3. Patofisiologi
Benda asing yang masuk ke saluran nafas akan mengakibatkan
terjadinya reflek batuk, kemudian akan muncul gejala sesuai dengan
lokasi, besarnya sumbatan dan lamanya benda asing berada di dalam
saluran nafas.Benda asing yang masuk ke dalam saluran nafas akan
menimbulkan reaksi pada jaringan sekitarnya. Reaksi jaringan yang
timbul dapat berupa inflamasi lokal, edema, ulserasi, dan terbentuknya
jaringan granulasi yang dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas.
Akibat obstruksi ini maka bagian distal dari sumbatan akan terjadi air
trapping, empisema, atelektasis, abses paru dan bronkiektasi. Reaksi
inflamasi akan mengakibatkan terjadinya peningkatan vaskularisasi
mukosa, edema, dan bertambahnya sekret mukoid. Berkurangnya
gerakan silia mengakibatkan menumpuknya lendir atau sekret di ujung
bronkiolus sehingga dapat mengakibatkan atelektasis maupun
komplikasi lainnya. Hal ini dapat menyebabkan peradangan hebat di
saluran napas dan dapat membentuk jaringan granulasi. Reaksi ini
berlangsung dengan cepat. Benda asing yang masuk dapat
mengakibatkan trakeobronkitis yang berat yang disebut dengan
arachidic bronchitis. Setelah masa laten kira-kira 24 jam akan timbul
gejala batuk dengan sputum yang purulen dan disertai demam
4. Klasifikasi
Banyak terjadi pada anak – anak. Hal ini disebabkan anak – anak
mempunyai kebiasaan sering memasukkan sesuatu ke dalam
mulutnya. Pada umumnya benda asing yang tertelan berupa uang
logam, peniti, tutup bollpoin dan lain – lain. Pada orang tua hal ini juga
dapat terjadi, kebanyakan terjadi pada golongan lansia yang giginya
sudahj habis sehingga makanan tidak dapat dikunyah dengan baik.
Benda yang tertelan biasanya daging yang liat, bakso, abon, tulang
ayam/bebek, paku, jarum, kawat gigi palsu dan lain – lain.
5. Manifestasi klnis
Gejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda
asing, lokasi tersangkutnya, komplikasi yang timbul dan lama tertelan.
1. Nyeri di daerah leher.
2. Rasa tidak enak di daerah substernal atau nyeri di punggung.
3. Rasa tercekik.
4. Rasa tersumbat di tenggorokan.
5. Batuk, muntah, disfagia.
6. BB turun.
7. Regurgitasi.
8. Gangguan nafas.
9. Ronchi/mengi.
10. Demam.
11. Abses leher.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan
torakal anteroposterior dan lateral harus dilakukan pada semua pasien
yang diduga tertelan benda asing. Bila benda asing radioopak mudah
diketahui lokasinya, sedangkan bila radiolusen dapat diketahui tanda
inflamasi periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring dan esophagus
bagian proksimal. Esofagogram dilakukan untuk benda asing
radiolusen, yang akan memperlihatkan filling detect persisten. Dapat
dilakukan MRI dan tomografis computer.
2. Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.
7. Penatalaksanaan
7. Komplikasi
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, pedarahan,
perforasi lokal dengan akses leher atau mediastinistis. Perforasi esofagus
dapat menimbulkan selulitis lokal, fistel trakeoesofagus. Benda asing bulat
atau tumpul dapat juga menimbulkan perforasi, sebagai akibat sekunder
dari inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi disekitar benda asing
timbul bila benda asing berada diesofagus dalaam waktu yang lama.
B1 : Breathing
B2 : Blood
B3 : Brain
B4 : Bladder
B5 : Bowel
B6 : Bone
b. Riwayat kesehatan
c. Pengkajian keperawatan pasien yang mempunyai masalah
pernapasan difokuskan pada ventilasi, perfusi, kognisi, dan
eliminasi.
d. Kondisi Pernafasan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
bronkospasme.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen
c. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial,
edema dan peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi
fisiologis saluran pernapasan, ketidakmampuan batuk, adanya
benda asing (ETT, Corpus alienum).
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya
ventilasi
e. Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret,
benda padat, atau cairan ke dalam saluran nafas.
f. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.
3. Rencana Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
bronkospasme
Tujuan: mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi bersih
dan jelas.
Intervensi:
* Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex:
mengi
* Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio
inspirasi/ekspirasi
* Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress
pernafasan, penggunaan obat
* Tempatkan klie pada posisi yang nyaman. Contoh:
meninggikan kepala TT, duduk pada sandaran TT.
* Pertahankan polusi lingkungan minimum. Contoh:
debu, asap,dll.
* Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000
ml/hari sesuai toleransi jantung, memberikan air
hangat.
* Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
sesuai indikasi.
b. Pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen
Tujuan: perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat.
Intervensi:
1. Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran
mukosa
2. Awasi tanda vital dan irama jantung
3. Kolaborasi: .berikan oksigen tambahan sesuai dengan
indikasi hasil AGDA dan toleransi klien
4. Sianosis mungkin perifer atau sentral mengindikasikan
beratnya hipoksemia
5. Penurunan getaran vibrasi diduga adanya penggumpalan
cairan/udara
6. Takikardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik.
c. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial,
edema dan peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi
fisiologis saluran pernapasan, ketidakmampuan batuk, adanya
benda asing (ETT, Corpus alienum).
Tujuan : jalan nafas bersih dari sumbatan
Intrvensi :
1. Kaji kepatenan jalan napas
2. Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan
bernapas dan auskultasi bunyi paru
3. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan denyut
nadi
4. Monitor lokasi selang endotrakheal/ gudel dan fiksasi
dengan hati-hati
5. Perhatikan batuk yang berlebihan, meningkatnya
dispnea, adanya secret pada selang endotrakeal/ gudel
dan adanya ronchi
6. Lakukan suction bila diperlukan, batasi lamanya suction
kurang dari 15 detikdan lakukan pemberian oksigen
100% sebelum melakukan suction
7. Observasi hasil pemeriksaan GDA
8. Anjurkan untuk minum air hangat
9. Berikan posisi yang nyaman (fowler/ semi fowler)
10. Bantu klien untuk melakukan latihan batuk efektif bila
memungkinkan
11. Lakukan fifioterapi dada sesuai indikasi : Postural
drainase, perkusi dan vibrasi
12. Motivasi dan berikan minum sesuai dengan kebutuhan
cairan (40-50 cc/kg BB/24 jam).
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya
ventilasi
Tujuan: pola nafas adekuat
Intervensi:
1. Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran
mukosa
2. Awasi tanda vital dan irama jantung
3. Kolaborasi: .berikan oksigen tambahan sesuai dengan
indikasi hasil AGDA dan toleransi klien
4. Sianosis mungkin perifer atau sentral mengindikasikan
beratnya hipoksemia
5. Penurunan getaran vibrasi diduga adanya penggumpalan
cairan/udara
6. Takikardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik.
e. Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya
sekret, benda padat, atau cairan ke dalam saluran nafas.
Tujuan : mengeluarkan sekreet, benda padat, atau cairan dari
saluran nafas
Intervensi:
1. Kaji kepatenan jalan napas
2. Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan
bernapas dan auskultasi bunyi paru
3. Lakukan tindakan Manuver Heimlich
4. Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran
mukosa
5. Awasi tanda vital dan irama jantung
f. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami
anak.
Tujuan: menurunkan kecemasan pada orang tua dan anak.
Intervensi untuk orang tua:
1. Berikan ketenangan pada orang tua
2. Memberikan rasa nyaman.
3. Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian dan
informasi.
g. Mendorong keluarga untuk terlibat dalam perawatan anaknya.
Konsultasi dengan tim medis untuk mengetahui kondisi anaknya.
Intervensi untuk anak :
1. Bina hubungan saling percaya.
2. Mengurangi perpisahan dengan orang tuanya.
3. Mendorong untuk mengekspresikan perasaannya.
4. Melibatkan anak dalam bermain.
5. Siapkan anak untuk menghadapi pengalaman baru,
misal: pprosedur tindakan.
6. Memberikan rasa nyaman
7. Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian
informasi