Gejala kanker otak bervariasi tergantung pada jenis, luas dan lokasi
tumor, serta usia dan riwayat kesehatan pasien, dan sering kali mirip
dengan yang disebabkan oleh kondisi medis lain, jadi penting untuk
berkonsultasi dengan profesional medis untuk diagnosis yang akurat.
Tanda-tanda awal kanker otak mungkin termasuk:
PENGKAJIAN
a. Anamnesa
1) Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama,
umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat,
jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
2) Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul
dan durasinya makin meningkat
3) Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala saat perubahan posisi dan
dapat meningkat dengan aktivitas, vertigo, muntah proyektil,
perubahan mental seperti disorientasi, letargi, papiledema,
penurunan tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau
penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parathesia
atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
4) Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala atau trauma
kepala
5) Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang,
yaitu riwayat keluarga dengan tumor kepala.
6) Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan
mental, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan
ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur
pembedahan, adanya perubahan peran.
b. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi
pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan
umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2
(Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
1) Pernafasan B1 (Breath)
Adanya peningkatan irama pernafasan (pola napas tidak
teratur) dan sesak napas terjadi karena tumor mendesak
otak sehingga hermiasi dan kompresi medulla oblongata.
Bentuk dada dan suara napas klien normal, tidak
menunjukkan batuk, adanya retraksi otot bantu napas, dan
biasanya memerlukan alat bantu pernapasan dengan kadar
oksigen 2 LPM.
2) Kardiovaskular B2 (Blood)
Desak ruang intracranial akan menyebabkan peningkatan
tekanan intracranial sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan darah. Selain itu terjadi ketidakteraturan irama
jantung (irreguler) dan bradikardi. Klien tidak mengeluhkan
nyeri dada, bunyi jantung normal, akral hangat, nadi
bradikardi.
3) Persyarafan B3 (Brain)
a) Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan,
hilangnya ketajaman atau diplopia.
b) Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai
lobus temporal
c) Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak
biasanya, pada lobus frontal
d) Pengecapan (lidah) : Ketidakmampuan sensasi
(parathesia atau anasthesia)
4) Perkemihan B4 (Bladder)
Gangguan control sfinter urine, kebersihan bersih, bentuk
alat kelamin normal, uretra normal, produksi urin normal
5) Pencernaan B5 (Bowel)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan
intracranial sehingga menekan pusat muntah pada otak.
Gejala mual dan muntah ini biasanya akan diikuti dengan
penurunan nafsu makan pada pasien. Kondisi mulut bersih
dan mukosa lembab
6) Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Keterbatasan pergerakan anggota gerak karena kelemahan
bahkan kelumpuhan. Kemampuan pergerakan sendi bebas,
kondisi tubuh kelelahan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa
No Keperawatan Tujuan & Kriteria Intervensi Keperawatan
yang Mungkin Hasil
Muncul
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis.
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing.
2. Kompres hangat/dingin,
terapi bermain) Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan).
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur.
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri - Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
2. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
Pemberian Analgesik
(I.08243)
Observasi
1. Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. pencetus,
pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, dan
durasi).
2. Identifikasi riwayat
alergi obat.
3. Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis.
narkotika, non-narkotik,
atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri.
4. Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik.
5. Monitor efektifitas
analgesik.
Terapeutik
1. Diskusikan jenis
analgesik yang disukal
untuk mencapai.
2. Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan dalam
serum analgesia optimal,
jika perlu kadar.
3. Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respons pasien.
4. Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik
dan efek yang tidak
diinginkan.
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi.
Pemantauan Tekanan
Intrakrania (I.06198)
Observasi
1. Identifikasi penyebab
peningkatan TIK
2. Monitor peningkatan TD
3. Monitor pelebaran
tekanan nadi
4. Monitor penurunan
frekuensi jantung
5. Monitor tekanan perfusi
serebral
Terapeutik
1. Pertahankan posisi
kepala dan leher netral
2. Atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien
3. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3. a) Risiko defisit Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
nutrisi d.d intervensi dalam 1x4 (I.03119)
ketidakmampua jam, masalah Risiko Observasi
n menelan Defisit Nutrisi diatasi 1. Identifikasi status nutrisi
makanan dengan kriteria hasil 2. Identifikasi kebutuhan
(D.0032) sebagai berikut : kalori dan jenis nutrien
Status Nutrisi 3. Monitor asupan makanan
(L.03030) 4. Monitor berat badan
1. Porsi makan yang 5. Monitor hasil
dihabiskan pemeriksaan
meningkat laboratorium
(Nilai: 5) Terapeutik
2. Kekuatan otot 1. Berikan makanan tinggi
pengunyah serat untuk mencegah
Meningkat konstipasi
(Nilai: 5) 2. Berikan makanan tinggi
3. Rambut rontok kalori dan tinggi protein
menurun 3. Berikan suplemen
(Nilai: 5) makanan, jika perlu
4. Berat badan Edukasi
membaik 1. Anjurkan posisi duduk,
(Nilai: 5) jika perlu
5. Nafsu makan 2. Ajarkan diet yang
membaik diprogramkan
(Nilai: 5) Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
Manajemen Kemoterapi
(I.14511)
Observasi
1. Periksa kondisi sebelum
kemoterapi
2. Monitor efek samping
dan efek toksik
pengobatan
3. Monitor mual dan
muntah akibat
kemoterapi
4. Monitor status gizi dan
berat badan
Terapeutik
1. Batasi stimulus
lingkungan
2. Berikan asupan cairan
adekuat
3. Lakukan tindakan
perawatan rambut
4. Berikan obat kemoterapi
sesuai program
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur kemoterapi
2. Jelaskan efek obat pada
sel kanker dan fungsi
sumsum tulang belakang
3. Anjurkan melaporkan
efek samping kemoterapi
yang dirasakan
4. Ajarkan cara mencegah
infeksi
5. Ajarkan teknik relaksasi
dan distraksi
6. Ajarkan mengelola
kelelahan dengan
merencanakan sering
istirahat dan membatasi
kegiatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat untuk
mengendalikan efek
samping
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi daan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI