Oleh:
NAMA : Verlya Artamevia Elvariessyah
NIM : P17230191014
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Dengan Abses
Submandibula di Ruang Paviliun 2
BAB I
KONSEP DASAR ABSES SUBMANDIBULA
1) Pengertian
Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisinanah.
(Siregar, 2004). Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi dimandibula.
Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satukomponennya sebagai
kelanjutan infeksi dari daerah leher. (Smeltzer dan Bare,2001).
2) Etiologi
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa
cara antara lain:
1. Bakteri masuk kebawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarumyang tidak
steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan
tidakmenimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses
4. Klasifikasi
3) Patofisiologi/Pohon Masalah
Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian
sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel terinfeksi. Sel-
sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, beregerak
kedalam rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan
terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh disekeliling abses dan menjadi dinding
pembatas. Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih
lanjut jika suatu abses pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh
maupun dibawah permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses.
4. Pathway
5. Tanda dan Gejala
menurut smeltzer dan bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan
pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf.
Gejalanya bisa berupa :
a. nyeri
b. nyeri tekan
c. teraba hangat
d. pembengkakan
e. kemerahan
f. demam
6. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Menurut Siregar (2004), abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali.
Sedangkan abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita abses, biasanya
pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih
7. Penatalaksanaan
Menurut FKUI (1990), antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob
harus diberikan secara parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal
untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses
dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang
paling berfluktuasi atau setinggi 0,5 tiroid, tergantung letak dan luas abses.
Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda. Suatu abses
sering kali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah dengan sendirinya dan
mengeluarkan isinya,.kadang abses menghilang secara perlahan karena tubuh
menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi,abses pecah dan bisa
meninggalkan benjolan yang keras. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat
penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak
memiliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotik biasanya sia-sia antibiotik biasanya
diberikan setelah absesmengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan.
Antibiotik jugadiberikan jika abses menyebarkan infeksi kebagian tubuh lainnya
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIABETES MELLITUS
I. Pengkajian keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
data tentang penderita agar dapat mengidentifikasi kebutuhan serta masalahnya,
pengkajian meliputi:
1) Pengumpulan data:
Data subyektif
Data yang didapat oleh pencatat dan pasien atau keluarga dan dapat diukur
dengan menggunakan standar yang diakui.
Data obyektif
Data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat diukur dengan
menggunakan standar yang diakui.
2) Analisa data:
Data prime
Data yang diperoleh dari pasien itu sendiri melalui percakapan dengan pasien
percakapan
Data sekunder
Data yang diperoleh dari orang lain yang mengetahui keadaan pasien melalui
komunikasi dengan orang yang dikenal, dokter/perawat
b. Anamnesa
1)Keluhan Utama
2)Riwayat penyakit sekarang
3)Riwayat penyakit sebelumnya
4)Riwayat psikososial dan spiritual
5)Pola kebiasaan sehari-hari
Pola aktivitas
Pola istirahat
Pola istirahat
6)Pola personal hygiene
7)Pola nutrisi
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 4,5,6
II. Diagnosa keperawatan
ö Nyeri Akut berhungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi) ditandai dengan
mengeluh nyeri, tampak meringis, tampak meringis, nafsu makan berubah
ö Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. infeksi) ditandai dengan suhu
tubuh diatas nilai normal, kulit terasa hangat
ö Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan ditandai dengan
nafsu makan menurun, otot pengunyah lemah
Intervensi
Terapeutik
1. untuk mengurangi
rasa nyeri yang
dirasakan pasien
2. untuk mengurangi
rasa nyeri yang
dirasakan pasien
Edukasi
1. untuk
memberikan
pemahaman agar
pasien tidak gelisah
saat nyeri timbul
Kolaborasi
1. untuk membantu
proses penyembuhan
pasien secara pasca
operasi/ untuk
mengurangi nyeri
Intervensi
Edukasi
1. dengan
mengajarkan tirah
baring kepada
pasien, diharapkan
agar pasien bisa
merasa nyaman
dengan keadaan
Kolaborasi
1. dengan
memberikan cairan
ataupun elektrolit
pada pasien dengan
tujuan agar pasien
tidak mengalami
dehidrasi
Intervensi
Tujuan dan Tindakan keperawatan Rasional
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi Observasi
tindakan kepeawatan Observasi 1. mengidentifikasi
selama 3x24 jam, 1. identifikasi status nutrisi status nutrisi
diharapkan status
2. identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient 2. mengidentifikasi
nutrisi membaik,
dengan kriteria 3. monitor asupan makanan kebutuhan kalori
hasil: Terapeutik dan jenis nutrient
1. porsi makanan 1. lakukan oral hygiene sebelum makan 3. memperhatikan
yang dihabiskan 2. sajikan makanan secara menarik dan suhu yang asupan makanan
meningkat sesuai pasien
2. kekuatan otot 3. berikan suplemen makanan
pengunyah
Edukasi Terapeutik
meningkat
3. nafsu makan 1. anjurkan posisi duduk, jika mampu 1. agar terhindar dari
membaik Kolaborasi bakteri
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan 2. agar menarik rasa
(mis. pereeda nyeri) 3. memberikan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan suplemen makanan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu Edukasi
1. menganjurkan
pasien duduk, jika
mampu
Kolaborasi
1. berkolaborasi
untuk pemberian
medikasi sebelum
makan
2. berkolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddart’ s 2002. Buku ajar keperawatan keperawatan medical bedah edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku saku diagnosis keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi
NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisioogi. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia