Anda di halaman 1dari 19

PERBAIKAN NILAI

RESUME PERTEMUAN 1-7 KEPERAWATAN DASAR II


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar II
Dosen Pengampu : Abdul Rahman La Ede, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
Rizki Samsul Kurnia
C1AA20098

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
2022
PERBAIKAN NILAI UTS MATA KULIAH KEPDAS II
RESUME MATERI PERTEMUAN 1-7
PERTEMUAN 1 ( PENGKAJIAN KEPERAWATAN)
A. Pengertian Pengkajian
Pengkajian adalah Tahap awal proses keperawatan. Pengkajian adalah proses
sistematis dalam kumpulkan data dan merupakan dasar dalam menentukan masalah klien.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang sesuai kondisi klien dan mengidentifikasi
masalah kesehatan klien yang HOLISTIK (Fisik, Mental,Sosial, Spiritual dll). Komponen
dalam pengkajian yaitu Pengumpulan data, analisa data/validitas data, penentuan masalah
keperawatan.
B. Ruang Lingkup Pengkajian
 Pengumpulan Data
Pengumpulan Data adalah pengumpulan informasi tentang klien untuk menentukan
masalah, masalah, serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien. Dilakukan secara terus
menerus dan sistematis. Kriteria Pengumpulan data terdiri atas kelengkapan data, sistematis,
format yang digunakan, validitas data, aktualitas data. Sumber data terdiri dari primer (Klien)
dan sekunder (orang terdekat, catatan klien, hasil pemeriksaan diagnostik, catatan medis dan
tim kesehatan lain). Adapun Jenis data terdiri atas data subyektif data yang diperoleh berupa
pernyataan lisan dari klien/ sumber data langsung contoh “perut saya perih”. Sedangkan data
obyektif adalah data yang dapat dilihat, diobservasi, diukur oleh pengumpul data yaitu
perawat contoh tekanan darah 120/90 mmHg, feses berwarna hitam.
Berikut macam Pengumpulan data :
1) Initialasessement : Pengkajian awal (pengumpulan data saat pasien masuk RS
dengan menggunakan format pengkajian
2) Ongoingassesment : Pengkajian berkelanjutan (Pengumpulan data secara terus
menerus selama klien dirawat di RS
3) Re Assesment : Pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data
Beberapa Tujuan Pengumpulan Data adalah sebagai berikut :
1) Memperoleh informasi tentang kesehatan klien
2) Menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
3) Menilai keadaan kesehatan klien
4) 4. Membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya
Beberapa Metode pengumpulan data terdiri atas :
1) wawancara/anamnese : autoanamnese (langsung) dan alloanamnese (tidak
langsung)
2) Observasi : mengamati perilaku dan kedaan klien untuk memperoleh data
tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
3) Pemeriksaan fisik : Melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan
masalah kesehatan klien dari ujung rambut sampai kaki dengan cara inspeksi
(melihat), palpasi (meraba), Auskultasi (mendengar), Perkusi (menegtuk)
4) studi dokumentasi : data diperoleh dari melihat dan mempelajari catatan medik
klien, hasil pemeriksaan (laboratorium, radiologi dll) dan catatan
perkembangan klien
Beberapa Masalah dalam pengumpulan data sebagai berikut :
a. tdiak mampu melakukan anamnesis dengan tepat
b. tidak mampu melakukan pemeriksaan fisik dengan tepat
c. ketidakmampuan mengorganisir data
d. kehilangan data yang telah terkumpul
e. data yang tidak lengkap
f. terdapat data yang saling tolak belakang
g. duplikasi data
h. salah interpretasi data
i. kegagalan dalam mengambil data terbaru
 Pengkajian Fokus
Pemilihan data tertentu/spesifik yang ditentukan oleh perawat, klien, keluarga atau
berdasar keadaan klien. Tujuannya untuk memastikan adanya masalah keperawatan.
Dengan cara wawancara, studi dokumentasi, observasi, pemeriksaan fisik.
 Analisa Data
Analisa data adalah Kemampuan mengkaitkan data dengan konsep teori & prinsip
yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam tentukan masalah keperawatan. Fungsinya
adalah dapat mengidentifikasi data kesehatan dan keperawatan klien dan sebagai proses
pengambilan keputusan tentang masalah keperawatan klien. Berikut cara Analisa Data adalah
1) Validasi data : meneliti kembali data yang terkumpul
2) Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial-spirotual
3) Membandingkan dengan standar
4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan samalah keperawatan yang
ditemukan.
PERTEMUAN 2 (PEMERIKSAAN FISIK)
A. Pengertian Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah Peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap
sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat
untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan
terapi yang diterima klien dan penentuan respon terhadap terapi tersebut (Potter dan Perry,
2005). Manfaat dari pemeriksaan fisik adalah sebagai data untuk membantu perawat dalam
menegakkan diagnosa keperawatan, mengetahui masalah yang dialami klien, dan sebagai
dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat.
B. Teknik- Teknik Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian
tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi
Sartika, 2010)
2) Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan
dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ seperti:
temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan. (Dewi
Sartika,2010)
3) Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh
tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan)
dengan menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi
batas/lokasi dan konsistensi jaringan. (Dewi Sartika, 2010)
4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat
yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi
jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010).
C. Tujuan Pemeriksaan Fisik
a. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien
b. Untuk menamba, mengkonfirmasi atau menyangkal data yang diperoleh
dalam riwayat keperawatan
c. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan
d. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan
e. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan
D. Prosedur Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tanda-tanda vital, pemeriksaan kuku dan kulit, pemeriksaan kepala, wajah,
mata, telinga, hidung, mulut, dan leher, pemeriksaan dada ( jantung, paru paru,
punggung), pemeriksaan abdomen (perut), pemeriksaan Ekstermitas atas (bahu, siku,
tangan), pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki, telapak
kaki, pemeriksaan genetalia.

E. Pengertian Pengukuran Tanda Vital


Pengukuran tanda vital merupakan cara yang tepat dan efisien untuk memantau
kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap
intervensi. Tanda-tanda vital atau tanda-tanda dasar meliputi :
1) pemeriksaan suhu tubuh
Pemeriksaan suhu adalah menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh, dimana
tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Suhu
normal 36 – 37,5 drjat C. Di ambil dari : oral, anal, axila, telinga.
2) pemeriksaan denyut nadi
Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung, /berapa kali jantung berdetak per
menit. Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung,
tetapi juga mengkaji irama jantung dan kekuatan denyut jantung. Tempat-
tempat menghitung denyut nadi adalah : Ateri radialis (pergelangan tangan),
Arteri temporalis (pelipis), Arteri caratis (leher), Arteri femoralis (lipatan
paha), Arteri dorsalis pedis (punggung kaki), Arteri politela (lipatan lutut),
Arteri bracialis (lipatan siku), Ictus cordis (intercostal 5 – 7)
3) Pemeriksaan Pernafasan
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan
oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman
dan tipe atau pola pernapasan
4) Pemeriksaan Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah
yang didorong dengan tekanan dari jantung. Aliran darah yang mengalir pada
sistem sirkulasi karena perubahan tekanan. Pemeriksaan tekanan darah
indikator penting dalam menilai fungsi kardiovaskuler. Faktor yang
bertanggung jawab terhadap tekanan darah meliputi :
 Tahanan perifer : pada dilatasi pembuluh darah & tahanan turun, tekanan
darah akan turun
 Volume darah : bila volume meningkat, tekanan darah akan meningkat
 Viskositas darah : semakin kental darah akan meningkatkan tekanan darah
 Elastisitas dinding pembuluh darah : Penurunan elastisitas pembuluh darah
akan meningkatkan tekanan darah.
PERTEMUAN 3 (KONSEP TAHAP AWAL PENGKAJIAN FISIK DALAM
KEPERAWATAN)
A. Pengertian Pengkajian
Pengkajian adalah Tahap awal proses keperawatan. Pengkajian adalah proses
sistematis dalam kumpulkan data dan merupakan dasar dalam menentukan masalah
klien. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang sesuai kondisi klien dan
mengidentifikasi masalah kesehatan klien yang HOLISTIK (Fisik, Mental,Sosial,
Spiritual dll).
B. Diagnosis dan Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosis medis (disingkat Dx atau DS) adalah penentuan kondisi kesehatan
yang sedang dialami oleh seseorang sebagai dasar pengambilan keputusan medis
untuk prognosis dan pengobatan. Sedangkan Rencana asuhan keperawatan adalah
pengkajian dan pengidentifikasian masalah yang sistematis, penentuan tujuan, serta
strategi pelaksanaan pemecahan masalah.
Tujuan Rencana Asuhan Keperawatan terdiri atas :
 Tujuan administrative
a. Untuk mengidentifikasi fokus keperawatan kepada klien atau kelompok.
b. Untuk membedakan tanggung jawab perawat dan profesi kesehatan yang lain.
c. Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi keperawatan.
d. Untuk menyediakan klriteria klasifikasi klien.
 Tujuan klinik
a. Menyediakan suatu pedoman penulisan.
b. Mengkomunikasikan dengan staf perawat, apa yang diajarkan, apa yang
diobservasi dan apa yang dilaksanakan.
c. Menyediakan kriteria hasil sebagai pengulangan dan evaluasi keperawatan.
d. Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakan.
Berikut adalah Langkah-Langkah dalam Perencanaan Asuhan Keperawatan :
1) Menentukan prioritas
Dalam menentukan perencanaan perlu disusun suatu sistem untuk menentukan
diagnosa yang akan diambil pertama kali.
a. Prioritas diagnosa adalah diagnosa keperawatan atau maslah keperawatan, jiak
tidak diatasi saat ini, akan berdampak buruk terhadap keadaan fungsi dan status
Kesehatan.
b. Diagnosa yang terpenting adalah diagnosa keperawatan atau masalah kolaburatif
dimana intervensi dapat ditunda utnuk beberapa saat tanpa bedampak terhadap status
fungsi Kesehatan.
2) Menetapkan Tujuan
Tujuan perawatan merupakan pedoman yang luas/umum dimana pasien
diharapkan mengalami kemajuan dalam berespon terhadap tindakan.
Tujuan dibedakan menjadi dua, yaitu :
 Tujuan jangka panjang
Tujuan jangka panjang adalah tujuan yang mengidentifikasi arah
keseluruhan atau hasil akhir perawatan. Tujuan ini tidak tercapai sebelum
pemulangan.
 Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang harus dicapai sebelum
pemulangan. Misalnya : rasa nyeri pasien berkurang/hilang setelah dilakukan
tindakan perawatan selama 2×24 jam.
3) Menentukan kriteria
hasil Tujuan kilen dan tujuan keperawatan adalah standar atau ukuran yang
digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien atau ketrampilan perawat. Menurut
Alfaro(1994), tujuan klien merupakan pernyataan yang menjelaskan suatu perilaku
klien, keluarga, atau kelompok yang dapat diukur setelah intervensi keperawatan
diberikan.
Kriteria hail ditujukan pada klien yag harus menunjukan apa yang akan
dilakukan lien, kapan, dan sejauh mana tindakan akan bisa dilaksanakan
S : Spesifik(tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda)
M : Measurable(harus dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau)
A : Tujuan harus dapat dicapai (Achievable)
R : tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Reasonable)
T : time(batasan waktu/tujuan keperawatan)
4) Menentukan rencana tindakan
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien
dalam mencapai kriteria hasil. Rencana mendefinisikan suatu aktifitas yang
diperlukan untuk membatasi faktor-faktor pendukung terhadap suatu permasalahan.
5) Dokumentasi
Dokumentasi rencana tindakan keperawatan merupakan penulisan encana
tindakan keperawatan dalam suatu bentuk yang bervariasi guna mempromosikan
perawatan yang meliputi : perawatan individu, perawatan yang kontinyu, komunikasi,
dan evaluasi.

C. Sensitivitas Terhadap Budaya


Sensitivitas budaya adalah konsep yang umum digunakan dalam studi-studi terkait isu
perawatan dan pasien dan juga terkait bisnis
PERTEMUAN 4 (INTEGRITAS PENGKAJIAN FISIK DENGAN ASUHAN
KEPERAWTATAN DAN KONSEP/KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK)
A. Pengertian Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah Peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap
sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan
perawat untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik
mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penentuan respon terhadap
terapi tersebut (Potter dan Perry, 2005). Tujuannya adalah sebagai Metode
mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien, Menambah, mengkonfirmasi, atau
menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat kesehatan klien, Mengidentifikasi
diagnose sesuai kebutuhan asuhan, Membuat penilaian klinis tentang perubahan status
kesehatan klien setelah penatalaksanaan asuhan yang terencana, Mengevaluasi hasil
fisiologis dari asuhan.
B. Tahapan Pemeriksaan Fisik
1) Antropometri
Antropometri adalah ukuran dari tubuh. Indeks antropometri yang sering
digunakan : Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur
(TB/U), Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U), Berat badan Menurut Tinggi
Badan (BB/TB), Indeks Massa Tubuh (IMT)
2) Tanda-Tanda Vital
pemeriksaan suhu tubuh, pemeriksaan denyut nadi, Pemeriksaan Pernafasan,
Pemeriksaan Tekanan Darah
3) Head to Toe/Persistem
Kulit, rambut, dan kuku, Kepala (mata, hidung, telinga dan mulut), Leher,
Dada (payudara, jantung, dan paru), Abdomen (4 kuadran), Genetalia (eksternum, jika
perlu internum), Kekuatan dan reflek musculoskeletal.
1) Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010). Inspeksi
terdiri dari Ukuran tubuh/ suatu organ tubuh, Warna, Bentuk, Posisi, Kesimetrisan, Lesi,
Penonjolan, Edema
2) Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan jari-jari,
untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk,
ukuran, kelembaban dan penonjolan. (Dewi Sartika,2010). Palpasi terdiri dari suhu,
kelembaban, tekstur, Gerakan, Vibrasi, pertumbuhan massa/ edema/ krepitasi, sensasi. Hal
hal yang harus diperhatikan pada palpasi : Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai,
Tangan pemeriksa harus dalam keadaan hangat dan kering, Kuku jari pemeriksa, harus
dipotong pendek, Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir
3) Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang
bertujuan untuk mengidentifikasi batas/lokasi dan konsistensi jaringan. (Dewi Sartika, 2010).
Hal hal yang harus diperhatikan pada palpasi : Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai,
Tangan pemeriksa harus dalam keadaan hangat dan kering, Kuku jari pemeriksa, harus
dipotong pendek, Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir. Suara yang terdengar pada
saat perkusi :
• Sonor  perkusi jaringan normal.
• Redup  perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya pneumonia.
• Pekak  perkusi jaringan yang padat misalnya perkusi jantung
• Hipersonor (timpani)  perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya
paru asthma kronik
4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal
yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010).
Suara yang terdengar :
 Paru paru
a. Rales : eksudat lengket saat inspirasi (TBC)
b. Ronchi : rendah & kasar saat in/ekspirasi. Ciri ronchi, akan hilang bila klien batuk
(edema paru).
c. Wheezing : mengi “ngiiik” (bronchitis akut, asma).
d. Vesikuler : berdesir tanpa hambatan, bertiup sepi.
 Jantung
Denyut jantung : berdegup “lup…dup…”, yang menyatakan bahwa jantung berdegup
normal dari S1 dan S2 yang terdengar tunggal.
S1 (BJ 1) : menutupnya katup mitral & tricuspidalis (terdengar di linea sternalis sinestra,
pada intercostal 7-8 & linea media clavicula sinestra pada intercostal 1-2)
S2 (BJ 2) : menutupnya katup aorta & pulmonalis (terdengar di linea sternalis dextra & linea
media clacivula dextra, pada intercostal 7-8 & linea media clavicula sinestra pada intercostal
1-2)
 Peritoneal-Abdomen
 Bising usus (BU)  bergemuruh seperti air dalam saluura yg tidak rata
 Bising aorta  berdesir tetapi padat, dalam normal, sangat teratur.
PERTEMUAN 5 ( DIAGNOSA, INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BERDASARKAN NIC NOC ATAU SDKI, SIKI DAN SLKI SERTA ASUHAN
KEPERAWATAN PEMERIKSAAN FISIK )
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu
keluarga/komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensia. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilhan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat menurut
North American Nursing Diagnosis Association(NANDA)(1990, dalam Allen, 1998).
1. Kriteria diagnosa keperawatan
Kriteria antara lain sebagai berikut (Nursalam,2015) :
 Status Kesehatan dibandingkan dengan standar untuk menentukan kesenjangan
 Diagnose keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan
kebutuhan pasien
 Diagnose keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang
 Komponen diagnose terdiri atas PE/PES.
 Pengkajian ulang dan revisi terhadap diagnosis berdasarkan data terbaru

2. Tujuan diagnose keperawatan


menurut Wahid & Suprappto (2012) sebagai berikut :
 Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.
 Faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah.
 Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
 Mengkomunikasikan masalah klien pada tim kesehatan.

3. Komponen diagosa keperawatan


 Problem
Problem adalah gambaran keadaan pasien dimana tindakan keperawatan dapat
diberikan
 Etiologi
Etiologi atau faktor penyebab adalah faktor klinik dan personal yang dapat merubah
status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah. Merupakan pedoman
untuk merumuskan intervensi
 Sign and Symptom

A. Langlah – Langkah menentukan diagnose keperawatan

1. Klarifikasi dan analisis data


Klasifikasi atau memfokuskan data adalah mengelompokan data-data pasien atau
keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan
berdasarkan kriteria permasalahannya. Analisis data adalah kemampuan mengkaitkan
data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan
untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
pasien
2. Intervensi Data
• Menentukan kelebihan pasien.
Jika pasien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat akan menyimpulkan bahwa
pasien memiliki kelebihan dalam hal tertentu dan kelebihan ini dapat digunakan untuk
membantu menyelesaikan permasalahan pasien.
• Menentukan masalah pasien/menyimpulkan.
jika pasien tidak memenuhi standar kriteria kesehatan maka pasien tersebut mengalami
keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
• Menentukan masalah pasien yang pernah dialami, tahap ini perawat menentukan
masalah potensial pasien.
B. Pembuatan intervensi Berdasarkan Kriteria NIC NOC dan SDKI SLKI
1. Intervensi Keperawatan
Menurut Nursing Interventions Classification (NIC) (2013), intervensi keperawatan
merupakan suatu perawatan yang dilakukan perawat berdasarkan penilaian klinis dan
pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcoem pasien/klien. Intervensi
keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien, dan
atau/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk
membantuk klien mencapai hasil yang diharapkan (Deswani, 2009).
2. Tujuan Intervensi Keperawatan
Tujuan dilakukannya perencanaan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut :
• Meningkatkan komunikasiantara pemberi asuhan keperawatan.
• Memberikan asuhan secaralangsung dan didokumentasikan.
• Catatan dapat digunakan untuk evaluasi, penelitian, dan aspeklegal.
3. Langkah- langkah membuat intervensi
 Menentukan Prioritas Masalah
 Merumuskan Kriteria Hasil
Pertemuan 6 ( PERSIAPAN PASIEN UNTUK PEMERIKSAAN PENUNJANG )
Informed consent adalah suatu kesepakatan atau persetujuan pasien atas upaya medis
yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien mendapatkan
informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong
dirinya, disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi. (Komalawati,
1989, 86).
A. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan medis yang dilakukan oleh
dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu. Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan
diagnostik adalah pemeriksaan yang dilakukan dokter untuk menentukan diagnosis
penyakit pada pasien serta tingkat keparahannya
B. Persiapan fisik klien untuk pemeriksaan penunjang
1. Puasa
Kandungan gizi dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi akan diserap ke dalam
aliran darah dan bisa memberikan dampak langsung pada tingkat glukosa darah, lemak
dan besi. Puasa minimal selama 10-12 jam (kecuali glukosa minimal 8 jam) Puasa
dalam konteks laboratorium adalah tidak mengonsumsi makanan dan minuman (kecuali
air putih) dalam jangka waktu yang ditentukan.
2. Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi, misalnya asam
folat, Fe, vitamin B12 dll. Tetapi ini tidak diwajibkan untuk berhenti minum obat.
Misalnya, penggunaan oral corticosteroids dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam
darah. Untuk itu diharapkan menginformasikan obat-obat yang dikonsumsi ke pihak
laboratorium.
3. Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari terutama pada
pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat
pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada
instruksi dan indikasi khusus atas peintah dokter. Selain itu juga ada pemeriksaan yang
tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan
penanganan segera
4. Cara pengambilan sampel
• Perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan
• Lakukan pendekatan dengan atau keluarganya sebagai etika sopan santun
• Selalu tanyakan identitas pasien agar tidak tertukar dengan pasien lain
5. Penanganan awal sampel dan transportasi
• Catat dalam buku expedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir
• Melakukanhomogenisasi pada bahan yang mengandung antikoagulan
• tutup penanmpung yang ada sehingga tidak tumpah
• Segera kirimkankan ke laboratorium
C. Tujuan pemeriksaan penunjang
 Mendeteksi penyakit
 Menentukan risiko
 Memantau perkembangan penyakit
 Memantau pengobatan dan lain-lain
 Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial
membahayakan
D. Jenis-jenis pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pasien untuk
kemudian dianalisis di laboratorium. Pemeriksaan darah biasanya dilakukan untuk
mendeteksi penyakit atau kondisi medis tertentu, seperti anemia dan infeksi.
2. Pemeriksaan feses
Pemeriksan feses adalah prosedur untuk memeriksa sampel feses atau tinja. Pemeriksan
feses bertujuan untuk mendeteksi penyakit atau gangguan pada sistem pencernaan.
3. Pemeriksaan feses juga dilakukan untuk:
• Mengetahui penyebab gejala gangguan saluran cerna, seperti mual, muntah, diare,
perut kembung, nyeri atau kram perut, BAB berlendir, dan demam
• Mendeteksi kanker atau polip prakanker pada usus besar, dengan melihat ada atau
tidaknya darah pada tinja
• Mengidentifikasi penyakit liver, pankreas, atau saluran pencernaan, dengan
memeriksa kadar enzim pada tinja
4. Pemeriksaan Urine
Tes urine atau urinalisis adalah prosedur untuk memeriksa kondisi visual, kimiawi, dan
mikroskopik urine. Pemeriksaan ini dilakukan untuk beragam tujuan, mulai dari
mendeteksi penyakit atau kondisi hingga memantau efektivitas pengobatan. Tes urine
dilakukan dengan mengambil sampel urine pasien yang kemudian diperiksa di
laboratorium guna mengetahui kondisi urine sebagai bahan diagnosis suatu penyakit
atau kondisi
5. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan penunjang ini sering digunakan untuk memantau kerja jantung, khususnya
irama detak jantung dan aliran listrik jantung. EKG juga dapat dilakukan untuk
mendeteksi kelainan jantung, seperti aritmia, serangan jantung, pembengkakan jantung,
kelainan pada katup jantung, dan penyakit jantung koroner.
PERTEMUAN 7 (Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi )
A. Infeksi
merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen,
dengan/tanpa disertai gejala klinik
B. HAIs
(Healthcare Associated Infections) infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan
di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada
infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi
muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit
dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan
C. Komponen utama Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan tangan
 Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah, cairan
tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband, walaupun telah memakai
sarung tangan.
 Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya yang bersih,
walaupun pada pasien yang sama
 Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir
 Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa
memakai perhiasan cincin
2. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang di pakai petugas untuk
memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia, biologi/bahan infeksius. APD terdiri dari :
 sarung tangan
 masker/Respirator Partikulat
 pelindung mata (goggle)
 perisai/pelindung wajah
 kap penutup kepala
 gaun pelindung/apron
 sandal/sepatu tertutup (Sepatu Boot).

3. Pengendalian Lingkungan
Perbaikan kualitas udara, kualitas air, dan permukaan lingkungan, serta desain dan
konstruksi bangunan, dilakukan untuk mencegah transmisi mikroorganisme kepada
pasien, petugas dan pengunjung
4. Pengelolaan Limbah
RS dan fasyankes lain sebagai sarana pelayanan kesehatan adalah tempat
berkumpulnya orang sakit maupun sehat, dapat menjadi tempat sumber penularan
penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan, juga menghasilkan limbah yang dapat menularkan penyakit
5. Penatalaksanaan Linen
 Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD (sarung tangan rumah tangga,
gaun, apron, masker dan sepatu tertutup).
 Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen terkontaminasi cairan tubuh
 pemisahan dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya oleh perawat atau petugas.
 Minimalkan penanganan linen kotor untuk mencegah kontaminasi ke udara dan
petugas yang menangani linen tersebut. Semua linen kotor segera
dibungkus/dimasukkan ke dalam kantong kuning di lokasi penggunaannya dan tidak
boleh disortir atau dicuci di lokasi dimana linen dipakai.
6. Penempatan Pasien
 Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius.
 Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien (kontak,
droplet, airborne) sebaiknya ruangan tersendiri.
 Bila tidak tersedia ruang tersendiri, dibolehkan dirawat bersama pasien lain yang jenis
infeksinya sama dengan menerapkan sistem cohorting. Jarak antara tempat tidur
minimal 1 meter. Untuk menentukan pasien yang dapat disatukan dalam satu ruangan,
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Komite atau Tim PPI.
 Semua ruangan terkait cohorting harus diberi tanda kewaspadaan berdasarkan jenis
transmisinya (kontak,droplet, airborne).

7. Kebersihan Pernapasan, etika batuk dan bersin


 Diterapkan untuk semua orang terutama pada kasus infeksi dengan jenis transmisi
airborne dan droplet.
 Fasyankes harus menyediakan sarana cuci tangan seperti wastafel dengan air mengalir,
tisu, sabun cair, tempat sampah infeksius dan masker bedah.

Anda mungkin juga menyukai