Tabel. 2.1
Nyeri Akut yang berhubungan dengan egen injuri biologi
Rasional
Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami klien dan lokasinya 1. Untuk mengetahui tingkat skala nyeri yang
dialami klien
2. Catat umur dan berat pasien, masalah medis /
psikologis yang muncul kembali, sensitivitas 2. Rasional pendekata pada manajemen rasa
idiosinkratik yang digunakan. sakit pasca operasi berdasarkan kepada
faktor-faktor vareaasi multipel.
3. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardia,
hipertensi dan peningkatan pernafasan, bahkan jika 3. Dapat mengindikasi rasa sakit akut dan
pasien menyangkal adanya rasa sakit ketidaknyamanan.
7. Lakukan reposisi sesuai petunjuk, semi – fowler; 7. Mungkin mengurangi rasa sakit dan
miring. meningkatkan sirkulasi. Posisi semi-fowler
dapat mengurangi tekanan otot abdominal dan
otot punggung arthritis, sedangkan miring
mengurangi tekanan dorsal.
8. Mengurangi ketidaknyamanan yang
dihubungkan dengan membrane mukosa yang
8. Berikan perawatan oral regular. kering pad azat-zat anastesis, restriksi oral.
9. Berikan lingkungan yang tenang. 10. Respirasi mungkin menurun pada pemberian
narkotik, dan mungkin menimbulkan efek-
efek sinergistik dan zat-zat anastesi.
10. Observasi efek analgesik 11. Analgesik IV akan dengan segera mencapai
pusat rasa sakit, menimbulkan penghilangan
yang lebih efektif dengan obat dosis kecil.
Pemberian IM akan memakan waktu lebih
lama da keefektifannya bergantung kepada
tingkat dan absorbsi sirkulsi.
Intervensi Rasional
3. Berikan penjelasan
kepada pasien/keluarga
tentang hal–hal yang 4. Penjelasan tentang kondisi pasien dapat membantu pasien/keluarga
dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan yang timbul.
mengatasi demam dan
menganjurkan pasien/
5. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
keluarga untuk
sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
kooperatif.
6. Kompres hangat dapat merangsang kerja hipotalamus untukmenstabilkan
4. Berikan penjelasan
suhu tubuh.
tentang penyebab
demam atau
peningkatan suhu tubuh.7. Pemberian cairan bagi pasien sangat penting bagi pasien dengan suhu
tubuh tinggi. Pemberian cairan merupakan wewenang dokter sehingga
perawat perlu berkolaborasi dalam hal ini.
6. Berikan kompres
hangat (pada daerah
axilla dan dahi).
Tabel. 2.3
Kerusakan Intergritas kulit yang
berhubungan dengan trauma mekanik penyakit.
Internensi Rasional
Sedangkan menurut Doenges, (2001) diagnosa keperawatan yang muncul pada klien
dengan infeksi rongga mulut adalah:
a. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan post operasi.
Menurut Carpenito (2000) defisit volume cairan dan elektrolit adalahKeadaan dimana seorang
individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi vaskuler,
interstisial atau intravaskuler.
Tabel. 2.4
Defisit volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan perdarahan post operasi
Internensi Rasional
1. Ukuran dan cacat pengeluaran dan pemasukan 1. Dokumentasi yang akurat akan emembantu
(termasuk pengeluaran cairan gastrointestinal), dalam mengidentifiksi pengeluaran cairan /
tinjau ulang catatan intraoperasi. kebutuhan penggantian dan pilhan-pilihan
mempengaruhi intervensi.
Kolaborasi :
6. Menggantikan kehilangan cairan yang telah
Kolaborasi : didokumentasikan.
6. Berikan cairan parenteral, produksi darah dan
/atau plasma expender sesuai petunjuk tingkatkan
kecepatan jalan jika diperlukan.
7. Memberikan mekanisme untuk memantau
7. Pasang kateter urinarius dengan atau tanpa pengeluaran urinarius secara akurat.
erimeter sesuai kebutuhan.
8. Menghilangkan mual / muntah yang dapat
8. Berikan antiemetik sesuai kebutuhan menyebabkan ketidak seimbangan
pemasukan, membantu kehilangan cairan.
Rasional
Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami klien dan lokasinya 1. Untuk mengetahui tingkat skala nyeri yang
dialami klien
2. Catat umur dan berat pasien, masalah medis /
psikologis yang muncul kembali, sensitivitas 2. Rasional pendekata pada manajemen rasa
idiosinkratik yang digunakan. sakit pasca operasi berdasarkan kepada
faktor-faktor vareaasi multipel.
3. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardia,
hipertensi dan peningkatan pernafasan, bahkan jika 3. Dapat mengindikasi rasa sakit akut dan
pasien menyangkal adanya rasa sakit ketidaknyamanan.
Tabel. 2.6
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan
pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh
Rasional
Intervensi
d. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak mampuan menelan
makanan, nyeri area rahang. Menurut Carpenito (2000) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
suatu keadaan dimana individu yang tidak mengalami puasa atau yang beresiko mengalami
penurunan berat badan atau yang berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat.
Tabel. 2.7
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan ketidak mampuan menelan makanan, nyeri area rahang
Rasional
Intervensi
1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makan yang disukai. 1. Mengindikasikan defisiensi, menduga
kemungkinan intervensi
2. Kaji keluhan mual, tidak napsu makan, dan muntah
yang dialami pasien. 2. Dengan mengalami keluhan pasien dapat
membantu intervensi selanjutnya.
3. Pemberian makanan yang mudah ditelan seperti : 3. Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
bubur, tim, dan hidangkan selagi masih hangat. meningkatkan asupan makanan karena mudah
ditelan.
4. Pemberian makanan dalam porsi kecil dengan
frekuensi sering. 4. Untuk menghindari mual dan muntah.
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada area rahang dan luka operasi. Menurut
Carpenito (2000) perubahan pola tidur adalah keadaan di mana individu mengalami atau
berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola tidurnya yang
menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya
Tabel. 2.8
Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa
nyeri pada area rahang dan luka operasi rahang
Rasional
Intervensi
1. Kaji kebiasaan sebelum dan sesudah tidur 1. Untuk mengetahui kebiasaan klien sebelum
dan sesudah tidur untuk menentukan tindakan
selanjutnya
2. Ciptakan lingkungan aman dan tenang
2. Agar klien dapat beristirahat dengan tenang
5. Atur posisi yang nyaman saat beristirahat 5. Agar klien merasa nyaman beristirahat
6. Batasi pertemuan yang tidak penting 6. Agar klien dapat beristirahat maksimal
f. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan adanya peradangan di area mulut. Menurut
Carpenito (2000) Gangguan komunikasi verbal adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami, atau dapat mengalami penurunan kemampuan atau ketidakmampuan untuk berbicara
tetapi dapat mengerti orang.
Tabel. 2.9
Gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan adanya peradangan di area mulut
Rasional
Intervensi
1. Kaji tipe/ derajat disfungsi, seperti pasien tidak 1. Membantu menentukan daerah dan derajat
tampak memahami kata atau mengalami kesulitan kerusakan cerebral yang terjadi dalam
berbicara atau membuat pengertian sendiri. kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh
tahap proses komunikasi.
2. Berikan metode alternatif, seperti menulis di papan2. Memberi komunikasi tentang kebutuhan
tulis. Berikan petunjuk visual (gerakan tangan, berdasarkan dengan keadaan/ defisit yang
gambar-gambar, daftar kebutuhan, demonstrasi). mendasarinya.
3. Bicaralah dengan nada normal dan hindari 3. Tidak perlu merusak pendengaran pasien dan
percakapan yang cepat. Berikan pasien jarak waktu meninggikan suara dapat menimbulkan marah
untuk berespon. Bicaralah tanpa tekanan terhadap pasien/ menyebabkan kepedihan.
sebuah respon.
g. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota
tubuh. Menurut Carpenito (2000) gangguan gambaran diri adalah suatu keadaan dimana individu
mengalami atau beresiko untuk mengalami gangguan dalam cara pencerapan citra diri seseorang.
Tabel. 2.10
Gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan adanya peradangan di area mulut
Rasional
Intervensi