Nyeri merupakan suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan maupun potensial kerusakan (International Association
for The Study of Pain). Nyeri kadang muncul tanpa sumber dan penyabab yang jelas. Nyeri juga
merupakan mekanisme perlindungan tubuh, yang member peringatan adanya masalah dalam
tubuh kita. Nyeri merupakan vital sign yang ke lima.
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
diakibatkan oleh kerusakan jaringan maupun potensial kerusakan (International Association for
The Study of Pain). Nyeri merupakan suatu tanda penyakit, dan merupakan common sign yang
harus menjadi perhatian bagi petugas kesehatan. Biasanya pasien menggambarkan dengan rasa
terbakar, diremas, tertusuk dll. Nyeri juga dipengaruhi oleh faktor emosional.
1. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang berlangsung kurang dari satu bulan. Biasanya karena
adanya penyakit, dimana akan hilang seiring dengan sembuhnya penyakit.
2. Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah nyeri yang berlangsung lebih dari satu bulan. Biasanya terjadi pada
pasien dengan Ca.
Pain
Thalamic Neuron
Sphinothalamic tract
Pain Fibers:
A-Delta Fibers
C -Fiber
nociceptor
sensation
Gate Control Theory
Teori gate control menyatakan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme
pertahanan di sepanjang SSP. Impuls nyeri dihantarkan saat pertahanan dibuka. Impuls nyeri
dihambat saat pertahanan tertutup.
1. Fase Antisipasi
Fase ini terjadi sebelum nyeri diterima. Fase ini dapat digunakan bagi seseorang untuk
belajar mengenai nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut.
2. Fase Sensasi
Fase ini terjadi saat nyeri terasa dan bersifat subjektif. Sifat subjektif ini terjadi karena kadar
enkefalin dan endorphin pada setiap orang berbeda. Dapat juga karena dipengaruhi oleh
faktor budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh orang tersebut. Respon dan toleransi setiap
individu terungkap melalui ekspresi wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh.
3. Fase Akibat
Terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti. Klien masih membutuhkan control dari perawat
karena nyeri masih bersifat krisis.
Menurut standar akreditasi rumah sakit versi 2012 dan JCI, dinyatakan bahwa setiap rumah sakit
wajib melakukan pengelolaan nyeri terhadap pasien. Manajemen nyeri merupakan suatu
prosedur-alur dalam melakukan pengelolaan nyeri. Dalam melakukan pengelolaan nyeri ini,
diperlukan keterlibatan beberapa tenaga kesehatan. Sehingga untuk mengatur pelaksanaannya ,
rumah sakit perlu mengambil kebijakan sebagai suatu acuan.
Kebijakan ini dapat berupa SOP untuk pelaksanaan manajemen nyeri. Fungsi dari SOP ini adalah
sebagai acuan bagi seluruh karyawan dalam melaksanakan kegiatan. Berikut ini adalah contoh
dari kebijakan yang diambil oleh Siloam Hospital Group dalam pelaksanaan manajemen nyeri:
(terlampir)
Elemen Penilaian
Dalam standar akreditasi versi 2012, penanganan nyeri merupakan salah satu hal yang dinilai.
Berikut ini adalah elemen-elemen yang dinilai dalam akreditasi tersebut:
Nyeri sangat dipengaruhi oleh budaya, kondisi psikologis, dan faktor emosional. Berdasarkan
penyebab rangsang nyeri, nyeri dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Nyeri Nosiseptik
Nyeri yang disebabkan oleh adanya perangsangan nociceptor, perangsangan ini dapar
disebabkan karena tekanan, suhu, kimia dll. Nociceptive Pain terbagi manjadi dua, yaitu:
nyeri somatic, dan nyeri visceral.
2. Nyeri Neurogenik
Nyeri yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada sarafnya. Sehingga kadang meskipun
lukanya sudah sembuh, namun nyerinya masih terasa. Contonya adalah pada post herpetic
nuralgia, post-Laminectomy (failed back pain), peripheral neuropathies, epidural fibrosis.
Berespon baik jika diberikan anti-depresan dan anti-convulsan, terkadang juga berespon
baik dengan terapi topical.
Manajemen nyeri dalam pelaksanaannnya melibatkan berbagai macam disiplin ilmu. Hal ini
berbeda dengan cara penanganan tradisional, yang menekankan pada pemberian terapi
farmakologi bertahap. Paradigma baru dalam penanganan nyeri adalah penanganan nyeri harus
dilihat secara bio-psico-sosio perspektif. Berbagai macam therapy dilakukan untuk mengatasi
nyeri ini; farmakoterapi, pendekatan rehabilitasi, pendekatan psikologis, pendekatan
neurostimulatory, perubahan gaya hidup, pendekatan intervensional (injection therapy, neural
blockade, neuroaxial analgesia), complementary&alternative approach.
Secara farmakologi, pemberian obat analgetik didasarkan pada WHO Pain Ladder.
Berikut ini adalah panduan WHO Ladder:
PENGKAJIAN
Pengkajian yang benar, akurat, lengkap dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam
merumuskan suatu diagnos keperawatan. Intervensi yang tepat juga dipengaruhi oleh pengkajian
yang baik. Pengkajian harus dilakukan secara regular, sehingga dapat mengevaluasi efektivitas
dari intervensi yang dilakukan.
Kedalaman pengkajian nyeri dapat didapatkan dengan menggunakan panduan pengkajian nyeri
berikut ini.
PERENCANAAN
Merupakan petunjuk dalam membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah,
menurunkan, atau mengeliminasi masalah kesehatan klien. Dalam perencanaan harus ditetapkan
kriteria yang jelas, sehingga akan memudahkan untuk penje
Berikut ini adalah contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
keluhan nyeri.
No Masalah Penyebab
1 Nyeri Dada Hipoksia miokard sekunder terhadap penyempitan
arteri koroner
Penurunan CO
Inflamasi pericardium atau pericardium
Efek sistemik dari infeksi
2 Nyeri Inflamasi iskemik jaringan
Nekrosis
3 Nyeri (akut) Kompresi saraf
Spasme otot
Manipulasi bedah
Inflamasi pada saraf
Edema sekitar saraf
4 Nyeri epigastrium Iritasi/erosi mukosa lambung
5 Nyeri abdomen Obstruksi/distensi jaringan usus oleh inflamasi
Dampak insisi bedah
6 Nyeri Kerusakan jaringan kulit
Pembentukan edema
Debridement luka
7 Nyeri Iritasi mukosa
Distensi kandung kemih
Infeksi urinaria
8 Nyeri menelan Tonsil meradang dan membesar
9 Nyeri Diskontinuitas jaringan tulang
Cedera pada jaringan tulang
Spasme otot
edema
INTERVENSI
Berikut ini adalah strategi terapi yang digunakan dalam penanganan nyeri:
Mandiri
Non farmakologi terapi & edukasi
Edukasi
Kolaborasi
Farmakologi terapi (sesuai dengan WHO Ladder)
Metode non farmakologi dibagi menjadi tiga komponen yang saling berinteraksi sehingga
mempengaruhi respon terhadap nyeri (Melzack), yaitu:
Strategi motivasi-afektif
Interpretasi sentral dari pesan yang berada di otak yang dipengaruhi oleh perasaan, memori,
pengalaman dan budaya seeorang.
Strategi kognitif-evaluatif
Interpretasi dari pesan nyeri yang dipengaruhi oleh pengetahuan, perhatian seseorang,
penggunaan strategi kognitif dan evaluasi kognitif dari situasi.
Strategi sensori-diskriminatif
Pemberitahuan informasi ke otak menurut sensasi fisik.
Edukasi
Pada fase pengalaman nyeri, terdapat fase antisipasi. Faseantisiipasi merupakan fase yang terjadi
sebelum nyeri diterima. Pada fase ini dapat digunakan untuk seseorang belajar mengenai nyeri
dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawatan di sini adalah untuk
memberikan edukasi tentang nyeri dan penanganannya. Sehingga ketika suatu saat seseorang
terpapar oleh nyeri, perawat akan lebih mudah dalam melakukan intervensi, karena klien sudah
dibekali dengan pengetahuan tentang nyeri dan penanganannya.
EVALUASI
Setelah dilakukan implementasi, maka dilakukan evaluasi tentang keefektifan pengelolaan nyeri
yang telah diberikan. Evaluasi dilakukan sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam
perencanaan. Evaluasi ini berguna untuk mengembangkan rencana asuhan keperawataan
berikutnya.
Semua tindakan yang telah dilakukan harus didokumentasikan dalam status pasien.
Pendokumentasian ini meliputi seluruh tahapan proses keperawatan, dari mulai pengkajian
sampai dengan discharge planning. Contoh pendokumentasian terlampir.
F. MONITORING DAN EVALUASI DALAM UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN
MANAJEMEN NYERI
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan dari program yang
dilaksanakan. Monitoring juga merupakan proses pemantauan perubahan, yang berfokus pada
proses dan hasil akhir. Monitoring juga melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang
kita berikan. Sedangkan evaluasi adalah metode yang dilaksanakan secara sistematis untuk
menginvestigasi efektifitas program.
1. Edukasi pasien
Leaflet pengelolaan nyeri (untuk panduan pasien)
Edukasi harian sebagai bagian dari rencana asuhan keperawatan
Kunjungan rutin Pain Nurse pada pasien tertentu
2. Edukasi staff
Buku paket belajar mandiri
Lembar evaluasi belajar mandiri
Training untuk perawat baru
Bedside teaching
Program penyegaran tentang pain manajemen
Pelaksanaan modul pain basic dan pain advance
3. Komunikasi
Melalui laporan pagi antara duty manager malam dan dokter jaga
Melalui kunjungan rutin di ruang rawat
Melalui bulletin, poster atau leaflet
4. Audit aktivitas mutu
Audit persepsi pasien
Audit efektivitas (melalui audit dokumen)
Audit Kompetensi staff (melalui pemantauan penggunaan buku paket belajar mandiri dan
pengisian lembar evaluasi, training pada perawat baru, program penyegaran pada perawat
lama, serta pengkajian kompetensi staff)
LAMPIRAN