Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ABSES MANDIBULA

DI RUANG ALAMANDA BEDAH RSUD MAJALAYA

NAMA : DENDEN ARDIYANA R

NPM : 201FK04101

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2020
LAPORAN PENDAHULUAN ABSES MANDIBULA

A. Definisi
Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar,
2004). Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di mandibula. Abses dapat
terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi
dari daerah leher. (Smeltzer dan Bare, 2001)

B. Etiologi
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara
antara lain:
1. Bakteri masuk kebawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

C. Patofisiologi
Jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel
mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan se-sel yang terinfeksi. Sel-
sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak kedalam
rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri.sel darah putih akan mati, sel darah putih yang
mati inilah yang membentuk nanah yang mengisis rongga tersebut. Akibat penimbunan
nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh di
sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas. Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh
mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut jika suatu abses pecah di dalam tubuh maka
infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada
lokasi abses (www.medicastre.com,2004).
D. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan
pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa :
1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengakakan
5. Kemerahan
6. Demam

E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Siregar (2004), abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali. Sedangkan
abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita abses, biasanya pemeriksaan darah
menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih.
F. Komplikasi
Komplikasi/dampak yang mungkin terjadi akibat dari Abses mandibula menurut Siregar
(2004) adalah:
1. Kehilangan gigi
2. Penyebaran infeksi pada jaringan lunak dapat mengakibatkan selulitis wajah dan
Ludwig’s angina
3. Penyebaran infeksi pada tulang rahang dapat mengakibatkan osteomyelitis mandibula
atau maksila
4. Penyebaran infeksi pada daerah tubuh yang lain, menghasilkan abses serebral,
endokarditis, pneumonia, atau gangguan lainnya.

G. Penatalaksanaan Medis
Menurut FKUI (1990), antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus
diberikan secara parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal untuk abses
yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan
luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi 0,5 tiroid, tergantung
letak dan luas abses. Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.
Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah dengan sendirinya
dan mengeluarkan isinya,.kadang abses menghilang secara perlahan karena tubuh
menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi, abses pecah dan bisa
meninggalkan benjolan yang keras.
Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan
dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotik
biasanya sia-sia antibiotik biasanya diberikan setelah abses mengering dan hal ini dilakukan
untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi
kebagian tubuh lainnya.

H. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Data yang harus dikumpulkan dalam pengkajian yang dilakukan pada kasus abses
mandibula menurut Doenges, (2001) adalah sebagai berikut :
a. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera (trauma).
b. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).
c. Integritas ego
Data Subyektif: Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : cemas, bingung, depresi.
d. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
e. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : nyeri pada rahang dan bengkak
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
f. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot aksesoris.
2. Dignosa keperawatan
Pre Operatif
a. Nyeri Akut
b. Hipertermi
c. Ansietas
d. Gangguan Integritas Kulit
Intra Operatif
a. Resiko Infeksi
Post Operatif
a. Nyeri Akut
b. Hipotermi
3. Intervensi Keperawatan
Pre operatif
Daftar NOC NIC
Diagnosa
Nyeri akut Kontrol nyeri Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan selama lebih dari komprehensif yang meliputi
1x24 jam klien dapat mengatasi lokasi, karakteristik,
nyerinya ditandai dengan : onset/durasi, frekuensi,
1. Dapat mengenali kapan nyeri kualitas, intensitas atau
terjadi beratnya nyeri dan faktor
2. Klien dapat menggunakan pencetus
tindakan pengurangan nyeri 2. Berikan informasi mengenai
tanpa analgesic nyeri
3. Klien melaporkan perubahan 3. Ajarkan prinsip-prinsip
terhadap gejala nyeri pada manajemen nyeri
professional kesehatan 4. Kurangi atau eliminasi faktor-
4. Klien mengenali apa yang faktor yang dapat
terkait dengan gejala nyeri mencetuskan nyeri dan
Klien melaporkan nyeri yang meningkatkan nyeri
terkontrol 5. Gali bersama pasien faktor-
faktor yang dapat menurunkan
dan memperberat nyeri
6. Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri non
farmakologi, sesuai kebutuhan
Cemas Anxiety control Anxiety Reduction
berhubungan 1. Gunakan pendekatan yang
dengan krisis 1. Klien mampu menenangkan dan meyakinkan
situasi ditandai mengidentifikasi dan 2. Jelaskan semua prosedur
dengan mengungkapkan gejala termasuk sensasi yang dirasakan
peningkatan cemas. yang mungkin akan dialami
ketegangan, 2. Mengidentifikasi, 3. Berikan informasi factual
gemetar dan mengungkapkan, dan terkait diagnosis, perawatan dan
gelisah menunjukkan teknik prognosi
mengontrol cemas. 4. Berada disisi klien untuk
3. Vital sign dalam batas meningkatkan rasa aman dan
normal. mengurangi ketakutan
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, 5. Dengarkan klien
bahasa tubuh dan tingkat 6. Kontrol stimulus untuk
aktivitas menunjukkan kebutuhan klien yang tepat
berkurangnya kecemasan
Hipertermi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu sesering
keperawatan selama 1x24 jam mungkin
diharapkan suhu tubuh kembali 2. Monitor warna dan suhu kulit
normal dengan Kriteria Hasil : 3. Monitor tekanan darah, nadi
1. Suhu tubuh dalam rentang dan RR
normal 4. Monitor penurunan tingkat
2. Nadi dan RR dalam rentang kesadaran
normal 5. Monitor WBC, Hb, dan Hct
3. Tidak ada perubahan warna 6. Monitor intake dan output
kulit dan 7. Berikan anti piretik
tidak ada pusing 8. Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
9. Selimuti pasien
10. Berikan cairan intravena
11. Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
12. Tingkatkan sirkulasi udara
13. Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
Intra Operatif
Daftar diagnosa NOC NIC
Resiko infeksi -   Immune Status Infection Control (Kontrol
-   Knowledge : Infection control infeksi)
-    Risk control 1. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
Setelah dilakukan tindakan
3. Gunakan sabun
keperawatan dalam 1x24 jam
antimikrobia untuk cuci
diharapkan klien terhindar
tangan
dari resiko infeksi dengan
4. Cuci tangan setiap sebelum
Kriteria Hasil :
dan sesudah tindakan
1. Klien bebas dari tanda
kperawtan
dan gejala infeksi
5. Gunakan baju, sarung
2. Jumlah leukosit dalam
tangan sebagai alat
batas normal
pelindung
6. Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
7. Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
8. Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
9. Tingktkan intake nutrisi
10. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Post Operatif
Daftar Diagnosa NOC NIC
Nyeri akut Kontrol nyeri Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan tindakan 7. Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan selama lebih komprehensif yang meliputi
dari 1x24 jam klien dapat lokasi, karakteristik,
mengatasi nyerinya ditandai onset/durasi, frekuensi,
dengan : kualitas, intensitas atau
5. Dapat mengenali kapan beratnya nyeri dan faktor
nyeri terjadi pencetus
6. Klien dapat menggunakan 8. Berikan informasi mengenai
tindakan pengurangan nyeri
nyeri tanpa analgesic 9. Ajarkan prinsip-prinsip
7. Klien melaporkan manajemen nyeri
perubahan terhadap gejala 10.Kurangi atau eliminasi
nyeri pada professional faktor-faktor yang dapat
kesehatan mencetuskan nyeri dan
8. Klien mengenali apa yang meningkatkan nyeri
terkait dengan gejala nyeri 11. Gali bersama pasien
Klien melaporkan nyeri yang faktor-faktor yang dapat
terkontrol menurunkan dan
memperberat nyeri
12. Kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat dan
tim kesehatan lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri non
farmakologi, sesuai
kebutuhan
Hipotermi Termoregulasi Temperature regulation
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu minimal tiap 2
keperawatan selama 1x24 jam
jam diharapkan suhu tubuh 2. Rencanakan monitoring suhu
klien dalam batas normal secara kontinyu
dengan kriteria hasil : 3. Monitor TD, nadi, dan RR
Kriteria Hasil : Nadi dan RR 4. Monitor warna dan suhu kulit
dalam rentang normal 5. Monitor tanda-tanda
hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor sianosis perifer
4. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
5. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth’s. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.
Corwin,  Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai