Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Kementerian kesehatan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,


menetapkan bahwa Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal tiga tahun
sekali. Hal tersebut juga tercantum pada Undang Undang No. 44 Pasal 40 ayat 1 Tahun 2009.
Salah satu poin Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012-KARS tercantum bahwa Rumah
sakit wajib melakukan pengelolaan nyeri. Sehingga nyeri merupakan hal yang penting untuk
ditangani secara adekuat.

Nyeri merupakan suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan maupun potensial kerusakan (International Association
for The Study of Pain). Nyeri kadang muncul tanpa sumber dan penyabab yang jelas. Nyeri juga
merupakan mekanisme perlindungan tubuh, yang member peringatan adanya masalah dalam
tubuh kita. Nyeri merupakan vital sign yang ke lima.

Nyeri dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pada diri manusia. Sedangkan menurut


Maslow, rasa nyaman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Pada
nyeri kronis bahkan dapat menurunkan quality of life. Oleh karena itu diperlukan suatu
pengelolaan nyeri yang efektif dan efisien.
LAPORAN
A. KONSEP DASAR NYERI

Nyeri merupakan suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
diakibatkan oleh kerusakan jaringan maupun potensial kerusakan (International Association for
The Study of Pain). Nyeri merupakan suatu tanda penyakit, dan merupakan common sign yang
harus menjadi perhatian bagi petugas kesehatan. Biasanya pasien menggambarkan dengan rasa
terbakar, diremas, tertusuk dll. Nyeri juga dipengaruhi oleh faktor emosional.

Nyeri dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang berlangsung kurang dari satu bulan. Biasanya karena
adanya penyakit, dimana akan hilang seiring dengan sembuhnya penyakit.
2. Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah nyeri yang berlangsung lebih dari satu bulan. Biasanya terjadi pada
pasien dengan Ca.

Proses Perjalanan Nyeri

Pain

Somatosensory cortex & cingulated


gyrus & frontal lobe

Thalamic Neuron

Sphinothalamic tract

Spinal Cord medulation

Synapsis to spinal Lamina I&II (Substansia


neurons Gelatinosa)

Pain Fibers:

 A-Delta Fibers
 C -Fiber

nociceptor

sensation
Gate Control Theory

Teori gate control menyatakan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme
pertahanan di sepanjang SSP. Impuls nyeri dihantarkan saat pertahanan dibuka. Impuls nyeri
dihambat saat pertahanan tertutup.

Fase Pengalaman Nyeri

1. Fase Antisipasi
Fase ini terjadi sebelum nyeri diterima. Fase ini dapat digunakan bagi seseorang untuk
belajar mengenai nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut.
2. Fase Sensasi
Fase ini terjadi saat nyeri terasa dan bersifat subjektif. Sifat subjektif ini terjadi karena kadar
enkefalin dan endorphin pada setiap orang berbeda. Dapat juga karena dipengaruhi oleh
faktor budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh orang tersebut. Respon dan toleransi setiap
individu terungkap melalui ekspresi wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh.
3. Fase Akibat
Terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti. Klien masih membutuhkan control dari perawat
karena nyeri masih bersifat krisis.

B. KEBIJAKAN MANAJEMEN NYERI DI RUMAH SAKIT

Menurut standar akreditasi rumah sakit versi 2012 dan JCI, dinyatakan bahwa setiap rumah sakit
wajib melakukan pengelolaan nyeri terhadap pasien. Manajemen nyeri merupakan suatu
prosedur-alur dalam melakukan pengelolaan nyeri. Dalam melakukan pengelolaan nyeri ini,
diperlukan keterlibatan beberapa tenaga kesehatan. Sehingga untuk mengatur pelaksanaannya ,
rumah sakit perlu mengambil kebijakan sebagai suatu acuan.

Kebijakan ini dapat berupa SOP untuk pelaksanaan manajemen nyeri. Fungsi dari SOP ini adalah
sebagai acuan bagi seluruh karyawan dalam melaksanakan kegiatan. Berikut ini adalah contoh
dari kebijakan yang diambil oleh Siloam Hospital Group dalam pelaksanaan manajemen nyeri:

1. Rumah Sakit membentuk Tim Manajemen Nyeri


2. Menetapkan alur pengelolaan nyeri di ruang rawat inap dan ruang rawat jalan
3. Menetapkan sistem pengelolaan nyeri dari pengkajian sampai dengan evaluasi
4. Menetapkan bahwa semua pasien wajib dilakukan pengkajian nyeri sebagai vital sign ke 5
5. Setiap pasien yang mendapat intervensi dalam penatalaksaan nyeri, wajib dilakukan
observasi efektivitasnya.
Alur Penanganan Nyeri

(terlampir)

Elemen Penilaian

Dalam standar akreditasi versi 2012, penanganan nyeri merupakan salah satu hal yang dinilai.
Berikut ini adalah elemen-elemen yang dinilai dalam akreditasi tersebut:

STANDAR ELEMEN PENILAIAN


HPK/PFR 1. RS menghargai dan mendukung hak pasien
RS mendukung hak pasien untuk mendapatkan untuk mendapatkan assessment dan
assesment dan manajemen nyeri dengan tepat manajemen nyeri dengan tepat
2. Staf RS memahami pengaruh pribadi,
budaya, dan social terhadap hak pasien
untuk melaporkan rasa nyeri, memperoleh
asessmant dan manajemen nyeri dengan
tepat.
AP/AOP 1.7 1. Pasien dilakukan assessment nyeri
Semua pasien rawat inap dan rawat jalan dikaji 2. Pasien dirujuk atau RS melakukan
apakah mengalami rasa nyeri dan dilakukan assessment secara komprehensif sesuai
pemeriksaan berkaitan dengan rasa nyeri dengan usia pasien, dan mengukur intensitas
tersebut dan kualitas nyeri, seperti karakteristik,
frekuensi, lokasi, dan durasi nyeri apabila
ditemukan nyeri pada pemeriksaan awal.
3. Hasil assesment dicatat sedemikian rupa
untuk mempermudah assesmnet ulang dan
tindak lanjut sesuai kebutuhan pasien.
PP/COP 6 Manajemen Nyeri 1. RS memiliki proses untuk mengidentifikasi
Mendukung pasien dalam mengatasi rasa nyeri pasien yang menderita nyeri.
secara efektif 2. Pasien yang mengalami nyeri mendapatkan
perawatan sesuai dengan pedoman
manajemen nyeri
3. RS memiliki proses untuk menjelaskan
kepada pasien dan keluarga tentang nyeri
dan rencana penanganannya.
4. RS memiliki program pelatihan kepada staf
tentng nyeri dan penanganannya.
PFE/PPKP4 1. Pasien/keluarga diberikan pendidikan
Penyuluhan pasien dan keluarganya mencakup kesehatan tentang bagaimana menggunakan
topik-topik yang berkaitan dengan perawatan semua obat-obatan secara aman dan efektif,
pasien sebagai berikut efek samping obat yang dapat terjadi,
 Penggunaan obat-obatan yang aman pencegahan interaksi yang mungkin terjadi
 Penggunaan peralatan medis yang aman dengan obat-obat bebas dan/atau makanan.
 Potensial interaksi antara obat-obatan dan 2. Pasien/keluarga diberikan pendidikan
makanan kesehatan tantang bagaimana menggunakan
peralatan medis secara aman dan efektif.
 Panduan gizi 3. Pasien/keluarga diberikan pendidikan
 Manajemen nyeri kesehatan tentang diet dan gizi yang baik.
 Teknik-teknik rehabilitasi 4. Pasien/keluarga diberikan pandidikan
kesehatan tentang manajemen nyeri
5. Pasien/keluarga diberikan pendidikan
kesehatan tentang teknik-teknik rehabilitasi

C. PENDEKATAN FARMAKOLOGI DALAM MANAJEMEN NYERI

Nyeri sangat dipengaruhi oleh budaya, kondisi psikologis, dan faktor emosional. Berdasarkan
penyebab rangsang nyeri, nyeri dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Nyeri Nosiseptik
Nyeri yang disebabkan oleh adanya perangsangan nociceptor, perangsangan ini dapar
disebabkan karena tekanan, suhu, kimia dll. Nociceptive Pain terbagi manjadi dua, yaitu:
nyeri somatic, dan nyeri visceral.
2. Nyeri Neurogenik
Nyeri yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada sarafnya. Sehingga kadang meskipun
lukanya sudah sembuh, namun nyerinya masih terasa. Contonya adalah pada post herpetic
nuralgia, post-Laminectomy (failed back pain), peripheral neuropathies, epidural fibrosis.
Berespon baik jika diberikan anti-depresan dan anti-convulsan, terkadang juga berespon
baik dengan terapi topical.
Manajemen nyeri dalam pelaksanaannnya melibatkan berbagai macam disiplin ilmu. Hal ini
berbeda dengan cara penanganan tradisional, yang menekankan pada pemberian terapi
farmakologi bertahap. Paradigma baru dalam penanganan nyeri adalah penanganan nyeri harus
dilihat secara bio-psico-sosio perspektif. Berbagai macam therapy dilakukan untuk mengatasi
nyeri ini; farmakoterapi, pendekatan rehabilitasi, pendekatan psikologis, pendekatan
neurostimulatory, perubahan gaya hidup, pendekatan intervensional (injection therapy, neural
blockade, neuroaxial analgesia), complementary&alternative approach.
Secara farmakologi, pemberian obat analgetik didasarkan pada WHO Pain Ladder.
Berikut ini adalah panduan WHO Ladder:

No Jenis Nyeri Terapi Farmakologi


1 Mild Pain (1-3/10 on pain scale)
Non-Opioid ± Adjuvant (aspirin, asetminofen,
NSAIDs
2 Moderate Pain (4-6/10 on pain Opioid ± Nonopioid ± Adjuvant (Codein,
scale) Hydrocodone, Oxycodone0
3 Severe Pain (7-10/10 on pain Opioid ± Non Opioid ± Adjuvant (Morphine,
scale) Hydromorphone, Fentantyl
D. ASUHAN KEPERAWATAN DALAM MANAJEMEN NYERI

 PENGKAJIAN

Pengkajian yang benar, akurat, lengkap dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam
merumuskan suatu diagnos keperawatan. Intervensi yang tepat juga dipengaruhi oleh pengkajian
yang baik. Pengkajian harus dilakukan secara regular, sehingga dapat mengevaluasi efektivitas
dari intervensi yang dilakukan.

Kedalaman pengkajian nyeri dapat didapatkan dengan menggunakan panduan pengkajian nyeri
berikut ini.

POIN KEPANJANGAN KETERANGAN


O ONSET Kapan mulai terjadinya nyeri
Berapa lama
Seberapa sering terjadinya nyeri
P PROVOCATING/PALLIATIN Apa yang menjadi pencetus/memperberat nyeri
G Apa yang dapat meredakan nyeri
Q QUALITY Kualitas nyeri
Seperti apa nyeri yang dirasakan
Deskripsi nyeri (tajam, tertusuk, terbakar)
R REGION/RADIATION Apakah nyerinya menyebar
Menyebar ke daerah tubuh mana
S SEVERITY Seberapa berat nyerinya dirasakan
Menggunakan tool pengkajian yang sesuai
T TREATMENT Pengobatan dan perawatan yang sudah dilakukan
Seberapa efektif pengobatan dan perawatan yang
dilakukan sekarang
Apakah ada efek samping dan pengobatan yang
dilakukan
Obat analgetik apa yang saat ini sedang digunakan
U UNDERSTANDING/IMPACT Apa yang anda percayai yang menyebabkan
ON YOU timbulnya nyeri
Bagaimana gejala ini mempengaruhi anda dan
keluarga anda
V VALUES Apa tujuan harapan anda terhadap nyeri yang anda
rasakan
Seberapa kenyamanan tingkat yang dapat anda
terima (menggunakan skala nyeri 1-10)
Apakah ada pandangan lain atau perasaan anda
mengenai nyeri yang anda rasakan
Seberapa penting bagi anda dan keluarga anda
Tool Pengkajian Nyeri

1. Numeric Rating Pain Scale


Untuk pasien dewasa dan anak > 7 tahun
2. Wong Baker Faces
Dewasa dan anak-anak > 3 tahun
3. CRIES Pain Scale
Untuk neonates 0-6 bulan
4. FLACC Pain Scale
Untuk bayi dan anak-anak 2 bulan- 7 tahun
5. Comfort Scale
Untuk bayi, anak-anak dan dewasa di critical area

 PERENCANAAN

Merupakan petunjuk dalam membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah,
menurunkan, atau mengeliminasi masalah kesehatan klien. Dalam perencanaan harus ditetapkan
kriteria yang jelas, sehingga akan memudahkan untuk penje

Berikut ini adalah contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
keluhan nyeri.

No Masalah Penyebab
1 Nyeri Dada Hipoksia miokard sekunder terhadap penyempitan
arteri koroner
Penurunan CO
Inflamasi pericardium atau pericardium
Efek sistemik dari infeksi
2 Nyeri Inflamasi iskemik jaringan
Nekrosis
3 Nyeri (akut) Kompresi saraf
Spasme otot
Manipulasi bedah
Inflamasi pada saraf
Edema sekitar saraf
4 Nyeri epigastrium Iritasi/erosi mukosa lambung
5 Nyeri abdomen Obstruksi/distensi jaringan usus oleh inflamasi
Dampak insisi bedah
6 Nyeri Kerusakan jaringan kulit
Pembentukan edema
Debridement luka
7 Nyeri Iritasi mukosa
Distensi kandung kemih
Infeksi urinaria
8 Nyeri menelan Tonsil meradang dan membesar
9 Nyeri Diskontinuitas jaringan tulang
Cedera pada jaringan tulang
Spasme otot
edema

 INTERVENSI

Berikut ini adalah strategi terapi yang digunakan dalam penanganan nyeri:

 Mandiri
Non farmakologi terapi & edukasi
Edukasi
 Kolaborasi
Farmakologi terapi (sesuai dengan WHO Ladder)

Metode non farmakologi dibagi menjadi tiga komponen yang saling berinteraksi sehingga
mempengaruhi respon terhadap nyeri (Melzack), yaitu:

 Strategi motivasi-afektif
Interpretasi sentral dari pesan yang berada di otak yang dipengaruhi oleh perasaan, memori,
pengalaman dan budaya seeorang.
 Strategi kognitif-evaluatif
Interpretasi dari pesan nyeri yang dipengaruhi oleh pengetahuan, perhatian seseorang,
penggunaan strategi kognitif dan evaluasi kognitif dari situasi.
 Strategi sensori-diskriminatif
Pemberitahuan informasi ke otak menurut sensasi fisik.

Beberapa contoh intervensi non farmakologis

No Jenis intervensi Keterangan


1 Stimulasi Kulit: Stimulasi kontralateral adalah Menstimulasi kulit pada area
Massage yang berlawanan dengan area nyeri. Berguna ketika ara yang
Akupressure nyeri tidak dapat disentuh karena hiperseensitif,
Kompres dingin menggunakan perban atau GIPS, atau pada phantom pain.
Kompres hangat
Stimulasi kontralateral

2 Immobilisasi Pembatasan gerak . dapat diberikan bebab atau alat


penyangga untuk nyeri akut bagian persendian.
3 Positioning Memposisikan tidur dengan nyaman, sehingga dapat
mengurangi penekanan pada area yang nyeri/luka. Bisa
dilakukan dengan member bantal tambahan untuk menyokong
tubuh, mengatur posisi tempat tidur, atau mengatur posisi
tubuh (mika/miki)
4 Relaksasi Merupakan strategi yang efektif pada pasien yang mengalami
nyeri kronis. Ada tiga hal utama yang diperlukan untuk
relaksasi yaitu;posisi yang tepat. Fikiran yang tenang,
lingkungan yang tenang. Jenis relaksasi ini ada dua macam,
yaitu; relaksasi nafas dalam, relaksasi dengan music.
5 Distraksi Distraksi visual, distraksi auditori, distraksi taktil, distraksi
intelekual
6 Aromatheraphy Memberikan efek rileks&menenangkan
7 Hipnotheraphy Meningkatkan produksi endorfin dan enkefalin dalam otak,
yang dapat mengubah penerimaan individu terhadap sakit.

Edukasi

Pada fase pengalaman nyeri, terdapat fase antisipasi. Faseantisiipasi merupakan fase yang terjadi
sebelum nyeri diterima. Pada fase ini dapat digunakan untuk seseorang belajar mengenai nyeri
dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawatan di sini adalah untuk
memberikan edukasi tentang nyeri dan penanganannya. Sehingga ketika suatu saat seseorang
terpapar oleh nyeri, perawat akan lebih mudah dalam melakukan intervensi, karena klien sudah
dibekali dengan pengetahuan tentang nyeri dan penanganannya.

 EVALUASI

Setelah dilakukan implementasi, maka dilakukan evaluasi tentang keefektifan pengelolaan nyeri
yang telah diberikan. Evaluasi dilakukan sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam
perencanaan. Evaluasi ini berguna untuk mengembangkan rencana asuhan keperawataan
berikutnya.

E. DOKUMENTASI APLKASI REKAM/DOKUMENTASI MANAJEMEN NYERI


SESUAI STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

Semua tindakan yang telah dilakukan harus didokumentasikan dalam status pasien.
Pendokumentasian ini meliputi seluruh tahapan proses keperawatan, dari mulai pengkajian
sampai dengan discharge planning. Contoh pendokumentasian terlampir.
F. MONITORING DAN EVALUASI DALAM UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN
MANAJEMEN NYERI

Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan dari program yang
dilaksanakan. Monitoring juga merupakan proses pemantauan perubahan, yang berfokus pada
proses dan hasil akhir. Monitoring juga melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang
kita berikan. Sedangkan evaluasi adalah metode yang dilaksanakan secara sistematis untuk
menginvestigasi efektifitas program.

Tujuan dari peningkatan pelayanan manajemen nyeri adalah:

1. Meningkatkan kepuasan pasien


2. Meningkatkan kualitas mutu penatalaksanaan nyeri
3. Kompetensi staff

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan manajemen nyeri adalah:

1. Edukasi pasien
Leaflet pengelolaan nyeri (untuk panduan pasien)
Edukasi harian sebagai bagian dari rencana asuhan keperawatan
Kunjungan rutin Pain Nurse pada pasien tertentu
2. Edukasi staff
Buku paket belajar mandiri
Lembar evaluasi belajar mandiri
Training untuk perawat baru
Bedside teaching
Program penyegaran tentang pain manajemen
Pelaksanaan modul pain basic dan pain advance
3. Komunikasi
Melalui laporan pagi antara duty manager malam dan dokter jaga
Melalui kunjungan rutin di ruang rawat
Melalui bulletin, poster atau leaflet
4. Audit aktivitas mutu
Audit persepsi pasien
Audit efektivitas (melalui audit dokumen)
Audit Kompetensi staff (melalui pemantauan penggunaan buku paket belajar mandiri dan
pengisian lembar evaluasi, training pada perawat baru, program penyegaran pada perawat
lama, serta pengkajian kompetensi staff)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai