Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

Tn.J DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS (HIL) DI RUANG


BIMA RSUD JOMBANG

Disusun Oleh :

Mar atus Sholihah 20181420146006

Prodi Profesi Ners

PROEFSI NERS STIKES BAHRUL ULUM


TAMBAK-BERAS JOMBANG
2022-2023
Landasan Teori

1.1 Definisi

Hernia merupakan produksi atau penonjolan isi suatu rongga


melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada
hernia abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian-bagian lemah
dari lapisan muscular aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin,
kantong dan isi hernia (Wim Dejong, 2008). Hernia merupakan penonjolan isi
suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan dinding perut (Nurarif, 2013).
1.2 Etiologi
Hal yang mengakibatkan hernia menurut Haryono (2012) adalah:
1) Kelainan kongenital atau kelainan bawaan.
2) Kelainan didapat, meliputi:
- Jaringan kelemahan.
- Luasnya daerah di dalam ligamen inguinal.
- Trauma
- Kegemukan.
- Melakukan pekerjaan berat.
- Terlalu mengejan saat buang air kecil atau besar.
1.3 Manifestasi Klinis
Menurut Jong (2008),tanda dan gejala dari hernia, antara lain:
1) Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak
benjolan di lipat paha.
2) Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual.
3) Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4) Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat
serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas
5) Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan dibawah sela paha.
6) Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai
sesak nafas.
7) Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
1.4 Patofisiologi
Tonjolan yang semakin besar, lama kelamaan tidak bisa masuk kembali
secara spontan maupun dengan berbaring tetapi membutuhkan dorongan
dengan jari yang disebut hernia reponable. Jika kondisi seperti ini dibiarkan
saja maka dapat terjadi perlengketan dan lama kelamaan perlengketan tersebut
menyebabkan tonjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali dan disebut
hernia irreponable. Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada hernia maka
dilakukan pembedahan. Dari pembedahan tersebut terdapat luka insisi yang
biasanya dapat menimbulkan nyeri yang dapat membuat tidak nyaman
sehingga mengurangi pergerakan dan resiko infeksi (Liu & Campbell, 2011).
1.5 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suratan dan Lusianah (2010:321) pemeriksaan diagnostik pada klien
hernia yaitu :
1) Pemeriksaan darah lengkap
Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), dan ketidakseimbangan elektrolit.
Pemeriksaan koagulasi darah: mungkin memanjang, mempengaruhi
homeostastis intraoperasi atau post operasi.
2) Pemeriksaan urine
Munculnya sel darah merah atau bakteri yang mengidentifikasikan infeksi.
3) Elektrokardiografi (EKG)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal memberikan prioritas perhatian
untuk memberikan anestesi.
4) Sinar X abdomen
Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Menurut Amin & Kusuma (2015) penanganan hernia ada dua macam:
1) Konservatif. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan
reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan
isi hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitif
sehingga dapat kambuh kembali. Adapun tindakannya terdiri atas:
a. Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam
kavum peritoneum atau abdomen. Reposisi dilakukan secara manual.
Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara
memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulata kecuali pada anak-anak.
b. Suntikan Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau
kinin di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia
mengalami sklerosis atau penyempitan sehingga isi hernia keluar dari
kavum peritoneum.
c. Sabuk hernia Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan
menolak dilakukan operasi.
2) Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada hernia
reponibilis, hernia irreponibilis, hernia strangulasi, hernia inkarserata.
Operasi hernia ada 3 macam:
a) Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi
hernia ke kavum abominalis
b) Hernioraphy
Mulai dari mengangkat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas musculus obliquus intra
abominalis dan musculus tranversus abdominalis yang berinsersio di
tuberculum pubicum).
c) Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligementum inguinale agar LMR
hilang/ tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam
menurut kebutuhannya (Ferguson, Bassini, halst, hernioplasty, pada
hernia inguinalis media dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara
Mc.Vay).
Penatalaksanaan pasca operasi
Penatalaksanaan setelah operasi diantaranya adalah hindari hal-hal
yang memicu tekanan di rongga perut, tindakan operasi dan pemberian
analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri, berikan obat sesuai resep
dokter, hindari mengejan, mendorong atau mengangkat benda berat. Jaga
balutan luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti balutan seteril
setiap hari pada hari ketiga setelah operasi kalau perlu. Hindari faktor
pendukung seperti konstipasi dengan mengkonsumsi diet tinggi serat dan
masukan cairan yang adekuat (Amin & Kusuma, 2015 )
1.7 Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a) Pengumpulan Data
o Identitas Klien
o Keluhan Utama
o Riwayat Penyakit Sekarang
o Riwayat Penyakit Dahulu
o Riwayat Kesehatan Keluarga
o Status Nutrisi dan Cairan.
2) Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum
Keadaan klien dengan hernia biasanya mengalami kelemahan serta tingkat
kesadaran composmentis. Tanda vital pada umumnya stabil kecuali akan
mengalami ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi appendiks.
B1 Sistem Pernafasan (Breathing)
B2 Sistem Kardiovaskuler (Blood)
B3 Sistem Persyarafan (Brain)
B4 Sistem Perkemihan (Bladder)
B5 Sistem Pencernaan (Bowel)
B6 Sistem Muskuluskeletal (Bone)
1) Diagnosa
1) Pre op
- ansietas
2) post op
- nyeri akut b.d agen pencedera fisik
- gangguan mobilisasi b.d nyeri
- kekurangan volume cairan
- gangguan integritas kulit

Diagnose Intervensi Rasional

Nyeri Manajemen nyeri 1. Untuk


O mengetahui
1. identifikasi lokasi nyeri
lokasi , 2. Untuk
karakteristik ,dur mengetahui
asi , frekuensi , skala nyeri
kualitas ,intesitas pasien
nyeri 3. Untuk
2. identifikasi skala mengidentifika
nyeri si tentang
3. identifikasi pengetahuan
pengetahuan dan pasien tentang
keyakinan nyeri
tentang nyeri 4. Untuk
4. monitor efek mengetahui
samping efek samping
penggunaan penggunaan
analgetik analgetik

1. Berikan teknik 1. Untuk


nonfarmakologis mengeduka
untuk si pasien
mengurangi rasa tentang
nyeri (kompres cara untuk
hangat/dingin) mengurang
2. Fasilitas istirahat i rasa nyeri
dan tidur 2. Untuk
3. kontrol mengalihka
lingkungan yang n rasa nyeri
memperberat 3. Untuk
nyeri meningkatk
an
E
kenyamana
1. jelaskan n pasien
penyebab nyeri 4. Untuk
2. jelaskan strategi mengeduka
meredakan nyeri si pasien
3. anjurkan tentang
menggunakan peyebab
analgetik secara nyeri
tepat
4. anjurkan teknik
untuk meredakan
nyeri

1. Kolaborasi
pemberian
analgetik

Gangguan mobilitas Edukasi mobilisasi


fisik berhubungan O
1. U ntuk
dengan nyeri 1. Identifikasi
mengetahui
adanya nyeri
atau keluhan adanya nyeri
fisik lainya 2. Untuk
2. Identifikasi mengetahui
toleransi fisik toleransi fisik
melakukan px saat
pergerakan melakukan
3. Monitor gerakan
frekuensi 3. Untuk
jantung dan memonitor
tekanan darah frekuensi
sebelum adanya
memulai peningkatan
mobilisasi kecemasan saat
4. Monitor kondisi melakukan
umum selama pergerakan
melakukan
mobilisasi

1. Fasilitasi 4. Untuk
aktivitas membantu
mobilasasi aktivitas fisik
dengan alat pasien
bantu 5. Untuk
2. Fasilitasi membanntu
melakukan pasien
pergerakan jika melauakan
perlu aktiivitas fisik
3. Libatkan 6. Agar keluarga
keluarga untuk tau tentang
membantu perawatan
pasien dalam pasien dalam
meningkatkan melakukan
pergerakan mobilisasi

1. Jelaskan tujuan 7. Untuk


dan prosedur memberikan
mobilisasi edukasi ke
2. Anjurkan pasien tentang
melakukan mobilisasi
mobilisasi dini
3. Ajarkan
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan

1. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan


rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008).

Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:

a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan

b. Diagnosis keperawatan

c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan

d. Tanda tangan perawat pelaksana

2. Evaluasi keperawatan
keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang didasarkan pada
tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi ada individu (Nursalam, 2008).Evaluasi
keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP. Evaluasi
keperawatan terdiri dari beberapa komponen yaitu:

a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan

b. Diagnosis keperawatan

c. Evaluasi keperawatan
PATHWAY PRE

Faktor kongenital Faktor didapat

Peningkatan intra
abdomen

Masuknya isi rongga perut melalui kanalis


linguinalis

Jika cukup panjang akan menonjol keluar dari analis


inguinalis

Tonjolan sampai ke spectrum

Hernia

Tidak dapat timbul Dapat timbul secara


secara spontan spontan

Tindak pembedahan Post operasi hernia

System irigasi Penurunan fungsi Adanya luka insisi Perawatan luka yang
usus kurang

Keseimbangan Diskontinitas
Deficit cairan Resiko infeksi
cairan jaringan

Kekurangan Kebutuhan nutrisi Nyeri Ketidaknyaamana


vol.cairan kurang dari n / keterbatasan
kebutuhan tubuh bergerak

Gangguan
integritas kulit
Aktivitas
terganggu

Imobilitas fisik

Anda mungkin juga menyukai