Anda di halaman 1dari 16

Pendekatan Emergensi Obstruksi Saluran Napas Atas Jackson Criteria Stadium I ec

Benda Asing Laring


Dicky Kurniawan
102015090 / C3
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi: Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Email: dicky.2015fk090@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Obstruksi saluran napas atas merupakan suatu kasus emergensi yang membutuhkan perhatian
khusus. Obstruksi dapat terjadi oleh berbagai sebab, seperti adanya benda asing, tumor,
edema saluran napas dan sebagainya. Sumbatan jalan napas karena benda asing merupakan
salah satu kasus yang sering terjadi. Sumbatan dapat terjadi pada laring, trakea, ataupun
bronkus tergantung bentuk dan ukuran benda asing. Benda asing laring dapat menimbulkan
gejala seperti sesak napas, batuk hebat, dan dapat terjadi sianosis dengan cepat karena
sumbatan total. Sumbatan tidak total pada laring menyebabkan disfonia dan batuk kontinu.
Stadium sumbatan jalan napas dibagi berdasarkan kriteria jackson, yaitu dengan adanya
retraksi pada berbagai lokasi pada thorax. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
adalah foto rontgen thorax dan leher AP/lateral untuk menilai lokasi benda asing. Tatalaksana
pertama bertujuan untuk membuka jalan napas. Hal ini dapat dilakukan dengan Heimlich
maneuver untuk sumbatan total laring. Apabila gagal, maka trakeostomi atau cricothyrotomi
dapat dilakukan. Tatalaksana lanjutan untuk mengeluarkan benda asing adalah dengan
bronkoskopi atau trakeotomi.
Kata kunci: obstruksi saluran napas, benda asing, kriteria Jackson, maneuver Heimlich

Abstract
Upper airway obstruction is an emergency cases that need special attention. Obstruction can
occur by a variety of reasons, such as the presence of foreign bodies, tumors, airway edema
and so on. Airway obstruction due to foreign bodies is one case often happens. Blockages
can occur in the larynx, trachea, bronchi or depending on the shape and size of foreign
objects. Laryngeal foreign bodies can cause symptoms such as shortness of breath, cough,
and cyanosis can occur quickly because of the total blockage. The subtotal obstruction in the
larynx causing cough and disphonia. Stadium of upper airway obstruction is divided based
on the Jackson criteria, by the presence of retraction at various locations on the thorax.
Further investigation that can be done is thorax and neck x-ray AP/lateral to assess the
location of foreign bodies. Management of this case aims to open the airway. This can be
done with the Heimlich maneuver for total blockage of the larynx. If it fails, tracheostomy or
cricothyrotomy can be made. Advanced management is to remove the foreign bodies with
bronchoscopy or tracheotomy.
Keyword: upper airway obstruction, foreign bodies, Jackson criteria, Heimlich maneuver

1
Pendahuluan

Kehidupan manusia adalah kehidupan yang kompleks dimana banyak faktor yang
dapat mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan
manusia adalah faktor dari tubuh manusia itu sendiri. seperti yang telah kita ketahui, tubuh
manusia tersusun dari bermilyar-milyar sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-
beda.1-3 Semua sel-sel itu akan menyusun suatu bentuk yang lebih kompleks yang dinamakan
sebagai sebuah jaringan.4 Semua jaringan itu akan membentuk suatu organ, yang pada
akhirnya semua organ itu akan saling berkolaborasi dalam suatu sistem yang sangat teliti dan
terampil dalam menjalankan proses kehidupan.4,5

Homeostasis adalah suatu istilah yang merupakan keadaan stasis dan seimbang
dimana keadaan inilah yang dapat dianggap sebagai patokan dalam menentukan apakah
seseorang dapat dikatakan sehat dan tidak. Keadaan seimbang ini dicapai dengan cara
mengkolaborasikan berbagai jenis sistem organ yang kompleks dalam tubuh manusia yang
menunjang kehidupan manusia yang bersangkutan.1-3

Berbagai macam gangguan yang dapat menyebabkan tidak tercapainya keseimbangan


dalam tubuh manusia, salah satunya adalah pada sistem pernapasan. Sistem pernapasan
merupakan salah satu sistem yang vital pada manusia. Oleh karena itu, berbagai gangguan
yang cukup besar pada sistem pernapasan dapat membahayakan. Salah satu gangguan pada
sistem pernapasan adalah sumbatan benda asing pada saluran pernapasan. Sesuai dengan
skenario bahwa seorang anak kecil berusia tiga tahun dengan keluhan sesak napas dan
riwayat menelan peluit. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi medis secepatnya agar
sistem pernapasan yang terganggu tersebut tidak mengganggu sistem organ lainnya.

Anamnesis

Mengumpulkan data-data dalam anamnesis biasanya ialah hal yang pertama dan sering
merupakan hal yang terpenting dari interaksi dokter dengan pasien. Dokter mengumpulkan
banyak data yang menjadi dasar dari diagnosis, dokter belajar tentang pasien sebagai manusia
dan bagaimana mereka telah mengalami gejala-gejala dan penyakit, serta mulai membina
suatu hubungan saling percaya. Anamnesis dapat diperoleh sendiri (auto-anamnesis) dan atau
pengantarnya disebut allo-anamnesis.

2
Ada beberapa cara untuk mencapai sasaran ini. Cobalah untuk memberikan lingkungan
yang bersifat pribadi, tenang, dan bebas dari gangguan. Dokter berada pada tempat yang
dapat diterima oleh pasien, dan pastikan bahwa pasien dalam keadaan nyaman.

Dengan anamnesis yang baik dokter dapat memperkirakan penyakit yang diderita pasien.
Anamnesis yang baik harus lengkap, rinci, dan akurat sehingga dokter bukan saja dapat
mengenali organ atau sistem apa yang terserang penyakit, tetapi kelainan yang terjadi dan
penyebabnya.

Anamnesis dilakukan dan dicatat secara sistematis. Ia harus mencakup semua hal yang
diperkirakan dapat membantu untuk menegakkan diagnosis. Ada beberapa point penting yang
perlu ditanyakan pada saat anamnesis, antara lain:

1. Identitas Pasien : Nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, alamat, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa dan agama.
2. Keluhan Utama: Pasien 3 tahun dengan keluhan sesak napas sejak setengah jam yang lalu
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak napas disertai suara yang serak
4. Riwayat Penyakit Keluarga
5. Riwayat Sosial dan Pribadi
- Alergi, pola makan.
6. Riwayat Penggunaan Obat-Obatan
- Apakah pernah menggunakan obat-obatan sebelumnya?

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk pasien ini adalah pemeriksaan tanda-tanda
vital disertai pemeriksaan telinga hidung dan tenggorok. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital,
didapatkan hasil tingkat kesadaran compos mentis dengan keadaan umum baik, dan pasien
tampak tenang. Laju pernapasan 40x/menit, nadi 100x/menit, serta pada pemeriksaan thorax
didapatkan adanya retraksi suprasternal, tanpa adanya retraksi epigastrial dan interkostal
disertai adanya stridor inspirasi. Tidak didapatkan adanya sianosis. Pemeriksaan THT dalam
batas normal.

3
Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan adalah pemeriksaan


laringoskopi atau bronkoskopi untuk memastikan apakah terjadi aspirasi benda asing ke
dalam saluran pernapasan serta lokasi spesifik benda asing dan apabila perlu dilakukan foto
rontgen cervical dan thorax AP/lateral untuk melihat benda asing tersebut. Pemeriksaan asam
basa darah mungkin diperlukan untuk melihat apakah terdapat gangguan asam basa tubuh
karena adanya sesak napas.

Diagnosis Banding

Kelainan Gejala Klinis Investigasi Banding

Benda asing trakea Asthmatoid wheezing, Pemeriksaan rontgen atau


palpatory thud, audible snap bronkoskopi didapatkan
adanya benda asing di
dalam trakea
Benda asing bronkus Tidak terdapat keluhan khas, Pemeriksaan rontgen atau
terkadang asimptomatik. bronkoskopi didapatkan
Apabila berkelanjutan dapat adanya benda asing di
menyebabkan keluhan dalam bronkus
seperti sesak napas

Anatomi Laring, Trakea dan Bronkus


Laring merupakan kelompok tulang rawan yang tersusun sedemikian rupa dan
merupakan muara masuknya ke dalam saluran napas bawah. Laring tersusun dari 9 tulang
rawan, yaitu cartilago epiglottis, kartilago thyroidea, kartilago cricoidea, dua kartilago
arytenoid, dua kartilago cuneiforme, dan dua kartilago corniculatum. Keseluruhan laring ini
terletak sebelum trakea yaitu setinggi C3-C6 vertebra. Fungsi laring adalah sebagai pintu
masuk saluran napas bawah, yaitu untuk mengalirkan udara ke dalam paru-paru dan untuk
fonasi. Struktur yang sangat penting di laring adalah plica vestibularis dan plica vocalis. Plica
vokalis adalah struktur yang berfungsi utama dalam pembentukan suara atau fonasi. Sistem
perdarahan laring yaitu berasal dari A.laryngea superior dan A. laryngea inferior. A.laryngea
superior berasal dari A. thyroidea superior dan A. laryngea inferior berasal dari truncus
thyrocervicalis, salah satu cabang dari A. subclavia. Sistem persarafan laring berasal dari N.
laryngeus superior yang merupakan cabang dari N.vagus dan N. laryngeus reccurens.

4
Gambar 1. Anatomi Laring
Trakea, atau yang biasa disebut sebagai saluran udara, adalah suatu saluran yang
menghubungkan laring dan paru-paru, dimana trakea ini akan berfungsi dalam penyaluran
udara yang berasal dari luar tubuh ke dalam paru-paru. 6 Trakea tersusun dari 16-20 cincin
trakea (cartilagines tracheales) yang akan membentang dari dari laring, tepatnya di sebelah
inferior dari cartilago cricoidea menuju ke arah paru-paru dan diselingi oleh jaringan iat
yang disebut Lig. anularia.12-14(lihat Gambar 1) Cincin trakea berbentuk huruf C yang terbuka
ke arah belakang, dan bagian yang kosong ini akan diisi oleh jaringan ikat dan otot polos,
yaitu M. trachealis, salah satu otot polos yang berfungsi untuk mengatur besar kecilnya otot
trakea.7 Trakea akan membentang dari ketinggian C6 sampai ke Th5. 7-10 Trakea akan
bercabang menjadi dua, yaitu pada bagian bifurcatio tracheae setinggi Th6, menjadi bronkus
principalis dekster dan sinister, di sebelah inferior dari angulus sterni.8,13

Gambar 2. Trakea Pandangan Anterior7

5
Gambar 3. Trakea Pandangan Posterior7

Trakea akan berbatasan dengan beberapa bagian organ tubuh yang berada di dalam
rongga thorax. Di sebelah anterior, bagian cervical trakea akan tertutup oleh kulit, fascia
cervicalis superficialis dan fascia pretrachealis, kemudian disilang oleh arcus venosus juguli
dan ditutup oleh M. Sternothyroideus dan M. Thyrohyoideus yang saling bertumpang
tindih.7,8,10 Di sebelah posterior terdapat oesophagus yang memisahkan trakea dengan
columna vertebralis.7,8 Di sebelah lateralnya, terdapat glandula thyroidea yang turun sampai
ke cincin trakea 2 atau 3, A. carotis communis dan A. thyroidea inferior.10 (Lihat Gambar 3)

Gambar 4. Trakea dan Perbatasannya12

Secara mikroskopis, trakea memiliki beberapa lapisan, yaitu lapisan mukosa,


submucosa, kartilago hialin, dan lapisan adventisia. Cincin pada trakea yang berbentuk C
adalah suatu kartilago hialin yang dikelilingi oleh suatu jaringan perikondrium yang bersatu
dengan lapisan submucosa di satu permukaan, dan lapisan adventisia di lapisan lainnya. M.

6
trachealis yang berada di bagian posterior berada di dalam suatu membran mukosa yang akan
melindungi kartilago hialin atau kartilagines tracheales di bagian posterior.11(lihat Gambar 4)

Di bagian lumen trakea, terdapat sel torak bersilia dengan sel goblet yang berfungsi
untuk menghasilkan secret dan mencegah trakea dalam keadaan kering. Kemudian di dalam
lapisan submucosa, terdapat glandula trachea seromukosa yang juga akan berfungsi dalam
memberikan sekret, dimana sekret ini akan mengalir ke dinding lumen trakea melalui ductus
ekskretorius.11,12(lihat Gambar 4)

Gambar 5. Trakea Potongan Melintang11

Di bagian luar trakea, terdapat pembuluh darah yang memasuki trakea. Pembuluh
darah ini adalah A. thyroidea Inferior dimana arteri ini akan mendarahi bagian superior dari
trakea, sedangkan cabang thoracalnya, akan diperdarahi oleh A. bronchialis yang akan
beranostomosis dengan A. thyroidea Inferior di bagian superior.7

Bronkus, adalah saluran utama udara yang merupakan kelanjutan dari trakea. Bronkus
tersusun dari tulang rawan hialin seperti pada trakea, namun bentuknya berbeda. Pada bagian
trakea, bentuk tulang rawannya adalah bentuk huruf C, sedangkan pada bagian bronkus,
tulang rawan hialinnya berbentuk spiral terputus-putus. Bronkus merupakan hasil
percabangan trakea di bagian bifurcatio tracheale setinggi Th6, kemudian menjadi bronkus
principalis dekster dan bronkus principalis sinister.7-10 Bronkus pada akhirnya akan
mengalami percabangan setelah masuk ke dalam paru-paru, sebagai bronkus sekunder, tersier
atau segmentorum dimana setiap bronkus ini akan memberikan udara pada tiap-tiap segmen
paru yang hanya dimasuki oleh bronkus tertentu saja.10

Bronkus principalis dekster lebih lebar, pendek, dan lebih vertical dan curam
dibandingkan dengan bronkus principalis sinister. Bronkus principalis dekster akan
memasuki paru setinggi kira-kira Th5. Bronkus principalis dekster dibagi menjadi tiga

7
bronkus sekunder. Ketiga bronkus sekunder ini akan mengalirkan udara ke masing-masing
lobus pada paru kanan, dimana kita mengetahui terdapat tiga lobus pada paru kanan. 7-9 Vena
azygos akan melewati di bagian posteriornya, dan arteri pulmonalis kanan akan berjalan di
bagian superiornya kemudian ke bagian anteriornya. Pada bagian ini juga terdapat bronkus
eparterialis atau bronkus lobaris superior kanan, dimana hal ini akan menyebabkan paru
kanan pada bagian hilus pulmonis akan memiliki dua lubang, tempat masuknya bronkus
utama kanan dan bronkus eparterialis.7,10(Gambar 5)

Bronkus principalis sinister lebih kecil dalam ukuran dan diameternya, namun lebih
panjang dari bronkus principalis dekster., sekitar 5 cm lebih panjang. Hal ini dikarenakan
terdapat arcus aortae yang melewati bagian superior dari bronkus principalis sinister
sehingga seakan-akan, seiring dengan waktu, bronkus kiri akan menyesuaikan. 8 Bronkus
principalis sinister akan melewati bagian depan esophagus, duktus thoracicus dan aorta
descendens. Bronkus principalis sinister tidak memiliki cabang eparterialis. Bronkus
principalis sinister akan dibagi menjadi dua bronkus sekunder yang masing masing akan
memasuki lobusnya masing-masing yaitu lobus superior dan inferior.7-12 (Gambar 5)

Gambar 6. Bronkus Principalis Dekster dan Sinister9

8
Secara mikroskopis, bronkus intrapulmonal memiliki struktur yag mirip dengan
trakea, namun terdapat beberapa perbedaan. Pada bagian lumen bronkus intrapulmonal,
terdapat epitel bertingkat torak bersilia dengan lamina propia di bawahnya dan mengandung
beberapa limfosit. Lapisan tipis otot bronkus, yang merupakan otot polos berada di bawah
lamina propia, memisahkannya dengan lapisan submucosa. Lapisan submucosa, juga
memiliki glandula bronkial seromukosa, yang mirip dengan pada trakea. Glandula ini akan
mengeluarkan sekretnya ke bagian bronkus melalui ductus sekretorius ke bagian lumen
bronkus. Oleh karena itulah, dinding lumen bronkus selalu basah oleh sekret yang berasal
dari glandula ini. Terdapat pula sel mast pada bronkus. Pada bagian bronkus ini juga terdapat
tulang rawan hialin yang meliputi bronkus. Tulang rawan ini semakin mengecil seiring
dengan pengecilan ukuran dan percabangan bronkus. Pada bagian bronkus juga terdapat
pembuluh darah yang dapat dilihat di sekitar bronkus.11,13

Benda Asing Saluran Pernapasan

Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh
yang dalam keadaan normalnya tidak ada. Benda asing yang berasal dari luar tubuh, disebut
juga sebagai benda asing eksogen, dan masuk ke dalam saluran pernapasan melalui rongga
mulut atau hidung. Sebaliknya, benda asing yang berasal dari dalam tubuh tapi dalam
keadaan normalnya tidak terdapat disana disebut juga sebagai benda asing endogen.13

Benda asing eksogen dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu bentuk padat, cair, dan gas.
Benda asing eksogen padat terbagi menjadi dua, yaitu zat organik dan anorganik. Contoh
benda asing organik adalah kacang-kacangan, tulang, dan sebagainya yang akan memicu
respon inflamasi lebih hebat dibandingkan benda anorganik. Contoh benda padat anorganik
adalah paku, jarum, peniti, batu, dan sebagainya.13

Benda asing eksogen dibagi menjadi dua, yaitu benda cair yang bersifat iritatif seberti
bahan kimia, dan yang bersifat non iritatif yaitu cairan dengan pH 7,4. 13

Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah, bekuan darah, nanah, krusta,
perkijuan, membran difteri, dan sebagainya. 13

Etiologi dan Faktor Predisposisi

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran napas
adalah faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial tempat tinggal),

9
kegagalan mekanisme proteksi normal (keadaan tidur, kesadaran menurun, alkoholisme, dan
epilepsi), faktor fisik (penyakit neurologik), proses menelan yang belum sempurna pada anak,
faktor dental, medikal dan surgikal (tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum tumbuhnya gigi
molar pada anak yang berumur < 4 tahun), faktor kejiwaan (emosi, gangguan psikis), ukuran
dan bentuk serta sifat benda asing, fator kecerobohan, makan sambil bermain pada anak,
ataupun memberikan kacang atau permen kepada anak yang gigi molarnya belum lengkap.
13,14

Patogenesis

Sumbatan karena benda asing akan menimbulkan berbagai gejala dan dapat
menimbulkan berbagai komplikasi. Benda asing yang tersangkut di saluran napas atas, mulai
dari hipofaring dan orofaring akan menimbulkan gejala seperti refleks muntah dan batuk
dengan tujuan untuk mengeluarkan benda asing tersebut. 75% kasus aspirasi benda asing di
daerah saluran napas bawah terjadi pada anak, dengan riwayat yang khas. Pada saat makanan
atau benda ada di dalam mulut, ketika anak menjerit atau tertawa, maka proses inspirasi
terjadi dan benda tersebut masuk ke dalam saluran napas.13-15

Reaksi yang terjadi pada jaringan sekitar benda asing yang teraspirasi tergantung dari
jenis benda asing tersebut. benda asing organik bersifat higroskopis sehingga akan menyerap
air. Hasilnya adalah benda asing akan mengembang dan menimbulkan iritasi pada mukosa
saluran napas. Mukosa akan meradang dan terjadi penyempitan saluran napas yang lebih
hebat. Hal ini terutama terjadi pada sumbatan bronkus. Pada sumbatan laring, biasanya pasien
akan langsung mengalami refleks batuk dan spasme dari plica untuk mencegah masuknya
benda asing lebih jauh ke dalam sistem pernapasan. Apabila benda asing berhasil keluar
maka batuk akan hilang, sedangkan apabila benda asing malah bergerak masuk lebih jauh,
maka manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda.13

Reaksi benda asing yang bersifat anorganik akan menimbulkan efek jaringan yang
lebih ringan daripada benda asing organik. Akan tetapi, benda asing anorganik yang
berukuran kecil dapat masuk sampai ke bronkiolus dan menyebabkan berbagai gejala seperti
batuk spasmodik dan kontinu.

Gejala dan Tanda

Gejala sumbatan benda asing tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan,
sifat, bentuk, dan ukuran benda asing. 13

10
Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing akan mengalami tiga stadium.
Stadium pertama adalah gejala permulaan, yaitu batuk yang hebat secara tiba-tiba, rasa
tercekik, rasa tersumbat di tenggorok, bicara gagap, dan obstruksi saluran napas yang terjadi
dengan segera. Stadium kedua adalah interval asimptomatik. Hal ini terjadi karena benda
asing tersangkut di saluran pernapasan, refleks melemah dan gejala rangsangan akut akan
menghilang. Stadium ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan keterlambatan
diagnosis dan cenderung mengabaikan kemungkinan aspirasi benda asing karena benda asing
tidak jelas. Pada stadium ketiga terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi dan infeksi
sebagai akibat dari benda asing, sehingga timbul batuk, pneumonia, hemoptisis, dan abses
paru. 13,15,16

Benda asing di laring dapat menutup laring, tersumbat di antara pita suara atau berada
di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk, dan posisi benda asing.
Sumbatan total pada laring biasanya berakibat fatal, karena menyebabkan laringospasme
yang menyebabkan asfiksia. Sumbatan tidak total pada laring akan menyebabkan gangguan
yang khas, yaitu suara parau atau serak. Tanda ini khas apabila benda masih tersangkut di
laring, ataupun sudah turun ke trakea dan meninggalkan reaksi sisa pada laring seperti edema
laring. Ketika benda asing mencoba melewati pita suara, maka spasme pita suara akan terjadi
dan batuk kuat akan terjadi sehingga benda asing akan keluar. Apabila batuk tidak adekuat
atau terjadi penyempitan pada interarytenoid notch, maka benda asing bisa saja tersangkut di
vestibulum laring.14 Gejala lain yang dapat dilihat adalah pasien tampak gelisah, nadi cepat,
dan terjadi sianosis karena obstruksi.13

Benda asing di trakea menyebabkan tiga tanda khas, yaitu audible slap, palpatory
thud, dan asthmatoid wheezing. Beberapa gejala tambahan yaitu rasa tercekik, rasa tersumbat
di tenggorok. Benda asing yang jatuh ke dalam trakea akan turun sampai ke karina, dan akan
menimbulkan refleks batuk dan benda asing akan terlempar ke laring. Apabila didengarkan
menggunakan stetoskop, maka di daerah thyroid akan terdengar seperti slap (audible slap)
dan menimbulkan getaran di daerah tiroid yang disebut palpatory thud. Kedua gejala ini akan
jelas terlihat apabila pasien tidur terlentang dan mengalami batuk sedangkan gejala mengi
yang timbul saat membuka mulut dan tidak berhubungan dengan asma bronkial.13

Benda asing di bronkus akan lebih banyak menyumbat bronkus kanan dibandingkan
kiri. Hal ini terjadi karena struktur anatomis bronkus kanan yang lebih curam dan lebih
pendek dibandingkan dengan bronkus kiri. Bronkus kiri lebih landai karena ditekan oleh

11
arcus aorta. Manifestasi klinis biasanya asimptomatik sampai bergejala apabila sudah masuk
ke dalam fase pulmonum. Fase pulmonum ditandai dengan adanya sesak napas karena terjadi
atelektasis sebagian paru yang tersbumbat, sampai terjadi komplikasi seperti pneumonia,
abses paru, dan sebagainya. Apabila telah terjadi inflamasi pada jaringan sekitar, maka akan
timbul demam yang bersifat ireguler.13,15,17

Stadium Obstruksi Jalan Napas Atas

Stadium obstruksi jalan napas dibagi tingkat keparahannya berdasarkan kriteria


Jackson, yang terbagi ke dalam 4 stadium, yaitu sebagai berikut. Stadium 1, yaitu sumbatan
di jalur napas yang menyebabkan pasien menjadi sesak, stridor inspirasi ringan yang disertai
dengan retraksi suprasternal. Stadium 2 ditandai dengan adanya gejala pada stadium 1
ditambah dengan adanya retraksi epigastrial. Stadium 3 ditandai dengan adanya gejala pada
stadium 2 ditambah dengan adanya retraksi infraklavikula dan sela iga. Pasien menjadi sangat
gelisah dan dyspnea. Stadium 4 adalah stadium terparah dengan gejala seperti stadium 3
ditambah dengan adanya sianosis, serta terjadi distress pernapasan dan depresi pernapasan
karena hiperkapnia. Hal ini dapat memicu hambatan oksigenasi darah dan kelainan pada
asam basa darah yang bisa menyebabkan kematian.

Pemeriksaan Pennnjang

Pemeriksaan penunjang yang cocok untuk kasus ini adalah pemeriksaan radiologik
ataupun pemeriksaan laringoskop direk atau indirek. Pemeriksaan yang pertama kali
dilakukan adalah laringoskop indirek untuk melihat dan memastikan adanya benda asing di
bagian laring. Apabila terlihat benda asing, maka akan diangkat atau diekstraksi. Pemeriksaan
radiologik disarankan pada benda asing yang bersifat radioopak. Benda-benda organik yang
bersifat radiolusen dapat dibuat foto rontgen setelah 24 jam untuk melihat komplikasi
lanjutan, yaitu atelektasis dan thorax yang emfisematous. Terkadang, pemeriksaan radiologi
tetap dilakukan dengan harapan benda asing yang radiolusen masih memberikan gradasi opak
yang berbeda dengan udara, sehingga dapat terdiagnosis secara dini.13

Pemeriksaan lanjutan yang mungkin dapat dilakukan adalah pemeriksaan analisis gas
darah untuk melihat kelainan asam basa yang mungkin terjadi pada kasus aspirasi benda
asing di laring. Aspirasi benda asing laring yang menyumbat subtotal sampai total dapat
menyebabkan terjadinya asidosis respiratorik yang memicu sistem tubuh mengkompensasi
kelainan tersebut.18

12
Penatalaksanaan

Segera setelah dipastikan bahwa pasien mengalami aspirasi benda asing dan lokasi
spesifik, maka dilakukan tatalaksana. Pada kasus emergensi dimana sumbatan terjadi secara
total pada laring, maka tatalaksana pertama adalah membebaskan jalan napas tersebut. Hal ini
dapat dilakukan secara non-invasif dan invasif. Tatalaksana secara non-invasif yang dapat
dilakukan adalah maneuver Heimlich. Maneuver ini pada dasarnya adalah melakukan
penekanan pada paru-paru. Maneuver Heimlich dilakukan dengan cara penolong berdiri di
belakang pasien, kepalan tangan kanan diletakkan pada proccesus xyphoideus pasien, dan
tangan kiri diletakkan diatasnya. Kemudian dilakukan penekanan kebelakang dan ke atas ke
arah paru berulang kali setelah pasien menarik napas. Hal ini dilakukan dengan harapan
benda asing dapat terlempar keluar dari mulut pasien. Apabila pasien sudah terbaring, maka
penolong berlutut di kedua sisi pasien, kepalan tangan di bawah proccesus xyphoideus pasien.
Dan menekan ke belakang dan ke atas ke arah paru pasien beberapa kali, sehingga benda
asing akan terlempar melalui mulut. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah ruptur gaster
atau hepar dan fraktur costa. Oleh karena itu, pada anak sebaiknya ditolong bukan dengan
kepalan tangan, tetapi dengan dua buah jari kiri dan kanan. Cara lain yang dapat dilakukan
adalah dengan menepuk punggung anak beberapa kali ke arah depan dan atas dengan satu
tangan yang lain menahan leher anak.13,19

Gambar 7. Heimlich Maneuver

Apabila Heimlich maneuver gagal, maka cara lainnya adalah dengan cara invasif.
Apabila pasien sudah menunjukkan tanda perburukan keadaan, seperti adanya sianosis, atau
penurunan kesadaran, maka jalan napas harus segera dibuka. Beberapa hal yang bisa

13
dilakukan adalah melakukan cricothyrotomi atau trakeostomi untuk membebaskan jalan
napas. Hal ini bertujuan untuk mencegah perburukan lebih lanjut pada pasien. Apabila jalan
napas sudah dibebaskan, maka tatalaksana selanjutnya bersifat definitif, yaitu mengambil
benda asing tersebut. Benda asing di laring dapat diambil dengan cara menggunakan
laringoskop direk ataupun indirek. Apabila gagal, cara lain yang dapat dilakukan adalah
menggunakan bronkoskopi ataupun trakeotomi untuk mengambil secara langsung benda
asing tersebut. Tentunya, pengambilan benda asing dengan cara bronkoskopi dan trakeotomi
dilakukan dalam efek sedasi.17,20

Prognosis

Prognosis kasus sumbatan benda asing laring tergantung pada lamanya sumbatan,
cepatnya penanganan awal berupa pembebasan jalan napas, dan stadium menurut kriteria
Jackson. Semakin lama sumbatan, semakin lama tatalaksana awal, dan semakin besar kriteria
Jackson akan memperburuk prognosis pasien.13

14
Daftar Pustaka

1. Ramadhani D, Ong HO, editors. Fisiologi manusia: Dari sel ke sistem. 8th ed.
Diterjemahkan dari: Sherwood L. Introduction to human physiology. 8 th ed. Jakarta:
EGC; 2012. P. 4-6.
2. Albert B, Johnson A, Lewis J, Morgan D, Raff M, Robert K, et al. Molecular biology of
the cell. 6th ed. New York: Garland Science; 2015. P. 1-4, 963-6.
3. Goodman SR. Medical cell biology. 3rd ed. California: Elsevier; 2012. P. 1-6.
4. Clark DP, Pazdernik NJ. Molecular biology. 2nd ed. Oxford: Elsevier; 2013. P. 3-9.
5. Karp G. Cell and molecular biology. Concepts and experiments. Oxford. P. 19.
6. Ross, Michael.  Histology a text and atlas 5th ed. London: Wojciech Pawlina; 2010. p.
617
7. Paulsen F, Washcke J. Sobotta, General Anatomy and Musculoskeletal System. 23 rd ed.
Munchen: EGC; 2010.
8. Standring S. Gray’s Anatomy; The anatomical basis of clinic practice. London: Elsevier;
2016.
9. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 6th ed. Philadelphia: Saunders; 2014.
10. Santoso
11. Eroschenko VP. DiFiore Atlas of Histology with Functional Correlations. 11 th ed.
Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins; 2008. p. 342-51.
12. Brodsky JB, Lemmens HJM. Left double-lumen tubes: clinical experience with 1,170
patients. Journal of Cardiothoracic and Vascular Anesthesia. 2003; 17(3): 289-98.
13. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. 7th ed. Jakarta: Universitas Indonesia; 2017.
14. Bora H, Basu SK, Sinha R. Foreign Bodies in The Larynx. IJO & NHS. August 1999.
15. Heim SW. Foreign bodies in the ear, nose, and throat. Am Fam Physician 2007;76:1185-9
16. Chrcanovic BR, Souza LN. Tracheotomy for a foreign body in the larynx. Oral
Maxillofac Surg. 2009; 13: 55-8.
17. Yip CH, Wong TJ, Somasundaram K. Foreign bodies in the larynx and tracheo-bronchial
tree. Med J. Malaysia; 43(2): 1988
18. Byrd RP. Respiratory Acidosis. Downloaded from:
https://emedicine.medscape.com/article/301574-overview

15
19. Heimlich Maneuver. Harvard Health Publishing. Downloaded from:
https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/emergencies-and-first-aid-heimlich-
maneuver-on-an-adult
20. Gyebre YMC, Zaghre N, Goueta A, Ouattara M, Ouoba K. Foreign Body Larynx in ORL
Department of University Hospital-Yalgado Ouedraogo. International Journal of
Otolaryngology and Head & Neck Surgery. 2016; 5: 129-133

16

Anda mungkin juga menyukai