagulopati.(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).

Universitas Indonesia
Perubahan patofisiologi pada DBD yang sudah diketahui antara lain perubahan
pada vaskuler, trombosit, koagulasi dan imunologi. Pada perubahan vaskuler
terjadi kerapuhan pembuluh darah dan kenaikan permeabilitas kapiler. Trombosit
pada fase awal penyakit akan terjadi gangguan fungsi, kemudian menyusul
trombositopenia, gangguan agregasi, penurunan betathromboglobulin, kenaikan
PF4 dan umurnya memendek.

Koagulopati yang terjadi berupa penurunan sejumlah faktor koagulasi, dan terjadi
pula koagulasi intravaskuler. Perubahan imunologi seluler dan humoral antaralain
munculnya leukopenia, aneosinofilia, limfosit plasma biru, penurunan limfosit T
dan kenaikan limfosit-B, peningkatan imunoglobulin dan komplek imun. Saat ini
terdapat banyak teori patogenesis DHF yang menunjukkan belum jelas
patogenesis yang sesungguhnya. Patogenesis tersebut antara lain infeksi sekunder
yang berturutan dengan tipe virus yang lain, yang ada hubungannya dengan ADE,
IgM dan makrofag, teori virulensi virus, teori trombosit-endotel, dan t eori
mediator.

Vaskulopati ditandai dengan terjadinya kerapuhan pembuluh darah dan


peninggian permeabilitas kapiler. Kerapuhan pembuluh darah dibuktikan dengan
uji tourniquet atau Rumpel Leede atau uji Hess. Uji ini mungkin positif meskipun
waktu perdarahan normal. Permeabilitas kapiler yang meningkat menyebabkan
protein plasma dan cairan dari intravaskuler bocor ke ektravaskuler. Hal ters ebut
terbukti dengan timbulnya hemokonsentrasi, efusi pleura, ascites, edema,
hipoproteinemia terutama hipoalbuminemia.

Biopsi pada bercak merah di kulit menunjukkan adanya edema perivaskuler p ada
mikrovaskulatur terminal di daerah papila kulit, dengan infiltrasi limfosit dan
monosit. Di daerah ini dapat ditemukan antigen dengue, deposit kompole men,
imunoglobulin dan fibrinogen. Pada fase awal timbul vaskulopati dan disfungsi
trombosit, selanjutnya muncul trombositopenia. Fungsi trombosit yang terganggu
berupa penurunan agregasi, kenaikan platelet faetor 4 (PF4) dan penurunan
betathromboglobulin (BTG) disertai memendeknya umur trombosit.

Agregasi trombosit dihambat oleh adanya kompleks imun yang terdiri atas antigen
virus dengue dengan antiodi anti dengue di dalam plasma atau dihambat oleh

Universitas Indonesia
fibrinogen degradation product (FDP). Trombositopeni pada DHF dapat
disebabkan karena adanya komplek imun di permukaan trombosit. Komplek imun
tersebut akan menyebabkan rusaknya trombosit yang kemudian akan diambil hati
dan lien. Trombositopeni dapat juga terjadi karena depresi sumsum tulang dan
konsumsi yang berlebihan di sirkulasi.

Koagulopati dibuktikan dengan adanya penurunan faktor fibrinogen, faktor V,


VII, VIII, X dan XII. Pada DHF fase akut terjadi koagulasi intravaskuler dan
fibrinolisis. Telah dibuktikan adanya pemanjangan partial thromboplastin time
(PTT), perpanjangan thrombin time, penurunan fibrinogen dan kenaikan FDP
hersama-sama dengan penurunan antithrombin IIi, alfa-2 antiplasmino gen.
Koagulasi intravaskuler ini terutama pada DSS.

Perubahan imunologik pada DHF terdiri atas perubahan imunologik humoral dan
seluler. Perubahan humoral dapat dibuktikan dengan terbentuknya antibodi IgG
yang dipakai sebagai dasar uji haemaglitinasi inhibition (HI) dan Dengue Blot,
dan IgM yang pada umumnya dideteksi dengan IgM Elisa Capture. Se lain
komplek imun IgG dan IgM, juga ada komplek imun IgA dan IgE. Peruba han
imunologik seluler adalah terjadinya leukopeni pada fase akut dise rtai
aneosinofili, kenaikan monosit dan basofili. Limfosit-T menurun dan limfos it-B
meningkat pada fase akut.

Peranan Makrofag

Makrofag adalah salah satu sel target pada infeksi dengue. Pembiakan virus
terjadi di dalam sel ini, semakin banyak makrofag yang diinfeksi virus makin
berat penyakit yang timbul. Berat ringan penyakit dapat diduga dipengaruhi
secara genetis, yaitu dengan cara membantu atau menghambat pertumbuhan virus
dalam monosit. Di Kuba mononuklear orang kulit putih lebih peka dari pada
orang kulit
hitam.

Peranan IgM

IgM akan muncul pada fase awal penyakit yang dimulai pada hari keempat.
Infeksi sekunder tidak selalu menimbulkan dengue berat, dengue berat hanya
muncul pada 1-3% kasus. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian itu

Universitas Indonesia
adalah IgM spesifik terhadap dengue. IgM yang bersifat netralisasi dapat
berikatan dan menetralisasi infeksi sekunder sehingga mencegah timbulnya sakit
yang berat. Bila IgM tidak cukup, maks timbul peningkatan IgG yang akan
menghasilkan dengue bentuk yang berat.

Perubahan patofisiologi mayor yang ditemukan pada kasus-kasus di atas berkisar


pada pertama, peningkatan permeabilitas vaskuler yang mengakibatkan

abnormalitas sistem hemostasis akibat vaskulopati, trombositopenia


koagulopati. Hal ini menyebabkan berbagai manifestasi perdarahan y
mengancam kehidupan penderita.

PATOFLOW TERJADINYA SYOK PADA DHF

Arbovirus
(dibawa oleh nyamuk aedes agegypti)

Infeksi virus dengue Hipertermi


( Viremia)

Aktivasi system komplemen

Membentuk dan melepaskan zat C3a dan


C5a

Permeabilitas membrane meningkat

Agregasi trombosit Kerusakan endotel


Sesak nafas, mual dan muntah

2.3.6 Fase DBD


Gangguan ANOKSIA Meninggal
menurut WHO
perfusi jaringan 2009, dikatakan bahwa DBD memiliki beberapa fase yaitu fase
febris dapat berlangsung sekitar 2-7 hari disertai dengan gejala lainnya, Fase
Kritis dan fase pemulihan, Seperti yang terlihat dalam gambar dibawah ini :

1. Fase demam
Pasien biasanya mengalami demam tinggi yang tiba-tiba. Fase demam
biasanya berlangsung 2-7 hari dan sering disertai dengan kemerahan pada wa
eritema kulit, sakit badan, mialgia, arthralgia dan sakit kepala. Beberapa pa
mungkin memiliki sakit tenggorokan faring, noreksia, mual dan muntah.
tersebut bisa sulit untuk membedakan secara klinis dari demam berdarah non
dengue penyakit pada fase awal demam. Tes tourniquet positif dalam fase
meningkatkan probabilitas dengue. Selain itu, fitur klinis tidak dapat dibedakan
antara kasus demam berdarah parah dan tidak parah. Oleh karena itu pemantauan
untuk peringatan tanda-tanda dan parameter klinis lainnya adalah penting untuk
mengenali perkembangan ke fase kritis. Mild manifestasi perdarahan seperti
membran petechiae dan perdarahan mukosa (mis. hidung dan gusi). Massive
pendarahan vagina (pada wanita usia subur) dan perdarahan gastrointestinal dapat

Universitas Indonesia
terjadi selama tahap ini tetapi tidak umum terjadi. Hepar sering membesar setelah
beberapa hari demam. Kelainan paling awal dalam jumlah darah lengkap adalah
penurunan progresif dalam sel putih yang harus waspada dokter untuk
kemungkinan demam berdarah tinggi.
2. Fase Kritis
Terjadi pada saat penurunan suhu badan sampai normal. Saat suhu turun menjadi
37,5-38 C atau kurang dan tetap di bawah tingkat ini, biasanya pada hari 3-7
penyakit terjadi peningkatan kapiler permeabilitas secara paralel dengan tingkat
hematokrit meningkat yang menandai awal fase kritis. Periode kebocoran plasma
kuti an
klinis signifikan biasanya berlangsung 24-48 jam. leukopenia Progresif dii
dengan penurunan cepat dalam jumlah trombosit biasanya mendahului kebocor
plasma.
Pada titik pasien tanpa peningkatan permeabilitas kapiler akan aik,memb
ruk iasi.
sementara dengan peningkatan permeabilitas kapiler dapat menjadi lebih bu ajat USG
asar
sebagai Hasil volume plasma yang hilang. Tingkat kebocoran plasma bervar
Efusi pleura dan asites mungkin secara klinis terdeteksi tergantung pada der
kebocoran plasma dan volume terapi cairan. Oleh karena itu dada x-ray dan
perut bisa bermanfaat alat untuk diagnosis. Tingkat kenaikan atas d
hematokrit sering mencerminkan tingkat keparahan kebocoran plasma.
Shock terjadi ketika volume kritis plasma hilang melalui kebocoran. ring
Hal ini se
didahului oleh tanda-tanda awal. Suhu tubuh dapat di bawah normal ocksaat
fusishular kan ama
sien
terjadi. Dengan shock yang berkepanjangan, hasil organ konsekuensi hipoper
di progresif organ penurunan, asidosis metabolik dan koagulasi intravasc
disebarluaskan. Ini pada gilirannya menyebabkan perdarahan parah menyebab
hematokrit turun dan menjadi shock berat. Leukopenia biasanya terlihat sel
fase demam berdarah, total jumlah sel darah putih dapat meningkat pada pa
dengan pendarahan hebat.
3. Fase Pemulihan
Jika pasien bertahan pada fase kritis 24-48 jam, reabsorpsi bertahap
kompartemen cairan ekstravaskuler terjadi dalam 48-72 jam berikutnya. Pada
umumnya pasien kembali mempunyai nafsu makan, gejala gastrointestinal
mereda,status hemodinamik stabil dan diuresis terjadi kemudian. Beberapa pasien

Universitas Indonesia
mungkin memiliki ruam dari "pulau-pulau putih di laut merah. Beberapa mungkin
mengalami pruritus umum. Bradikardi dan perubahan elektrokardiografi biasa
terjadi selama tahap ini.
Hematokrit yang stabil atau mungkin lebih rendah karena efek pengenceran yang
diserap cairan. Jumlah sel darah putih biasanya mulai naik segera setelah
penurunan suhu badan sampai yg normal tetapi pemulihan jumlah trombosit
biasanya lebih dari itu dari jumlah sel darah putih. Distress pernapasan dari efusi
pleura masif dan ascites akan terjadi pada setiap saat jika cairan intravena yang
berlebihan telah diberikan. Selama kritis dan / atau pemulihan fase, terapi cairan
yang berlebihan berhubungan dengan edema paru atau kongestif gagal jantung .

2.3.7 Pemeriksaan Penunjang


1) Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin yang dilakukan untuk menapis pasien tersangka D BD
adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan
apusan darah tepi.
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
Leukosit : dapat normal atau turun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru >1 5%
dari jumlah total leukosit yang ada pada fase syok akan meningkat.
Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia hari ke 3-8.
Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningk atan
hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya di temukan pada hari ke -3
demam
Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan
darah.
Protein/ albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
SGOT/SGPT: dapat meningkat.
Ureum kreatinin : bila didapatkan gangguan ginjal
Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

Universitas Indonesia
1

Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfuse darah
atau komponen darah
Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
2) Radiologi
Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi bila
terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura ditemui di kedua hemitoraks.
Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral.

2.3.8 Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue


Tidak ada terapi spesifik untuk penderita Demam berdarah dengue,
ama prinsip ut
adalah terapi suportif. Dengan terapi suportif adekuat, angkaapat lasi Jikad men kna. visi ltas
kematian
BD
diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirku
merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD.
asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suple
cairan intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara berma
Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia bersama dengan Di
penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Faku
Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun protocol penatalaksanaan D
pada pasien dewasa. Protokol ini terbagi dalam 5 kategori :
Protokol 1
Penanganan tersangka DBD dewasa tanpa syok.
Seseorang yang tersangka menderita DBD di ruang Gawat Darurat dilaku kan
pemerikksaan hemoglobin, hematokrit dan trombosit, bila :
- Hb,Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pa sien
dapat dipulangkan dengan anjuran control.
- Hb, Ht normal tetapi trombosit < 100.000 dianjurkan untuk dirawat.
- Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan untuk
dirawat.
Protokol 2
Pasien dengan tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan massif dan tanpa
syok maka diruang rawat diberika cairan infuse kristaloid dengan rumus :
1500+ (20x(BB dalam Kg-20))

Universitas Indonesia
Protokol 3
Peningkatan Ht > 20% menunjukkan bahwa tubh mengalami deficit cairan
sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah dengan
memberikan infuse cairan kristaloid sebanyak 6-7ml/kg/jam. Pasien dipantau
setelah 3-4 jam pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan
hematokrit turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi urin
meningkat, maka jumlah cairan dikurangi menjadi 5ml/kgBB/jam.
Jika setelah pemberian terapi cairan awal 6-7ml/kgBB/jam tidak membaik, y ang
ditandai dengan hemtokrit dan nadi meningkat, produksi urin menurun, maka kita
harus menaikkan jumlah cairan infuse menjadi 10ml/kgBB/jam.
Protokol 4
Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa.
Perdarahan spontan dan massif pada penderita DBD dewasa adalah:han perdara
atauotak
hidung, perdarahan saluran kemih, perdarahan saluran cerna, perdarahan ada aan dan erta
osit
perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan sebanya 4ml/kgBB/jam. P
keadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian cairan tetap seperti kead
DBD tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan
jumlah urin dilakukan dengan kewaspadaan Hb, Ht, dan thrombosis s
hemostase harus segera dilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht dan tromb
sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.
Protokol 5
Penatalaksanaan Sindrom Syok Dengue pada Dewasa.
Bila berhadapan dengan sindrom syok Dengue maka hal yang perlu diingat ad alah
bahwa renjatan harus segera diatasi dan oleh karena itu penggantian ca iran
intravascular harus segera dilakukan.
Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan utama yang diberikan. Selain
resusitasi cairan, penderita juga diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pemeriksaan
yang harus dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, hemostasis, AGD, kadar
natrium, kalium dan klorida serta ureum dan kreatinin.

Universitas Indonesia
Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB dan dievalusi
setelah 15-30 menit. Bila renjatan teratasi, jumlah cairan dikurangi menjadi
7ml/kgBB/jam.
Bila setelah fase awal pemberian cairan ternyata renjatan belum teratasi, maka
pemberian cairan kristaloid dapat ditingkatkan menjadi 20-30ml/kgBB dan
kemudian dievaluasi setelah 20-30 menit. Bila nilai hematokrit meningkat berarti
perembesan plasma masih berlangsung maka pemberian cairan koloid merupakan
pilihan, tetapi bila nilai hematokrit turun, berarti terjadi perdarahan internal m aka
penderita diberikan tranfusi darah segar 10 ml/kgBB dan dapat diulang sesuai
kebutuhan.

2.3.9 Langkah-langkah Pencegahan dan Pengendalian


Program pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan melakukan manaje men
lingkungan mencakup semua perubahan yang dapat mencegah atau
meminimalkan perkembangbiakan vector, sehingga kontak antara manusia dan
vector berkurang.
a. Modifikasi lingkungan
Perbaikan persediaan air.
Tanki atau reservoir di atas atau bawah tanah anti nyamuk.
b. Manipulasi lingkungan
Drainase instalasi persediaan air
Penyimpanan air rumah tangga
Pot/vas bunga dan jebakan semut
Bagian luar bangunan
Keharusan menyimpan air untuk pemadaman kebakaran
Pembuangan sampah padat
Pengisian rongga pada pagar
Botol kaca dan kaleng
c. Perlindungan Diri
Pakaian pelindung
Tikar, obat nyamuk bakar dan
aerosol
Penolak serangga Universitas Indonesia
Insektisida untuk kelambu dan gorden
d. Pengendalian Biologis
Ikan pemakan larva
Bakteri penghasil endotoksin
Siklopoids/sejenis udang-udangan
Perangkap telur autosidal/ perangkap telur pembunuh
e. Pengendalian Kimiawi
Pemberian Larvasida kimiawi
Pengasapan wilayah
2.4 Asuhan Keperawatan Klien dengan DBD

Asuhan keperawatan diawali dengan mencari data dasar yang akurat berupa h asil
pengkajian. Setelah pengkajian maka ditegakkan diagosa keperawatan lalu
menyusun rencana tindakan (intervensi) sebagai panduan dalam melakukan
tindakan keperawatan (implementasi). Proses asuhan keperawatan yang tera khir
adalah evaluasi keperawatan untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperaw atan
yang telah dilakukan.

2.4.1 Pengkajian Keperawatan

A. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, no. re kam
medis, diagnosa medis.
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Demam tinggi dan mendadak, perdarahan (petekie, ekimosis, purpura p ada
ekstremitas atas, dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang kadang dis ertai
kejang dan penurunan kesadaran.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Badan panas, suhu tubuh tinggi secara mendadak dalam waktu 2 7 hari,
terdapat bintik merah pada ektremitas dan dada, selaput mukosa mulut kering,
epistaksis, gusi berdarah, pembesaran hepar, kadang disertai kejang dan
penurunan kesadaran.
3. Riwayat Penyakit Dahulu

Universitas Indonesia
Apakah pernah menderita DHF, malnutrisi.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang terserang DHF.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Apakah lingkungan tempat tinggal sedang terserang wabah DHF.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum dan Tanda Tanda Vital
Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan; suhu tubuh tin
nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba; sesak nafas; tekanan da
menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang).
2. Sistem Tubuh
2.1. Pernapasan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangg
pada sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 se
disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan pemasan
oksigen.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk
pharingitis karena demam yang tinggi, terdapat suara na
tambahan (ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4 napas dang
dan cepat disertai penurunan kesadaran.
2.2. Kardiovaskuler
Anamnesa : Pada derajat 1dan 2 keluhan mendadak demam tingg
2 7 hari, mengeluh badan terasa lemah, pusing, mual, muntah;
derajat 3 dan 4 orang tua / keluarga melaporkan pasien mengalami
penurunan kesadaran, gelisah dan kejang.
Pemeriksaan fisik : Derajat 1 Uji torniquet positif,merupakan satu-
satunya manifestasi perdarahan. Derajat 2 terdapat petekie, purpura,
ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Derajat 3 kulit dingin pada

Universitas Indonesia
daerah akral, nadi cepat, hipotensi, sakit kepala, menurunnya
volume plasma, meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, trombositopenia dan diatesis hemorhagic. Derajat 4 shock,
nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
2.3. Persarafan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 pasien gelisah, cengeng dan rewel
karena demam tinggi dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan
tingkat kesadaran.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 konjungtiva mengal
ami
perdarahan, dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan gkat
tin sis,
kesadaran, gelisah, GCS menurun, pupil miosis atau midria
reflek fisiologis atau patologis sering terjadi.
2.4. Perkemihan Eliminasi Urinaria
Anamnesa : Derajat 3 dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada
kencing.
Pemeriksaan fisik : Produksi urin menurun (oliguria sampai anuria),
warna berubah pekat dan berwarna coklat tua pada derajat 3 dan 4.
2.5. Pencernaan Eliminasi Fekal
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 mual dan muntah / tidak ada n afsu
makan, haus, sakit menelan, derajat 3 nyeri tekan ulu ha ti,

konstipasi.
Pemeriksaan fisik : Derajat 1 dan 2 mukosa mulut kering, hipere
mia
tenggorokan, derajat 3 dan 4 terdapat pembesaran hati danyeri n um,
tekan, sakit menelan, pembesaran limfe, nyeri tekan epigastri
hematemisis dan melena.
2.6. Muskuloskeletal
Anamnesa : pada derajat 1 dan 2 pasien mengeluh nyeri otot,
persendian dan punggung, pegal seluruh tubuh, mengeluh wajah
memerah, pada derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot / kelemahan
otot dan tulang akibat kejang atau tirah baring lama.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 Nyeri pada sendi, otot,
punggung dan kepala; kulit terasa panas, wajah tampak merah dapat

Universitas Indonesia
disertai tanda kesakitan, sedangkan derajat 3 dan 4 pasien
mengalami parese atau kekakuan bahkan kelumpuhan.

D. Data Penunjang
Hematokrit normal : PCV/ Hm= 3 X Hb sampai meningkat >20 %.
Trombositopenia, kurang dari 100.000/mm3.
Masa perdarahan dan protombin memanjang.
Ig G dengue positif.
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinem
hiponatremia, hipokloremia.
Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, neutropenia, aneosinof
peningkatan limfosit, monosit, dan basofil.
SGOT / SGPT mungkin meningkat.
Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubun
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual, muntah, anorek
4. Resiko / aktual kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningk
permeabilitas pembuluh darah.
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemia
6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring.
7. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia.
8. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pemasangan infus).
9. Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren:
trombositopenia, trauma.
10. Ansietas berhubungan dengan perubahan / ancaman pada status
kesehatan, ancaman kematian.

Universitas Indonesia
11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi, kurang
pajanan

INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
1. Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
2. Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Monitor suhu pasien. 1. Pola demam dapat memb
dalam diagnosis; kurva de
antu
lanjut lebih dari 4 hari menunju
mam
infeksi yang lain.
kan
2. Anjurkan pasien untuk banyak 2. Peningkatan suhu tu
minum ( lebih kurang 2,5 liter/24 mengakibatkan penguapan tu
buh
jam ). meningkat sehingga p
buh
diimbangi dengan asupan ca
erlu
yang banyak.
iran
3. Berikan kompres hangat. 3. Dengan vasodilatasi d
meningkatkan penguapan y
apat
mempercepat penurunan s
ang
uhu
tubuh.
4. Anjurkan untuk tidak memakai 4. Pakaian tipis membantu
selimut dan pakaian yang tebal. mengurangi penguapan tubuh.
Kolaborasi :
1. Berikan terapi cairan intravena dan 1. Pemberian cairan sangat penting
obat-obatan sesuai program dokter. bagi pasien dengan suhu tinggi.
2. Berikan antipiretik. 2. Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus.

Universitas Indonesia
DX 2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
1. Mengatakan nyeri hilang atau terkontrol.
2. Menunjukan relaksasi, dapat tidur atau istirahat.
3. Menunjukan perilaku mengurangi nyeri.

Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami 1. Untuk mengetahui berapa b erat
pasien nyeri yang dialami pasien.
2. Berikan posisi yang nyaman, 2. Posisi nyaman dan lingkun gan
usahakan situasi ruangan yang tenang mengurangi rasa nyeri.
tenang.
3. Berikan tindakan kenyamanan 3. Menurunkan tegangan ot ot,
seperti perubahan posisi dan meningkatkan istirahat dan
dorong penggunaan tehnik relaksasi, memusatkan perhat ian,
relaksasi, seperti imajinasi, dapat meningkatkan kontrol dan
visualisasi, latihan nafas dalam. kemampuan koping.
Kolaborasi :
1. Berikan obat-obat analgetik 1. Analgetik dapat menekan atau
mengurangi nyeri pasien.

DX 3. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual,
muntah, anoreksia.
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
1. Mempertahankan berat badan dan keseimbangan nitrogen positif.
2. Menunjukkan perilaku untuk meningkatkan/ mempertahankan berat
badan yang sesuai
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji keluhan mual, sakit menelan, 1. Untuk menetapkan cara
Universitas Indonesia
dan muntah yang dialami pasien mengatasinya.

2. Berikan makanan yang mudah 2. Membantu mengurangi kelelahan


ditelan seperti bubur. pasien dan meningkatkan asupan
makanan .
3. Berikan makanan dalam porsi kecil 3. Untuk menghindari mual.
dan frekuensi sering.
4. Catat jumlah / porsi makanan yang 4. Untuk mengetahui pemenuhan
dihabiskan oleh pasien setiap hari. kebutuhan nutrisi.
Kolaborasi :
1. Berikan obat-obatan antiemetik 1. Antiemetik membantu pa sien
sesuai program dokter. mengurangi rasa mual dan mu ntah
dan meningkatkan toleransi p ada
makanan.
2. Antasida, contoh Mylanta. 2. Kerja pada asam gaster, d apat
menurunkan iritasi/ re siko
perdarahan

3. Vitamin, contoh B komplek, C, 3. Memperbaiki kekurangan dan


tambahan diet lain sesuai indikasi membantu proses penyembuhan.

DX 4 . Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan


permeabilitas pembuluh darah, perdarahan.
Kriteria evaluasi (NOC ) :
Pasien akan :
1. Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh
kelembapan
membran mukosa, turgor kulit baik, tanda vital stabil, dan secara individual
haluaran urine adekuat, capilary refill cepat.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji keadaan umum pasien (lemah, 1. Menetapkan data dasar pa sien
pucat, takikardi) serta tanda-tanda untuk mengetahui penyimpangan
vital. dari keadaan normal.
2. Observasi tanda-tanda syok. 2. Agar dapat segera dilakukan
tindakan untuk menangani shock.
3. Anjurkan pasien untuk banyak 3. Asupan cairan sangat diperlukan
minum. untuk menambah volume cairan
tubuh.
4. Catat intake dan output cairan. 4. Untuk mengetahui keseimbangan
cairan.
5. Palpasi nadi perifer, capilary refill, 5. kondisi yang berkontribusi dalam
Universitas Indonesia
1

temperatur kulit, kaji kesadaran, kekurangan cairan ekstraselular


tanda perdarahan. yang dapat menyebabkan kolaps
pada sirkulasi/ syok.
6. Monitor adanya nyeri dada tiba- 6. hemokonsentrasi dan peningkatan
tiba, dispnea, sianosis, kecemasan platelet agregrasi dapat
yang meningkat, kurang istirahat. mengakibatkan pembentukan
emboli sistemik.
7. Kaji kemampuan menelan klien. 7. Kegagalan refleks menelan,
anoreksia, tidak nyaman dimulut,
perubahan tingkat kesadaran
merupakan faktor y ang
mempengaruhi kemampuan k lien
untuk mengganti cairan oral.

Kolaborasi :
1. Berikan cairan intravena sesuai 1. Hipotonik solution ( NaCl 0,45 %)
program dokter : NaCl 0,45%, RL digunakan untuk memenuhi
solution. kebutuhan elektrolit.

2. Koloid : dextran, plasma/albumin, 2. Koreksi defisit konsentrasi pro tein


Hespan. plasma, meningkatkan teka nan
osmotik intravaskular, dan
memfasilitasi kembalinya ca iran
kedalam kompartemen pemb uluh
darah.
3. Tranfusi Whole blood / tranfusi 3. Mengindikasikan hipovole mia
PRC yang berhubungan den gan
kehilangan darah aktif.
4. Plasma beku segar ( FFP ). 4. Mugkin diperlukan u ntuk
menggantikan faktor pembek uan
pada adanya defek koagulasi.
5. Berikan sodium bicarbonat jika 5. Diberikan untuk koreksi asid osis
diindikasikan. berat saat koreksi keseimban gan
cairan.
6. Berikan makanan melalui NGT 6. Penambahan penggantian ca iran
termasuk cairan sesuai kebutuhan. dan nutrisi ketika terjadi gangg uan
menelan.
7. Monitor nilai laboratorium : Hb, 7. Bergantung pada kehilangan ca iran
Ht, Trombosit, elektrolit, vena, ketidakseimbangan elektrolit
koagulasi. memerlukan koreksi, peningkatan
Ht, penurunan trombosit
meningkatkan resiko perdarahan.

DX 5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


hipovolemia.
Kriteria evaluasi :

Universitas Indonesia
Pasien akan :
1. Mempertahankan/ memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda
vital stabil, kulit hangat, nadi perifer teraba, AGD dalam batas normal,
kesadaran normal, keluaran urine adekuat.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Pantau tanda-tanda vital; palpasi 1. Merupakan indikator dari volume
denyut nadi perifer; catat suhu/ sirkulasi dan fungsi organ/ per fusi
warna kulit dan pengisian kapiler; jaringan yang adekuat.
evaluasi waktu dan pengeluaran
urine.
2. Kaji adanya perubahan tingkat 2. Perubahan dapat menunjuk kan
kesadaran , keluhan pusing atau ketidakadekuatan perfusi serebr al.
sakit kepala.
3. Auskultasi nadi apikal.Awasi 3. Perubahan disritmia dan iske mia
irama jantung dengan EKG. dapat terjadi sebagai ak ibat
hipotenSi, hipoksia, asid osis,
ketidakseimbangan elektrolit.
Kolaborasi :
1. Berikan oksigen tambahan sesuai 1. Mengatasi hipoksemia dan asid osis
indikasi. selama perdarahan.
2. Pemeriksaan AGD/ awasi nadi 2. Mengidentifikasi hipoksem ia,
oksimetri. keefektifan/ kebutuhan u ntuk
terapi.
3. Berikan cairan IV sesuai indikasi/ 3. Mempertahankan volume sirku lasi
produk darah sesuai kebutuhan. dan perfusi jaringan.

DX 6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, ti rah


baring.
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
1. Melaporkan peningkatan intoleran aktifitas ( ADL ).
2. Menunjukan penurunan tanda fisiologis intoleran, misal nadi, pernafasan,
dan
3. TD dalam rentang normal pasien.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji keluhan pasien. 1. Untuk mengidentifikasi masalah-
masalah pasien.
Universitas Indonesia
2. Kaji hal-hal yang mampu atau 2. Untuk mengetahui tingkat
yang tidak mampu dilakukan oleh ketergantungan pasien dalam
pasien. memenuhi kebutuhannya.
3. -Bantu pasien untuk memenuhi 3. Pemberian bantuan sangat
kebutuhan aktivitasnya sehari-hari diperlukan oleh pasien pada saat
sesuai tingkat keterbatasan pasien. kondisinya lemah dan perawat
mempunyai tanggung jawab dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari
pasien tanpa mengalami
ketergantungan pada perawat.
4. Letakkan barang-barang di tempat 4. Akan membantu pasien u ntuk
yang mudah terjangkau oleh memenuhi kebutuhannya sen diri
pasien. tanpa bantuan orang lain.

5. Pertahankan tirah baring bila 5. Mengurangi resiko cedera ak ibat


diindikasikan, tingkatkan tingkat penurunan trombosit, dan
aktifitas sesuai toleransi. memperbaiki tonus otot ta npa
kelemahan.

DX 7. Resiko terjadinya syok berhubungan dengan hipovolemia.


Kriteria evaluasi :
Pasien akan :
- Menunjukkan membran mukosa / kulit lembab, tanda vital stabil, haluaran urin
adekuat, nadi perifer normal.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Monitor keadaan umum pasien. 1. Memantau kondisi pasien sel ama
masa perawatan terutama pada saat
terjadi perdarahan sehingga se gera
diketahui tanda syok dan d apat
segera ditangani.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 2. Tanda vital normal menanda kan
sampai 3 jam. keadaan umum baik.
3. Monitor tanda perdarahan. 3. Perdarahan cepat diketahui dan
dapat diatasi sehingga pasien tidak
sampai syok hipovolemik.
4. Palpasi nadi perifer; capilary refill, 4. Kondisi yang berkontribusi dalam
temperatur kulit, kaji kesadaran. kekurangan cairan ekstraselular
yang dapat menyebabkan kolaps
pada sirkulasi/ syok.
5. Lapor dokter bila terdapat tanda 5. Untuk mendapatkan penanganan
syok hipovolemik. lebih lanjut sesegera mungkin.
Kolaborasi :
Universitas Indonesia
1. Cek laboratorium :haemoglobin, 1. Untuk mengetahui tingkat
hematokrit, trombosit. kebocoran pembuluh darah yang
dialami pasien sebagai acuan
melakukan tindakan lebih lanjut.
2. Berikan cairan sesuai program : 2. Koreksi defisit konsentrasi protein
Koloid : dextran, plasma/albumin, plasma, meningkatkan tekanan
Hespan. osmotik intravaskular, dan
memfasilitasi kembalinya cairan
kedalam kompartemen pembuluh
darah.
3. Tranfusi Whole blood/ tranfusi 3. Mengindikasikan hipovole mia
PRC. / FFP yang berhubungan den gan
kehilangan darah aktif.

DX 8. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus).


Kriteria evaluasi :
Pasien bebas tanda infeksi/ inflamasi, eritema, dan demam.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Lakukan teknik aseptik saat 1. Tindakan aseptik merupa kan
melakukan tindakan pemasangan tindakan preventif terha dap
infus. kemungkinan terjadi infeksi.

2. Observasi tanda-tanda vital. 2. Menetapkan data dasar pas ien,


terjadi peradangan dapat diket ahui
dari penyimpangan nilai ta nda
vital.
3. Observasi daerah pemasangan 3. Mengetahui tanda infeksi p ada
infus. pemasangan infus.
4. Segera cabut infus bila tampak 4. Untuk menghindari kondisi y ang
adanya pembengkakan atau lebih buruk atau penyulit l ebih
plebitis. lanjut.

Kolaborasi :
1. Pemasagan infus kembali sesuai 1. Untuk memenuhi kebutuhan cairan
instruksi dokter. pasien.

DX 9. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.


Kriteria evaluasi :
Pasien akan :
- Mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan.
Universitas Indonesia
- Menunjukan perilaku penurunan resiko perdarahan.
Intervensi:
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. 1. Penurunan trombosit merupakan
Monitor tanda penurunan trombosit
yang disertai gejala klinis. tanda kebocoran pembuluh darah.
2. Anjurkan pasien untuk banyak2. Aktivitas pasien yang tidak
istirahat/bedrest. terkontrol dapat menyebabkan
resiko perdarahan.
3. Beri penjelasan untuk segera 3. Membantu pasien mendapa tkan
melapor bila ada tanda perdarahan penanganan sedini mungkin.
lebih lanjut.

4. Awasi tanda vital 4.Peningkatan nadi den gan


penurunan TD dapat menunju kan
kehilangan volume darah sirkul asi.
5. Anjurkan meminimalisasi 5. Pada gangguan faktor pembek uan,
penggunaan sikat gigi, dorong trauma minimal d apat
penggunaan antiseptik untuk menyebabkan perdarahan muko sa.
mulut.
6. Gunakan jarum kecil untuk injeksi 6. Menurunkan resiko perdaraha n /
atau pengambilan sampel darah. hematoma.

7. Observasi adanya ptekie, 7. DIC subakut dapat terjadi seku nder


epistaksis, perdarahan gusi, terhadap gangguan fa ktor
melena. pembekuan.
Kolaborasi :
1. Awasi Hb, Ht, trombosit dan faktor 1. Indikator adanya perdarahan a ktif,
pembekuan. hemokonsentrasi, atau terjadi nya
komplikasi ( DIC ).
2. Berikan obat sesuai indikasi : vit 2. Meningkatkan sintesis protro mbin
K, D,dan C. dan koagulasi. Kekurangan vi t C
meningkatkan kerenta nan
terjadinya iritasi / perdarahan.

DX.10. Ansietas berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan


perdarahan
Kriteria evaluasi :
Pasien akan :
- Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat ditangani.
- tampak rileks.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Universitas Indonesia
Mandiri :
1. Kaji rasa cemas yang dialami 1. Menetapkan tingkat kecemasan
pasien. yang dialami pasien.
2. Jalin hubungan saling percaya 2. Pasien bersifat terbuka dengan
dengan pasien. perawat.
3. Tunjukkan sifat empati. 3. Sikap empati akan membuat pasien
merasa diperhatikan dengan baik.
4. Beri kesempatan pada pasien untuk 4. Meringankan beban pikiran pasien.
mengungkapkan perasaannya.
5. Gunakan komunikasi terapeutik.
5. Agar segala sesuatu yang
disampaikan diajarkan pada pa sien
memberikan hasil yang efektif.
6. Berikan informasi tentang proses 6. Mengetahui apa yang diharap kan
penyakit dan antisipasi tindakan. dapat menurunkan ansietas.
7. Jadwalkan istirahat dan tidur 7. Membatasi kelemahan, menghe mat
adekuat . energi, dan meningkat kan
kemampuan koping.

DX 11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutu han


pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Kriteria evaluasi :
Pasien akan :
- Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan resiko komplika si.
- Berpartisipasi dalam pengobatan.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Jelaskan pentingnya pembatasan 1. Memberikan informasi pada pa sien
aktifitas selama periode penurunan untuk merencanakan rutinita s /
trombosit aktifitas tanpa menimbul kan
masalah.
2. Jelaskan gejala yang memerlukan 2. Upaya intervensi u ntuk
intervensi medik seperti akral/ menurunkan resiko kompli kasi
tangan dingin, epistaksis, serius seperti perdarahan, ta nda
perdarahan gusi,melena, sesak. syok.
3. Dorong aktifitas sesuai toleransi 3. Mencegah kelemahan, dapat
dengan periode istirahat periodik. meningkatkan penyembuhan dan
perasaan sehat, dan mempermudah
kembali ke aktifitas normal.
4. Diskusikan penghindaran 4. Menurunkan resiko perdarahan
penggunaan sikat gigi, sehubungan dengan trauma dan
menggunakan sikat gigi halus/ obat perubahan koagulasi.
kumur, membersihkan kotoran
hidung dengan keras.
Universitas Indonesia
36

5. Anjurkan klien menghindari 5. Menurunkan rangsangan pada


makanan / minuman karbonat, asam lambung dan menceegah
pedas dan asam. iritasi
6. Diskusikan perawatan, pengobatan, 6. Memberikan dasar pengetahuan
proses penyakit dan prognosis. dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.
7. Dorong pertanyaan, ekspresi 7. Komunikasi efektif dan dukungan
masalah. turunkan cemas dan tingkatkan
penyembuhan.

Universitas Indonesia
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T DENGAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI
RUANG MELATI ATAS RS. PERSAHABATAN

3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
1. Inisial klien : Tn. T
2. Usia : 17 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Tgl lahir : 15-01-1996
5. No. RM : 1400429
6. Tanggal masuk : 16/05/2013
7. Tanggal pengkajian : 17/05/2013
8. Alamat : Jl. Asrama Polri Cipinang atas blok D no 13 RT 05 RW 5
Kel. Cipinang Pulogadung

B. Kel
uhan utama masuk RS :
Demam sejak 2 hari SMRS
C.wayat
Ri penyakit dahulu :
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama dan tidak pernah dirawat di R umah
Sakit.
D.wayat
Ri penyakit sekarang :
Kli en mengeluh demam sejak 2 SMRS. Demam dirasakan dating tiba2 dan tinggi, klien
men
geluh nyeri orbita, myalgia, mengeluh mual dan sakit kepala, tidak ada mimis usian dan
g berdarah. Pemeriksaan Lab : DPL Hb : 12.4, Ht: 39, Leuko : 4100, Tromb:125000 rb.
E. wayat
Ri penyakit keluarga :
Di dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang sama saat ini dengan klien
F. Riwayat kesehatan lingkungan :
Klien mengatakan saat ini tinggal di lingkungan yang padat namun bersih. Beberapa
minggu sebelumnya klien melakukan perjalanan keluar kota bersama teman-temannya dan
menginap selama 2 hari. Klien mengatakan selama menginap banyak nyamuk.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


1

G. Anamnesis klien saat dikaji tgl. 17 /


05/2013 :
Data subjektif :
Saat dikaji klien mengeluh badan panas, kepala terasa pusing, mual-mual dan badan terasa
lemas.
Data Objektif :
TD=100/70 mmHg N=90,RR=20 S=38, badan teraba panas, tampak meringis sakit kepala,
klien tampak mual dan menolak untuk makan. Terpasang IUFD RL 500 cc/6jam
H. Pemeriksaan
fisikSistem
1. Pernapasan / Respirasi :
Frekuensi nafas 28 x/mnt, pergerakan dada simetris, nafas cuping hidung tida k ada,
batuk tidak ada, suara paru vesikuler, ronchi dan Crakles tidak ada.
2. Sistem Kardiovaskuler
TD: 100/70 mmHg, N: 90 x/mnt, pulsasi lemah, akral hangat, sianosis (-), C RT < 3
detik, Uji tourniquet positif.
3. Sistem Persyarafan / neurologi
Kesadaran baik, Compos mentis, tidak tampak gelisah
4. Sistem perkemihan
Frekuensi BAK 6-7 kali/hari, warna urine jernih.
5. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Selaput mukosa kering, mual, muntah, nyeri saat menelan, nafsu makan menurun,
porsi makan tidak habis, makan 1-2 sendok. nyeri ulu hati, nyeri tekan pada epig astrik,
pembesarn limpa (-), pembesaran hati (-), melena (-).
6. Sistem integument
Tampak kemerahan pada kulit, kulit teraba panas, tampak bintik merah di kulit lengan
dan kaki.
7. Pemeriksaan penunjang 13.5/37/6.14/142000
Pemeriksaan Hasil Nilai normal

DPL Hemoglobin : 14.6 13,00-16,00 gr/dl


Hematokrit : 39 40-48%
Leukosit : 2.23 5000-10.000/mm3
Trombosit : 61 rb 150.-400.rb/mm3
Elektrolit Natrium : 128 135-145
Kalium : 3.1 3.5-4.5
Cl = 99 98-109
Fungsi Hepar SGOT = 86 0-37
SGPT = 46 0-40
Ureum 19 20-40
Kreatinin 1 0.8-1.5
NS 1 Dengue Positif

APTT (-) (-)


PT
Albumin (-) (-)

Rontgen Efusi pleura (-)

8. Pengobatan
- RL 500 cc/8 jam
- Fimahes / 24 jam
- Transfusi TC 10 ui
- Diet lunak 1700 kkal
- Paracetamol 3 x 500 mg
- OMZ 2 X 10 mg
3.2 ANALISA DATA
NO DATA MASALAH KEPERAWATAN
1 DS: Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)
- Klien mengeluh badan panas
- Klien mengatakan demam
sejak 3 hari yang lalu
DO:
- Kulit tampak kemerahan dan
berkeringat
- Kulit teraba panas
- Suhu 38 C
2 DS : Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nut risi ;
- Kien mengeluh mual dan kurang dari kebutuhan
muntah
- Nafsu makan menurun
- Nyeri ulu hati
- Makan 1-2 sendok
- Klien mengeluh lemas
DO :
- Selaput mukosa kering
- Nyeri tekan pada epigastrik
- Porsi makan tidak habis
3 DS : Risiko perdarahan
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan gusi
DO :
- Trombosit : 61 ribu/mm3
- Petechie (+)
4 DS : Risiko Defisit volume cairan
- Klien mengeluh haus terus
- Klien mengatakan badan
berkeringat terus
- Klien mengatakan BAK
40

lancar kurang lebih 200 cc


setiap kali BAK.
DO :
- Tampak berkeringat
- Suhu 38 C
- Mukosa kering
- TD : 100/70 mmHg

3.3agnosa
Dikeperawatan
1. ningkatan
Pe suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. ngguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan d Ga
engan
al, muntah, anoreksia.
mu
siko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permea
3. Ri
ding plasma.
bilitas
siko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
din
4. Ri
1

3.4 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Peningkatan suhu tubuh Kriteria Hasil : Mandiri :


berhubungan dengan 1. Suhu tubuh dalam rentang 1. Monitor suhu pasien. 1. P ola demam dapat membantu
d alam diagnosis; kurva demam
proses penyakit normal la njut lebih dari 4 hari
m enunjukan infeksi yang lain.
(viremia). 2. Nadi dan RR dalam rentang 2. Anjurkan pasien untuk banyak 2. P eningkatan suhu tubuh
normal minum (lebih kurang 2,5 liter / m engakibatkan penguapan tubuh
24 jam). m eningkat sehingga perlu
3. Tidak ada perubahan warna kulit
di imbangi dengan asupan cairan
dan tidak ada pusing y ang banyak.
3. Berikan kompres hangat. 3. D engan vasodilatasi dapat
m eningkatkan penguapan yang
m empercepat penurunan suhu
tu buh.
4. Anjurkan untuk tidak memakai 4. P akaian tipis membantu
selimut dan pakaian yang tebal. m engurangi penguapan tubuh.

Kolaborasi :
1. Berikan terapi cairan intravena 1. P emberian cairan sangat penting
dan obat-obatan sesuai program b agi pasien dengan suhu tinggi.
dokter
2. Berikan antipiretik. 2. D igunakan untuk mengurangi
d emam dengan aksi sentralnya
p ada hipotalamus.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


2 Gangguan pemenuhan Kriteria Hasil : Mandiri :
1. Kaji keluhan mual, sakit 1. Untuk menetapkan cara
kebutuhan nutrisi kurang 1. Tidak ada tanda tanda malnutrisi menelan, dan muntah yang m engatasinya.
dari kebutuhan 2. Menunjukkan peningkatan fungsi dialami pasien
2. Berikan makanan yang mudah 2. Membantu mengurangi kelelahan
berhubungan dengan pengecapan dari menelan ditelan seperti bubur. p asien dan meningkatkan asupan
mual, muntah, anoreksia. 3. Tidak terjadi penurunan berat m akanan .
3. Berikan makanan dalam porsi 3. U ntuk menghindari mual.
badan yang berarti kecil dan frekuensi sering.
4. Catat jumlah / porsi makanan 4. U ntuk mengetahui pemenuhan
yang dihabiskan oleh pasien k ebutuhan nutrisi.
setiap hari.
.
Kolaborasi :
1. Berikan obat-obatan antiemetik 1. A ntiemetik membantu pasien
sesuai program dokter. m engurangi rasa mual dan
m untah dan meningkatkan
to leransi pada makanan.
- Antasida, contoh Mylanta. 2. K erja pada asam gaster, dapat
m enurunkan iritasi/ resiko
p erdarahan
- Vitamin, contoh B komplek, 3. Memperbaiki kekurangan dan
C, tambahan diet lain sesuai m embantu proses penyembuhan
indikasi
3 Risiko kurang volume Kriteria Hasil : Mandiri :
1. Kaji keadaan umum pasien 1. Menetapkan data dasar pasien
cairan tubuh 1. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh (lemah, pucat, takikardi) serta unt uk mengetahui
berhubungan dengan dalam batas normal tanda-tanda vital. pe nyimpangan dari keadaan
nor mal.
peningkatan 2.Tidak ada tanda tanda dehidrasi, 2. Observasi tanda-tanda syok. 2. A gar dapat segera dilakukan
permeabilitas dinding Elastisitas turgor kulit baik, t indakan untuk menangani
membran mukosa lembab, tidak s hock.
plasma. 3. Anjurkan pasien untuk banyak 3. A supan cairan sangat diperlukan
ada rasa haus yang berlebihan minum. unt uk menambah volume cairan
Haluaran urine adekuat, capilary t ubuh.
3. 4. Catat intake dan output cairan. 4. U ntuk mengetahui
refill time < 3dtk. ke seimbangan cairan.
5. Palpasi nadi perifer, capilary 5. K ondisi yang berkontribusi
refill, temperatur kulit, kaji dalam kekurangan cairan
kesadaran, tanda perdarahan e kstraselular yang dapat
m enyebabkan kolaps pada
s irkulasi/ syok.
6. Monitor adanya nyeri dada tiba- 6. H emokonsentrasi dan
tiba, dispnea, sianosis, peningkatan platelet agregrasi
kecemasan yang meningkat, dapat mengakibatkan
kurang istirahat. pembentukan emboli sistemik.
7. Kaji kemampuan menelan klien. 7. K egagalan refleks menelan,
a noreksia, tidak nyaman
di mulut, perubahan tingkat
kesadaran merupakan faktor
y ang mempengaruhi
kemampuan klien untuk
m engganti cairan oral.
Kolaborasi : 1. Hipotonik solution (RL/NaCl
1. Berikan cairan intravena sesuai 0,45%) digunakan untuk
program dokter : NaCl 0,45%, m emenuhi kebutuhan elektrolit.
RL solution. 2. K oreksi defisit konsentrasi
2. Koloid : dextran, p rotein plasma, meningkatkan
plasma/albumin, te kanan osmotik intravaskular,
Hespan/Fimahes. d an memfasilitasikembalinya
c airankedalam kompartemen
p embuluh darah.

4 Risiko terjadi perdarahan Kriteria Hasil : Mandiri :


1. Monitor tanda penurunan 1. P enurunan trombosit merupakan
berhubungan dengan - Mempertahankan homeostasis trombosit yang disertai gejala ta nda kebocoran pembuluh
trombositopenia. dengan tanpa perdarahan. klinis. d arah.
2. Anjurkan pasien untuk banyak 2. A ktivitas pasien yang tidak
- Menunjukan perilaku penurunan
istirahat/bedrest. te rkontrol dapat menyebabkan
resiko perdarahan. re siko perdarahan.
3. Beri penjelasan untuk segera 3. Membantu pasien mendapatkan
melapor bila ada tanda p enanganan sedini mungkin.
perdarahan lebih lanjut.
4. Awasi tanda vital 4. P eningkatan nadi dengan
p enurunan TD dapat menunjukan
k ehilangan volume darah
si rkulasi.
5. Anjurkan meminimalisasi 5. P ada gangguan faktor
penggunaan sikat gigi, dorong p embekuan, trauma minimal
penggunaan antiseptik untuk d apat menyebabkan perdarahan
mulut. m ukosa
6. Gunakan jarum kecil untuk 6. Menurunkan resiko perdarahan /
injeksi atau pengambilan sampel h ematoma.
darah
7. Observasi adanya ptekie, 7. DIC subakut dapat terjadi
epistaksis, perdarahan gusi, sekunder terhadap gangguan
melena. faktor pembekuan.

Kolaborasi :
1. Awasi Hb, Ht, trombosit dan 1. In dikator adanya perdarahan
faktor pembekuan. a ktif, hemokonsentrasi, atau
te rjadinya komplikasi ( DIC ).
2. Meningkatkan sintesis
p rotrombin dan koagulasi.
K ekurangan vit C meningkatkan
k erentanan terjadinya iritasi /
p erdarahan.
1

3.5 Implementasi dan Evaluasi


Tgl : 17 / 05 / 2013 (Hari ke 2 perawatan)
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Peningkatan suhu tubuh Mandiri : S:
berhubungan dengan 1. Memantau suhu pasien. - Klien mengatakan badan masih
proses penyakit (viremia). 2. Menganjurkan pasien untuk banyak terasa panas
minum (lebih kurang 2,5 liter / 24 O :
DS:
jam). - Kulit tampak kemerahan
- Klien mengatakan
3. Memberikan kompres hangat. - Klien tampak ber keringat
badan terasa tambah
4. Menganjurkan untuk menggunakan - Kulit teraba pana s
panas
pakaian yang tipis, tidak memakai - Suhu 38.3 C
DO:
selimut dan pakaian yang tebal. A:
- Kulit tampak
5. Memantau terapi cairan intravena Masalah belum terat asi
kemer ahan dan
yang masuk (RL dan Fimahes) P:
berker
ingat tubuh pasien
- Kulit t - Pantau suhu
eraba panas shift
- Suhu 3 Kolaborasi : minimal tiap satu
s hangat dan
8C
1. Memberikan antipiretik - Berikan kompre rga dalam
Paracetamol 500 mg. libatkan kelua es
pemberian kompr untuk minum
- Anjurkan terus liter/hari)
yang banyak (2.5

Gangguan
kebutuhan pemenuhan Mandiri : S: akan mual
dari nutrisi kurang 1. Mengkaji keluhan mual, sakit - Kien mengat

berhubun kebutuhan menelan, dan muntah yang dialami berkurang n nafsu makan
gan anoreksia.
mual, muntah, dengan 2.pasien
Menyarankan makan dalam porsi - Klien
masihmengataka
kurang
kecil dan frekuensi sering. - Klien mengatakan nyeri ulu
DS :
3. Memantau jumlah / porsi makanan hati berkurang
- Kien mengeluh masih
yang dihabiskan oleh pasien - Klien mengatakan porsi makan
mual
4. Menimbang BB tidak habis, hanya 3-4 sendok
- Nafsu makan masih
kurang

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


- Nyeri ulu hati Kolaborasi : O:
berkurang 1. Memberikan obat antiemetik sesuai - Selaput mukosa masih kering
- Makan 3-4 sendok program Ranitidine 40 mg - Nyeri tekan pada epigastrik
- Klien mengeluh masih berkurang
lemas - Porsi makan tidak habis
DO : - BB klien 45 kg
- Selaput mukosa kering A:
- Nyeri tekan pada Masalah belum teratasi
epigast rik berkurang P:
- Porsi makan tidak 1. Kaji keluhan mual yang
habis dialami pasien
2. Anjurkan makan dalam porsi
kecil dan frekuen si sering.
3. Catat jumlah / por si makanan
yang dihabiskan oleh pasien
setiap hari.
4. Berikan obat-oba tan antiemetik
sesuai program
5. Lakukan mbangan BB
peni setiap hari
Risiko kurang volume Mandiri : S:
cairan tu buh berhubungan 1. Memantau kondisi umum dan - Klien mengeluh h aus terus
dengan peningkatan tanda-tanda syok. - Klien mengata kan badan
permeabil itas dinding 2. Menganjurkan pasien untuk tetap berkeringat terus
plasma. banyak minum. - Klien mengatakan BAK lancar
3. Mengkaji intake minum dan output kurang lebih 200 -250 cc setiap
DS :
cairan. kali BAK.
- Klien mengatakan masih
4. Memantau cairan intravena yang - BAK 4-5 kali/hari, warna urine
sering merasa haus
masuk sesuai program jernih
- Klien mengatakan BAK
O:
3-4 kali
- TD : 110 / 70 mmHg
DO : - Suhu 38 C
- Tampak berkeringat
- Tampak berkeringat - Mukosa kering
- Suhu 39 C - Turgor kulit baik
- Mukosa kering - CRT < 3detik
- TD : 100/70 mmHg - Hematokrit: 40%, HB: 14.9 g/dl
Terpasang RL 500 cc/6 jam dan
Hespan dlm 500 cc/24 jam.
- Balance cairan ?
A:
Masalah tidak terjad i
P:
- Pantau kondisi umum dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan ou tput cairan.
- Berikan cairan int ravena sesuai
program
Risiko terjadi perdarahan Mandiri : S:
berhubun gan dengan 1. Memantau TTV. - Klien mengat akan tidak
trombosit openia. 2. Memantau tanda penurunan mengalami perdar ahan gusi
trombosit yang disertai gejala O:
DS : klinis (perdarahan gusi, melena). - Trombosit : 48 ri bu/mm3
- Klien mengatakan tidak
3. Menganjurkan pasien untuk tetap - Petechie (+)
mengal ami perdarahan
banyak istirahat/bedrest. - Perdarahan gusi ti dak ada
gusi
4. Menganjurkan meminimalisasi A :
DO :
penggunaan sikat gigi, dorong Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
- Trombosit : 61 penggunaan antiseptik untuk P :
ribu/mm3
mulut. - Pantau TTV
- Petechie (+)
5. Gunakan jarum kecil untuk injeksi - Pantau tanda penurunan
atau pengambilan sampel darah trombosit yang disertai gejala
klinis.
Kolaborasi : - Anjurkan pasien untuk banyak
1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit istirahat/bedrest.
dan faktor pembekuan. - Anjurkan kpd klien untuk
2. Memberikan obat sesuai indikasi segera melapor bila ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekua n.
50

3.5 Implementasi dan Evaluasi

Tgl : 18 / 05 / 2013 (Hari ke-3 perawatan)


Diagnosa Implementasi Evaluasi
Peningkatan suhu tubuh Mandiri : S:
berhubungan dengan 1. Memantau suhu pasien. - Klien mengatakan badan
proses penyakit (viremia). 2. Menganjurkan pasien untuk banyak masiih terasa panas
minum (lebih kurang 2,5 liter / 24 O :
DS:
jam). - Kulit tampak kemerahan
- Klien mengatakan
3. Memberikan kompres hangat. - Klien tampak berkeringat
badan terasa tambah
4. Menganjurkan untuk menggunakan - Kulit teraba panas
panas
pakaian yan tipis, tidak memakai - Suhu 38.3 C
DO:
selimut dan pakaian yang tebal. A:
- Kulit tampak
Kolaborasi : Masalah belum terat asi
kemer ahan dan
1. Memberikan terapi cairan intravena P:
berker ingat
sesuai program - Pantau suhu tubuh pasien
- Kulit t eraba panas
shift
2. Memberikan antipiretik minimal tiap satu
- Suhu 3
9C s hangat dan
Paracetamol 500 mg. - Berikan kompre
rga dalam
libatkankelua
es
pemberian kompr
minum banyak
- Anjurkan untuk
(2.5 liter/hari)
Gangguan
pemenuhan Mandiri : S:
kebutuhan kan masih
nutrisi kurang 1. Mengkaji keluhan mual, yang - Kien mengata
dari
kebutuhan dialami pasien mengeluh mual
berhubungan dengan 2. Menganjurkan makan dalam porsi - Klien mengatakan nafsu makan
mual, muntah, anoreksia. kecil dan frekuensi sering. masih kurang
DS : 3. Memantau jumlah / porsi makanan - Klien masih mengeluh nyeri
- Kien mengeluh masih yang dihabiskan oleh pasien ulu hati
mual 4. Menimbang BB klien - Klien mengatakan porsi makan
- Nafsu makan masih tidak habis, hanya 2-3 sendok
kurang - Klien mengeluh lemas
1

- Nyeri ulu hati Kolaborasi : O:


berkurang 1. Memberikan obat-obatan - Selaput mukosa kering
- Makan 3-4 sendok sesuai program Ranitidine 40 mg - Nyeri tekan pada epigastrik
- Klien mengeluh masih - Porsi makan tidak habis, msh
lemas tampak penuh
DO : - BB 45.5 kg
- Selaput mukosa kering A:
- Nyeri tekan pada Masalah belum teratasi
epigast rik berkurang P:
- Porsi makan tidak - Kaji keluhan mu al dan muntah
habis yang dialami pasi en
- Berikan makana n yang mudah
ditelan seperti bu bur.
- Berikan makana n dalam porsi
kecil dan frekuen si sering.
- Catat jumlah / por si makanan
yang dihabiskan oleh pasien
setiap hari.
- Berikan obat-oba tan antiemetik
sesuai program
- Lakukan mbangan BB
peni setiap hari
Risiko kurang volume Mandiri : S:
cairan tu buh berhubungan 1. Mengkaji keadaan umum pasien - Klien mengeluh h aus terus
dengan peningkatan serta tanda-tanda vital. - Klien mengata kan badan
permeabil itas dinding 2. Menganjurkan pasien untuk berkeringat terus
plasma. banyak minum. - Klien mengatakan BAK lancar
3. Mencatat intake dan output cairan. kurang lebih 200-250 cc setiap
DS :
kali BAK.
- Klien mengatakan masih
- BAK 4-5 kali/hari, warna urine
sering merasa haus
jernih
- Klien mengatakan
BAK 3-4 kali Kolaborasi : O:
DO : 1. Memantau cairan intravena sesuai - TD 110/60 mmHg
- Tampak berkeringat program RL 500 cc/6jam dan - Tampak berkeringat
- Suhu 39 C Fimahes 500cc/24 jam - Suhu 38 C
- Mukosa kering - Mukosa kering
- TD : 100/70 mmHg - Turgor kulit baik
- CRT < 3detik
- Hematokrit: 39%, HB: 14.6 g/dl
Terpasang RL 50 0 cc/8 jam dan
Fimahes dlm 500 cc/24 jam.
A:
Kekurangan volume cairan tidak
terjadi
P:
- Pantau kondisi umum dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan ou tput cairan.
- Kaji kemampuan menelan klien.
- Berikan cairan int ravena sesuai
program
Risiko terjadi perdarahan Mandiri : S:
berhubun gan dengan 1. Memantau tanda penurunan - Klien mengat akan tidak
trombosit openia. trombosit cth. perdarahan gusi, mengalami perdar ahan gusi
melena. O:
DS :
2. Menganjurkan pasien untuk - Trombosit : 21 ribu/mm3
- Klien mengatakan tidak
banyak istirahat/bedrest. - Petechie (+)
mengalami perdarahan
3. Memberi anjuran perdarahan - Perdarahan gusi tidak ada
gusi
4. Menganjurkan meminimalisasi A :
penggunaan sikat gigi dan Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
DO : Kolaborasi : P:
- Trombosit : 29 1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit - Pantau TTV
ribu/mm3 dan faktor pembekuan. - Pantau tanda penurunan
- Petechie (+) 2. Memberikan obat sesuai program trombosit yang disertai gejala
klinis.
- Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat/bedrest.
- Anjurkan kpd klien untuk
segera melapor bila ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan an tiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekua n.
3.5 Implementasi dan Evaluasi

Tgl : 19 / 05 / 2013 (Hari ke-4 perawatan)


Diagnosa Implementasi Evaluasi
Peningkatan suhu tubuh Mandiri : S:
berhubungan dengan 1. Memantau suhu pasien. - Klien mengatakan badan tidak
proses penyakit (viremia). terasa panas
Kolaborasi : O:
DS:
1. Melaporkan ke DPJP suhu tubuh - Kulit tidak tampak kemerahan
- Klien mengatakan
klien afebris - Klien tidak berkeringat
badan tiba2 tidak
2. Memberikan terapi cairan - Kulit tidak teraba panas
terasa panas dan tidak
intravena sesuai program - Suhu 36.4 C
berker
ingat lagi
DO: A:
buh teratasi
- Kulit Peningkatan suhu tu
tidak tampak
kemer P:
ahan
- Tidak - Pantau ketat TTV
tubuh pasien
tampak
berker - Pantau suhu shift
- Kulit tingat minimal tiap satu JP bila suhu
- Suhu 3 eraba panas
- Laporkan ke DPningkat
6.8 C
tubuh kembali me
Gangguan
kebutuhan pemenuhan Mandiri : S: akan mual
dari nutrisi kurang 1. Mengkaji keluhan mual, yang - Kien mengat
berhubun kebutuhan dialami pasien berkurang n nafsu makan
mual, mu gan dengan 2. Menganjurkan makan dalam porsi - Klien mengataka
ntah, anoreksia. kecil dan frekuensi sering. masih kurang takan tidak
DS :
makanan yang dihabiskan oleh merasakan nyeri ulu hati lagi
- Kien mengeluh mual
pasien - Klien mengatakan porsi makan
berkurang
4. Menimbang BB klien habis hanya porsi
- Nafsu makan masih
Kolaborasi : O:
kurang
1. Memberikan obat-obatan sesuai - Selaput mukosa lembab
- Nyeri ulu hati program (OMZ 10 mg) - Nyeri tekan pada epigastrik
berkurang
- Makan 3-4 sendok - Porsi makan tidak habis, msh
- Klien mengeluh masih tampak penuh
lemas - BB klien 44 kg
DO : A:
- Selaput mukosa kering Masalah belum teratasi
- Nyeri tekan pada P:
epigastrik berkurang - Kaji keluhan mual dan muntah
- Porsi makan tidak yang dialami pasien
habis - Berikan makanan yang mudah
ditelan seperti bub ur.
- Berikan makanan dalam porsi
kecil dan frekuens i sering.
- Catat jumlah / p orsi makanan
yang dihabiskan oleh pasien
setiap hari.
- Berikan obat-oba tan antiemetik
sesuai program
- Lakukan penim bangan BB
setiap hari
Risiko kurang volume Mandiri : S:
cairan tu buh berhubungan 1. Mengkaji keadaan umum pasien - Klien mengeluh h aus terus
dengan peningkatan serta tanda-tanda vital. - Klien mengata kan badan
permeabil itas dinding 2. Menganjurkan pasien untuk berkeringat terus
plasma. banyak minum. - Klien mengatakan BAK lancar
3. Mencatat intake dan output kurang lebih 200 -250 cc setiap
DS :
cairan. kali BAK.
- Klien mengatakan
Kolaborasi : - BAK 4-5 kali/hari, warna urine
masih sering merasa
1. Memantau cairan intravena sesuai jernih
haus
program RL 500 cc/6jam dan O :
- Klien mengatakan
Gelofusin 500cc/24 jam - TD 100/70 mmHg
BAK 3-4 kali
- Tampak berkeringat
DO :
- Suhu 38 C
- Tampak berkeringat
- Mukosa kering
- Suhu 39 C - Turgor kulit baik
- Mukosa kering - CRT < 3detik
- TD : 100/70 mmHg - Hematokrit: 39%, HB: 14.6 g/dl
Terpasang RL 500 cc/8 jam dan
Hespan dlm 500 cc/24 jam.
A:
Kekurangan volume cairan tidak
terjadi
P:
- Pantau kondisi umum dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan ou tput cairan.
- Kaji kemampuan menelan klien.
- Berikan cairan int ravena sesuai
program

Risiko terjadi perdarahan Mandiri : S:


berhubun gan dengan 1. Memantau tanda penurunan - Klien mengat akan tidak
trombosit openia. trombosit cth. perdarahan gusi, mengalami perdar ahan gusi
melena. O:
DS : 2. Menganjurkan pasien untuk - Trombosit : 21 rib u/mm3
- Klien mengatakan tidak
banyak istirahat/bedrest. - Petechie (+)
mengal ami perdarahan 3. Memberi anjuran perdarahan - Perdarahan gusi ti dak ada
gusi
4. Menganjurkan meminimalisasi A :
DO : penggunaan sikat gigi dan Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
- Trombosit : 29 menggunakan antiseptik untuk P :
ribu/mm3 mulut. - Pantau TTV
- Petechie (+)
Kolaborasi : - Pantau tanda penurunan
1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit trombosit yang disertai gejala
dan faktor pembekuan. klinis.
2. Memberikan obat sesuai program - Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat/bedrest.
- Anjurkan kepada klien untuk
segera melapor bila ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekua n.
- Transfusi trombos it 10 kantomg
- Periksa trombosit setiap 12 jam
3.5 Implementasi dan Evaluasi

Tgl : 20 / 05 / 2013 (Hari ke-5 perawatan)


Diagnosa Implementasi Evaluasi
Gangguan pemenuhan Mandiri : S:
kebutuhan nutrisi kurang 1. Mengkaji keluhan mual, yang - Kien mengatakan sudah tidak
dari kebutuhan dialami pasien mual dan nafsu makan
berhubungan dengan 2. Menganjurkan klien untuk - Klien mengatakan porsi makan
mual, mu ntah, anoreksia. melaporkan ke perawat atau dokter habis 1 porsi
jika rasa mual muncul kembali O:
DS :
3. Melakukan penimbangan BB - Selaput mukosa lembab
- Kien mengatakan
- Porsi makan tidak habis
tidak ada mual dan
- Tampak lebih berenergi /
nyeri u lu hati
semangat
- Nafsu makan
- BB klien 45 Kg
memb
aik
- Maka A:
n sudah habis 1
porsi Masalah teratasi
- Badan P:
sudah tidak untuk terus
terasa - Anjurkan klien
si makan
lemas lagi
DO : menghabiskan por JP jika rasa
- Selaput - Laporkan ke DPbali
- Nyeri mukosa kering
mual muncul kem mengenai
epigast tekan pada
- Kolaborasikan mberian th/
- Porsi rik berkurang
kelanjutan pe
habis makan tidak etiap hari
antiemetic
Risiko kurang volume Mandiri : S:
cairan tubuh berhubungan 1. Mengkaji keadaan umum / - Klien mengatakan tidak
dengan peningkatan kesadaran pasien mengeluh apa2 (tidak ada
permeabilitas dinding 2. Memantau tanda-tanda vital demam)
plasma. selama fase kritis DHF O:
3. Memantau pemberian cairan - TD 110/70 mmHg
4. Mencatat intake dan output cairan. - Suhu 36.4 C
DS : - Turgor kulit baik
- Klien mengatakan badan - CRT < 3detik
sudah tidak panas - Hematokrit: 43%, HB: 16.9 g/dl
DO : Terpasang RL 500 cc/6 jam dan
- TD : 110/70 mmHg Hespan dlm 500 cc/24 jam.
- Nadi : 84 x/mnt A:
Kekurangan volume cairan tidak
terjadi
P:
- Pantau kondisi umum dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tand a syok (fase
kritis DHF).
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan ou tput cairan.
- Berikan cairan int ravena sesuai
program

Risiko terjadi perdarahan Mandiri : S:


berhubun gan dengan 1. Memantau tanda penurunan - Klien mengat akan tidak
trombosit openia. trombosit cth. perdarahan gusi, mengalami perdar ahan gusi
melena. O:
DS : 2. Menganjurkan pasien untuk - Trombosit : 22 rib u/mm3
- Klien mengatakan tidak
banyak istirahat/bedrest. - Hb :17.5
mengal ami perdarahan 3. Mengingatkan kepada klien untuk - Perdarahan gusi ti dak ada
gusi
mengurangi penggunaan sikat A :
DO :
gigi atau menggunakan sikat yang Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
- Trombosit : 30
lembut dan menganjurkan P :
ribu/mm3
menggunakan antiseptik untuk - Pantau TTV
mulut. - Pantau tanda penurunan
trombosit yang disertai gejala
klinis.
60

Kolaborasi : - Anjurkan pasien untuk banyak


1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit istirahat/bedrest.
dan faktor pembekuan. - Anjurkan kepada klien untuk
2. Memberikan transfuse trombosit segera melapor bila ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekua n.
1

3.5 Implementasi dan Evaluasi


Tgl : 21 / 05 / 2013 (Hari ke-6 perawatan)
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Risiko kurang volume Mandiri : S:
cairan tubuh berhubungan 1. Mengkaji keadaan umum / - Klien mengatakan tidak
dengan peningkatan kesadaran pasien mengeluh apa2 (tidak ada
permeabilitas dinding 2. Memantau tanda-tanda vital demam)
plasma. selama fase kritis DHF O:
3. Memantau pemberian cairan - Suhu 36.5 C
DS :
4. Mencatat intake dan output - TD : 110/80 mmH g
- Klien mengatakan
cairan. - Nadi : 84 x/mnt
badan
sudah tidak
panas - Hb: 14.7
- Hematokrit : 39 %
DO :
- Terpasang RL 50 0 cc/6 jam dan
- TD : 11 0/70 mmHg
Hespan dlm 500 c c/24 jam.
- Nadi : 84 x/mnt
A:
- Hb: 1
4.7 cairan tidak
- Hemato Kekurangan volume
krit : 39 %
terjadi
P:
umum dan
- Pantau kondisi
kesadaran klien
a syok (fase
- Pantau tanda-tand
kritis DHF).
untuk banyak
- Anjurkan pasien
minum.
tput cairan.
- Catat intake dan ou
- Berikan cairan intravena sesuai
program
Risiko terjadi perdarahan Mandiri : S:
berhubungan dengan 1. Memantau tanda penurunan - Klien mengatakan tidak
trombositopenia. trombosit cth. perdarahan gusi, mengalami perdarahan gusi
melena. O:
DS :
2. Menganjurkan pasien untuk - Trombosit : 36 ribu/mm3
- Klien mengatakan tidak
banyak istirahat/bedrest. - Hb :14.7
mengalami perdarahan
3. Mengingatkan kepada klien untuk - Perdarahan gusi tidak ada
gusi
mengurangi penggunaan sikat A :
DO : gigi atau menggunakan sikat yang Masalah ; Perdaraha n tidak terjadi
- Tromb osit : 36
lembut dan menganjurkan P :
ribu/m m3 menggunakan antiseptik untuk - Pantau TTV
- Hb : 1 4.7
mulut. - Pantau tanda penurunan
Kolaborasi : trombosit yang disertai gejala
1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit klinis.
dan faktor pembekuan. - Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat/bedrest.
- Anjurkan kepada klien untuk
segera melapor bila ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan an tiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekua n.
3.5 Implementasi dan Evaluasi

Tgl : 22 / 05 / 2013 (Hari ke-7 perawatan)


Diagnosa Implementasi Evaluasi
Risiko kurang volume Mandiri : S:
cairan tubuh berhubungan 1. Mengkaji keadaan umum / - Klien mengatakan tidak
dengan peningkatan kesadaran pasien mengeluh apa2 (tidak ada
permeabilitas dinding 2. Memantau tanda-tanda vital selama demam)
plasma. fase kritis DHF - Klien mengatakan sudah tidak
3. Memantau pemberian cairan sering merasa haus
DS :
4. Mencatat intake dan output cairan. O:
- Klien mengatakan
- TD : 110/70 mmHg
badan sudah tidak
- Nadi : 76 x/mnt
panas
- Hb: 14.5
DO :
- Hematokrit : 38 %
- TD : 11 0/70 mmHg
cc/6 jam
- Terpasang RL 500
- Nadi :
74 x/mnt
- Hb: 1 A:
4.4 cairan tidak
- Hemato Kekurangan volume
krit : 38 %
terjadi
P:
umum dan
- Pantau kondisi
kesadaran klien
- Pantau TTV
tput cairan.
- Catat intake dan ou
ravena sesuai
- Berikan cairan int
program
Risiko terjadi perdarahan Mandiri : S:
berhubungan dengan 1. Memantau tanda penurunan - Klien mengatakan tidak
trombositopenia. trombosit cth. perdarahan gusi, mengalami perdarahan gusi
melena. O:
2. Menganjurkan pasien untuk - Trombosit : 50 ribu/mm3
banyak istirahat/bedrest. - Hb :14.5
- Perdarahan gusi tidak ada
DS : 3. Mengingatkan kepada klien untuk A :
- Klien mengatakan tidak mengurangi penggunaan sikat Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
mengalami perdarahan gigi atau menggunakan sikat yang P :
gusi lembut dan menganjurkan - Pantau TTV
DO : menggunakan antiseptik untuk - Pantau tanda penurunan
- Trombosit : 45 mulut. trombosit yang disertai gejala
ribu/mm3 Kolaborasi : klinis..
- Hb : 14.7 1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit - Anjurkan kepada klien untuk
dan faktor pembekuan. segera melapor bila ada
perdarahan
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan laporkan ke D PJP
- Lakukan discha rge planning
jika diindikasikan boleh pulang
3.5 Implementasi dan Evaluasi

Tgl : 23 / 05 / 2013 (Hari ke-8 perawatan)


Diagnosa Implementasi Evaluasi
Risiko terjadi perdarahan Mandiri : S:
berhubungan dengan 1. Memantau nilai trombosit - Klien mengatakan tidak ada
trombositopenia. 2. Tetap menganjurkan untuk banyak perdarahan
minum O:
DS :
3. Memberikan pendidikan kesehatan - Trombosit : 579 ri bu/mm3
- Klien mengatakan tidak
kepada klien dan keluarga - Hb :15.3
mengal ami perdarahan
mengenai perawatan klien di - Perdarahan tidak ada
gusi
rumah A:
DO :
4. Memberikan informasi kepada Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
- Tromb osit : 79
keluarga untuk segera kembali ke P :
ribu/m m3
pelayanan kesehatan jika keluhan - Laporkan kondisi terakhir klien
- Hb : 1 5.3
kembali muncul dan control rutin ke DPJP
rge planning
sesuai program dari dokter - Lakukan discha
boleh pulang
jika diindikasikan
1

BAB 4
PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan pada klien dengan DBD dilakukan berdasarkan tahapan


asuhan keperawatan dimulai dengan pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, penyusunan rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi.
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara serta mencari data sekunder dari
catatan rekam medis (status). Data yang terkumpul kemudian diolah
dianalisis sehingga masalah keperawatan dapat diprioritaskan. Selanjut
menyusun perencanaan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Implemen
kemudian dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Set
intervensi dilakukan berikutnya adalah melakukan evaluasi terhadap asu
keperawatan yang telah diberikan kepada pasien.
4.1. Pengkajian
Proses pengkajian yang dilakukan terhadap pasien dengan DBD dilakukan se
dengan standar format pengkajian secara umum dengan ditambah beberapa
yang harus dikaji terkait proses terjadinya penyakit seperti kondisi lingkun
rumah serta riwayat berpergian sebelum sakit.
1. Identitas Klien
Data-data dasar pasien yang dikaji meliputi nama, umur, jenis kelam
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomer rekam medis, diagnosa medis.
Pada pengkajian klien dengan DHF, data dasar yang menjadi informasi y
penting terkait proses penyakit adalah informasi mengenai alamat rumah
tempat tinggal pasien. Dari data tersebut perawat dapat mengetahui apa
klien bertempat tinggal di daerah yang menjadi daerah padat dan kotor
daerah endemik terjadinya DBD. Peningkatan dan penyebaran kasus D
kemungkinan salah satunya disebabkan oleh perkembangan wilayah
perkotaan dan perubahan kepadatan dan distribusi penduduk (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
Pada kasus di atas, keluarga mengatakan bahwa mereka bertempat tinggal di
area pemukiman yang cukup bersih dan tidak terlalu padat di daerah
Kelurahan Cipinang Pulogadung.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang muncul pada klien dengan DBD secara umum
adalah demam yang mendadak, ada rasa mual dan disertai muntah,
adanya perdarahan (petekie, ekimosis, purpura pada ekstremitas atas,
dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang kadang disertai kejang dan
penurunan kesadaran.
Pada kasus Tn. T, Keluhan utama yang menjadi alasan klien ke
datang
kan lain dan jadi
Rumah Sakit adalah karena demam tinggi. Demam tinggi yang dirasa
data
terjadi secara mendadak dan demam tidak turun dalam 3 hari. Se
demam, klien juga mengeluh nyeri pada area mata, mengeluh mual
sakit kepala. Keluhan tersebut merupakan keluhan umum yang ter
pada klien dengan DBD namun harus diperkuat lagi oleh data-
tambahan atau pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Riwayat Penyakit Sekarang (saat dikaji)
Saat dikaji klien mengeluh badan panas, kepala terasa pusing, mual-mual
dan badan terasa lemas. TD=100/70 mmHg N=90,RR=20 S=38, dan ba
dan ke7
teraba panas, tampak meringis sakit kepala, klien tampak mual
menolak untuk makan. Keluhan tersebut masih dirasakan sampai hari
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada kasus DHF riwayat penyakit dahulu untuk menentukan apakah DHF
yang dialami klien saat ini yang pertama kali atau yang kedua kalinya
karena akan menentukan kepada jenis dari virus dengue.
Seseorang yang pernah mendapat infeksi primer virus dengue, a kan
mempunyai antibody yang dapat menetralisasi yang sama (homologo us).
Tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder dengan jenis
serotipe virus yang lain, maka terjadi infeksi yang berat.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah di dalam keluarga
ada yang menderita DHF untuk menentukan apakah DHF yang dialami
oleh klien didapat dari anggota keluarga atau dari orang atau lingkungan .

Universitas Indonesia
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan sangat perlu dikaji karena sangat berpengaruh
terhadap penyebaran dari penyakit DHF. Penularan infeksi virus dengue
terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes. Peningkatan kasus tiap
tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tempat perindukan
bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan Tanda Tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan masalah DHF dapat bervariasi
yang ringan sampai yang berat tergantung dari derajat DBD. Pada kasu
atas keadaan umum klien masih dalam kondisi yang baik, klien m
dalam kondisi kesadaran penuh tidak ada kejang atau tidak dalam mon
syok.
b. Sistem Tubuh
1) Pernapasan
Pola pernafasan klien Tn. T di dalam kasus tidak mengal
gangguan pernapasan, hal ini sesuai dengan konsep bahwa p
penyakit DBD dengan derajat 1 dan 2 jarang terdapat gangguan p
sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 yang se
disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan penatalaksan
lebih lanjut.
2) Cardiovaskuler
Pada pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler pada klien ditemu
TD: 100/70 mmHg, N: 90 x/mnt, pulsasi lemah, akral hangat, sian
(-), CRT < 3 detik, Uji tourniquet positif. Hal tersebut sesuai den
tanda dan manifestasi klinis pasien dengan DHF derajat satu.
3) Persarafan
Pada pemeriksaan system persarafan klien tidak mengalami gangguan
atau penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran terjadi sebagai akibat
dari penurunan volume cairan intravaskuler yang menyebabkan
perfusi ke seluruh tubuh berjurang termasuk ke jaringan otak.

Universitas Indonesia
1

4) Perkemihan Eliminasi Urinaria (B4 : Bladder)


Klien mengatakan produksi urin masih banyak dan berwarna
kekunungan. Sesuai dengan derajat 2 DBD.
5) Pencernaan Eliminasi Fekal (B5 : Bowel)
Klien mengeluh mual dan kadang-kadang muntah hal ini sesuai
dengan literature yang mengatakan bahwa klien dengan DHF akan
mengalami gejala seperti mual dan muntah / tidak ada nafsu makan,
haus, sakit menelan, nyeri tekan ulu hati dankonstipasi. Mu
kosa
mulut kering, hiperemia tenggorokan, derajat 3 dan 4 terd apat fe,

pembesaran hati dan nyeri tekan, sakit menelan, pembesaran lim


nyeri tekan epigastrium, hematemisis dan melena.
6) Muskuloskeletal (B6 : Bone)
Pemeriksaan fisik klien dengan DHF derajat 1 dan 2 adalah Nyeri
pada sendi, otot, punggung dan kepala; kulit terasa panas, wajah
tampak merah dapat disertai tanda kesakitan.
4. Pemeriksaan penunjang
Dalam menentukan dignostik DHF, selain dengan menggunakan ge jala
apa
klinis yang muncul juga harus didukung oleh data lain dari beber
aan aan
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah yaitu pemeriks
darah rutin (DPL), pemeriksaan fungsi hepar (SGOT SGPT), pemeriks
fungsi ginjal (ureum kreatinin), pemeriksaan Dengue.
Pada pemeriksaan darah rutin (DPL), indicator penilaian yangihatdil
ada Pnya lai
berturut-turut adalah nilai trombosit, nilai hematokrit dan nilai Hb.
krit
kasus DBD, nilai trombosit biasanya turun sebagai akibat dari ada
proses atau reaksi imun. Hal ini juga tampak pada klin Tn T dimana ni
trombositnya dibawah normal yaitu 61 ribu/mm3. nilai hemato
mencerminkan nilai dari kekentalan dari darah, semakin kental darah
semakin tinggi nilai hematokrit. pengentalan darah terjadi sebagai akibat
dari adanya kebocoran cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler akibat
dari peningkatan permeabilitas pembuluh darah. nilai hematokrit adalah
menggunakan 3 X nilai Hb pasien. di dalam kasus Tn. T didapat nilai
hematokrit sebesar 39%. nilai tersebut masih dalam batas rentang normal

Universitas Indonesia
karena pada klien belum terjadi perpindahan cairan dari intravaskuler ke
ekstravaskuler. Nilai Hb akan semakin meningkat seiring nilai hematokrit
yang meningkat.
Pemeriksaan fungsi hepar, pada klien Tn . T mengalami peningkatan yaitu
SGOT = 86 (N : 0-37) dan SGPT = 46 (0-40). hal ini tampak bahwa
Hepar sudah mengalami gangguan akibat proses penyakit yang terjadi.
Pemerikasaaan fungsi ginjal dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
proses penyakit sudah mengganggu fungsi ginjal atau tidak. pada k
Tn. T fungsi ginjal masih dalam keadaa baik yaitu ureum 19 (N : 20
dan kreatinin 1 ( N:0.8-1.5). Pemeriksaan darah lain adalah pemeriks
NS dengue positif. pemeriksaan rontgen dapat terlihat adanya efusi ple
bagi pasien DBD yang telah mengalami peningkatan permeabilitas kapi
namun pada kasus Tn. T efusi pleura tidak terjadi.
5. Pengobatan
Tatalaksana yang dilakukan berdasarkan dengan standar yang diguna
dan berlaku di rumah sakit, namun tetap mengacu kepada protocol stand
yang berlau secara nasional maupun internasional. pada kasus k
diberikan cairan kristaloid dan koloid yang merupakan penanganan ut
pada kasus DBD. lalu antipiretik diberikan untuk mengatasi dem
antiemetic juga diberikan untuk mengatasi mual-mual. Diet maka
diberikan diet lunak agar metabolism yang digunakan dalam pros
pencernaan tidak banyak terjadi.

4.2 Masalah Keperawatan


Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. merupakan masalah keperaw
yang sering muncul pada pasien dengan DBD. namun dari sekian banyak mas
keperawatan yang dapat muncul hanya beberapa masalah keperawatan saja yang
dapat diangkat dari kasus Tn. T.
masalah keperawatan diangkat berdasarkan dari data subjektif dan objektif yang
merupakan gejala atau manifestasi klinis Tn. T dan juga didukung oleh data-data
dari pemeriksaan penunjang. Masalah keperawatan yang diangkat dalam kasus
Tn. T adalah :

Universitas Indonesia
1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)
2. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan
3. Risiko perdarahan
4. Risiko Defisit volume cairan
Dari ke empat daftar masalah di atasa, tampak bahwa hanya satu masalah
keperawatan yang bersifat actual dan sisanya sebanyak tiga masalah bersifat
risiko, hal tersebut dikarenakan data-data yang muncul belum actual atau su dah
terjadi, namun risiko terjadinya hal tersebut ada.

4.3 Diagnosa Keperawatan


Tahap kedua dari asuhan keperawatan yaitu merumuskan diagnosa keperawa
tan.
ian. kan nlah
Diagnosa ditegakkan berdasarkan analisa dan sintesa dari hasil pengkaj
ensi
Setelah dilakukan analisa terhadap data yang terkumpul, kemudian dirumus
diagnosa keperawatan. Dari masalah keperawatan kaus diatas maka disusu
diagnosa keperawatan berdasarkan tingkat prioritas untuk pelaksanaan interv
yaitu :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubun gan
dengan mual, muntah, anoreksia.
3. Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningk atan
permeabilitas dinding plasma.
4. Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Diagnosa diatas adalah diagnosa yang dibuat berdasarkan acuan dari diagnose
keperawatan bagi penderita DHF sesuai dengan literature atau buku sumberang
y ikan
ada namun tidak semua diagnosa pada literature diangkat karena disesua
dengan kondisi klien saat ini.
4.4 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan masalah yang sedang dialami
oleh klien. Intervensi yang dilakukan untuk masalah yang bersifat aktual dan
dilanjutkan dengan intervensi untuk masalah keperawatan yang bersifat risiko.

Universitas Indonesia
Pada diagnosa keperawatan yang bersifat risiko dilakukan prioritas kembali untuk
menentukan masalah keperawatan yang akan dilakukan intervensi terlebih dahulu.
Intervensi dilakukan berdasarakan atas masalah yang muncul pada klien dengan
rasionalisasi tindakan yang tepat.
Pada kasus Tn. T intervensi yang disusun berdasarkan hasil dari analisa data
masalah dan diagnosa keperawatan yang muncul. Intervensi keperawatan yang
disusun adalah :
1. Dx. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia ).
Mandiri :
- Monitor suhu pasien.
- Anjurkan pasien untuk banyak minum (lebih kurang 2,5 liter / 24 jam).
- Berikan kompres hangat
- Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Kolaborasi :
- Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter
- Berikan antipiretik.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubun gan
dengan mual, muntah, anoreksia.
Mandiri :
- Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien
- Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
- Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
- Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Kolaborasi :
- Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
3. Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningk atan
permeabilitas dinding plasma.
Mandiri :
- Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-
tanda vital.
- Observasi tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak minum.

Universitas Indonesia
- Catat intake dan output cairan.
- Palpasi nadi perifer, capilary refill, temperatur kulit, kaji kesadaran,
tanda perdarahan
- Monitor adanya nyeri dada tiba-tiba, dispnea, sianosis, kecemasan
yang meningkat, kurang istirahat.
- Kaji kemampuan menelan klien.
Kolaborasi :
- Berikan cairan intravena sesuai program dokter : NaCl 0,45%, RL
solution.
- Koloid : dextran, plasma/albumin, Hespan/Fimahes.
4. Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
Mandiri :
- Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat/bedrest.
- Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan le bih
lanjut.
- Awasi tanda vital
- Anjurkan meminimalisasi penggunaan sikat gigi, dorong penggun aan
antiseptik untuk mulut.
- Gunakan jarum kecil untuk injeksi atau pengambilan sampel darah
- Observasi adanya ptekie, epistaksis, perdarahan gusi, melena.
Kolaborasi :
- Awasi Hb, Ht, trombosit dan faktor pembekuan.

4.5 Implementasi dan Evaluasi keperawatan


Implementasi dilakukan berdasarkan prioritas masalah yang sudah ditegak kan
sebelumnya. dalam proses pelaksanaannya, tidak semua intervensi di dalam teori
dapat dilakukan sehubungan dengan keterbatasan yang ada di ruangan Melati
Atas. Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan keperawatan dan
selanjutnya dilakukan evaluasi atas tindakan yang sudah dilakukan.

Universitas Indonesia
75

Klien dirawat selama 8 hari, pada hari terakhir klien dirawat semua masalah
keperawatan dapat diatasi dank lien dinyatakan sudah diperbolehkan pulang oleh
dokter penanggung jawab pasien (DPJP).

Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Terkait dengan konsep demam berdarah dengue (DBD), maka penulis


menyimpulkan;
1. Demam berdarah dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya
memburuk pada hari kedua.
2. Virus dengue tergolong dalam grup Flaviviridae dengan 4 serotipe, DEN 3,
merupakan serotie yang paling banyak.
3. Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes Aegypti.
4. Gejala utama demam berdarah dengue (DBD) adalah demam, pendara han,
hepatomegali dan syok.
5. Kriteria diagnosis terdiri dari kriteria klinis dan kriteria laboratoris. Dua
kriteria klinis ditambah trombosipenia dan peningkatan hmatokrit cukup unt uk
menegakkan diagnosis demam berdarah dengue.
6. Penatalaksanaan demam berdarah dengue bersifat simtomatif yaitu mengo bati
gejala penyerta dan suportif yaitu mengganti cairan yang hilang.

Asuhan keperawatan pada pasien DBD dilakukan secara menyeluruh meliputi


pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana tindakan keperawatan, implemen tasi
keperawatan, dan evaluasi.
Pada tahap awal, perawat melakukan pengkajian melalui wawancara. Berdasarkan
hasil pengkajian didapatkan beberapa masalah kesehatan yang akhirnya dapat
memunculkan masalah keperawatan yaitu peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan proses penyakit (viremia), gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia. risiko kurang
volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
plasma, risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. Dari
masalah keperawatan tersebut maka disusun beberapa rencana intervensi untuk
menyelesaikan masalah kesehatan tersebut. Rencana intervensi disusun
berdasarkan masalah yang ditetapkan dan mengacu pada teori-teori terkait yang
kemudian dirangkum dalam rencana kegiatan. Implementasi tindakan tidak

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


76

sepenuhnya sesuai dengan teori terkait, karena disesuaikan dengan situasi dan
kondisi lansia.

5.1 SARAN
1. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan DBD harus
dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sesuai dengan tingkat
atau derajat penyakitnya. Keputusan dan tindakan yang tepat dalam
menangani masalah yang timbul dapat menyelamatkan klien dari kematian.
Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan petugas kesehatan
yang baik dalam penanganan pasien dengan DBD.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan DBD, petugas
kesehatan harus memahami konsep dari terjadinya penyakit sehingga d apat
memberikan pelayanan kesehatan yang tepat dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Bresler.( 2000). Kedokteran Darurat. EGC. Jakarta

Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.

Su hendro, dkk .(2006) Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi ked ua.
Penerbit FKUI. Jakarta.

Wo rld Health Organization (WHO),2009. New Guidelines for Diagnosis, Treatm ent,
Prevention and Control. New Edition,

Ma nsjoer Arif, dkk 2000. Kapita Selecta Kedokteran. Edisi III, Media Aeculop ius,
Jakarta.

Beh rman, Kliegman, Arvin. (2000). Demam Berdarah Dengue . Dalam Ilmu Keseha tan
Anak. Jakarta : EGC.

Cor win, Elizabeth J. ( 2008). Handbook of Pathophysiology. 3rd edition. Lippin cott
Wil liam and Walkin.
Dir ektorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkun gan
Pemukiman. (1990). Petunjuk Diagnosa dan penatalaksanaan Penderita Demam
berdarah Dengue. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Han dayani, W dan Haribowo.(2008). Asuhan Keperawatan pada Klien den gan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Irianto, Kus.( 2004). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung : Yrama Widya.
Sut edjo, AY. (2008). Buku Saku Mengenal Penyakit melalui Hasil Laboratoriu m.
Yogyakarta : Amara Books.
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. EGC : Jakarta.
Price, Sylvia Anderson.(2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-prose penyakit. Ed.
6.Jakarta ;EGC

Sherwood, Lauralee.(2001). Fisiologi manusia.Ed. 2. Jakarta ; EGC

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai