BAB 2
KONSEP MEDIS
A.
DEFENISI
Salah satu bentuk dari sumbatan paru adalah acute upper obstruction pulmonary
disease (AUOPD). Kelainan ini pada umumnya terjadi pada bagian konduksi atau
dead space. Defenisi yang digunakan untuk auopd adalah suatu obstruksi yang
terjadi di antara bagian yang dimulai dari kavum oral (rongga mulut)/kavum nasi
(rongga mulut) sampai ke cabang kedua trakeobronkus.
Sumbatan jalan nafas karena benda asing sangat berbahaya dan harus segera
dibersihkan karena apabila tidak dapat bernafas, maka kita tak dapat memberikan
pernafasan buatan.
Sumbatan airway pada penderita yang sadar dapat menyebabkan henti jantung.
Pada sumbatan total, pernafasan akan berhenti karena benda tersebut menyumbat
airway sepenuhnya. Beberapa menit kemudian penderita yang sadar akan menjadi
tidak sadar (karena otak kekurangan oksigen) dan kematian akan terjadi jika
sumbatan tidak diatasi. Penyebab sumbatan yang banyak ditemukan adalah
"makanan".
B.
ETIOLOGI
Atresia koane
2. Trauma
Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan misalnya ingesti kaustik, patah
tulang wajah,cedera laringotrakeal, intubasi lama, paralisis nervus laringeus rekuren
Hemangioma
Higroma kistik
Limfoma
4. Infeksi akut
Laringotrakeitis.
Epiglotitis
Hipertropiatonsiler
Angina Ludwig
Laring
Saluran napas
Berdasarkan lokasi benda-benda yang tersangkut dalam saluran napas maka dapat
dibagi atas pada trachea, dan pada bronkus.
8. latrogenik
Disebabkan oleh karena pemasangan alat-alat intubasi trakeostomi, misalnya
infeksi. Pada anak-anak , misalnya disebabkan oleh difteri, virus, dan berbagai
bakteri gram positif, dapat menyebabkan terjadinya laringitis akut.
Sesak bicara
2. Sumbatan Total
Perlu tindakan segera. Anda hanya mempunyai waktu 3 menit untuk mengambil
sumbatan, sebelum terjadi kerusakan otak karena kekurangan oksigen.
Gejala :
Bila obstruksi terjadi sebelum karina, maka obstruksi tersebut lebih berbahaya
dibandingkan bila terjadi di bagian distal dari bronkus. Hal ini disebabkan oleh
karena obstruksi ini bersifat total, disamping itu mekanisme kompensasi pada
obstruksi di distal lebih baik daripada obstruksi di proksimal.
2.
Makin total suatu tingkat obstruksi , maka makin berbahaya. Tetapi suatu obstruksi
parsial dapat pula menimbulkan check valve phenomen, artinya udara dapat masuk
pada jalan pernapasan akan tetapi tidak dapat keluar sehingga menimbulkan
emfisema yang disebabkan oleh karena udara yang terperangkap ( air tappering).
3.
Pada obstruksi yang akut, kelainan perubahan faal baru, maupun hemodinamik
lebih cepat timbul tanpa sempat dikompensasi oleh mekanisme tubuh.
D.
MANIFESTASI KLINIS
Cyanosis
E.
a.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi
Bila benda asing itu bersifat radioopaque, maka bayangan yang terjadi
adalah disebabkan oleh benda asing itu sendiri.
Bila bayangan yang terjadi disebabkan oleh karena komplikasi, misalnya
ateletaksis dan emfisema,maka akan tergantung kepada tipe obstuksi yang terjadi.
b.
Dari pemeriksaan faal paru didapatkan defek obstruktif faal parudan ini tergantung
kepada lokasi obstruksi yang terjadi di daerah laringotrakeal, maka akan terjadi
pengurangan dari kecepatan aliran (flowrate). Bila obstruksi terjadi di suparsternal
notch, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran inspirasi (inspiratory
flow rate), sedangka bila terjadi di bawah suparsternal nocth, maka akan terjadi
pengurangan dari kecepatan aliran ekspirasi ( expiratory flow rate)
c.
F.
a. Indikasi
Untuk menghilangkan obstruksi di jalan napas atas yang disebabkan oleh benda
asing & yg ditandai oleh beberapa atau semua dari tanda dan gejala berikut ini:
1.
2.
3.
4.
Penggunaan otot asesoris selama bernapas dan peningkatan kesulitan
bernapas.
5.
Sukar batuk atau batuk tidak efektif atau tidak mampu utk batuk.
6.
7.
Bayi dan anak dg distres respirasi mendadak disertai dg batuk, stidor
atau wizing.
b. Kontraindikasi dan Perhatian
1.
Pada klien sadar, batuk volunter menghasilkan aliran udara yg besar dan
dapat menghilangkan obstruksi.
2.
Chest thrust hendaknya tidak digunakan pada klien yg mengalami cedera
dada, seperti flail chest, cardiac contusion, atau fraktur sternal (Simon & Brenner,
1994).
3.
Pada klien yg sedang hamil tua atau yg sangat obesitas, disarankan dilakukan
chest thrusts.
4.
Posisi tangan yg tepat merupakan hal penting untuk menghindari cedera pada
organ-organ yang ada dibawahnya selama dilakukan chest thrust.
c. Peralatan
1.
2. Magill atau Kelly forcep dan laryngoscope (utk mengeluarkan benda asing yg
dapat dilihat di jalan napas atas).
d.
Persiapan Klien
1.
2.
3.
4.
Siapkan utk dilakukan penanganan jalan napas yg definitif, misalnya
cricothyrotomi.
1. Diambil
Buka mulut korban Bersihkan benda asing yang ada didalam mulut korban dengan
mengorek dan menyapukan dua jari penolong yang telah dibungkus dengan secarik
kain Bebaskan jalan nafas dari sumbatan benda asing
2.
Dihisap
Hisap pakai mulut dengan bantuan pipa penghisap atau hisap dengan pipa
karet menggunakan semprit penghisap atau hisap dengan pipa karet menggunakan
pipa penghisap mekanik/ listrik
3.
Abdominal thrust
b)
Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal, kemudian
pegang lengan kanan tsb dg lengan kiri. Posisi lengan anda pd abdomen klien yakni
dibawah prosesus xipoideus dan diatas pusat/umbilikus.
c)
Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke
arah dalam-atas.
d)
Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali utk menghilangkan
obstruksi jalan napas.
e)
Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.
2.
a)
b)
Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda yg menempel di
abdomen tepatnya di bawah prosesus xipoideus dan diatas pusat/umbilikus.
c)
Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke
arah dalam-atas.
d)
Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali utk menghilangkan
obstruksi jalan napas.
e)
Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.
f)
Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan
laringoskopi dan jika tampak utamakan mengekstraksi benda asing tersebut
menggunakan Kelly atau Megil forcep.
4. Chest Thrust
Tahapan Prosedur Chest Thrust
1. Jika posisi klien duduk/ berdiri:
a)
b)
Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal di area
midsternal di atas prosesus xipoideus klien (sama seperti pada posisi saat kompresi
jantung luar).
c)
Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika perlu ulangi
chest thrust beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas.
d)
Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.
b)
Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda dan posisikan bagian
bawah lengan kanan anda pada area midsternal di atas prosesus xipoideus klien
(sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar).
c)
Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika perlu ulangi
chest thrust beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas.
d)
Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.
e)
Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan
laringoskopi dan jika tampak utamakan mengekstraksi benda asing tersebut
menggunakan Kelly atau Megil forcep.
1.
Bayi diposisikan prone diatas lengan bawah anda, dimana kepala bayi lebih
rendah dari pada badannya.
2.
3.
Lakukan 5 kali back blow dengan kuat antara tulang belikat menggunakan
tumit tangan anda.
4.
Putar bayi ke posisi supine, topang kepala dan leher bayi dan posisikan di atas
paha.
5.
Tentukan lokasi jari setingkat dibawah nipple bayi. Tempatkan jari tengah anda
pada sternum dampingi dengan jari manis.
6.
7.
Ulangi langkah 1-6 sampai benda asing keluar atau hilangnya kesadaran.
8.
Jika bayi kehilangan kesadaran, buka jalan napas dan buang benda asing jika
ia terlihat. Hindari melakukan usapan jari secara membuta pada bayi dan anak,
karena benda asing dapat terdorong lebih jauh ke dalam jalan napas.
B.
Tahapan Prosedur Back Blow & Chest Thrust (untuk Anak 1-8 th)
b)
c)
Tempatkan tangan anda melawan abdomen klien, sedikit di atas pusar dan
dibawah prosesus xipoideus.
d)
Lakukan dorongan ke atas (upward thrusts) sampai benda asing keluar atau
pasien kehilangan kesadaran.
3.
a)
b)
c)
Lakukan thrust ke atas dengan cepat, dengan arah menuju tengah-tengah dan
tidak diarahkan ke sisi abdomen.
d)
Jika benda asing terlihat, keluarkan dengan menggunakan sapuan jari tangan.
e.
Sapuan jari membuta harus dihindari pada bayi dan anak, sebab
kemungkinan dapat mendorong benda asing lebih kebelakang ke dalam jalan
napas.
g. Intubasi orotrakea
Bila dengan cara pemasangan pipa jalan napas belum berhasil, maka perlu
dilakukan intubasi orotrakeal. Intubasi orotrakea merupakan metode yang paling
sering digunakan untuk menangani gangguan jalan napas pada pasien. Pasien
mungkin dalam keadaan sadar atau tidak sadar. Pasien sadar biasanya disedasi,
tetapi masih dapat mempertahankan jalan napasnya agar tetap tetap terbuka dan
dapat mempertahankan jalan napasnya agar tetap terbuka dan dapat bernapas
secara spontan.
Bila intubasi orotrakeal tidak mungkin dilakukan, maka dapat dilakukan
krikotirotomi atau pungsi membrana krikotiroid.
E.KOMPLIKASI
1.
2.
Fraktur iga
3.
Makan perlahan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jaga makanan/mainan yang berukuran kecil/keras seperti kacang, agar
jauh dari jangkauan anak di bawah 3 tahun
8.
Larang anak berjalan atau lari saat makan utk menurunkan
kemungkinan aspirasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1.
Identitas pasien
2.
Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
3.
Pengkajian keperawatan pasien yang mempunyai masalah pernapasan
difokuskan pada ventilasi, perfusi, kognisi, dan eliminasi.
a.
Ventilasi
Bunyi napas
Ronki basah atau mengi dapat terdengar pada banyak masalah pernapasan.
Hilangnya atau berkurangnya bunyi napas merupakan temuan yang signifikan dan
mungkin mengindikasikan pneumotoraks atau beberapa bentuk konsolidasi
alveolar. Bunyi napas dapat saja hilang atau berkurang sebagai akibat konstriksi
bronkus kanan yang disebabkan oleh aspirasi benda asing
Pernapasan
Tentukan karakter pernapasan. Frekuensi pernapasan > 50 pernapsan/menit pada
bayi atau >40 pernapsan/menit pada anak-anak usia <3 tahun merupakan kondisi
sensitive dan spesifik adanya infeksi saluran pernapasan bawah.
Lajua aliran ekspirasi
Jika apsien PPOK atau asma, periksa laju aliran ekspirasi puncak dengan
menggunakan peak flowmeter. Jika nilainya kurang dari 200 l/menit, triase segera
ke ruang tindakan.
Saturasi oksigen
Tentukan tingkat SpO2 dengan oksimetri nadi kontinu. Jika tingkat SpO2 91 % atau
kurang, diperkirakan pasien harus dirawat di rumah sakit.
Sputum
Jelaskan produksi sputum. Sputum merah muda yang berbusa merupakan tanda
edema alveoli paru kardiogenik.
Dispnea
Kaji dispnea dengan menggunakan skala yang sudah distandarisasi.
b.
Perfusi
Bunyi jantung
Bunyi jantung ketiga sering kali terdengar pada kasus-kasus gagal jantung.
Titik impuls maksimal
Palpasi titik impuls maksimal. Bagian apeks jantung biasanya sampai pada dinding
anterior dada atau dekat dengan ruang interkosta lima kiri di garis midklavikula.
Distensi vena jugularis
Tentukan ada tidaknya distensi vena jugularis. Ubah posisi pasien menjadi
semifowler dengan kepala miring kanan atau kiri.
c.
Kognisi
Lakukan pengkajian neurologis dan catat nilai GCS. Medikasi misalnya teofilin dan
alupent. Yang digunakan untuk mengatasi gangguan pulmonal menimbulkan efek
pada sistem saraf pusat, seperti kegelisahan, takikardia, dan agitasi. Hipoksemia
dan hiperkapnia dapat menyebabkan kegelisahan dan penurunan kesadaran.
4.
Kondisi Pernafasan
a.
Dapat menjawab, lengkap tidak terputus-putus , tidak tersendat-sendat ,
tidak menggeh-menggeh -> Fungsi pernafasan baik
b.
Bila menjawab terputus-putus , tersendat-sendat , menggeh-menggeh ->
Fungsi pernafasan terganggu
c.
Bila tidak menjawab, tidak ada suara, tidak ada gerak nafas, tidak ada hawa
nafas -> Pernafasan berhenti
Jika pengobatan mencakup pembedahan, penting artinya jika perawat mengetahui
sifat dari pembedahan sehingga dapat merencanakan asuhan yang sesuai. Jika
pasien diperkirakan akan tidak mempunyai suara lagi, evaluasi paska operatif oleh
terapi wicara diperlukan. Kemampuan pasien untuk mendengar, melihat, membaca,
dan menulis dikaji.kerusakan visual dan buta huruf fungsional dapat menimbulkan
masalah tambahan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
b.
c.
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan
peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan,
ketidakmampuan batuk, adanya benda asing (ETT, Corpus alienum).
d.
e.
resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret, benda padat,
atau cairan ke dalam saluran nafas.
f.
Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme
Tujuan: mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi bersih dan jelas
Intervensi:
Tempatkan klie pada posisi yang nyaman. Contoh: meninggikan kepala TT,
duduk pada sandaran TT
b.
Kolaborasi: .berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan
toleransi klien
Lakukan suction bila diperlukan, batasi lamanya suction kurang dari 15 detik
e.
Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret, benda
padat, atau cairan ke dalam saluran nafas.
Tujuan : mengeluarkan sekreet, benda padat, atau cairan dari saluran nafas
Intervensi:
-
f.
Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak
Tujuan: menurunkan kecemasan pada orang tua dan anak
Intervensi untuk orang tua:
DAFTAR PUSTAKA
Doenges ME, Moorhouse Mf and geisslerAC. (1999). Nursing care plans. Guidelines
for planning and documenting patient care. (3rd ed). Philadelphia: F.A Davis
Company.
JAMA. 2006;295(5):527-535.doi:10.1001/jama.295.5.527
JAMA. 2006;295(5):527-535.doi:10.1001/jama.295.5.527
BAB 3
KESIMPULAN
Salah satu bentuk dari sumbatan paru adalah acute upper obstruction pulmonary
disease (AUOPD). Kelainan ini pada umumnya terjadi pada bagian konduksi atau
dead space. Defenisi yang digunakan untuk auopd adalah suatu obstruksi yang
terjadi di antara bagian yang dimulai dari kavum oral (rongga mulut)/kavum nasi
(rongga mulut) sampai ke cabang kedua trakeobronkus.
Sumbatan jalan nafas karena benda asing sangat berbahaya dan harus segera
dibersihkan karena apabila tidak dapat bernafas, maka kita tak dapat memberikan
pernafasan buatan.
Sumbatan airway pada penderita yang sadar dapat menyebabkan henti jantung.
Pada sumbatan total, pernafasan akan berhenti karena benda tersebut menyumbat
airway sepenuhnya. Beberapa menit kemudian penderita yang sadar akan menjadi
tidak sadar (karena otak kekurangan oksigen) dan kematian akan terjadi jika
sumbatan tidak diatasi. Penyebab sumbatan yang banyak ditemukan adalah
"makanan".
Ada beberapa penyebab terjadinya sumbatan jalan yakni, kelaianan congenital.
Trauma, tumor, infeksi akut, Paralisis satu atau kedua plika vokalis, Pangkal lidah
jatuh ke belakang pada pasien tidak sadar, Lain-lain :Benda asing. Dan ada lima
cara menangani kegawatan sumbatan jalan napas tersebut yaitu, dengan cara
diambil, dihisap, abdominal trust,chest thrust, dan back blow