Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
DEWAN PENGUJI
NIP : 196805111993032002
Ditetapkan di : Depok
ii Universitas Indonesia
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penulisan karya ilmiah akhir
ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas
akhir dalam mencapai gelar Ners Ilmu Keperawatan. Saya menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai
penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyele saikan
karya ilmiah akhir ners ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih ke pada:
1. Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan F akultas
Ilmu Keperawatan;
2. Ibu Efi Afifah, S.Kp., M.Kes selaku dosen pembimbing karya ilmiah akh ir ners
yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan arahan serta masukan dalam
penyusunan karya ilmiah akhir ners ini
3. Bpk. I Made Kariasa S.Kp, M.Kep, Sp KMB selaku dosen pembi mbing
pemintana keperawatan medikal bedah yang telah menyediakan waktu, tenaga,
pikiran dan arahan serta masukan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ne rs ini;
4. Bapak Ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia yang telah berkontribusi memberikan materi selama perkuliahan dan
praktikum berlangsung.
5. Teman sepembimbing dan seperjuangan dan kelompok KKMP peminatan KMB
di Rumah sakit persahabatan khususnya di Ruang melati Atas yang sen antiasa
bersama selama proses bimbingan karya ilmiah akhir ners, saling memberikan
dukungan dan bertukar informasi selama penyusunan karya ilmiah akhir ne rs ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ners ini dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Yudi Elyas S.Kep
NPM : 1006823620
Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eklus
if ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam
bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selam
a tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Dema m berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit masyarakat di per kotaan.
DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Manifestasi klinis infek si virus
dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam de ngue,
demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai oleh
empat manifestasi klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan (terutama kulit),
hepato megali, dan tanda kegagalan sirkulasi. Karya ilmiah ini merupakan laporan ilmiah
mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan masyarakat perkotaan ;
DBD. mplementasi
I dilakukan pada Klien yang dirawat selama 8 hari di ruang rawat penyakit
dalam Melati Atas RSUP Persahabatan. Jumlah masalah keperawatan yang diangkat adalah
pening katan suhu tubuh, risiko defisit volume cairan, risiko perdarahan dan risiko gangguan
pemen uhan kebutuhan nutrisi. Masalah keperawatan tersebut teratasi sampai hari ke-8
perawatan.
Deng ue hemorrhagic fever (DHF) is a disease in urban communities. Dengue is an inf ectious
diseasecaused by the dengue virus. Clinical manifestations of dengue virus infection m ay be
asymptomatic or may not be a typical fever, dengue fever, dengue hemorrhagic fever or dengue
shock syndrome. Dengues hemorrhagic fever is characterized by four major clinical
manifestations are high fever, hemorrhagic manifestations (especially the skin), hepato megaly,
and a sign of circulatory failure. This paper discuss about the nursing care to clients with health
proble ms of urban communities; DHF. Implementation is done on client who were treate td for 8
days aMelati Atas ward, Persahabatan Hospital. Number of nursing problems ar e body
temperature is increased, the risk of fluid volume deficit, risk of bleeding and the risk of
impaired nutritional needs. Nursing problem is solved until the 8th day care.
BAB1 : PENDAHULUAN...........................................................................
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Tujuan Penulisan.... 3
1.3 Metode Penulisan.............3
1.4 Sistematika Penulisan. 3
BAB 4 : PEMBAHASAN....... 66
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN.... 74
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat terjadi pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam (Soeparman, 2006). DBD disebabkan oleh
Arbovirus (Arthropodborn Virus) melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes
Albopictus dan Aedes Aegepty). Tanda dan gejala penyakit DBD adalah :
meningkatnya suhu tubuh, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri, sesak nafas, batuk,
epistaksis, nafsu makan menurun, mual, muntah, petekie, ekimosis, purpura,
perdarahan gusi, hematemesis, hematuria masif, melena dan syok.
Penyebaran DBD sangat mudah dan dapat menjadi wabah di suatu lingkun gan
tertentu. Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik b arat
dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh
wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100. 000
penduduk. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk ge nus
Aedes. Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan
tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.
Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah keseh atan
masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderita dan
penyebarannya yang sejalan dengan arus transfortasi dan kepadatan pendu duk.
Data dari Depkes RI tahun 2010 mencantumkan peningkatan jumlah kasus D BD,
pada tahun 2008 137.469 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009 dan
sekitar 140.000 kasus di Indonesia pada tahun 2010. Peningkatan dan penyebaran
kasus DBD tersebut kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang
tinggi, perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan
dan distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya yang masih
memerlukan penelitian lebih lanjut (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau
dikurangi (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Kegiatan mengukur keberadaan
vektor dilakukan oleh peran serta masyarakat yang telah dikoordinir oleh RT/RW
dan tenaga kesehatan yang telah dilantik menjadi kader.
Universitas Indonesia
3. Metode Penulisan
Dalam makalah ini penulis menggunakan metode penulisan deskritif melalui
pendekatan studi kepustakaan atau literatur dengan mencari sumber sumber
data dan melakukan pengkajian dari berbagai referensi mengenai Demam
Berdarah Dengue.
4. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 4 (empat) BAB :
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Tinjauan Pustaka
BAB III : Tinjauan Kasus
BAB IV : Penutup / Kesimpulan
Daftar Pustaka
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Iklim di indonesia ditentukan oleh letak geografisnya yang diapit oleh benua
eurasian di sebelah utara dan benua Australia di sebelah Selatan. Selain itu
dibatasi juga oleh samudra Pasifik di sebelah timur dan samudera Hindia di
sebelah Barat, sehingga sangat berperan pentig dalam variabilitas dari ikli m di
Indonesia.
Iklim dan cuaca juga memiliki peranan yang penting baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap penyebaran, pemencaran dan perilaku serangga.
Salah satu dari serangga adalah Aedes Agepty. Sehingga iklim dan cuaca
berpengaruh terhadap penyebaran / distribusi penyakit DBD.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan
sub-tropis, dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Terhitung sejak tahun 1968 hingga
tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit DBD
sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama di Indonesia, karena jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya
Universitas Indonesia
semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh wilayah
tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk.
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes.
Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.
Universitas Indonesia
b. Kondisi social ekonomi akan mempengaruhi perilaku dalam
mempercepat penularan penyakit DBD. Seperti kurangnya pendingin (AC)
di dalam rumah sehingga membuat masyarakat terbiasa untuk duduk-
duduk dui luar rumah pada pagi dan sore hari yang merupakan waktu
yang pas nyamuk Aedes Aegepty mencari mangsanya (Gubler,1988).
c. Tingkat kepadatan penduduk akan memudahkan penularan DBD
karena berkaitan dengan jarak terbang nyamuk sebagai vektornya. Dari
beberapa
hasil penelitian menunjukkan kejadian epidemic DBD banyak terjadi p ada
daerah yang berpenduduk padat.
d. Imunitas adalah daya tahan tubuh terhadap benda asing atau system
kekebalan. Jika system kekebalan tubuh rendah atau menurun, maka dengan
mudah tubuh akan terkena penyakit.
e. Ststus gizi diperoleh dari nutrient yangdiberikan. Secara umum kekurangan
gizi akan berpengaruh terhadap daya tahan dan resp[on imunologis terhadap
penyakit
Faktor lingkungan
Factor lingkungan diklasifikasikan menjadi lingkungan fisik, lingkungan kim ia,
lingkungan biologi dan lingkungan social ekonomi.
1) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik mencakup keadaa iklim yang terdiri dari curah hujan,uhu
s
ban
udara, kelembaban udara sehingga nyamuk sangat rentan terhadap kelemba
dap ring
rendah. Spesies nyamuk yang mempunyai habitat hutan lebih rentan terha
perubahan kelembaban daripada spesies yang mempunyai habitat iklim ke
(Sukowati,2004).
2) Sinar matahari
Pada umumnya sinar matahari berpengaruh terhadap aktivitas nyamuk da lam
Universitas Indonesia
kecepatan angin 11-14 m/ detik akan menghambat aktivitas terbang nyamuk
(Vanleeuwen,1999). Nyamuk aedes aegepty mempunyai jarak terbang yang
paling efektif 50-100 mil atau 81-161 Km (Brown,1983).
4) Lingkungan kimia
Air adalah materi yang sangat penting dalam kehidupan. Air merupakan habitat
nyamuk pradewasa dan berperan penting dalam proses perkembangbiakan
nyamuk. Penyakit dapat dipengaruhi oleh perubahan penyediaan air. Salah satu
diantaranya adalah infeksi yang ditularkan oleh serangga yang bergantung pada
air seperti aedes aegepty dapat berkembang biak pada air denagn PH normal
6,5 9 (Sudrajat,1990)
5) Lingkungan biologi
Lingkungan biologi berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit menular.Hal
enis
yang berpengaruh antara lain jenis parasit, ststus kekebalan tubuh penduduk, j ang
dan populasi serta potensi vector dana adanya predator dan populasi hewan y
ada (Sukowati,2004).
6) Lingkungan social ekonomi
Secara umum faktor yang berkaitan dengan lingkungan social ekonomi adalah :
a) Kepadatan penduduk akan mempengaruhi terhadap ketersediaan makanan dan
kemudahan dalam penyebaan penyakit
b) Kehidupan social seperti perkumpulan olahearaga, fasilitas kesehatan, fasi litas
pendidikan, fasilitas ibadah dan lain sebagaianya
c) Stratifikasi social berdasarakan tingkat pendidikan, pekerjaan, etnis dan
sebagaianya
d) Kemiskinan, biasanya berkairtan dengan malnutrisi, fasilitas sanitasi y ang
tidak memadai yang secara langsung merupakan factor peninjang da lam
proses penyebaran penyakit menular
e) Keberadaan dan ketersediaan fasilitas kesehatan.
Menurut Departemen Kesehatan RI, tempat penampungan yak air yang ban
digunakan adalah bak mandi, tempayan, drum dan tangki air, ada buatgelas
tempat dan pukai alah mik. kan
idak
dispenser. Umumnya, penduduk Indonesia menggunakan bak mandi yang ter
dari semen. Dinding bak mandi yang terbuat dari semen bersifat kasar, gelap,
mudah menyerap air. Dinding tempat penampungan air seperti itu sangat dis
Aedes aegypti. Tempat penampungan air yang tidak disukai Aedes aegypti ad
yang dindingnya licin, tidak menyerap air dan terang misalnya kera
Berdasarkan hal tersebut masyarakat perlu diberikan informasi agar mengguna
tempat penampungan air yang dindingnya licin, berwarna terang (putih) dan t
menyerap air (Sungkar, 2007).
2.3.2 Penyebab
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam
genus flavavirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam
6
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x10 .
Universitas Indonesia
1
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Ke-
empat serotip ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotip
terbanyak.
Asimptomatik Simptomatik
Fase prarenjatan diawali dengan nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi se
hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah dan berkeringat. Muntah dan nyeri abdo
persisten meski tidak masuk kriteria WHO juga perlu diwaspadai. Sering
terdapat perubahan dari demam menjadi hipotermia disertai berkeringat serta
perubahan status mental (somnolen atau iritabilitas).
Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan 2 atau lebih
manifestasi klinis berikut :
1. Nyeri kepala
Universitas Indonesia
2. Nyeri retro orbital
3. Mialgia/atralgia
4. Ruam kulit
5. Manifestasi perdarahan (petekie/uji bendung positif)
6. Leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif
Universitas Indonesia
sirkumoral, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi rendah, hipotensi, serta penurunan
status mental. Pada keadaan ini curah jantung menurun dan menyebabkan iskemia
jaringan, sehingga menimbulkan hipoksia jaringan bersangkutan.
Trombositopenia
DBD II Gejala diatas ditambah (<100.000/ul), bukti Serologi
Universitas Indonesia
2.3.5 Patofisiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplement sehingga terjadi komplek
imun Antibodi virus. Pengaktifan tersebut akan membentuk dan melepaskan zat
(3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2
di Hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi instabil yaitu hipertermia yang
akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovole mi.
Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pemb uluh
darah menyebabkan kebocoran palsma.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama
dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan
tubuh manusia sebagai reaksi terhadap infeksi dan terjadi : (1) aktivasi sistem
komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan
peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang
intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan
ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan
terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel
endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler;
(2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan
kuagulopati.(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).
Universitas Indonesia
Perubahan patofisiologi pada DBD yang sudah diketahui antara lain perubahan
pada vaskuler, trombosit, koagulasi dan imunologi. Pada perubahan vaskuler
terjadi kerapuhan pembuluh darah dan kenaikan permeabilitas kapiler. Trombosit
pada fase awal penyakit akan terjadi gangguan fungsi, kemudian menyusul
trombositopenia, gangguan agregasi, penurunan betathromboglobulin, kenaikan
PF4 dan umurnya memendek.
Koagulopati yang terjadi berupa penurunan sejumlah faktor koagulasi, dan terjadi
pula koagulasi intravaskuler. Perubahan imunologi seluler dan humoral antaralain
munculnya leukopenia, aneosinofilia, limfosit plasma biru, penurunan limfosit T
dan kenaikan limfosit-B, peningkatan imunoglobulin dan komplek imun. Saat ini
terdapat banyak teori patogenesis DHF yang menunjukkan belum jelas
patogenesis yang sesungguhnya. Patogenesis tersebut antara lain infeksi sekunder
yang berturutan dengan tipe virus yang lain, yang ada hubungannya dengan ADE,
IgM dan makrofag, teori virulensi virus, teori trombosit-endotel, dan t eori
mediator.
Biopsi pada bercak merah di kulit menunjukkan adanya edema perivaskuler p ada
mikrovaskulatur terminal di daerah papila kulit, dengan infiltrasi limfosit dan
monosit. Di daerah ini dapat ditemukan antigen dengue, deposit kompole men,
imunoglobulin dan fibrinogen. Pada fase awal timbul vaskulopati dan disfungsi
trombosit, selanjutnya muncul trombositopenia. Fungsi trombosit yang terganggu
berupa penurunan agregasi, kenaikan platelet faetor 4 (PF4) dan penurunan
betathromboglobulin (BTG) disertai memendeknya umur trombosit.
Agregasi trombosit dihambat oleh adanya kompleks imun yang terdiri atas antigen
virus dengue dengan antiodi anti dengue di dalam plasma atau dihambat oleh
Universitas Indonesia
fibrinogen degradation product (FDP). Trombositopeni pada DHF dapat
disebabkan karena adanya komplek imun di permukaan trombosit. Komplek imun
tersebut akan menyebabkan rusaknya trombosit yang kemudian akan diambil hati
dan lien. Trombositopeni dapat juga terjadi karena depresi sumsum tulang dan
konsumsi yang berlebihan di sirkulasi.
Perubahan imunologik pada DHF terdiri atas perubahan imunologik humoral dan
seluler. Perubahan humoral dapat dibuktikan dengan terbentuknya antibodi IgG
yang dipakai sebagai dasar uji haemaglitinasi inhibition (HI) dan Dengue Blot,
dan IgM yang pada umumnya dideteksi dengan IgM Elisa Capture. Se lain
komplek imun IgG dan IgM, juga ada komplek imun IgA dan IgE. Peruba han
imunologik seluler adalah terjadinya leukopeni pada fase akut dise rtai
aneosinofili, kenaikan monosit dan basofili. Limfosit-T menurun dan limfos it-B
meningkat pada fase akut.
Peranan Makrofag
Makrofag adalah salah satu sel target pada infeksi dengue. Pembiakan virus
terjadi di dalam sel ini, semakin banyak makrofag yang diinfeksi virus makin
berat penyakit yang timbul. Berat ringan penyakit dapat diduga dipengaruhi
secara genetis, yaitu dengan cara membantu atau menghambat pertumbuhan virus
dalam monosit. Di Kuba mononuklear orang kulit putih lebih peka dari pada
orang kulit
hitam.
Peranan IgM
IgM akan muncul pada fase awal penyakit yang dimulai pada hari keempat.
Infeksi sekunder tidak selalu menimbulkan dengue berat, dengue berat hanya
muncul pada 1-3% kasus. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian itu
Universitas Indonesia
adalah IgM spesifik terhadap dengue. IgM yang bersifat netralisasi dapat
berikatan dan menetralisasi infeksi sekunder sehingga mencegah timbulnya sakit
yang berat. Bila IgM tidak cukup, maks timbul peningkatan IgG yang akan
menghasilkan dengue bentuk yang berat.
Arbovirus
(dibawa oleh nyamuk aedes agegypti)
1. Fase demam
Pasien biasanya mengalami demam tinggi yang tiba-tiba. Fase demam
biasanya berlangsung 2-7 hari dan sering disertai dengan kemerahan pada wa
eritema kulit, sakit badan, mialgia, arthralgia dan sakit kepala. Beberapa pa
mungkin memiliki sakit tenggorokan faring, noreksia, mual dan muntah.
tersebut bisa sulit untuk membedakan secara klinis dari demam berdarah non
dengue penyakit pada fase awal demam. Tes tourniquet positif dalam fase
meningkatkan probabilitas dengue. Selain itu, fitur klinis tidak dapat dibedakan
antara kasus demam berdarah parah dan tidak parah. Oleh karena itu pemantauan
untuk peringatan tanda-tanda dan parameter klinis lainnya adalah penting untuk
mengenali perkembangan ke fase kritis. Mild manifestasi perdarahan seperti
membran petechiae dan perdarahan mukosa (mis. hidung dan gusi). Massive
pendarahan vagina (pada wanita usia subur) dan perdarahan gastrointestinal dapat
Universitas Indonesia
terjadi selama tahap ini tetapi tidak umum terjadi. Hepar sering membesar setelah
beberapa hari demam. Kelainan paling awal dalam jumlah darah lengkap adalah
penurunan progresif dalam sel putih yang harus waspada dokter untuk
kemungkinan demam berdarah tinggi.
2. Fase Kritis
Terjadi pada saat penurunan suhu badan sampai normal. Saat suhu turun menjadi
37,5-38 C atau kurang dan tetap di bawah tingkat ini, biasanya pada hari 3-7
penyakit terjadi peningkatan kapiler permeabilitas secara paralel dengan tingkat
hematokrit meningkat yang menandai awal fase kritis. Periode kebocoran plasma
kuti an
klinis signifikan biasanya berlangsung 24-48 jam. leukopenia Progresif dii
dengan penurunan cepat dalam jumlah trombosit biasanya mendahului kebocor
plasma.
Pada titik pasien tanpa peningkatan permeabilitas kapiler akan aik,memb
ruk iasi.
sementara dengan peningkatan permeabilitas kapiler dapat menjadi lebih bu ajat USG
asar
sebagai Hasil volume plasma yang hilang. Tingkat kebocoran plasma bervar
Efusi pleura dan asites mungkin secara klinis terdeteksi tergantung pada der
kebocoran plasma dan volume terapi cairan. Oleh karena itu dada x-ray dan
perut bisa bermanfaat alat untuk diagnosis. Tingkat kenaikan atas d
hematokrit sering mencerminkan tingkat keparahan kebocoran plasma.
Shock terjadi ketika volume kritis plasma hilang melalui kebocoran. ring
Hal ini se
didahului oleh tanda-tanda awal. Suhu tubuh dapat di bawah normal ocksaat
fusishular kan ama
sien
terjadi. Dengan shock yang berkepanjangan, hasil organ konsekuensi hipoper
di progresif organ penurunan, asidosis metabolik dan koagulasi intravasc
disebarluaskan. Ini pada gilirannya menyebabkan perdarahan parah menyebab
hematokrit turun dan menjadi shock berat. Leukopenia biasanya terlihat sel
fase demam berdarah, total jumlah sel darah putih dapat meningkat pada pa
dengan pendarahan hebat.
3. Fase Pemulihan
Jika pasien bertahan pada fase kritis 24-48 jam, reabsorpsi bertahap
kompartemen cairan ekstravaskuler terjadi dalam 48-72 jam berikutnya. Pada
umumnya pasien kembali mempunyai nafsu makan, gejala gastrointestinal
mereda,status hemodinamik stabil dan diuresis terjadi kemudian. Beberapa pasien
Universitas Indonesia
mungkin memiliki ruam dari "pulau-pulau putih di laut merah. Beberapa mungkin
mengalami pruritus umum. Bradikardi dan perubahan elektrokardiografi biasa
terjadi selama tahap ini.
Hematokrit yang stabil atau mungkin lebih rendah karena efek pengenceran yang
diserap cairan. Jumlah sel darah putih biasanya mulai naik segera setelah
penurunan suhu badan sampai yg normal tetapi pemulihan jumlah trombosit
biasanya lebih dari itu dari jumlah sel darah putih. Distress pernapasan dari efusi
pleura masif dan ascites akan terjadi pada setiap saat jika cairan intravena yang
berlebihan telah diberikan. Selama kritis dan / atau pemulihan fase, terapi cairan
yang berlebihan berhubungan dengan edema paru atau kongestif gagal jantung .
Universitas Indonesia
1
Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfuse darah
atau komponen darah
Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
2) Radiologi
Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi bila
terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura ditemui di kedua hemitoraks.
Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral.
Universitas Indonesia
Protokol 3
Peningkatan Ht > 20% menunjukkan bahwa tubh mengalami deficit cairan
sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah dengan
memberikan infuse cairan kristaloid sebanyak 6-7ml/kg/jam. Pasien dipantau
setelah 3-4 jam pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan
hematokrit turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi urin
meningkat, maka jumlah cairan dikurangi menjadi 5ml/kgBB/jam.
Jika setelah pemberian terapi cairan awal 6-7ml/kgBB/jam tidak membaik, y ang
ditandai dengan hemtokrit dan nadi meningkat, produksi urin menurun, maka kita
harus menaikkan jumlah cairan infuse menjadi 10ml/kgBB/jam.
Protokol 4
Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa.
Perdarahan spontan dan massif pada penderita DBD dewasa adalah:han perdara
atauotak
hidung, perdarahan saluran kemih, perdarahan saluran cerna, perdarahan ada aan dan erta
osit
perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan sebanya 4ml/kgBB/jam. P
keadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian cairan tetap seperti kead
DBD tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan
jumlah urin dilakukan dengan kewaspadaan Hb, Ht, dan thrombosis s
hemostase harus segera dilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht dan tromb
sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.
Protokol 5
Penatalaksanaan Sindrom Syok Dengue pada Dewasa.
Bila berhadapan dengan sindrom syok Dengue maka hal yang perlu diingat ad alah
bahwa renjatan harus segera diatasi dan oleh karena itu penggantian ca iran
intravascular harus segera dilakukan.
Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan utama yang diberikan. Selain
resusitasi cairan, penderita juga diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pemeriksaan
yang harus dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, hemostasis, AGD, kadar
natrium, kalium dan klorida serta ureum dan kreatinin.
Universitas Indonesia
Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB dan dievalusi
setelah 15-30 menit. Bila renjatan teratasi, jumlah cairan dikurangi menjadi
7ml/kgBB/jam.
Bila setelah fase awal pemberian cairan ternyata renjatan belum teratasi, maka
pemberian cairan kristaloid dapat ditingkatkan menjadi 20-30ml/kgBB dan
kemudian dievaluasi setelah 20-30 menit. Bila nilai hematokrit meningkat berarti
perembesan plasma masih berlangsung maka pemberian cairan koloid merupakan
pilihan, tetapi bila nilai hematokrit turun, berarti terjadi perdarahan internal m aka
penderita diberikan tranfusi darah segar 10 ml/kgBB dan dapat diulang sesuai
kebutuhan.
Asuhan keperawatan diawali dengan mencari data dasar yang akurat berupa h asil
pengkajian. Setelah pengkajian maka ditegakkan diagosa keperawatan lalu
menyusun rencana tindakan (intervensi) sebagai panduan dalam melakukan
tindakan keperawatan (implementasi). Proses asuhan keperawatan yang tera khir
adalah evaluasi keperawatan untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperaw atan
yang telah dilakukan.
A. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, no. re kam
medis, diagnosa medis.
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Demam tinggi dan mendadak, perdarahan (petekie, ekimosis, purpura p ada
ekstremitas atas, dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang kadang dis ertai
kejang dan penurunan kesadaran.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Badan panas, suhu tubuh tinggi secara mendadak dalam waktu 2 7 hari,
terdapat bintik merah pada ektremitas dan dada, selaput mukosa mulut kering,
epistaksis, gusi berdarah, pembesaran hepar, kadang disertai kejang dan
penurunan kesadaran.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Universitas Indonesia
Apakah pernah menderita DHF, malnutrisi.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang terserang DHF.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Apakah lingkungan tempat tinggal sedang terserang wabah DHF.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum dan Tanda Tanda Vital
Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan; suhu tubuh tin
nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba; sesak nafas; tekanan da
menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang).
2. Sistem Tubuh
2.1. Pernapasan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangg
pada sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 se
disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan pemasan
oksigen.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk
pharingitis karena demam yang tinggi, terdapat suara na
tambahan (ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4 napas dang
dan cepat disertai penurunan kesadaran.
2.2. Kardiovaskuler
Anamnesa : Pada derajat 1dan 2 keluhan mendadak demam tingg
2 7 hari, mengeluh badan terasa lemah, pusing, mual, muntah;
derajat 3 dan 4 orang tua / keluarga melaporkan pasien mengalami
penurunan kesadaran, gelisah dan kejang.
Pemeriksaan fisik : Derajat 1 Uji torniquet positif,merupakan satu-
satunya manifestasi perdarahan. Derajat 2 terdapat petekie, purpura,
ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Derajat 3 kulit dingin pada
Universitas Indonesia
daerah akral, nadi cepat, hipotensi, sakit kepala, menurunnya
volume plasma, meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, trombositopenia dan diatesis hemorhagic. Derajat 4 shock,
nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
2.3. Persarafan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 pasien gelisah, cengeng dan rewel
karena demam tinggi dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan
tingkat kesadaran.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 konjungtiva mengal
ami
perdarahan, dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan gkat
tin sis,
kesadaran, gelisah, GCS menurun, pupil miosis atau midria
reflek fisiologis atau patologis sering terjadi.
2.4. Perkemihan Eliminasi Urinaria
Anamnesa : Derajat 3 dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada
kencing.
Pemeriksaan fisik : Produksi urin menurun (oliguria sampai anuria),
warna berubah pekat dan berwarna coklat tua pada derajat 3 dan 4.
2.5. Pencernaan Eliminasi Fekal
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 mual dan muntah / tidak ada n afsu
makan, haus, sakit menelan, derajat 3 nyeri tekan ulu ha ti,
konstipasi.
Pemeriksaan fisik : Derajat 1 dan 2 mukosa mulut kering, hipere
mia
tenggorokan, derajat 3 dan 4 terdapat pembesaran hati danyeri n um,
tekan, sakit menelan, pembesaran limfe, nyeri tekan epigastri
hematemisis dan melena.
2.6. Muskuloskeletal
Anamnesa : pada derajat 1 dan 2 pasien mengeluh nyeri otot,
persendian dan punggung, pegal seluruh tubuh, mengeluh wajah
memerah, pada derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot / kelemahan
otot dan tulang akibat kejang atau tirah baring lama.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 Nyeri pada sendi, otot,
punggung dan kepala; kulit terasa panas, wajah tampak merah dapat
Universitas Indonesia
disertai tanda kesakitan, sedangkan derajat 3 dan 4 pasien
mengalami parese atau kekakuan bahkan kelumpuhan.
D. Data Penunjang
Hematokrit normal : PCV/ Hm= 3 X Hb sampai meningkat >20 %.
Trombositopenia, kurang dari 100.000/mm3.
Masa perdarahan dan protombin memanjang.
Ig G dengue positif.
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinem
hiponatremia, hipokloremia.
Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, neutropenia, aneosinof
peningkatan limfosit, monosit, dan basofil.
SGOT / SGPT mungkin meningkat.
Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubun
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual, muntah, anorek
4. Resiko / aktual kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningk
permeabilitas pembuluh darah.
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemia
6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring.
7. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia.
8. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pemasangan infus).
9. Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren:
trombositopenia, trauma.
10. Ansietas berhubungan dengan perubahan / ancaman pada status
kesehatan, ancaman kematian.
Universitas Indonesia
11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi, kurang
pajanan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
1. Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
2. Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Monitor suhu pasien. 1. Pola demam dapat memb
dalam diagnosis; kurva de
antu
lanjut lebih dari 4 hari menunju
mam
infeksi yang lain.
kan
2. Anjurkan pasien untuk banyak 2. Peningkatan suhu tu
minum ( lebih kurang 2,5 liter/24 mengakibatkan penguapan tu
buh
jam ). meningkat sehingga p
buh
diimbangi dengan asupan ca
erlu
yang banyak.
iran
3. Berikan kompres hangat. 3. Dengan vasodilatasi d
meningkatkan penguapan y
apat
mempercepat penurunan s
ang
uhu
tubuh.
4. Anjurkan untuk tidak memakai 4. Pakaian tipis membantu
selimut dan pakaian yang tebal. mengurangi penguapan tubuh.
Kolaborasi :
1. Berikan terapi cairan intravena dan 1. Pemberian cairan sangat penting
obat-obatan sesuai program dokter. bagi pasien dengan suhu tinggi.
2. Berikan antipiretik. 2. Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus.
Universitas Indonesia
DX 2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
1. Mengatakan nyeri hilang atau terkontrol.
2. Menunjukan relaksasi, dapat tidur atau istirahat.
3. Menunjukan perilaku mengurangi nyeri.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami 1. Untuk mengetahui berapa b erat
pasien nyeri yang dialami pasien.
2. Berikan posisi yang nyaman, 2. Posisi nyaman dan lingkun gan
usahakan situasi ruangan yang tenang mengurangi rasa nyeri.
tenang.
3. Berikan tindakan kenyamanan 3. Menurunkan tegangan ot ot,
seperti perubahan posisi dan meningkatkan istirahat dan
dorong penggunaan tehnik relaksasi, memusatkan perhat ian,
relaksasi, seperti imajinasi, dapat meningkatkan kontrol dan
visualisasi, latihan nafas dalam. kemampuan koping.
Kolaborasi :
1. Berikan obat-obat analgetik 1. Analgetik dapat menekan atau
mengurangi nyeri pasien.
Kolaborasi :
1. Berikan cairan intravena sesuai 1. Hipotonik solution ( NaCl 0,45 %)
program dokter : NaCl 0,45%, RL digunakan untuk memenuhi
solution. kebutuhan elektrolit.
Universitas Indonesia
Pasien akan :
1. Mempertahankan/ memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda
vital stabil, kulit hangat, nadi perifer teraba, AGD dalam batas normal,
kesadaran normal, keluaran urine adekuat.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Pantau tanda-tanda vital; palpasi 1. Merupakan indikator dari volume
denyut nadi perifer; catat suhu/ sirkulasi dan fungsi organ/ per fusi
warna kulit dan pengisian kapiler; jaringan yang adekuat.
evaluasi waktu dan pengeluaran
urine.
2. Kaji adanya perubahan tingkat 2. Perubahan dapat menunjuk kan
kesadaran , keluhan pusing atau ketidakadekuatan perfusi serebr al.
sakit kepala.
3. Auskultasi nadi apikal.Awasi 3. Perubahan disritmia dan iske mia
irama jantung dengan EKG. dapat terjadi sebagai ak ibat
hipotenSi, hipoksia, asid osis,
ketidakseimbangan elektrolit.
Kolaborasi :
1. Berikan oksigen tambahan sesuai 1. Mengatasi hipoksemia dan asid osis
indikasi. selama perdarahan.
2. Pemeriksaan AGD/ awasi nadi 2. Mengidentifikasi hipoksem ia,
oksimetri. keefektifan/ kebutuhan u ntuk
terapi.
3. Berikan cairan IV sesuai indikasi/ 3. Mempertahankan volume sirku lasi
produk darah sesuai kebutuhan. dan perfusi jaringan.
Kolaborasi :
1. Pemasagan infus kembali sesuai 1. Untuk memenuhi kebutuhan cairan
instruksi dokter. pasien.
Universitas Indonesia
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T DENGAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI
RUANG MELATI ATAS RS. PERSAHABATAN
3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
1. Inisial klien : Tn. T
2. Usia : 17 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Tgl lahir : 15-01-1996
5. No. RM : 1400429
6. Tanggal masuk : 16/05/2013
7. Tanggal pengkajian : 17/05/2013
8. Alamat : Jl. Asrama Polri Cipinang atas blok D no 13 RT 05 RW 5
Kel. Cipinang Pulogadung
B. Kel
uhan utama masuk RS :
Demam sejak 2 hari SMRS
C.wayat
Ri penyakit dahulu :
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama dan tidak pernah dirawat di R umah
Sakit.
D.wayat
Ri penyakit sekarang :
Kli en mengeluh demam sejak 2 SMRS. Demam dirasakan dating tiba2 dan tinggi, klien
men
geluh nyeri orbita, myalgia, mengeluh mual dan sakit kepala, tidak ada mimis usian dan
g berdarah. Pemeriksaan Lab : DPL Hb : 12.4, Ht: 39, Leuko : 4100, Tromb:125000 rb.
E. wayat
Ri penyakit keluarga :
Di dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang sama saat ini dengan klien
F. Riwayat kesehatan lingkungan :
Klien mengatakan saat ini tinggal di lingkungan yang padat namun bersih. Beberapa
minggu sebelumnya klien melakukan perjalanan keluar kota bersama teman-temannya dan
menginap selama 2 hari. Klien mengatakan selama menginap banyak nyamuk.
Universitas Indonesia
8. Pengobatan
- RL 500 cc/8 jam
- Fimahes / 24 jam
- Transfusi TC 10 ui
- Diet lunak 1700 kkal
- Paracetamol 3 x 500 mg
- OMZ 2 X 10 mg
3.2 ANALISA DATA
NO DATA MASALAH KEPERAWATAN
1 DS: Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)
- Klien mengeluh badan panas
- Klien mengatakan demam
sejak 3 hari yang lalu
DO:
- Kulit tampak kemerahan dan
berkeringat
- Kulit teraba panas
- Suhu 38 C
2 DS : Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nut risi ;
- Kien mengeluh mual dan kurang dari kebutuhan
muntah
- Nafsu makan menurun
- Nyeri ulu hati
- Makan 1-2 sendok
- Klien mengeluh lemas
DO :
- Selaput mukosa kering
- Nyeri tekan pada epigastrik
- Porsi makan tidak habis
3 DS : Risiko perdarahan
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan gusi
DO :
- Trombosit : 61 ribu/mm3
- Petechie (+)
4 DS : Risiko Defisit volume cairan
- Klien mengeluh haus terus
- Klien mengatakan badan
berkeringat terus
- Klien mengatakan BAK
40
3.3agnosa
Dikeperawatan
1. ningkatan
Pe suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. ngguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan d Ga
engan
al, muntah, anoreksia.
mu
siko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permea
3. Ri
ding plasma.
bilitas
siko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
din
4. Ri
1
Kolaborasi :
1. Berikan terapi cairan intravena 1. P emberian cairan sangat penting
dan obat-obatan sesuai program b agi pasien dengan suhu tinggi.
dokter
2. Berikan antipiretik. 2. D igunakan untuk mengurangi
d emam dengan aksi sentralnya
p ada hipotalamus.
Universitas Indonesia
Kolaborasi :
1. Awasi Hb, Ht, trombosit dan 1. In dikator adanya perdarahan
faktor pembekuan. a ktif, hemokonsentrasi, atau
te rjadinya komplikasi ( DIC ).
2. Meningkatkan sintesis
p rotrombin dan koagulasi.
K ekurangan vit C meningkatkan
k erentanan terjadinya iritasi /
p erdarahan.
1
Gangguan
kebutuhan pemenuhan Mandiri : S: akan mual
dari nutrisi kurang 1. Mengkaji keluhan mual, sakit - Kien mengat
berhubun kebutuhan menelan, dan muntah yang dialami berkurang n nafsu makan
gan anoreksia.
mual, muntah, dengan 2.pasien
Menyarankan makan dalam porsi - Klien
masihmengataka
kurang
kecil dan frekuensi sering. - Klien mengatakan nyeri ulu
DS :
3. Memantau jumlah / porsi makanan hati berkurang
- Kien mengeluh masih
yang dihabiskan oleh pasien - Klien mengatakan porsi makan
mual
4. Menimbang BB tidak habis, hanya 3-4 sendok
- Nafsu makan masih
kurang
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan sangat perlu dikaji karena sangat berpengaruh
terhadap penyebaran dari penyakit DHF. Penularan infeksi virus dengue
terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes. Peningkatan kasus tiap
tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tempat perindukan
bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan Tanda Tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan masalah DHF dapat bervariasi
yang ringan sampai yang berat tergantung dari derajat DBD. Pada kasu
atas keadaan umum klien masih dalam kondisi yang baik, klien m
dalam kondisi kesadaran penuh tidak ada kejang atau tidak dalam mon
syok.
b. Sistem Tubuh
1) Pernapasan
Pola pernafasan klien Tn. T di dalam kasus tidak mengal
gangguan pernapasan, hal ini sesuai dengan konsep bahwa p
penyakit DBD dengan derajat 1 dan 2 jarang terdapat gangguan p
sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 yang se
disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan penatalaksan
lebih lanjut.
2) Cardiovaskuler
Pada pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler pada klien ditemu
TD: 100/70 mmHg, N: 90 x/mnt, pulsasi lemah, akral hangat, sian
(-), CRT < 3 detik, Uji tourniquet positif. Hal tersebut sesuai den
tanda dan manifestasi klinis pasien dengan DHF derajat satu.
3) Persarafan
Pada pemeriksaan system persarafan klien tidak mengalami gangguan
atau penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran terjadi sebagai akibat
dari penurunan volume cairan intravaskuler yang menyebabkan
perfusi ke seluruh tubuh berjurang termasuk ke jaringan otak.
Universitas Indonesia
1
Universitas Indonesia
karena pada klien belum terjadi perpindahan cairan dari intravaskuler ke
ekstravaskuler. Nilai Hb akan semakin meningkat seiring nilai hematokrit
yang meningkat.
Pemeriksaan fungsi hepar, pada klien Tn . T mengalami peningkatan yaitu
SGOT = 86 (N : 0-37) dan SGPT = 46 (0-40). hal ini tampak bahwa
Hepar sudah mengalami gangguan akibat proses penyakit yang terjadi.
Pemerikasaaan fungsi ginjal dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
proses penyakit sudah mengganggu fungsi ginjal atau tidak. pada k
Tn. T fungsi ginjal masih dalam keadaa baik yaitu ureum 19 (N : 20
dan kreatinin 1 ( N:0.8-1.5). Pemeriksaan darah lain adalah pemeriks
NS dengue positif. pemeriksaan rontgen dapat terlihat adanya efusi ple
bagi pasien DBD yang telah mengalami peningkatan permeabilitas kapi
namun pada kasus Tn. T efusi pleura tidak terjadi.
5. Pengobatan
Tatalaksana yang dilakukan berdasarkan dengan standar yang diguna
dan berlaku di rumah sakit, namun tetap mengacu kepada protocol stand
yang berlau secara nasional maupun internasional. pada kasus k
diberikan cairan kristaloid dan koloid yang merupakan penanganan ut
pada kasus DBD. lalu antipiretik diberikan untuk mengatasi dem
antiemetic juga diberikan untuk mengatasi mual-mual. Diet maka
diberikan diet lunak agar metabolism yang digunakan dalam pros
pencernaan tidak banyak terjadi.
Universitas Indonesia
1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)
2. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan
3. Risiko perdarahan
4. Risiko Defisit volume cairan
Dari ke empat daftar masalah di atasa, tampak bahwa hanya satu masalah
keperawatan yang bersifat actual dan sisanya sebanyak tiga masalah bersifat
risiko, hal tersebut dikarenakan data-data yang muncul belum actual atau su dah
terjadi, namun risiko terjadinya hal tersebut ada.
Universitas Indonesia
Pada diagnosa keperawatan yang bersifat risiko dilakukan prioritas kembali untuk
menentukan masalah keperawatan yang akan dilakukan intervensi terlebih dahulu.
Intervensi dilakukan berdasarakan atas masalah yang muncul pada klien dengan
rasionalisasi tindakan yang tepat.
Pada kasus Tn. T intervensi yang disusun berdasarkan hasil dari analisa data
masalah dan diagnosa keperawatan yang muncul. Intervensi keperawatan yang
disusun adalah :
1. Dx. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia ).
Mandiri :
- Monitor suhu pasien.
- Anjurkan pasien untuk banyak minum (lebih kurang 2,5 liter / 24 jam).
- Berikan kompres hangat
- Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Kolaborasi :
- Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter
- Berikan antipiretik.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubun gan
dengan mual, muntah, anoreksia.
Mandiri :
- Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien
- Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
- Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
- Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Kolaborasi :
- Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
3. Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningk atan
permeabilitas dinding plasma.
Mandiri :
- Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-
tanda vital.
- Observasi tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak minum.
Universitas Indonesia
- Catat intake dan output cairan.
- Palpasi nadi perifer, capilary refill, temperatur kulit, kaji kesadaran,
tanda perdarahan
- Monitor adanya nyeri dada tiba-tiba, dispnea, sianosis, kecemasan
yang meningkat, kurang istirahat.
- Kaji kemampuan menelan klien.
Kolaborasi :
- Berikan cairan intravena sesuai program dokter : NaCl 0,45%, RL
solution.
- Koloid : dextran, plasma/albumin, Hespan/Fimahes.
4. Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
Mandiri :
- Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat/bedrest.
- Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan le bih
lanjut.
- Awasi tanda vital
- Anjurkan meminimalisasi penggunaan sikat gigi, dorong penggun aan
antiseptik untuk mulut.
- Gunakan jarum kecil untuk injeksi atau pengambilan sampel darah
- Observasi adanya ptekie, epistaksis, perdarahan gusi, melena.
Kolaborasi :
- Awasi Hb, Ht, trombosit dan faktor pembekuan.
Universitas Indonesia
75
Klien dirawat selama 8 hari, pada hari terakhir klien dirawat semua masalah
keperawatan dapat diatasi dank lien dinyatakan sudah diperbolehkan pulang oleh
dokter penanggung jawab pasien (DPJP).
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Indonesia
sepenuhnya sesuai dengan teori terkait, karena disesuaikan dengan situasi dan
kondisi lansia.
5.1 SARAN
1. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan DBD harus
dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sesuai dengan tingkat
atau derajat penyakitnya. Keputusan dan tindakan yang tepat dalam
menangani masalah yang timbul dapat menyelamatkan klien dari kematian.
Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan petugas kesehatan
yang baik dalam penanganan pasien dengan DBD.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan DBD, petugas
kesehatan harus memahami konsep dari terjadinya penyakit sehingga d apat
memberikan pelayanan kesehatan yang tepat dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.
Su hendro, dkk .(2006) Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi ked ua.
Penerbit FKUI. Jakarta.
Wo rld Health Organization (WHO),2009. New Guidelines for Diagnosis, Treatm ent,
Prevention and Control. New Edition,
Ma nsjoer Arif, dkk 2000. Kapita Selecta Kedokteran. Edisi III, Media Aeculop ius,
Jakarta.
Beh rman, Kliegman, Arvin. (2000). Demam Berdarah Dengue . Dalam Ilmu Keseha tan
Anak. Jakarta : EGC.
Cor win, Elizabeth J. ( 2008). Handbook of Pathophysiology. 3rd edition. Lippin cott
Wil liam and Walkin.
Dir ektorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkun gan
Pemukiman. (1990). Petunjuk Diagnosa dan penatalaksanaan Penderita Demam
berdarah Dengue. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Han dayani, W dan Haribowo.(2008). Asuhan Keperawatan pada Klien den gan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Irianto, Kus.( 2004). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung : Yrama Widya.
Sut edjo, AY. (2008). Buku Saku Mengenal Penyakit melalui Hasil Laboratoriu m.
Yogyakarta : Amara Books.
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. EGC : Jakarta.
Price, Sylvia Anderson.(2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-prose penyakit. Ed.
6.Jakarta ;EGC