Anda di halaman 1dari 8

Panduan Praktik Klinis

SMF : KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2014

LOW BACK PAIN

LBP (low back pain) adalah nyeri pada daerah tulang belakang
1. Pengertian (Definisi) L1 sampai seluruh sacrum dan obat-obat sekitarnya (Priguna
Sidarta, 1989).

Tipe nyeri pada Low Back Pain:

1). Nyeri Lokal disebabkan oleh proses patologis yang


mengenai struktur yang berisi sensory endings.Biasanya nyeri
hebat, intermitten dan tajam

2). Nyeri Alih ada 2 tipe, yang pertama nyeri yang


diproyeksikan dari tulang belakang menuju visera biasanya
nyeri bersifat difus dan dalam, kadang superficial. Kedua nyeri
visceral dari daerah abdominal, panggul dan dapat dimodifikasi
oleh kondisi aktivitas visera

3). Nyeri radikular mekanismenya yaitu peregangan, iritasi/


kompresi akar tulang belakang. Nyeri biasanya bersifat tajam
dan hebat dan menyebar ke seluruh ekstremitas bawah

4), Nyeri akibat spasme otot biasanya karena kontraksi otot


kronis dapat menimbulkan nyeri dalam pada otot
 Awitan, lama dan frekuensi serangan.
2. Anamnesis  Lokasi dan penyebaran, sifat nyeri, pengaruh aktivitas
dan posisi tubuh.
 Riwayat trauma.
 Obat-obatan analgetika yang pernah dikonsumsi.
 Tanda-tanda keganasan.
 Riwayat menstruasi
 Kondisi mental
Inspeksi :

Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap


berdiri dan menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai
adanya suatu herniasi diskus
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
3. Pemeriksaan Fisik
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.

Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan


nyeri pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di
lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini akan
menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan
suatu kompresi pada saraf spinal.
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan
menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada HNP, karena adanya
ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas suatu diskus
protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal
tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen
yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).

Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh


membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke
depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada
tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi
yang sama.

Palpasi :

Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya


kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya
(psychological overlay).

Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan


untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.

Palpasi tulang belakang untuk mengetahui adanya kekakuan


otot
Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari
radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit
predominan dari S1.

Pemeriksaan Neurologis
1.Tes Valsava : tes ini mengakibatkan naiknya tekanan
intratekal sehingga muncul nyeri radikuler. Pasien diminta
mengejan dan menahan napas kemudian dinilai apakah ada
nyeri atau tidak?

2. Tes Lasaque positif menunjukkan adanya iritasi pada


n.ischiadikus, HNP, arthritis sacroiliaka. Saat pemeriksaan jika
< 60 derajat sudah terasa nyeri maka hasilnya positif

3. Tes Patrick positif jika pada saat lutut tungkai difleksikan


pasien merasakan nyeri di sendi panggul

4. Tes Kontra-Patrick
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membangkitkan nyeri di sendi
sacroiliaka. Tes ini bertujuan menentukan lokasi patologi
dengan memfleksikan tungkai yang sakit ke sisi luar, kemudian
dilakukan endorotasi serta aduksi. Jika nyeri di garis sendi
sacroiliaka maka hasilnya positif.

4. Kriteria Diagnosis Anamnesa


Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Low back pain

6. Diagnosis Banding HNP


Arthritis sacroiliaka.
Spondylitis

1. Foto polos: Anteroposterior, lateral dan coned down lateral


7. Pemeriksaan Penunjang view.
2. MRI ; dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan
lunak divertebra serta herniasi.
3. Myelogram : dapat menunjukkan lokasi sumbatan serta
jepitan pada radiks komplemen, dan tes gores/tusuk kulit

Konservatif bila tidak dijumpai defisit neurologik :


8. Terapi LBP Akut : First line drug: Parasetamol dan NSAID

LBP Kronik :
I. Medikamentosa :
a. Analgesik oral. Opioid minor jika parasetamol dosis
maksimum tidak berefek maka diberi diazepam
b.Opioid kuat: morfin
c.NSAID kombinasi dengan COX-2 selektif
d.Tricyclic antidepresants

II. Non-medikamentosa
a.TENS: bermanfaat pada kekakuan otot
b.Pemijatan, Penghangatan
c.Istirahat

 Berhati-hati Saat Mengangkat benda berat


9. Edukasi  Tercatat 70% pasien drop out terapi di US. karena terapi
yang dianggap tidak efektif dan terlalu lama. KIE pasien
tentang penyakitnya
 Jelaskan tentang efek samping obat pengurang nyeri
terutama NSAID
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam

11. Tingkat Evidens IV

12. Tingkat Rekomendasi C

13. Penelaah Kritis dr. Sri Harnowo, Sp. KFR


14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik

 Judith A. Kaufmann, Low Back Pain : Diagnosis and


15. Kepustakaan Management in Primary care. Dalam Lippncott’s
Primary Care Practice, Vol 3. Number 4. July
2000,Philadelphia : Lippincott William & William Inc.
 Sandra M. Nettina, 2000, Taking Care Of Your Lower
Back and Neck Pain, Dalam Lippncott’s Primary Care
Practice, Vol 3. Number 4. July 2000,Philadelphia :
Lippincott William & William Inc.

Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Dr. Asri Bindusari, SpKK dr. Sri Harnowo, Sp. KFR


NIP. 19601102 198703 2 002 19710713 200112 1 002

Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar


Kabupaten Mojokerto

Dr. Sujatmiko, MMRS


Panduan Praktik Klinis
SMF : KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI
RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2014

STROKE

Suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau
1. Pengertian
global), dengan gejala – gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan
(Definisi)
dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler.
Keluhan mendadak berupa:
2. Anamnesis a. Kelumpuhan anggota gerak satu sisi (hemiparesis)
b. Gangguan sensorik satu sisi tubuh
c. Hemianopia (buta mendadak)
d. Diplopia
e. Vertigo
f. Afasia
g. Disfagia
h. Disarthria
i. Ataksia
j. Kejang atau penurunan kesadaran
Pemeriksaan neurologis
1. Kesadaran : kualitatif dan kuantitatif (Glassgow Coma Scale = GCS)
2. Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, lasseque, kernig, brudzinsky
3. Saraf kranialis: sering mengenai nervus VII, XII, IX walaupun nervus kranialis
3. Pemeriksaan lain bisa terkena
Fisik 4. Motorik : kekuatan, tonus, refleks fisiologis, refleks patologis
5. Sensorik
6. Pemeriksaan fungsi luhur
7. Pada pasien dengan kesadaran menurun, perlu dilakukan pemeriksaan refleks
batang otak

4. Kriteria Anamnesa
Diagnosis Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang

5. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

6. Diagnosis a. Stroke iskemik


Banding b. Stroke hemoragik

7. Pemeriksaan Radiografi
Penunjang
Prinsip-prinsip Rehabilitasi Stroke:
1. Bergerak merupakan obat yang paling mujarab.
2. Terapi latihan gerak yang diberikan sebaiknya adalah gerak fungsional daripada
8. Terapi
gerak tanpa ada tujuan tertentu.
3. Sedapat mungkin bantu dan arahkan pasien untuk melakukan gerak fungsional
yang normal, jangan biarkan menggunakan gerak abnormal.
4. Gerak fungsional dapat dilatih apabila stabilitas batang tubuh sudah tercapai,
yaitu dalam posisi duduk dan berdiri.
5. Persiapkan pasien dalam kondisi prima untuk melakukan terapi latihan.Terapi
latihan yang sebaiknya adalah latihan yang tidak sangat melelahkan, durasi tidak
terlalu lama (umumnya sekitar 45-60 menit) namun dengan pengulangan sesering
mungkin.
6. Hasil terapi latihan yang diharapkan akan optimal bila ditunjang oleh
kemampuan fungsi kognitif, persepsi dan semua modalitas sensoris yang utuh.
a. Mengedukasi keluarga agar membantu pasien untuk tidak terjadinya serangan
9. Edukasi kedua.
b. Jika terjadi serangan berikutnya segera mendatangi pelayanan primer.
c. Mengawasi agar pasien teratur minum obat.
d. Membantu pasien menghindari faktor risiko.

Prognosis adalah dubia, tergantung luas dan letak lesi. Untuk stroke hemorrhagic
10. Prognosis
sebagian besar dubia ad malam.

11. Tingkat
Evidens IV

12. Tingkat
Rekomendasi C

13. Penelaah dr. Sri Harnowo, Sp. KFR


Kritis

14. Indikator Kondisi pasien membaik


Medis

 Kemenkes RI. 2014. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia


15. Nomor 5 tahun 2014.
Kepustakaan  Wirawan, R.P.. 2009. Rehabilitasi Stroke pada Pelayanan Kesehatan
Primer. Majalah Kedokteran Indonesia, 59(2). Available at
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/626/
614

Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Dr. Asri Bindusari, SpKK dr. Sri Harnowo, Sp. KFR


NIP. 19601102 198703 2 002 19710713 200112 1 002

Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar


Kabupaten Mojokerto

Dr. Sujatmiko, MMRS


Panduan Praktik Klinis
SMF : KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI
RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2014

OSTEOARTRITIS

Penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan


1. Pengertian (Definisi)
kartilago sendi.
a. Nyeri sendi
2. Anamnesis b. Hambatan gerakan sendi
c. Kaku pagi
d. Krepitasi
e. Pembesaran sendi
f. Perubahan gaya berjalan
a. Hambatan gerak
b. Krepitasi
c. Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris
3. Pemeriksaan Fisik
d. Tanda-tanda peradangan sendi
e. Deformitas sendi yang permanen
f. Perubahan gaya berjalan

Anamnesa
4. Kriteria Diagnosis Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan


5. Diagnosis
radiografi

a. Artritis Gout
6. Diagnosis Banding
b. Rhematoid Artritis

7. Pemeriksaan Penunjang Radiografi

Prinsip-prinsip Rehabilitasi Osteoartritis:


 Modifikasi gaya hidup, dengan cara:
1. Menurunkan berat badan
2. Melatih pasien untuk tetap menggunakan sendinya
dan melindungi sendi yang sakit.
 Latihan yang diberikan berguna untuk memperbaiki
gerak sendi, memperbaiki kekuatan otot dan ketahanan
8. Terapi otot dan mengurangi spasme otot.
 Modalitas fisik memakai energi fisika seperti
termoterapi (panas atau dingin), hidroterapi,
elektroterapi (TENS= transcutaneous electrical nerve
stimulators dan Interferensial). Terapi panas dalam
adalah Ultrasound, MWD(Microwave diathermy) ,
SWD(Short wave diathermy), massage.
 Ortosis atau alat bantuseperti knee brace/insole
Proteksi sendi, konservasi energi dan psikososial serta
9. Edukasi penurunan berat badan bagi yang mempunyai kelebihan berat
badan.
Prognosis umumnya tidak mengancam jiwa, namun fungsi
10. Prognosis
sering terganggu dan sering mengalami kekambuhan.

11. Tingkat Evidens IV

12. Tingkat Rekomendasi C

13. Penelaah Kritis dr. Sri Harnowo, Sp. KFR

14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik

 Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan


15. Kepustakaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014.
 Teruna, H.. 2015. Rehabilitasi Medik pada Osteoartritis
Lutut. Available
athttp://www.rsazra.co.id/RSAZRA/index.php/tutorials-
mainmenu-
48/artikelkesehatanmenu/rehabilitasimedis/276-
rehabilitasimedisartikel2

Mojokerto,
Ketua Komite Medik Ketua SMF Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Dr. Asri Bindusari, SpKK dr. Sri Harnowo, Sp. KFR


NIP. 19601102 198703 2 002 19710713 200112 1 002

Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar


Kabupaten Mojokerto

Dr. Sujatmiko, MMRS

Anda mungkin juga menyukai