Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUHAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ( KDM ) AMAN NYAMAN ( NYERI )


DI RUANG ASOKA RSUD dr. HARYOTO LUMAJANG

Disusun oleh :

Nama: Dian Febriana


Nim : 22101094

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
202

LAPORAN PENDAHULUAN
AMAN NYAMAN NYERI

A. Definisi
Keamanan didefinisikan sebagai keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis.
Keamanan seringkali didefinisikan sebagai keadaan bebas dari cedera fisik dan
psikologis, merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi.
Lingkungan pelayanan kesehatan dan komunitas yang aman merupakan hal penting
untuk kelangsungan hidup klien (Kemenkes, 2016).
Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau nyaman
baik secara mental, fisik maupun sosial. Kenyamanan dikategorikan sebagi berikut :
1. Kenyamanan fisik yaitu rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.
2. Kenyamanan lingkungan yaitu rasa sejahtera atau rasa nyaman yang dirasakan
didalam atau dengan lingkungannya.
3. Kenyamanan sosial yaitu  keadaan rasa sejahtera atau rasa nyaman dengan situasi
sosialnya.
Menurut Handayani (2015) nyeri adalah kejadian yang tidak menyenangkan,
mengubah gaya hidup dan kesejahteraan individu, dimana nyeri adalah ketidaknyamanan
yang dapat disebabkan oleh efek dari penyakit-penyakit tertentu atau akibat cedera.
Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman yaitu  bebas
dari rasa nyeri, dan hipotermia atau hipertermia dimana kondisi ini mempengaruhi
perasaan tidak nyaman yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien
(Keliat dkk, 2015).

B. Etiologi
1. Nyeri Akut
a. Agen pencedera fisiologis (misal, inflamasi, iskemia, neoplasma).
b. Agen pencedera kimiawi (misal, terbakar, bahan kimia iritan).
c. Agen pencedera fisik (misal, abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan). (SDKI, 2018)
2. Nyeri Kronis
a. Kondisi muskuluskeletal kronis
b. Kerusakan sistem saraf
c. Penekanan saraf
d. Peningkatan indeks massa tubuh
e. Kondisi pasca trauma
f. Riwayat penganiayaan (SDKI, 2018)

C. Klasifikasi
1. Nyeri Akut 
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jariangan actual atau fungsional dengan lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI, 2018).
2. Nyeri Kronik
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jariangan actual atau fungsional dengan lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung lebih dari 3 bulan (SDKI, 2018).
D. Patofisiologi
E. Pathway / W.O.C
F. Manifestasi Klinis
1. Nyeri Akut
a. Tanda dan gejala mayor:
- Secara subjektif pasien mengeluh nyeri.
- Secara objektif pasien tampak meringis, bersikap protektif (mis,
waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat
dan sulit tidur. (SDKI, 2018)
b. Tanda dan gejala minor:
- Secara subjektif tidak ada gejala minor dari nyeri akut.
- Secara objektif nyeri akut ditandai dengan tekanan darah meningkat,
pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu,
menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan diaphoresis. (SDKI, 2018)
2. Nyeri Kronik
a. Tanda dan gejala mayor:
- Secara subjektif pasien mengeluh nyeri dan merasa depresi (tertekan).
- Secara objektif pasien tampak meringis, gelisah, tidak mampu
menuntaskan aktivitas. (SDKI, 2018)
b. Tanda dan gejala minor:
- Secara subjektif pasien merasa takut mengalami cedera berulang.
- Secara objektif ditandai dengan bersikap protektif (mis, waspada,
posisi menghindari nyeri), pola tidur berubah, anoreksia, focus
menyempit dan berfokus pada diri sendiri(SDKI, 2018)

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan  USG  untuk  data  penunjang  apabila  ada  nyeri  tekan
abdomen.
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal. 
3. CT-Scan  (cidera  kepala) untuk  mengetahui  adanya  pembuluh  darah yang
pecah di otak.

H. Diagnosa Banding
SKA ( sindroma koroner akut ) CHF ( gagal jantung )
Definisi : Definisi :
Sindroma klinik yang disebabkan oleh Kondisi kronis ketika jantung tidak
oklusi parsial atau emboli distal arteri memompa darah sebagaimana mestinya.
koroner, tanpa elevasi segmen ST pada Gagal jantung dapat terjadi jika jantung
gambaran EKG tidak dapat memompa (sistolik) atau
Tanda dan Gejala: mengisi (diastolik) secara memadai.
1. Nyeri dada substernal Tanda dan Gejala :
2. Keringat dingin 1. Nyeri dada
3. Risiko hipertensi 2. Sesak napas
3. Kelelahan
4. Takikardi ( detak jantung lebih
cepat )

I. Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan Medis
i. Pemberian analgesik
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri
yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
ii. Plasebo
Plasebo  merupakan  obat  yang  mengandung  komponen  obat
analgesik seperti gula, larutan garam/normal saline, atau air. Terapi ini dapat
menurunkan rasa  nyeri,  hal  ini karena faktor  persepsi kepercayaan pasien.
 Penatalaksanaan Keperawatan
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri.
b. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
c. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (Contoh
terapi komplementer invasif seperti akupuntur dan cupping (Bekam)
yang menggunakan jarum dalam pengobatannya).
d. Jelaskan strategi meredakan nyeri.

J. Komplikasi
a. Oedema Pulmonal 
b. Kejang 
c. Masalah Mobilisasi 
d. Hipertensi 
e. Hipertermi

K. Proses keperawatan
1. Pengkajian
a. Indentitas klien
b. Keluhan utama 
c. Observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien, pengakjain ini
meliputi :
 P (pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
 Q (quality) dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat.
 R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri.
 S (skala) adalah keparahan atau intensits nyeri.
 T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.

d. Riwayat penyakit dimana riwayat penyakit ini meliputi riwayat penyakit


sekarang (menggagu aktivitas pasien seperti penyakit kepala, mual, muntah)
dan riwayat penyakit dahulu (hipertensi, penyakit jantung, trauma kepala dan
kegemukan)
e. Pola aktivitas dan latihan, dimana adanya kesukaran untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah
f. Pola tidur, biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang
otot/nyeri otot.
g. Pola eliminasi, biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi
biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fiologis (misalnya inflamasi) di buktikan
dengan tampak meringis, sulit tidur, dan tekanan darah tinggi (D.0077).
b. Nyeri Kronis berhubungan dengan peningkatan indeks masa tubuh dibuktikan dengan
mengeluh nyeri, gelisah dan pola tidur berubah (D.0078).
c. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala penyakit, ketidakadekuatan
sumber daya (sosial dan pegetahuan) dibuktikan dengan mengeluh tidak nyaman dan
menunjukan gejala distress (D.0074).
3. Intervensi Keperawatan
SDKI SLKI SIKI

Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (l.08066) Pemberian Analgesik 


berhubungan dengan agen Setelah dilakukan asuhan (I.08243)
cidera fiologis (misalnya keperawatan selama 1x24 O : 
inflamasi) di buktikan dengan jam nyeri yang dirasakan 1. identifikasi
tampak meringis, sulit tidur, dan berkurang dengan kategori: kateritik nyeri
tekanan darah tinggi. Indikator   (frekunsi durasi,
keluhan nyeri 4 lokasi dan kualitas)
meringis  5 2. identifikasi
pola tidur  5 kesusaian jenis
tekanan 5 analgesic
darah 3. monitor efektifitas
Keterangan : analgesi
1: Menurun/ meningkat T : 
2: Cukup Menurun/ cukup 1. Hitung berat badan
meningkat paien  
3: Sedang  2. Fasilitasi
4: Cukup Meningkat/cukup menentkan berat
menurun badan ideal
E : jelaskan efek terapi
5: Meningkat/menurun
dan efek samping obat
kolaborasi pemeberian dosis
dan jenis analgesik

Manajemen Nyeri
(I.08238)
O : 
1. Identifikasi skala
nyeri
2. Identifikasi respon
nyeri non verbal
3. Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kulaitas hidup
T : 
1. Berikan teknik
non-farmakologi
seperti bekam
2. Fasilitas istirahat
dan tidur
3. linngkungan yang
pemberpberat rasa
nyeri ( kebisingan)
E:
1. anjurkan
memonitor rasa
nyeri secara
mandiri
2.  jelaskan startegi
meredakan nyeri
K : kolaborasi
pemberian analgesic
Nyeri Kronis  (D.0078) Kontrol Nyeri (L.08063) Manajemen Nyeri
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan (I.08238)
peningkatan indeks masa tubuh keperawatan selama 1x24 O : 
dibuktikan dengan mengeluh nyeri yang disarasakan 1. Identifikasi skala
nyeri, gelisah dan pola tidur berkurang dan meredakan nyeri
berubah. sensorik dengan kategori: 2. Identifikasi respon
Indikator   nyeri non verbal
kemampuan 4 3. Identifikasi
menggunakan teknik pengaruh nyeri
non-farmakologi pada kulaitas hidup
kemampuan 5 T : 
mengenali penybab 1. Berikan teknik
nyeri non-farmakologi
penggunaan analgesik  5 seperti bekam
Keterangan : 2. Fasilitas istirahat
1: Menurun/ meningkat dan tidur
2: Cukup Menurun/ cukup 3. Lingkungan yang
meningkat pemberpberat rasa
3: Sedang  nyeri ( kebisingan)
4: Cukup Meningkat/cukup E :
menurun 1. Anjurkan
memonitor rasa
5: Meningkat/menurun
nyeri secara
mandiri
2. Jelaskan startegi
meredakan nyeri
K : kolaborasi
pemberian analgesic  
Perawatan
Kenyamanan (I.08245)
O : identifikasi gejala
yang tidak
menyenangan 
T : 
1. Berikan posisi yang
nyaman
2. Ciptakan
lingkungan yang
nyaman
3. Berikan terapi
akupresur
E:
1. Ajarkan terapi
relaksasi
2. Jelasan mengenai
kondisi dan pilihan
terapi/ pengobatan
K : kolaborasi pemberian
anlgesi, antihistamin dan
antiperuritus.

Gangguan Rasa Nyaman Status Kenyamanan Terapi Relaksasi


(D.0074) berhubungan dengan (L.06053) (09326)
gejala penyakit, Setelah dilakukan asuhan O : 
ketidakadekuatan sumber daya keperawatan selama 1x24 1. Identifikasi
(sosial dan pegetahuan) gangguan rasa nyaman penurunan tingkat
dibuktikan dengan mengeluh menurun denga katagori : energi
tidak nyaman dan menunjukan Indikator   2. Monitor respon
gejala distress. Rileks 5 terhadap relaksasi
pola tidur 5
kesejahteraan 5
fisik
keterangan 
T:
1: Menurun/ meningkat
1.  Ciptakan
2: Cukup Menurun/ cukup
lingkungan tenang
meningkat yang nyaman 
3: Sedang  2. Gunakan relaksasi
4: Cukup Meningkat/cukup sebagai penunjang
menurun dengan tindakan
5: Meningkat/menurun medis lain
E : 
1. Anjurkan posisi
nyaman
2. Anjurkan relak dan
merasakan
relaksasi
3. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia. (2016).
Kebutuhan Dasar Manusia I. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Edisi Pertama. Jakarta
Handayani, S. 2015. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Intensitas Nyeri
Pasien post Sectio Caesarea di RSUD Moewardi. Skripsi. STIKES
Kesuma Husada. Surakarta.
Keliat, dkk (2015). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok Edisi 2.
Jakarta: EGC
PPNI DPP SDKI Tim Pokja. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI DPP SIKI Tim Pokja. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI DPP SLKI Tim Pokja. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai