a. Radiologi
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperolah akan timbul bayangan radiologi yang diakibatkan
oleh dua sebab, yakni:
Bila benda asing itu bersifat radioopaque, maka bayangan yang terjadi adlah disebabkan oleh
benda asing itu sendiri.
Bila bayangan yang terjadi disebabkan karna komlikasi, misalnya ateoetksis dan emfisema,maka
akan terkantung pada tipe obstruksi yang terjadi
b. Pemeriksaan faal baru
Dari pemeriksaan faal paru didapatkan defek obstruktif faal paru dan ini tergantung kepada
lokasi obstruksi yang terjadi di daerah laringotrakeal, maka akan terjadi pengurangan dari
kecepatan aliran (flowrate). Bila obstruksi terjadi disuparstrnal notch, maka akan terjadi
pengurangan dari kecepatan aliran inspirasi (inspiratory flow rate), sedangkan bila terjadi di
bawah suparsternal nocht, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran ekspirasi
(expiratory flow rate).
Pada pase permulaan obstruksi dapat menimbulkan peningkatan PaCo2 .kecepat pernapasan yang
30 kali/menit masih dapt mengkompensasi sehingga tidak terjadi hipoksemia akan tetapi pada
penyumbatan yang sifatnya proksimal maka total perburukan gas dan pH terjadi secara cepat.
TINDAKAN KEPERAWATAN
Beberapa metode tujuanya adalah mengeluarkan benda benda asing sehingga jalan nafas tidak
terhalang oleh benda asing:
1. Pengambilan
Buka mulut pasien bersihakan benda asing yang ada didalam mulut pasien dengan mengorek dan
menyapukan dua jari penolong yang telah dibukus dengan secarik kain, bebaskan jalan nafas dari
sumbatan benda asing
2. Dihisap
Posisikan kpasien terlentang/miring, kepala lebih rendah dari rungkai.
Buka mulut korban lebar-lebar.
Hisap dengan bahan yang dapt meresap cairan.
Hisap pakai mulut dengan bantuan pipa penghisap atau hisap dengan pipa karet menggunakan
semprot penghisap atau hisap dengan pipa karet menggunakan pipa penghisap mekanik/listrik
3. Abdomen Thrust
Indikasi
Untuk menghilangkan obstruksi pada jalan nafas atas yang di tangai oleh beberapa atau semua
dari tanda dan gejala beriktu ini:
1) Pada klien sadar, batuk volunteer menghasilan aliran udara yang besar dan dapat menghilangkan
obstruksi.
2) Chest thrust hendaknya tidak digunakan pada klien yang mengalami cedera dada, seperti flail
chest, cardiac contusion, atau fraktur strnal (simon& Brenner, 1994).
3) Pada klien yang sedang hamil tua atau yang sangat obesutas, disarankan dilakukan chest thrusts.
4) Posisi tangan yang tepat merupakan hal penting untuk menghindari cedera pada organ-organ
yang ada di bawahnya selama dilakukan chest thrust.
Penatalaksanaan
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat, perlu diketahui
dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut.Secara prinsip benda asing di saluran
napas dapat ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dengan trauma
minimum.Umumnya penderita dengan aspirasi benda asing datang ke rumah sakit setelah
melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal
mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih.Penderita dengan benda asing di
laring harus mendapat pertolongan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya
beberapa menit.
Persiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaik-baiknya dengan tenaga
medis/operator, kesiapan alat yang lengkap. Besar dan bentuk benda asing harus diketahui dan
mengusahakan duplikat benda asing serta cunam yang sesuai benda asing yang akan dikeluarkan.
Benda asing yang tajam harus dilindungi dengan memasukkan benda tersebut ke dalam lumen
bronkoskop.Bila benda asing tidak dapat masuk ke lumen alat maka benda asing kita tarik secara
bersamaan dengan bronkoskop.
Di Instalasi Gawat Darurat, terapi suportif awal termasuk pemberian oksigen, monitor
jantung dan pulse oxymetri dan pemasangan IV dapat dilakukan. Bronkoskopi merupakan terapi
pilihan untuk kasus aspirasi.Pemberian steroid dan antibiotik preoperatif dapat mengurangi
komplikasi seperti edema saluran napas dan infeksi.Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik
spektrum luas yang cukup mencakup Streptokokus hemolitik dan Staphylococcus aureus dapat
dipertimbangkan sebelum tindakan bronkoskopi.
Riwayat, pemeriksaan fisik dan radiologi sering menunjukkan dugaan benda asing
saluran napas tanpa diagnosis pasti.Pada keadaan ini harus dibuktikan adanya benda asing secara
endoskopi untuk menyingkirkan dari diagnosis diferensial. Keterlambatan mengeluarkan benda
asing akan menambah tingkat kesulitan terutama pada anak, tetapi ahli endoskopi menyatakan
walaupun bronkoskopi harus dilakukan pada waktu yang tepat dan cepat untuk mengurangi
risiko komplikasi terapi tidak harus dilakukan terburu-buru tanpa persiapan yang baik dan hati-
hati. Penatalaksanaan dan teknik ekstraksi benda asing harus dinilai kasus per kasus sebelum
tindakan ekstraksi.
Bronkoskopi
Prinsip penanganan benda asing di saluran napas adalah mengeluarkan benda asing
tersebut dengan segera dalam kondisi paling maksimal dan trauma paling minimal. Penentuan
cara pengambilan benda asing dipengaruhi oleh faktor misalnya umur penderita, keadaan umum,
lokasi dan jenis benda asing, tajam atau tidaknya benda asing dan lamanya benda asing berada di
saluran napas. Sebenarnya tidak ada kontraindikasi absolut untuk tindakan bronkoskopi, selama
hal itu merupakan tindakan untuk menyelamatkan nyawa (life saving). Pada keadaan tertentu
dimana telah terjadi komplikasi radang saluran napas akut, tindakan dapat ditunda sementara
dilakukan pengobatan medikamentosa untuk mengatasi infeksi.Pada aspirasi benda asing organik
yang dalam waktu singkat dapat menyebabkan sumbatan total, maka harus segera dilakukan
bronkoskopi, bahkan jika perlu tanpa anestesi umum.
Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi kaku maupun bronkoskopi serat
optik.Pada bayi dan anak-anak sebaiknya digunakan bronkoskopi kaku untuk mempertahankan
jalan napas dan pemberian oksigen yang adekuat, karena diameter jalan napas pada bayi dan
anak-anak sempit.Pada orang dewasa dapat dipergunakan bronkoskop kaku atau serat optik,
tergantung kasus yang dihadapi.Ukuran alat yang dipakai juga menentukan keberhasilan
tindakan.Keterampilan operator dalam bidang endoskopi juga berperan dalam penentuan
pelaksanaan tindakan bronkoskopi.
Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih besar variasi cunam
lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi benda asing tajam dan kemampuan
untuk dilakukan ventilasi yang adekuat. Selain keuntungan di atas, penggunaan bronkoskop kaku
juga mempunyai kendala yaitu tidak bisa untuk mengambil benda asing di distal, dapat
menyebabkan patahnya gigi geligi, edema subglotik, trauma mukosa, perforasi bronkus dan
perdarahan.Pada pemakaian teleskop maupun cunam penting diperhatikan bahwa ruang untuk
pernapasan menjadi sangat berkurang, sehingga lama penggunaan alat-alat ini harus dibatasi
sesingkat mungkin.Bronkoskop serat optik dapat digunakan untuk orang dewasa dengan benda
asing kecil yang terletak di distal, penderita dengan ventilasi mekanik, trauma kepala, trauma
servikal dan rahang.
Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan kegagalan
bronkoskopi antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu melakukan bronkoskopi, alat,
cara mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga medis dan para medis, dan jenis anestesia.
Sering bronkoskopi pada bayi dan anak kecil terdapat beberapa kesulitan yang jarang dijumpai
pada orang dewasa, karena lapisan submukosa yang longgar di daerah subglotik menyebabkan
lebih mudah terjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak capet menurun, dan cepat terjadi
dehidrasi dan renjatan. Demam menyebabkan perubahan metabolisme, termasuk pemakaian
oksigen dan metabolisme jaringan, vasokontriksi umum dan perfusi jaringan terganggu. Adanya
benda asing di saluran napas akan mengganggu proses respirasi, sehingga benda asing tersebut
harus segera dikeluarkan.
Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema laring dan
bronkospasme pascatindakan bronkoskopi. Pada penderita dengan keadaaan sakit berat, maka
sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat diperbaiki terlebih dahulu, misalnya: rehidrasi,
memperbaiki gangguan keseimbangan asam basa, dan pemberian antibiotika. Keterlambatan
diagnosis dapat terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan kewaspadaan penderita maupun orang
tua mengenai riwayat tersedak sehingga menimbulkan keterlambatan penanganan.
Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding dengan lama
kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama berada di dalam saluran
napas atau benda asing organik, maka mukosa yang menjadi edema dapat menutupi benda asing
dan lumen bronkus, selain itu bila telah terjadi pembentukkan jaringan granulasi dan striktur
maka benda asing menjadi susah terlihat.
Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total ialah
dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada anak maupun
dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah pada saat
inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang
tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar.
Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau hati dan
fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan
menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan. Pada sumbatan
benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat digunakan. Dalam hal ini penderita
dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan
bronkoskop.
4. Kondisi Pernafasan.
Dapat menjawab, lengkap tidak terputus-putus , tidak tersendat-sendat , tidak menggeh-menggeh
-> Fungsi pernafasan baik.
Bila menjawab terputus-putus , tersendat-sendat , menggeh-menggeh -> Fungsi pernafasan
terganggu.
Bila tidak menjawab, tidak ada suara, tidak ada gerak nafas, tidak ada hawa nafas -> Pernafasan
berhenti
Jika pengobatan mencakup pembedahan, penting artinya jika perawat mengetahui sifat dari
pembedahan sehingga dapat merencanakan asuhan yang sesuai. Jika pasien diperkirakan akan
tidak mempunyai suara lagi, evaluasi paska operatif oleh terapi wicara diperlukan. Kemampuan
pasien untuk mendengar, melihat, membaca, dan menulis dikaji.kerusakan visual dan buta huruf
fungsional dapat menimbulkan masalah tambahan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
c. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan peningkatan
produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan, ketidakmampuan batuk,
adanya benda asing (ETT, Corpus alienum).
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi
e. Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret, benda padat, atau cairan ke
dalam saluran nafas.
f. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi
Tujuan: pola nafas adekuat
Intervensi:
Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa
Awasi tanda vital dan irama jantung
Kolaborasi: .berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi klien
Sianosis mungkin perifer atau sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia
Penurunan getaran vibrasi diduga adanya penggumpalan cairan/udara
Takikardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia
sistemik.
e. Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret, benda padat, atau cairan ke
dalam saluran nafas.
Tujuan : mengeluarkan sekreet, benda padat, atau cairan dari saluran nafas
Intervensi:
Kaji kepatenan jalan napas
Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan bernapas dan auskultasi bunyi paru
Lakukan tindakan Manuver Heimlich
Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa
Awasi tanda vital dan irama jantung
f. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.
Tujuan: menurunkan kecemasan pada orang tua dan anak.
Intervensi untuk orang tua:
Berikan ketenangan pada orang tua
Memberikan rasa nyaman.
Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian dan informasi.
Mendorong keluarga untuk terlibat dalam perawatan anaknya.
Konsultasi dengan tim medis untuk mengetahui kondisi anaknya.
Intervensi untuk anak :
Bina hubungan saling percaya.
Mengurangi perpisahan dengan orang tuanya.
Mendorong untuk mengekspresikan perasaannya.
Melibatkan anak dalam bermain.
Siapkan anak untuk menghadapi pengalaman baru, misal: pprosedur tindakan.
Memberikan rasa nyaman
Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian informasi.