Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN

A. Masalah Keperawatan
Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi

B. Pengertian
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh
(Tarwoto dan Wartonah, 2006). Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh, mempertahankan, dan aktvitas
berbagai organ atau sel ( Carpenito, Lynda Juall 2012). Kebutuhan oksigenasi
merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.
Seseorang biasanya mengalami masalah oksigenasi disebabkan oleh :
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas adalah suatu keadaan ketika seorang
indivdu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status
pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.
(Carpenito, Lynda Juall 2012).
2. Ketidakefektifan Pola Pernapasan adalah keadaan ketika seorang individu
mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan
dengan perubahan pola pernapasan. (Carpenito, Lynda Juall 2012).
3. Gangguan Pertukaran Gas adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
penurunan jalannya gas (oksigen dan karbondioksida) yang aktual (atau dapat
mengalami potensial) antara alveoli paru paru dan sistem vaskular. (Carpenito,
Lynda Juall 2012).

C. Gejala dan Tanda (Data Mayor dan Minor)


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
a. Data Mayor
1) Batuk tak efektif atau tidak ada batuk
2) Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan nafas
b. Data Minor
1) Bunyi nafas abnormal
2) Frekuensi, irama, kedalaman pernafasan abnormal
2. Ketidakefektifan Pola Nafas
a. Data Mayor
1) Perubahan dalam frekuensi atau pola pernafasan (dari nilai dasar)
2) Perubahan pada nadi (frekuensi, irama, kualitas)
b. Data Minor
1) Ortopnea
2) Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi
3) Pernafasan disritmik
4) Pernafasan sukar atau berhati-hati
3. Gangguan Pertukaran Gas
a. Data Mayor
Dispnea saat masuk
Udara melakukan aktivitas
melalui hidung terdapat infeksi patogen
b. Data Minor
1) Konfusi/agitasi
2) Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (duduk, satu tangan pada
setiap lutut, tubuh condong ke depan)
3) Bernafas dengan bibir dimonyongkan dengan fase ekspirasi yang lama
4) Letargi dan keletihan
5) Peningkatan tahana vaskular pulmonal (peningkatan tahanan arteri
ventrikel kanan/kiri)
6) Penurunan mtilitas lambung, pengosongan lambung lama
7) Penurunan isi oksigen, penurunan saturasi oksigen, peningkatan PCO2,
yang diperlihatkan oleh hasil analisis gas darah Udara di atmosfer
8) Sianosis

D. Pohon Masalah
E. Pemeriksaan Diagnotik
1. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemapuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
2. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kailer alveolar
dan keadekuatan oksigen.
3. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
4. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
5. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing
yang menghambat jalan nafas.
6. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
7. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, missal : kerja jantung dan kontraksi
paru.
8. CT Scan
Untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal.

F. Penatalaksana Medis
a. Pemantauan hemodinamika
b. Pengobatan bronkodilator
c. Melakukan tindakan nebulizer untuk membantu mengencerkan secret
d. Memberikan kanula nasal dan masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
e. Penggunaan ventilator mekanik
f. Fisoterapi dada
G. Pengkajian Keperawatan
a. Konsep Pengkajian Keperawatan
1. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui
hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit dan tiingkat
pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengutahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkajii, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala,
dan Time).
3. Riwayat perkembangan
a. Neonates : 30-60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Alam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah /
penyakit yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor- faktor allergen dll.
6. Riwayat keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen meliputi : ada
atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan ( gangguan hidung dan tenggorokan ),
seperti epistaksis ( kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis
akut, hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker ), obstruksi
nasal ( akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza ), dan keadaan
lain yang menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap pengkajian keluhan
atau gejala, hal hal yang perlu diperhatikan adallah keadaan infeksi kronis dari
hidung, sakit pada daerah sinus, otitis media, keluhan nyeri pada tenggorokan,
kenaikan suhu tubuh hingga sekitar 38,50 C, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga
muntah muntah (pada anak anak), faring berwarna merah dan adanaya edema.
7. Pola batuk dan produksi sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk
termasuk batuk kering, keras dan kuat dengan suara mendesing, berat dan berubah
ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan
pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada tenggorokan pada saat batuk
kronis dan produktif serta saat di mana pasien sedang makan, merokok, atau saat
malam hari. Pengkajian terhadap lingkungan tempat tinggal pasien (apakah
berdebu, penuh asap, dan adanya kecenderungan menyebabkan alergi) perlu
dilakukan. Pengkajian sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna,
kejernihan, dan apakah bercampur darah terhadap sputum yang dikeluarkan oleh
pasien.
8. Sakit dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit,
luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila
posisi pasien berubah, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu inspirasi
dan ekspirasi dengan rasa saki.
9. Pengkajian fisik
1) Inspeksi, pengkajian ini meliputi :
a. Pertama, penentuan tipe jalan nafas, seperti menilai apakah nafas spontan
melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau menggunakan selang endotrakeal
atau trachcostomi, kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan,
ada atau tidaknya secret, pendarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik.
b. Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit
( umumnya wanita bernapas lebih cepat ) yaitu, 20 kali per menit orang
dewasa, kurang dari 30 kali per menit oada anak-anak, pada bayi
pernapasan kurang dari 50 kali per menit.
c. Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal, dan
kombinasi dari keduanya.
d. Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah , masa inspirasi
dan ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi lebih lama dari inspirasi
yaitu 2 : 1 pada orang sesak napas ekpirasi lebih cepat. Dalam keadaan
normal perbandingan frekuensi pernapasan dan frekuensi nadi adalah 1 : 1
sedangkan pada orang yang keracunan berbiturat perbandingannya adalah
1 : 6. Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah regular atau
irregular.
a) Cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi
lambat dan kadang diselingi apnea.
b) Kusmaul yaitu pernapsan yang cepat dan dalam, atau pernapasan
biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitudonya tidak
teratur dan diselingi periode apnea.
e. Kelima, pengkajian terhadap dalam/dangkalnya pernapasan. Pada
pernapasan dangkal dinding toraks hamper kelihatan tidak bergerak ini
biasanya dijumpai pada pasien penderita emfisema.
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri tekan yang
dapat timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor ganas,
pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan pada dada. Melalui palpasi dapat
diteliti gerakan dinding toraks pada saat ekspirasi dan inspirasi terjadi.
Kelainan pada paru, seperti getaran suara atau fremitus vocal, dapat dideteksi
bila terdapat getaran sewaktu pemeriksaan meletakkan tangannya sewaktu
pasien berbicara. Getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa dapat juga
ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus yang bergetar pada waktu inspirasi dan
ekspirasi atau oleh pergeseran antara membrane pleura pada pleuritis.
3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara perkusi paru.
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang
ada di sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu :
a. Suara perkusi normal
a) Resonan (sonor) : dihasilkan pada jaringan paru-paru dan
normalnya bergaung dan bersuara rendah.
b) Dullness : dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
c) Tympany : dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya
bersifat musical.

b. Suara perkusi abnormal


a) Hiperresonor : bergaung lebih rendah dibandingkan dengan
resonan dan timbul pada bagian paru-paru yang abnormal berisi
udara.
b) Flatness : nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat di dengar
pada perkusi daerah paha, di mana seluruh areanya berisi jaringan.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencangkupp
mendengar suara napas normal dan suara tambahan (abnormal). Suara napas
normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke
alveoli dan bersifat bersih.
a. Jenis suara napas normal adalah :
a) Bronchial : sering juga disebut tubular sound karena suara ini
dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya
terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase
ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda di
antara kedua fase tersebut (E > I). Normal terdengar di atas trachea
atau daerah lekuk suprasternal.
b) Bronkovesikular : merupakan gabungan dari suara napas bronkhial
dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas
sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi (E = I). Suara ini
terdengar di daerah dada di mana bronkus tertutup oleh dinding
dada.
c) Vesicular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi.
Inspiras lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti
tiupan (E < I)
b. Jenis suara napas tambahan adalah :
a) Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan
karakter suara nyaring, musical, suara terus-menerus yang
disebabkan aliran udara melalui napas yang menyempit.
b) Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter
suara terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus
menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan
produksi sputum.
c) Pleural fiction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter
suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi
pada daerah pleura. Sering kali pasien mengalami nyeri saat
bernapas dalam.
d) Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Fine crackles : setiap fase lebh sering terdengar saat inspirasi.
Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati
daerah yang lembab di alveoli atau bronkhiolus. Suara seperti
rambut yang digesekkan.
2. Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara
lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan
atau sekresi pada jalan napas yang besar. Mungkin akan
berubah ketika pasien batuk.

b. Konsep Pengkajin Keperawatan Lintas Budaya


1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar,
1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada Sunrise
Model yaitu :

1) Faktor teknologi
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau
mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan
klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan
dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat
ini. Sebagai contoh, klien mempunyai alasan tidak mau dioperasi untuk
mengatasi kanker yang dialami dan lebih memilih pengobatan alternative.
Pilihan lain, klien mengikuti tes laboratorium darah dan memahami makna
hasil tes tersebut.

2) Faktor Agama Dan Falsafah Hidup


Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan
yangamat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi
yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan
diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.

3) Faktor sosial dan keterikatan keluarga.


Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap,
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, danhubungan klien dengan
kepala keluarga.

4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup


Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah
suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya
terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang
dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku


Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan
lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikajipada tahap ini
adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,
jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien
yang dirawat.

6) Faktor ekonomi
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor
ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien,
sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari
sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan
antar anggota keluarga

7) Faktor pendidikan (educational factors)


Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap
budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada
tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri.

H. Daftar Masalah / Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Gangguan pertukaran gas
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur.
5. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural.
6. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
I. Intervensi
a. Intervensi Keperawatan

No DX Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

a) Askultasi bunyi napas


b) Kaji frekuensi pernapasan
c) Kaji suhu tubuh dan tanda vital
d) Catat derajat dispnea, misalkan keluhan
a) Klien dapat mendemonstrasikan lapar udara, gelisah, ansietas, distres
batuk efektif dan suara yang bersih, pernapasan, dan penggunaan otot bantu
tidak ada sianosis dan dyspneu e) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman

(mampu mengeluarkan sputum, misalnya peninggian kepala tempat tidur,

mampu bernapas dengan mudah tidak serta duduk pada sandaran tempat tidur.
f) Pertahankan polusi lingkungan
ada pursed lips)
b) Klien dapat menunjukan jalan minimum, misalnya debu, asap, bulu
Ketidakefektivan
napas yang paten (klien tidak bantal yang berhubunngan dengan
1. bersihan jalan
meraasa tercekik, irama napas, kondisi individu.
napas g) Dorong /bantu latihan napas abdoen
frekuensi pernapasan dalam
atau bibir.
rentang normal, tidak ada suara h) Bantu pasien latihan napas dalam.
napas abnormal) i) Bantu/ ajarkan klien batuk efektif
c) Klien dapat mengidentifikasi dan j) Lakukan penekanan pada dada dengan

mencegah faktor yang dapat posisi duduk tingggi (fowler)


k) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
menghambat jalan napas.
(kecuali kontraindikasi) dan tawarkan
air hangat
l) Lakukan tindakan kolaborasi
pemberian obat Bronkodilator, xantim,
kromolin, dan inhalasi serta steroid.
2. K Ketidakefektifan a) Klien dapat mendemonstrasikan batuk a) Kaji frekuensi kedalaman pernapasan
dan ekspansi dada.Catat upaya
pernapasan termasuk penggunaan otot
efektif dan suara yang bersih, tidak ada bantu/pelebaran nasal.
sianosis dan dyspneu (mampu b) Auskultasi bunyi napas dan catat

mengeluarkan sputum, mampu adanya bunyi napas adventisius,

bernapas dengan mudah tidak ada seperti krekels, mengi, gesekan

pursed lips) pleural.


b) Klien dapat menunjukan jalan napas c) Tinggikan kepala dan bantu mengubah
pola napas yang paten (klien tidak meraasa posisi. Bangunkan pasien turun tempat

tercekik, irama napas, frekuensi tidur dan ambulansi sesegera mungkin.


d) Observasi pola batuk dan karakter
pernapasan dalam rentang normal,
sekret.
tidak ada suara napas abnormal) e) Dorong/bantu pasien dalam napas
c) Tanda-tanda vital dalam rentang
dalam dan latihan batuk.Penghisapan
normal(tekanan darah, nadi dan
peroral atau nasotrakeal bila
pernapasan)
diindikasikan.
f) Bantu pasien mengatasi takut/ansietas
g) Berikan humidifikasi (nebuliser)
a) Catat frekuensi dan kedalaman
pernapasan, penggunaan otot bantu,
a) Klien dapat mendemontrasikn napas bibir.
b) Auskultasi paru untuk penurunan/tak
peningkatan ventilasi dan oksigenasi
adanya bunyi napas dan adanya
yang adekuat.
b) Klien dapat memelihara kebersihan tambahan misalnya krekels.
c) Observasi keabu-abuan menyeluruh
paru-paru dan bebas dari tanda-tanda
dan sianosi pada jaringan hangat,
distress pernafasan.
Gangguan c) Klien dapat mendemonstrasikan batuk seperti daun telinga, bibir, lidah, dan
3.
pertukaran gas efektif dan suara napas yang membran lidah.
d) Lakukan tindakan memperbaiki
bersih,tidak ada sianosis dan dyspneu
/mempertahankan jalan napas
(mampu mengeluarkan sputum,
misalnya batuk dan penghisapan
mampu bernapas dengan mudah, tidak
e) Tinggikan kepala tempat tidue sesuai
ada pursed lips.
kebutuhan atau toleransi pasien.
d) Tanda-tanda vital dalam rentang
f) Awasi tanda vital
normal. g) Kaji respon pasien terhadap aktivitas.
Dorong periode istirahat/batasi
aktivitas sesuai toleransi pasien.

b. Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan Lintas Budaya


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu
proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses
memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang
sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga
pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle,
1995) yaitu :
1). Mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak


bertentangandengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan
diberikansesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien
sehinggaklien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya,misalnya budaya berolahraga setiap pagi.

2). Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan


untukmembantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang
lebihmenguntungkan kesehatan. Perawat membantu klienagar dapat memilih
dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatankesehatan,
misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yangberbau amis,
maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yanglain.

3). Resstrukturisasi budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang


dimilikimerugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi
gayahidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola
rencanahidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengankeyakinan yang dianut.

No Intervensi Tindakan
a. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan
perawat tentang proses melahirkan dan
perawatan bayi
Mempertahankan budaya (cultural b. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat
1.
care preservation/maintenance) berinterkasi dengan klien
c. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang
dimiliki klien dan perawat
a. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
klien
b. Libatkan keluarga dalam perencanaan
perawatan
Negosiasi budaya ( cultural care
2. c. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan
accomodation / negotiation)
negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan kliendan
standar etik

a. Beri kesempatan pada klien untuk memahami


informasi yangdiberikan dan melaksanakannya
b. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat
dirinya dari budayakelompok
c. Gunakan pihak ketiga bila perlu
d. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke
dalam bahasa kesehatanyang dapat dipahami

Restrukturisasi budaya ( cultural oleh klien dan orang tua


3. e. Berikan informasi pada klien tentang sistem
care reapartening/reconstruction )
pelayanan kesehatan. Perawat dan klien harus
mencoba untuk memahami
budayamasingmasing melalui proses akulturasi,
yaitu proses mengidentifikasi persamaan
danperbedaan budaya yang akhirnya akan
memperkaya budaya budaya mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 13.
Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika.

Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alince C. Geissler. 2006 . Rencana


Asuhan Keperawatan. , EGC. Jakarta.

NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:


EGC.
Nanda NIC-NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta: EGC.

Perry and Poter . 2001. Fundamental of Nursing: Concept, Process, and Practice,
Philadelpia: Mosby.

Soerjono Soekanto.2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada.

Suprajitno.2003. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC.


Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alince C. Geissler. 2006 . Rencana
Asuhan Keperawatan. , EGC. Jakarta.

Lembar Pengesahan

Mengetahui Denpasar,10 Mei 2016

Pembimbing praktik Mahasiswa

( ) ( )

NIP. NIM.

Mengetahui
Pembimbing Akademik

( )
NIP.

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

DIRUANG NAKULA RSUD SANJIWANI GIANYAR

Oleh:

Tingkat 1.2

DESAK PUTU AYU MEKAYANT


P07120015059

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2016

Anda mungkin juga menyukai