Anda di halaman 1dari 12

Laporan Pendahuluan dan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Corpus Alienum

ANGGA DWI AGUSTINO


NIM : 1601470001

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2020
Laporan Pendahuluan dan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Corpus Alienum

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernafasan
merupakan istilah yang sering digunakan di dunia medis. Benda asing
di saluran pernafasan adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau
dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran
pernafasan tersebut.

Benda asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua


umur terutama anak-anak karena anak-anak sering memasukkan
benda ke dalam mulutnya bahkan sering bermain atau menangis pada
waktu makan. Sekitar 70% kejadian aspirasi benda asing terjadi pada
anak berumur kurang dari 3 tahun.Hal ini terjadi karena anak seumur
itu sering tidak terawasi, lebih aktif, dan cenderung memasukkan
benda apapun ke dalam mulutnya.

Benda asing dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan


keadaan yang berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke
jalan nafas. Gejala sumbatan benda asing di saluran napas tergantung
pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran
benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran
napas ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik
dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal.
2. Etiologi
a) Pada anak penyababnya antara lain anomaly congenital, termasuk
stenosis congenital, web, fistel trakeoesofagus dan pelebaran
pembuluh darah.
b) Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi
palsu yang telah kehilangan sensasi rasa palatum, gangguan
mental dan psikosis

3. Patofisiologi
Benda asing yang masuk ke saluran nafas akan mengakibatkan
terjadinya reflek batuk, kemudian akan muncul gejala sesuai dengan
lokasi, besarnya sumbatan dan lamanya benda asing berada di dalam
saluran nafas.Benda asing yang masuk ke dalam saluran nafas akan
menimbulkan reaksi pada jaringan sekitarnya. Reaksi jaringan yang
timbul dapat berupa inflamasi lokal, edema, ulserasi, dan terbentuknya
jaringan granulasi yang dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas.
Akibat obstruksi ini maka bagian distal dari sumbatan akan terjadi air
trapping, empisema, atelektasis, abses paru dan bronkiektasi. Reaksi
inflamasi akan mengakibatkan terjadinya peningkatan vaskularisasi
mukosa, edema, dan bertambahnya sekret mukoid. Berkurangnya
gerakan silia mengakibatkan menumpuknya lendir atau sekret di ujung
bronkiolus sehingga dapat mengakibatkan atelektasis maupun
komplikasi lainnya. Hal ini dapat menyebabkan peradangan hebat di
saluran napas dan dapat membentuk jaringan granulasi. Reaksi ini
berlangsung dengan cepat. Benda asing yang masuk dapat
mengakibatkan trakeobronkitis yang berat yang disebut dengan
arachidic bronchitis. Setelah masa laten kira-kira 24 jam akan timbul
gejala batuk dengan sputum yang purulen dan disertai demam
4. Klasifikasi

1.Corpus alienum esophagus

Banyak terjadi pada anak – anak. Hal ini disebabkan anak – anak
mempunyai kebiasaan sering memasukkan sesuatu ke dalam
mulutnya. Pada umumnya benda asing yang tertelan berupa uang
logam, peniti, tutup bollpoin dan lain – lain. Pada orang tua hal ini juga
dapat terjadi, kebanyakan terjadi pada golongan lansia yang giginya
sudahj habis sehingga makanan tidak dapat dikunyah dengan baik.
Benda yang tertelan biasanya daging yang liat, bakso, abon, tulang
ayam/bebek, paku, jarum, kawat gigi palsu dan lain – lain.

2. Corpus alienum di trakea-bronkus


Benda asing yang masuk ke trakea atau bronkus kebanyakan karena
terhirup. Banyak terjadi pada anak kecil karena gigi gerahamnya
belum tumbuh sehingga makanan tidak dapat dikunyah dengan baik.
Secara tidak sadar karena menangis, berteriak atau terjatuh makanan
akan terhirup dan masuk ke jalan nafas. Benda yang terhirup pada
umumnya adalah makanan misalnya kacang, nasi dan lain – lain.
Pada orang dewasa hal ini juga dapat terjadi terutama saat bekerja.
Benda yang terhirup misalnya jarum pentul, paku.

5. Manifestasi klnis
Gejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda
asing, lokasi tersangkutnya, komplikasi yang timbul dan lama tertelan.
1. Nyeri di daerah leher.
2. Rasa tidak enak di daerah substernal atau nyeri di punggung.
3. Rasa tercekik.
4. Rasa tersumbat di tenggorokan.
5. Batuk, muntah, disfagia.
6. BB turun.
7. Regurgitasi.
8. Gangguan nafas.
9. Ronchi/mengi.
10. Demam.
11. Abses leher.

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan
torakal anteroposterior dan lateral harus dilakukan pada semua pasien
yang diduga tertelan benda asing. Bila benda asing radioopak mudah
diketahui lokasinya, sedangkan bila radiolusen dapat diketahui tanda
inflamasi periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring dan esophagus
bagian proksimal. Esofagogram dilakukan untuk benda asing
radiolusen, yang akan memperlihatkan filling detect persisten. Dapat
dilakukan MRI dan tomografis computer.
2. Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.

7. Penatalaksanaan

Pasien dirujuk ke rumah sakit untuk dilakukan esofaguskopi dengan


menamai cunam yang sesuai agar benda asing tersebut dapat dikeluarkan.
Kemudian dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai kelainan – kelainan
esophagus yang telah ada sebelumnya.

Untuk benda asing tajam yang tidak bisa dikeluarkan dengan


esophagus harus segera dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing
tersebut. Bila dicurigai adanya perforasi kecil, segera dipasang pipa
nasogaster agar pasien tidak menelan dan diberikan antibiotik berspektrum
luas selama 7 – 10 hari agar tidak terjadi sepsis. Bila letak benda asing
menetap selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan
secara pembedahan.

7. Komplikasi
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, pedarahan,
perforasi lokal dengan akses leher atau mediastinistis. Perforasi esofagus
dapat menimbulkan selulitis lokal, fistel trakeoesofagus. Benda asing bulat
atau tumpul dapat juga menimbulkan perforasi, sebagai akibat sekunder
dari inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi disekitar benda asing
timbul bila benda asing berada diesofagus dalaam waktu yang lama.

Gajala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal oleh


karena benda asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau
mediatinum, krepitasi kulit didaerah leher atau dada, pembengkakan
leher, kaku leher, demam dan menggigil, gelisah, nadi dan nafas cepet,
nyeri yang menjalar kepunggung, retrostenalndan epigastrium. Bila terjadi
perforasi ke pleura dapat timbul pneumotoraks atau pyotoraks.

B. KOSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
i. Primary Survey

Primary Gejala Kesimpulan Tindakan Evaluasi


Survey
Airway Look Listen Snoring Posisi Unclear
Feel (+) Gargling kepala
Snoring:(?) Crowing miring ganjal
Gargling:(?) Stridor bahu
Crowing: (?)
Stridor (?)
Breathing RR= ? Oksigenasi
SP= ? via nasal
ST= ? canule,
RBM,
NRBM, JS
Circulatio Akral: H/M/K Hemodinamik IV line,
n TD: ? mmHg stabil Ambil
HR: ? x/menit, sampel
t/v: kuat/cukup darah cek
Turgor ? Darah Rutin
Temp ?
Disability GCS, Tanda Kesadaran ?
tanda TIK
Exposure Pemeriksaan Tidak ada
seluruh tubuh kelainan

ii. Secondary Survey

B1 : Breathing

B2 : Blood

B3 : Brain

B4 : Bladder

B5 : Bowel

B6 : Bone

b. Riwayat kesehatan
c. Pengkajian keperawatan pasien yang mempunyai masalah
pernapasan difokuskan pada ventilasi, perfusi, kognisi, dan
eliminasi.
d. Kondisi Pernafasan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
bronkospasme.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen
c. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial,
edema dan peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi
fisiologis saluran pernapasan, ketidakmampuan batuk, adanya
benda asing (ETT, Corpus alienum).
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya
ventilasi
e. Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret,
benda padat, atau cairan ke dalam saluran nafas.
f. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.

3. Rencana Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
bronkospasme
Tujuan: mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi bersih
dan jelas.
Intervensi:
* Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex:
mengi
* Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio
inspirasi/ekspirasi
* Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress
pernafasan, penggunaan obat
* Tempatkan klie pada posisi yang nyaman. Contoh:
meninggikan kepala TT, duduk pada sandaran TT.
* Pertahankan polusi lingkungan minimum. Contoh:
debu, asap,dll.
* Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000
ml/hari sesuai toleransi jantung, memberikan air
hangat.
* Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
sesuai indikasi.
b. Pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen
Tujuan: perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat.
Intervensi:
1. Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran
mukosa
2. Awasi tanda vital dan irama jantung
3. Kolaborasi: .berikan oksigen tambahan sesuai dengan
indikasi hasil AGDA dan toleransi klien
4. Sianosis mungkin perifer atau sentral mengindikasikan
beratnya hipoksemia
5. Penurunan getaran vibrasi diduga adanya penggumpalan
cairan/udara
6. Takikardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik.
c. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial,
edema dan peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi
fisiologis saluran pernapasan, ketidakmampuan batuk, adanya
benda asing (ETT, Corpus alienum).
Tujuan : jalan nafas bersih dari sumbatan
Intrvensi :
1. Kaji kepatenan jalan napas
2. Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan
bernapas dan auskultasi bunyi paru
3. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan denyut
nadi
4. Monitor lokasi selang endotrakheal/ gudel dan fiksasi
dengan hati-hati
5. Perhatikan batuk yang berlebihan, meningkatnya
dispnea, adanya secret pada selang endotrakeal/ gudel
dan adanya ronchi
6. Lakukan suction bila diperlukan, batasi lamanya suction
kurang dari 15 detikdan lakukan pemberian oksigen
100% sebelum melakukan suction
7. Observasi hasil pemeriksaan GDA
8. Anjurkan untuk minum air hangat
9. Berikan posisi yang nyaman (fowler/ semi fowler)
10. Bantu klien untuk melakukan latihan batuk efektif bila
memungkinkan
11. Lakukan fifioterapi dada sesuai indikasi : Postural
drainase, perkusi dan vibrasi
12. Motivasi dan berikan minum sesuai dengan kebutuhan
cairan (40-50 cc/kg BB/24 jam).
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya
ventilasi
Tujuan: pola nafas adekuat
Intervensi:
1. Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran
mukosa
2. Awasi tanda vital dan irama jantung
3. Kolaborasi: .berikan oksigen tambahan sesuai dengan
indikasi hasil AGDA dan toleransi klien
4. Sianosis mungkin perifer atau sentral mengindikasikan
beratnya hipoksemia
5. Penurunan getaran vibrasi diduga adanya penggumpalan
cairan/udara
6. Takikardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik.
e. Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya
sekret, benda padat, atau cairan ke dalam saluran nafas.
Tujuan : mengeluarkan sekreet, benda padat, atau cairan dari
saluran nafas
Intervensi:
1. Kaji kepatenan jalan napas
2. Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan
bernapas dan auskultasi bunyi paru
3. Lakukan tindakan Manuver Heimlich
4. Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran
mukosa
5. Awasi tanda vital dan irama jantung
f. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami
anak.
Tujuan: menurunkan kecemasan pada orang tua dan anak.
Intervensi untuk orang tua:
1. Berikan ketenangan pada orang tua
2. Memberikan rasa nyaman.
3. Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian dan
informasi.
g. Mendorong keluarga untuk terlibat dalam perawatan anaknya.
Konsultasi dengan tim medis untuk mengetahui kondisi anaknya.
Intervensi untuk anak :
1. Bina hubungan saling percaya.
2. Mengurangi perpisahan dengan orang tuanya.
3. Mendorong untuk mengekspresikan perasaannya.
4. Melibatkan anak dalam bermain.
5. Siapkan anak untuk menghadapi pengalaman baru,
misal: pprosedur tindakan.
6. Memberikan rasa nyaman
7. Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian
informasi

Anda mungkin juga menyukai