Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

OTITIS MEDIA AKUT

Disusun Oleh

KELOMPOK 7 :

1. RINDI YANI NPM:2126010016


2. VINA APRILIA NPM:2126010023
3. ANGGI AGUSTIA NINGSIH NPM:2126010003
Konsep Teori
Anatomi Fisiologi Telinga
• Secara anatomi, telinga dibagi menjadi tiga bagian
yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Dalam
perkembangannya telinga dalam merupakan organ
yang pertama kali terbentuk mencapai konfingurasi
dan ukuran dewasa pada trimester pertengahan
kehamilan. Sedangkan telinga tengah dan luar
belum terbentuk sempurna saat kelahiran, akan
tumbuh terus dan berubah bentuk sampai
pubertas.
Definisi Otitis Media Akut (OMA)
Otitis media adalah infeksi pada telinga
tengah yang menyebabkan peradangan
(kemerahan dan pembengkakan) dan
penumpukan cairan di belakang gendang
telinga.
Klasifikasi Otitis Media Akut (OMA)
• Otitis media supuratif
• Otitis media non supuratif atau otitis media
serosa
• Otitis media serosa akut (barotrauma atau
aerotitis)
• Otitis media adhesiva
Etiologi Otitis Media Akut (OMA)
Bakteri
• Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA
yang tersering
Virus
• Virus yang paling sering dijumpai pada anak-
anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV),
influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-
40%).
Manifestasi Klinis
Gejala otitis media akut dapat bervariasi
menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan
dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini
biasanya unilateral pada orang dewasa dan
mungkin terdapat otalgia. Gejala lain dapat
berupa keluarnya cairan dari telinga, demam,
kehilangan pendengaran, dan tinitus
Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran
napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang
menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.
Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat
menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi
pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran,
dan datangnya sel- sel darah putih untuk melawan
bakteri. Sel- sel darah putih akan membunuh bakteri
dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai
hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah.
Pathway
Penatalaksanaan
• Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan
untuk membuka kembali tuba eustachius.
• Pada stadium presupurasi, di berikan antibiotik,
obat tetes telinga, dan analgesik.
• Pengobatan stadium supurasi
• Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga
H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang
adekuat sampai 3 minggu.
• Pada stadium resolusi, biasanya akan tampak
sekret mengalir keluar.
Komplikasi
Komplikasi intrakranial meliputi:
• Meningitis
• Abses subdural
• Abses ekstradural
• Trombosis sinus lateralis
• Abses otak
• Hidrosefalus otitis
Komplikasi intratemporal meliputi :
• Facial paralisis
• Labirintitis
• Abses Subperiosteal
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian Keperawatan
• Pengumpulan Data
• Pengkajian Persistem
Diagnosa Keperawatan
• Nyeri akut berhubungan dengan adanya
kerusakan jaringan actual atau fungsional
(D.0077).
• Ansietas berhubungan dengan kurang
terpapar informasi (D.0080).
• Resiko infeksi berhubungan dengan resiko
terserang organisma patogenik (D.0142).
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Luaran Intervensi Keperawatan
No. Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Intervensi : Manajemen nyeri (I.08238)
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi
adanya kerusakan diharapkan : 1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
jaringan actual atau Setelah dilakukan nyeri
fungsional (D.0077). tindakan keperawatan 2. Identifikasi skala nyeri
diharapkan ekspetasi 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
tingkat nyeri menurun. 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
1. kemampuan 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
menuntaskan 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
aktivitas meningkat 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
2. keluhan nyeri 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
menurun 9. Monitor efek samping penggunaan analgesic
3. meringis menurun Terapeutik
4. sikap protektif 1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
menurun TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
5. gelisah menurun aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
6. kesulitan tidur bermain)
menurun 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
7. menarik diri pencahayaan, kebisingan)
menurun 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. berfokus pada diri 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
sendiri menurun meredakan nyeri
9. diaforesis menurun Edukasi
10. perasaan depresi 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
(tertekan ) menurun 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I. 09314)
dengan kurang tindakan keperawatan Observasi
terpapar informasi diharapkan : 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi, waktu, stresor)
(D.0080). setelah dilakukan 2. Identifikasi kermampuan mengambili.keputusan
tindakan asuhan 3. Monitor tande-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
keperawatan
diharapkan ekspektasi Terapeutik
tingkat ansietas 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
menurun 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
Kriteria hasil: 3. Pahami situasi yang mernbuat ansietas
1. verbalisasi 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
kebingungan 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
menurun 6. Tempalkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
2. verbalisasi khawatir 7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
akibat kondisi yang 8. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan dating
dihadapi menurun Edukasi
3. perilaku gelisah 1. Jelaskan prosedur, temasuk sensasi yang mungkin dialami
menurun 2. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pangobatan, dan
4. perilaku tegang prognosis 42
menurun 3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jlka perlu
5. keluhan pusing 4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitir, sasual kebutuhan
menurun 5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6. anoreksia menurun 6. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
7. palpitasi menurun 7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
8. frekuensi 8. Latih teknik relaksasi
pernapasan Kolaborasi
menurun Kolaborasi pemberian obat antiansietas
9. frekuensi nadi
menurun
10. tekanan darah
menurun
11. diaforesis menurun
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan Intervensi :
berhubungan dengan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi I.14539
resiko terserang diharapkan : Observasi
organisma patogenik setelah dilakukan Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik terapiutik
(D.0142). tindakan asuhan Terapeutik
keperawatan 1. Batasi jumlah pengunjung
diharapkan ekspektasi 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
citra tubuh meningkat 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
Kriteria hasil : pasien
1. Demam Menurun 4. Pertahankan tehnik aseptic pada pasien beresiko tinggi
2. Kemerahan Edukasi
Menurun 1. Jelaskan Tanda dan gejala infeksi
3. Nyeri menurun 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
4. Bengkak berkurang 3. Ajarkan etika Batuk
5. Cairan Berbau 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
Busuk Menurun 5. Anjurkan meningkatkan asupan nitrisi
6. Drainase Purulen 6. Anjurkan meningkatkan cairan kolaborasi
Menurun Kolaborasi
7. Piuria Menurun Kolaborasi pemberian Imunisasi jika perlu
8. Periode malaise
berkurang
9. Periode menggigil
berkurang
10. letargi menurun
11. Gangguan koknitif
menurun
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
• Pasien seorang perempuan usia 23 tahun datang ke poli Telinga Hidung dan
Tenggorokkan Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia pada tanggal 7 September
2020 dengan keluhan utama telinga kanan berdenging. Keluhan tersebut sudah
dirasakan pasien selama kurang lebih satu minggu yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan rasa nyeri yang menyertai, keluar cairan bening dari telinga kanan, dan
pendengaran telinga kanan yang berkurang. Pasien juga memiliki riwayat trauma
pada telinga kanan saat masih kanak-kanak, dan memiliki riwayat atopik.
• Pada pemeriksaan garpu tala Rinne positif, weber lateralisasi ke telinga kanan.
Pemeriksaan audiometri murni didapatkan tuli konduktif ringan dengan ambang
dengar telinga kanan 26.25 dBdan selisih hantaran udara-tulang sebesar 10 dB dan
didapatkan lewat hasil test audiometri sederhana hantaran udara / air conduction
(AC) lebih dari 25 dB dan hantaran tulang / bone conduction (BC) normal atau kurang
dari 25 dB. Sehingga disimpulkan pasien mengalami tuli konduktif ringan dengan, AC
dan BC berhimpit, tidak ada gap. Dari pemeriksaan endoskopi telinga didapatkan
perforasi membran timpani tipe sentral, kering, dan mukosa kavum timpani baik atau
tidak terdapat penebalan. Pasien didiagnosis dengan perforasi membran timpani.
Pengkajian
Identitas
• Nama : Ny.A
• Umur : 23 Tahun
• Jenis Kelamin : perempuan
• Pendidikan: SMA
• Status : belum menikah
• Pekerjaan : -
• Alamat :-
• No. Reg : 101.111.XX
• Diagnosa Medis : Otitis media akut
Keluhan Utama
Keluhan Utama Saat MRS
• Pasien mengeluh telinga kanan berdenging.
Keluhan Utama Saat Pengkajian
• Pasien mengeluh telinga kanan berdenging.
Keluhan tersebut sudah dirasakan pasien selama
kurang lebih satu minggu yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan rasa nyeri yang menyertai, keluar
cairan bening dari telinga kanan, dan
pendengaran telinga kanan yang berkurang.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
• Kesadaran : Composmentis/ baik
• Tanda vital
• TD : Dalam batas normal
• Suhu : Dalam batas normal
• Nadi : Dalam batas normal
• RR : Dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan audiometri murni didapatkan tuli
konduktif ringan dengan ambang dengar telinga
kanan 26.25 dBdan selisih hantaran udara-
tulang sebesar 10 dB dan didapatkan lewat hasil
test audiometri sederhana hantaran udara / air
conduction (AC) lebih dari 25 dB dan hantaran
tulang / bone conduction (BC) normal atau
kurang dari 25 dB.
Tindakan dan Terapi
Pasien menjalani tindakan miringoplasti konvensional,
Tindakan miringoplasti konvensional, dilakukan
menggunakan pendekatan transkanal melalui endoskop
telinga. Prosedur ini dilakukan di poliklinik rawat jalan THT
RSU UKI. Prosedur ini dimulai dengan pengambilan tandur
menggunakan kertas perkamen. Kertas perkamen
kemudian digunting dengan ukuran ± 4 mm, dilakukan
aseptik antiseptik pada kanalis meatus eksternus dengan
povidone iodine 10%. Kemudian dilakukan penyemprotan
anestesi topikal menggunakan xylocaine spray 10 % pada
empat kuadran telinga.
Analisa Data
No. Kelompok Data Masalah/ Problem Penyebab/ Etiologi
1. DS : Gangguan Presepsi Gangguan Pendengaran
Klien mengeluh telinga kanan Sensorik
berdenging

DO :
Didapatkan tuli konduktif ringan
dengan ambang dengar telinga kanan
26.25 db dan selisih hantaran udara-
tulang sebesar 10 db.

2. DS : Nyeri Akut Agen Pencedera


Klien mengeluhkan rasa nyeri yang FisiologiS (Inflamasi
menyertai, keluar cairan bening dari Pada Telinga Kanan)
telinga kanan, dan pendengaran telinga
kanan yang berkurang.

DO :
Didapatkan lewat hasil test audiometri
sederhana hantaran udara / air
conduction (ac) lebih dari 25 db dan
hantaran tulang / bone conduction (bc)
normal atau kurang dari 25 db.
Diagnosa Keperawatan
• Gangguan presepsi sensorik berhubungan
dengan gangguan pendengaran
• Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis (inflamasi pada telinga
kanan)
Intervensi Keperawatan

Dx Nama &
No Tujuan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Keperawatan TTD
1. Gangguan Setelah dilakukan Minimalisasi Rangsangan
persepsi sensori tindakan Observasi
b.d gangguan keperawatan 3 x 24 Periksa status mental, status sensori, dan tingkat
pendengaran jam gangguan kenyamanan (mis. nyeri, kelelahan)
presepsi sensori Terapeutik
teratasi dengan 1. Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori
kriteria hasil: (mis. bising, terlalu terang)
Px dapat 2. Batasi stimulus lingkungan (mis. cahaya, suara,
mengalami aktivitas)
peningkatan 3. Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
pendengaran 4. Kombinasikan prosedur/tindakan dalam satu waktu,
sampai tingkat sesuai kebutuhan
fungsional Edukasi
Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis. mengatur
pencahayaan ruangan, mengurangi kebisingan,
membatasi kunjungan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam meminimalkan prosedur/tindakan
2. Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi
persepsi stimulus
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI
agen pencedera tindakan Observasi
fisiologis keperawatan 2 x 24 1. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
(inflamasi pada jam nyeri dapat 2. Identifikasi skala nyeri
telinga kanan) berkurang dengan 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
kriteria hasil : 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Tingkat nyeri 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Pendengaran 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
membaik 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
- Meringis diberikan
menurun 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Sikap protektif Terapeutik
menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Gelisah menurun (mis, terapi pijat, aroma terapi, kompres hangat/dingin)
Kesulitan tidur 2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
menurun ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
1. Pemberian Analgetik
Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda,
kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgesik
5. Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
1. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
2. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid
untuk mempertahankan kadar dalam serum
3. Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan
respon pasien
4. Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang
tidak diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi

Anda mungkin juga menyukai