ABSES SUBMANDIBULA
Disusun Oeh
Welang Wira Ibra Laksa Baruna
(D0023067)
A. Definisi
Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi
nanah. (Siregar, 2004). Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di
mandibula. Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu
komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher. (Smeltzer dan Bare,
2001)
B. Etiologi
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui
beberapa cara antara lain:
1. Bakteri masuk kebawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum
yang tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
C. Patofisiologi
Jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan se-
sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam
melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan
bakteri.sel darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah yang
membentuk nanah yang mengisis rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini,
maka jaringan disekitarnya akan terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh di
sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas. Abses hal ini merupakan
mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut jika suatu abses
pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun
dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses
(www.medicastre.com,2004).
D. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi
dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa :
1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengakakan
5. Kemerahan
6. Demam
E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Siregar (2004), abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali.
Sedangkan abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita abses,
biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih.
F. Komplikasi
Komplikasi/dampak yang mungkin terjadi akibat dari Abses mandibula menurut
Siregar (2004) adalah:
1. Kehilangan gigi
2. Penyebaran infeksi pada jaringan lunak dapat mengakibatkan selulitis wajah
dan Ludwig’s angina
3. Penyebaran infeksi pada tulang rahang dapat mengakibatkan osteomyelitis
mandibula atau maksila
4. Penyebaran infeksi pada daerah tubuh yang lain, menghasilkan abses
serebral, endokarditis, pneumonia, atau gangguan lainnya.
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut FKUI (1990), antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan
anaerob harus diberikan secara parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan dalam
anastesi lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam
narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling
berfluktuasi atau setinggi 0,5 tiroid, tergantung letak dan luas abses. Pasien
dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.
Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah dengan
sendirinya dan mengeluarkan isinya,.kadang abses menghilang secara perlahan
karena tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi,
abses pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras.
Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa
ditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah, sehingga
pemberian antibiotik biasanya sia-sia antibiotik biasanya diberikan setelah abses
mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga
diberikan jika abses menyebarkan infeksi kebagian tubuh lainnya.
H. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Data yang harus dikumpulkan dalam pengkajian yang dilakukan pada kasus
abses mandibula menurut Doenges, (2001) adalah sebagai berikut :
a. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan
cedera (trauma).
b. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas
(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
c. Integritas ego
Data Subyektif: Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : cemas, bingung, depresi.
d. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
e. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : nyeri pada rahang dan bengkak
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
f. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot
aksesoris.
2. Dignosa keperawatan
Pre Operatif
a. Nyeri Akut
b. Hipertermi
c. Ansietas
d. Gangguan Integritas Kulit
Intra Operatif
a. Resiko Infeksi
Post Operatif
a. Nyeri Akut
b. Hipotermi
3. Intervensi Keperawatan
Pre operatif
Daftar Diagnosa NOC NIC
Nyeri akut Kontrol nyeri Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
selama lebih dari 1x24 jam klien dapat yang meliputi lokasi, karakteristik,
mengatasi nyerinya ditandai dengan : onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
1. Dapat mengenali kapan nyeri terjadi atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
2. Klien dapat menggunakan tindakan 2. Berikan informasi mengenai nyeri
pengurangan nyeri tanpa analgesic 3. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
3. Klien melaporkan perubahan terhadap 4. Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang
gejala nyeri pada professional kesehatan dapat mencetuskan nyeri dan
4. Klien mengenali apa yang terkait dengan meningkatkan nyeri
gejala nyeri 5. Gali bersama pasien faktor-faktor yang
Klien melaporkan nyeri yang terkontrol dapat menurunkan dan memperberat nyeri
6. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan lainnya untuk memilih
dan mengimplementasikan tindakan
penurun nyeri non farmakologi, sesuai
kebutuhan
Cemas Anxiety control Anxiety Reduction
berhubungan 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
1. Klien mampu mengidentifikasi dan
dengan krisis dan meyakinkan
mengungkapkan gejala cemas.
situasi ditandai 2. Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan
dengan yang dirasakan yang mungkin akan dialami
menunjukkan teknik mengontrol cemas.
peningkatan 3. Berikan informasi factual terkait diagnosis,
3. Vital sign dalam batas normal.
ketegangan, perawatan dan prognosi
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
gemetar dan 4. Berada disisi klien untuk meningkatkan
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
gelisah rasa aman dan mengurangi ketakutan
berkurangnya kecemasan
5. Dengarkan klien
6. Kontrol stimulus untuk kebutuhan klien
yang tepat
Post Operatif
Daftar Diagnosa NOC NIC
Nyeri akut Kontrol nyeri Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan tindakan 7. Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan selama lebih dari 1x24 komprehensif yang meliputi lokasi,
jam klien dapat mengatasi nyerinya karakteristik, onset/durasi,
ditandai dengan : frekuensi, kualitas, intensitas atau
5. Dapat mengenali kapan nyeri terjadi beratnya nyeri dan faktor pencetus
6. Klien dapat menggunakan tindakan 8. Berikan informasi mengenai nyeri
pengurangan nyeri tanpa analgesic 9. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
7. Klien melaporkan perubahan nyeri
terhadap gejala nyeri pada 10.Kurangi atau eliminasi faktor-faktor
professional kesehatan yang dapat mencetuskan nyeri dan
8. Klien mengenali apa yang terkait meningkatkan nyeri
dengan gejala nyeri 11. Gali bersama pasien faktor-
Klien melaporkan nyeri yang terkontrol faktor yang dapat menurunkan dan
memperberat nyeri
12. Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurun nyeri non farmakologi,
sesuai kebutuhan
Hipotermi Termoregulasi Temperature regulation
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
keperawatan selama 1x24 jam 2. Rencanakan monitoring suhu secara
diharapkan suhu tubuh klien dalam kontinyu
batas normal dengan kriteria hasil : 3. Monitor TD, nadi, dan RR
Kriteria Hasil : Nadi dan RR dalam 4. Monitor warna dan suhu kulit
rentang normal 5. Monitor tanda-tanda hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
3. Monitor sianosis perifer
4. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
5. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth’s. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis
NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.