A. Definisi
- Adalah suatu benjolan/penonjolan isi perut dari rongga normal melalui lubang kongenital
atau didapat(1).
- Adalah penonjolan usus melalui lubang abdomen atau lemahnya area dinding abdomen (3).
- Is the abnormal protrusion of an organ, tissue, of part of an organ through the structure that
normally cotains it (1).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan dari isi perut
dalam rongga normal melalui lubang yang kongenital ataupun didapat.
B. Etiologi
Hernia dapat terjadi karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, atau
akibat tekanan rongga perut yang meninggi (2).
C. Klasifikasi
1. Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis dan sebagainya.
2. Urut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.
3. Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis dan
sebagainya).
Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia
obturatoria).
4. Causanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan sebagainya.
5. Keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata, hernia
strangulata.
D. Tanda dan Gejala
Umumnya penderita menyatakan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan
adanya benjolan di selakanganya/kemaluan.bnjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila
menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat
pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diameter anulus inguinalis
Penatalaksanaan
- Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena
ditakutkan terjadi komplikasi.
- Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien
istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu
pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk
mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk
untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
- Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi
(menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong
diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari
dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila
tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois “end to end”.
Nyeri akut berhubungan dengan agen Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara
injuri fisik (postpembedahan/ prosedur pain control, komprehensif termasuklokasi,
invasif) comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
Setelah dilakukan tindakan kualitas dan faktor presipitasi
keperawatan selama 3x24jam Pasien Observasi reaksi nonverbal dari
tidak mengalami nyeri, dengan ketidaknyamanan
kriteria hasil: Bantu pasien dan keluarga untuk
Mampu mengontrol nyeri mencari dan menemukandukungan
(tahupenyebab nyeri, mampu Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan tehnik nonfarmakologi mempengaruhi nyeri sepertisuhu
untuk mengurang inyeri, mencari ruangan, pencahayaan dan kebisingan
bantuan) Kurangi faktor presipitasi nyeri
Melaporkan bahwa nyeri berkurang Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
dengan menggunakan menentukan intervensi
manajemennyeri Ajarkan tentang teknik non
Mampu mengenali nyeri farmakologi: napas dalam,relaksasi,
(skala,intensitas, frekuensi dan tanda distraksi, kompres hangat/ dingin
nyeri) Berikan analgetik untuk
Menyatakan rasa nyaman mengurangi nyeri: ……...
setelahnyeri berkurang Tingkatkan istirahat
Tanda vital dalam rentang normal Berikan informasi tentang nyeri
Tidak mengalami gangguan tidur seperti penyebab nyeri,berapa lama
nyeri akan berkurang dan
antisipasiketidaknyamanan
dariprosedur
Konstipasi berhubungan dengan NOC: NIC :
kelemahan otot abdominal. Bowl Elimination Manajemen konstipasi
Hidration - Identifikasi faktor-faktor yang
Setelah dilakukan tindakan menyebabkan
keperawatan selama …. konstipasi konstipasi
pasien teratasi dengan kriteria - Monitor tanda-tanda ruptur
hasil: bowel/peritonitis
Pola BAB dalam batas normal - Jelaskan penyebab dan rasionalisasi
Feses lunak tindakan pada
Cairan dan serat adekuat pasien
Aktivitas adekuat - Konsultasikan dengan dokter
Hidrasi adekuat tentang peningkatan
dan penurunan bising usus
- Kolaborasi jika ada tanda dan gejala
konstipasi yang
menetap
- Jelaskan pada pasien manfaat diet
(cairan dan serat)
terhadap eliminasi
- Jelaskan pada klien konsekuensi
menggunakan
laxative dalam waktu yang lama
Asuhan Keperawatan Pada Ny. P
Dengan Post Operasi Hernia Femoralis Dextra
Di Ruang Edelwais Rsud Banyumas
I. Pengkajian
a. Pasien
Nama : Ny. P
Umur : 70thn
Alamat : Negaradhana 2/1 Wonosobo
No Rm : 850116
Agama : Islam
Diagnosa Medis : Hernia Femoralis Dextra
Tanggal Masuk : 22 Juli 2016
b. Penanggungjawab
Nama : Tn. S
Umur : 74 th
Alamat : Negaradhana 2/1 Wonosobo
Hubungan dengan pasien : Ayah Kandung
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum klien lemah, tampak seperti menahan sakit pada luka operasi dan terkadang
klien menangis karena nyeri pada luka operasi, klien bedrest total.
2. Kesadaran
GCS 15 (Respon buka mata 4, Respon motorik 5 dan Respon verbal 6), Tingkat kesadaran
Compos mentis.
3. Tanda-tanda Vital:
TD : 100/70 mmHg S : 373 o C
N : 92 x / menit RR : 24 x/menit
4. Kepala dan rambut
Kepala bersih, rambut klien pendek, warna hitam, pertumbuhan merata, dikulit kepala tidak
terdapat luka dan lesi.
5. Mata
Mata simetris kanan dan kiri, pupil isokor, konjungtiva ananemis dan sclera anikhterik fungsi
penglihatan baik dan tanpa menggunakan alat bantu penglihatan (kaca mata)
6. Telinga
Letak simetris, tidak ada serumen, dapat berfungsi dengan baik dan tidak menggunakan alat
bantu pendengaran.
7. Hidung
Simetris, tidak ada polip hidung, fungsi pernafasan baik, tidak terjadi sesak nafas, tidak
tampak tumpukan sekret dan tidak terdapat masalah dalam pola nafas, frekuensi pernafasan
24x/menit
8. Mulut
Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis. Jumlah gigi lengkap 32 buah, warna agak kuning,
nafas agak bau, lidah agak kotor, warna merah muda.
9. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada peningkatan Jugularis Vena Perifer dan
teraba nadi karotis 92 x/menit
10. Thorax
Bentuk simetris pergerakan dada kanan dan kiri simetris, tidak lesi pada kulit dan tidak ada
pembengkakan dada.
a) Paru-Paru/Pulmo
Pada inspeksi didapat kan hasil permukaan dada simetris, permukaan dada kiri/sinistra sama
dengan permukaan dada kanan/dextra, Pernafasan normal frekuensi 24x/menit. Pada palpasi
didapatkan hasil fokal fremitus kiri/sinistra sama dengan kanan/dextra, fokal resonan
kiri/sinistra sama dengan kanan/dextra. Sedangkan pada perkusi suara paru sonor dan
auskultasi yaitu bunyi nafas vesikuler dan tidak terdengar suara nafas tambahan seperti
wheezing (suara abnormalitas pada paru seperti adanya penumpukan udara), ronkhi (mengi),
dan krekels (penumpukan cairan pada pleura)
b) Jantung/Cardio
Pada inspeksi dada terlihat ictus cordis berdenyut halus di intercosta 6, pada palpasi
didapatkan data teraba ictus cordis di intercosta ke 4-5-6 sebelah kiri sedangkan pada perkusi
jantung didapatkan batas jantung jelas, kesan tidak ada pembesaran jantung dan pada
auskultasi jantung terdengar bunyi jantung suara 1 (lub) tunggal dan bunyi jantung suara 2
(dub) tunggal dan tidak terdengan mur-mur pada semua lapang dada sebelah kiri.
11. Abdomen
Pada inspeksi didapatkan hasil permukaan abdomen simetris kanan dan kiri, tidak ada ascites
dan terdapat luka operasi pada kuadran abdomen bagian bawah tepatnya dibawah umbilicus
atas shimpisis pubis, panjang luka kurang lebih 7cm terdapat jahitan simpul sebanyak 10
simpul, keadaan luka bersih tidak terdapat pus dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan luka
tertutup kassa steril. Pada auskultasi didapatkan bising usus kurang lebih 8x / menit
sedangkan pada perkusi keempat kuadran abdomen didapatkan suara tympani dan pada
palpasi terdapat nyeri tekan pada semua lapang abdomen terutama sekitar luka operasi yaitu
di kuadran abdomen sebelah bawah, tidak teraba lien dan hepar.
12. Genetalia
Terpasang Cateter, urine keluar dengan warna kuning pekat volume 450cc, tidak terdapat
endapan maupun darah, posisi kateter benar/tanpa hambatan, kateter terpasang hari ke
pertama dan ada nyeri tekan pada area genetalia klien.
13. Ekstremitas.
a) Ekstremitas atas
Fungsi ekstremitas atas normal dan dapat berfungsi dengan baik dan tidak menggunakan alat
bantu dan ekstremitas sebelah kanan terpasang Infus RL dengan infuset makro, 20 tetes/menit
keadaan infus baik tidak terdapat oedem pada area yang terpasang infus dan tidak ada nyeri
pada lengan, infus terpasang hari ke 1.
b) Ekstremitas bawah
Ekstremitas bawah tidak terdapat kelainan dan dapat berfungsi dengan baik hanya saja klien
tidak mau banyak bergerak karena terasa nyeri pada luka operasi semakin meningkat ketika
bergerak.
V. Therapi injeksi
Injeksi cefazolin 1gr/12jam
Injeksi Ranitidin 50mg/12jam
Injeksi ketorolac 30mg/8jam
HEMOROID
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah
anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni
melibatkan beberapa unsure berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot disekitar anorektal
(Felix, 2006). Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis
(Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan
membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011).
Klasifikasi hemoroid
1. Ambeien Internal
Hemoroid internal adalah pembengkakan terjadi dalam rektum sehingga tidak bisa dilihat atau
diraba. Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya ada sedikit syaraf
di daerah rektum. Tanda yang dapat diketahui adalah pendarahan saat buang air besar.
Masalahnya jadi tidak sederhana lagi, bila ambeien internal ini membesar dan keluar ke bibir
anus yang menyebabkan kesakitan. Ambeien yang terlihat berwarna pink ini setelah sembuh
dapat masuk sendiri, tetapi bisa juga didorong masuk. Hemoroid interna dibagi menjadi 4
derajat yaitu :
Derajat I
Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi
Tanpa disertai rasa nyeri
Tidak terdapat prolaps
Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari benjolan hemoroid yang menonjol
ke dalam lumen
Derajat II
Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
Terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri (reposisi spontan)
Derajat III
Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi harus didorong
dengan jari (reposisi manual)
Derajat IV
Terdapat perdarahan sesudah defekasi
Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk (meskipun sudah direposisi
akan keluar lagi)
Hemoroid eksternal diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma,
bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyer
•ETIOLOGI
Menurut Vill alba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui
secara pasti, beberapa factor pendukung yang terlibat diantaranya:
a. Penuaan
b. Kehamilan
c. Hereditas
d. Konstipasi atau diare kronik
e. Penggunaan toilet yang berlama – lama
f. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama
Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi
medis atau penyalit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan
risiko hemoroid seperti berikut:
•PATOFISIOLOGI
Menurut Nugroho (2011) hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu
menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena. dilatasi tersebut dapat
dibagi menjadi 2, yaitu :
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Vill Alba dan Abbas, 2007 ) yaitu :
a) Hemoroid internal
b) Prolaps dan keluarnya
c) Hemoroideksternal
d) Rasa terbakar
e) Nyeri (jikamengalami trombosis).
Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal seperti
berikut :
a) Perdarahan
Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes setelah buang air
besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di anus. Pendarahan dapat juga timbul di
luar wakyu BAB, misalnya pada orang tua. Perdaran ini berwarna merah segar.
b) Benjolan
Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau manual merupakan
cirri khas/ karakteristik hemoroid.
c) Nyeri dan rasa tidak nyaman
Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan komponen darah di bawah anus),
benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag.
d) Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus
Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan merupakan tanda
hemoroid interna, yang sering mengotori pakaian dalam bahkan dapat menyebabkan
pembengkakan kulit.
PENATALAKSANAAN
1. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak sebagai benjolan yang nyeri pada anal verge.
Jika pasien membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan, pemberian analgesik, sitz baths, dan pelunak
feses. Tetapi jika pasien mengeluh nyeri yang parah, maka eksisi di bawah anestesi lokal dianjurkan.
Pengobatan secara bedah menawarkan penyembuhan yang cepat, efektif dan memerlukan waku hanya
beberapa menit dan segera menghilangkan gejala. Penatalaksanaan secara bedah yaitu pasien
berbaring dengan posisi menghadap ke lateral dan lutut di lipat (posisi seems), dasar hematom
diinfiltrasi dengan anestetik lokal. Bagian atas bokong didorong untuk memaparkan trombosis
hemoroid. Kulit dipotong berbentuk elips menggunakan gunting iris dan forsep diseksi; hal ini dengan
segera memperlihatkan bekuan darah hitam yang khas di dalam hemoroid yang dapat dikeluarkan
dengan tekanan atau diangkat keluar dengan forsep.
2. Hemoroid Interna
Hemoroid Interna
Derajat Berdarah Prolaps Reposisi
I + – –
II + + Spontan
III + + Manual
IV + Tetap Irreponibel
Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid eksterna selalu dengan operasi.
Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk trombus. Operatif indikasi untuk
grade 3-4, perdarahan dan nyeri
Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal yang sederhana
disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi, misalnya
sayuran dan buah-buahan Makanan berserat tinggi ini membuat gumpalan isi usus menjadi besar
namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara
berlebihan.
Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika diputuskan tidak perlu dilakukan
hemoroidektomi. Pengobatan dengan criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada hemoroid
yang menonjol, dibekukan dengan CO 2 atau NO2 sehingga mengalami nekrosis dan akhirnya
fibrosis. Tidak dipakai secara luas karena mukosa yang dibekukan (nekrosis) sukar ditentukan
luasnya. Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang menahun
dan mengalami prolapsus besar (derajat III dan IV).
Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu pengangkatan pleksus dan mukosa,
pengangkatan pleksus tanpa mukosa, dan pengangkatan mukosa tanpa pleksus. Teknik pengangkatan
dapat dilakukan menurut 2 metode :
1. Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna, mengadakan
jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan eksisi di atas klem. Sesudah
itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah klem diikat, diikuti usaha kontinuitas mukosa.
Cara ini banyak dilakukan karena mudah dan tidak mengandung risiko pembentukan jaringan
parut sirkuler yang biasa menimbulkan stenosis.
2. Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan membebaskan mukosa
dari sub mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu, sambil
mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini lebih unggul dan
lebih banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post operasinya berkurang
dibandingkan dengan metode yang lain.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Biodata
1) Klien
Nama : Ny. W
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Sokanegara Purwokerto
Diagnosa Medis : Hemoroid
Klien mengatakan satu bulan sebelum masuk RS, terdapat benjolan di anus bila bab terkadang keluar
darah segar.
Klien tidak memiliki penyakit kronik pada masa kanak-kanak, tidak pernah mengalami trauma, tidak
ada riwayat pernah dirawat ataupun operasi ataupun melakukan transfusi darah, tidak ada allergi,
tidak memiliki kebiasaan merokok ataupun minum alkohol.
f. Pola Fungsional
1) Persepsi tentang kesehatan dan managemen kesehatan
Pasien mengatakan sehat adalah bebas dari penyakit. Pasien juga mengatakan kesehatan
merupakan suatu hal yang penting dan berharga dalam kehidupan. Pasien selalu berdoa untuk
meminta kesembuhan. Usaha untuk memperoleh kesembuhan dan menjaga kesehatan dengan cara
melakukan pengobatan di Rumah Sakit.
2) Pola nutrisi
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan minumnya, biasa minum 8 gelar
air setiap harinya yang terdiri dari air putih dan teh. Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan
pola makannya, pasien mengatakan kalau makannya teratur yaitu makan 3 kali.
- Selama sakit : Pasien mengatakan tetap minum 8gelas air putih.
3) Pola Eliminasi
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB 1 x sehari dengan konsistensi lunak, warna kuning
kecoklatan, bau khas dan tidak ada masalah. BAK 2 – 3 x sehari dengan warna kuning, jernih, bau
khas.
- Selama sakit : Pasien mengatakan belum BAB setelah operasi. BAK 500cc dalam
sehari,terpasang kateter.
4) Pola Istirahat Tidur
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan di rumah + 7 – 8 jam dan tidak ada gangguan.
- Selama sakit : Pasien mengatakan tidur 5jam.
5) Pola aktifitas dan latihan
- Sebelum sakit :Pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam melakukan aktifitas
- Selama sakit : Aktifitas pasien terbatas selama sakit dan memerlukan bantuan dalam
pemenuhan ADL karena proses penyakitnya.
6) Pola Kognitif
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan jika sakit biasanya pasien berobat ke mantri
atau Puskesmas terdekat.
- Selama sakit : Pasien mengatakan kalau pasien mengetahui tentang penyakit yang
dideritanya saat ini dan mengerti tentang penyakitnya.
7) Persepsi diri dan konsep diri
- Ideal diri : Pasien mengatakan sekarang kondisinya sudah lebih baik dari sebelumnya,
pasien ingin segera sembuh dan pulang ke rumah.
- Harga diri : Pasien mengatakan menerima kondisinya saat ini, tetapi kadang pasien
sering merasa sedih dengan kondisinya saat ini.
- Gambaran diri : Pasien mengatakan ada perubahan pada dirinya, bahwa dirinya saat ini
sedang sakit.
8) Pola koping dan toleransi stress
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan jika mengalami suatu masalah, pasien sering
menceritakan kepada suami dan anak.
- Selama sakit : Pasien mengatakan selama sakit keluarga selalu memperhatikan dan
menunggui pasien selama dirawat, dan jika ada masalah pasien menceritakan kepada
keluarganya.
9) Pola sexual dan reproduksi
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam masalah sexual dan
reproduksi.
- Selama sakit : Pasien mengatakan selama sakit pasien dapat melayani suami.
10) Pola nilai dan kepercayaan
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan selalu menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
- Selama sakit : Pasien mengatakan selama sakit tidak menjalankan ibadah.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
- Berat badan : 65 kg
- Nadi : 92 x/menit
- Suhu : 36,3’C
- Kulit : Tidak terdapat lesi, kulit kering, hangat, tidak ada pitting edema
- Kuku : Akral hangat, tidak ada clubbing finger, CRT < 2 dt, kuku panjang dan kotor
c. Mata
Simetris, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, gerakan bola mata mengikuti jari pemeriksa,
reflek pupil mengecil saat terkena rangsangan cahaya, tidak ada nyeri palpebra, tidak ada edema.
d. Hidung
Simetris, tidak ada lesi, keadaan bersih, tidak ada sekret, tidak terdapat PCH, tidak terdapat
nyeri tekan pada sinus etmoidal dan sinus splenoidale
e. Mulut
Kebersihan baik, mukosa bibir kering, warna pucat, tidak terdapat stomatitis, gigi lengkap,
terdapat karies gigi, gusi berwarna merah muda, tidak terdapat perdarahan, tidak terdapat pembesaran
tonsil, palatum utuh, lidah bersih, tidak ada nyeri tekan palpasi lidah, fungsi pengecapan baik.
f. Leher
Tidak ada lesi, tidak ada pembesaran tiroid dan KGB, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada
kesulitan menelan, tidak ada gangguan pada pergerakan leher.
g. Thorax
Postur simetris tidak ada kelainan postur, tidak ada lesi, pengembangan dada simetris, tidak
terdapat retraksi intercostal, tidak terdapat ictus cordis, suara nafas vesikuler, suara jantung S1 dan S2,
vocal premitus seimbang.
h. Abdomen
Bentuk cekung, tidak ada lesi, terkstur kering, BU = 15 x/menit, tidak ada nyeri tekan pada palpasi,
tidak terdapat pembesaran organ dalam abdomen, tidak terdapat distensi abdomen.
i. Ekstremitas Atas
Sejajar, tidak ada lesi, tekstur kering, terdapat IV Line Nacl pada tangan kanan, tonus otot 4/4, ROM
tidak ada hambatan.
j. Ekstremitas Bawah
Sejajar, tidak ada lesi, tekstur kering, tonus otot 4/4, ROM tidak ada hambatan.
Therapi injeksi
- Injeksi cefriaxone 1gr/12jam
- Injeksi Ranitidin 50mg/12jam
- Injeksi ketorolac 30mg/8jam
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil
Hematologi
- Hemoglobin 11,3 9/dl
- Hematokrit 35 %
- Leukosit 22,1 ribu/UI
- Trombosit 284 ribu/UI
- Eritrosit 3,55 juta
Kimia Klinik
- Protein total 4,4 g/dl
- Albumin 3,2 g/dl
Elektrolit
- Natrium 139 mmol/L
- Kalium 3,2 mmol/L
- Klorida 109 mmol/L
Gula darah sewaktu 125g/dl
PT/APTT
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi